Anda di halaman 1dari 34

PROKLAMASI KEMERDEKAAN DAN

TERBENTUKNYA PEMERINTAHAN
INDONESIA

PERISTIWA SEKITAR
PROKALAMASI
1.

Kekalahan Jepang Dalam Perang


Asia Timur Raya
perjanjian penyerahan Jepang
kepada Sekutu diatas kapal USS
Missouri 2 september 1945. Sekutu
oleh Jendral Douglas McArthur dan
Jepang oleh Menlu Mamoru
Shigemitsu
penyerahan pada awalnya pada 14
Agustus 1945

2. Peristiwa
Rengasdengklok
Pada

tanggal 7 Agustus
1945 BPUPKI digantikan
PPKI (Dokuritsu Junbi
Inkai). Radjiman
Wedyodiningrat

Ir.

Sukarno ditunjuk
sebagai ketua PPKI dan
Drs. Moh. Hatta ditunjuk
sebagai wakil ketuanya.
Sedangkan Mr. Ahmad
Subardjo ditunjuk sebagai
penasehatnya.

MENUJU MARKAS BESAR


TERAUCI DI DALAT
9 Agustus 1945 jenderal

Besar Terauci memanggil tiga


tokoh yaitu Ir. Sukarno, Drs.
Moh. Hatta dan dr. Radjiman
Wediodiningrat.

Pada

tanggal 12 Agustus
1945 Jenderal Besar Terauci
memberikan kemerdekaan
kepada Indonesia yang
meliputi seluruh bekas
wilayah Hindia Belanda.

Perbedaan pendapat gol.tua


dan Muda
Gol tua
a. belum ada kepastian Jepang
kalah dan menyerah
b. Jepang telah berjanji akan
memberikan kemerdekaan pada
Indonesia pada 24-8-45
2. Gol Muda (sutan Sjahrir)
Kemerdekaan bukan hadiah
tetapi kemerdekaan merupakan
keinginan rakyat sendiri.
1.

Ketika

ketiga tokoh itu berangkat


kembali menuju Jakarta pada
tanggal 14 Agustus 1945, Jepang
telah dibom atom oleh Sekutu di
kota Hirosima dan Nagasaki.
Uni Soviet mengingkari janjinya dan
menyatakan perang terhadap
Jepang seraya menyerbu Manchuria.
Keesokan harinya, pada tanggal 15
Agustus 1945 Sukarno-Hatta tiba
kembali di tanah air. Dengan
bangganya Ir. Sukarno berkata :
Kalau dahulu saya berkata
Sebelum jagung berbuah, Indonesia
akan merdeka : sekarang saya
dapat memastikan Indonesia akan
merdeka, sebelum jagung berbuah.
Perkataan itu menunjukkan bahwa
Ir. Sukarno pada saat itu belum
mengetahui bahwa Jepang telah
menyerah kepada Sekutu.

Berita

tentang kekalahan Jepang,


diketahui oleh sebagian golongan
muda melalui radio siaran luar
negeri.
Pada malam harinya Sutan syahrir
menyampaikan berita itu kepada
Moh. Hatta. Syahrir juga
menanyakan mengenai
kemerdekaan Indonesia
sehubungan dengan peristiwa
tersebut.
Moh. Hatta berjanji akan
menanyakan hal itu kepada
Gunseikanbu (pimpinan militer
Jepang).
Setelah yakin bahwa Jepang telah
menyerah kepada Sekutu, Moh.
Hatta mengambil keputusan untuk
segera mengundang anggota PPKI.

RAPAT
GOLONGAN MUDA
Rapat

golongan muda dilakukn di


Lembaga Bakteriologi di Jalan
Pegangsaan Timur, Jakarta, pada
tanggal 15 agustus 1945, pukul
20.30 waktu Jawa.
Rapat yang dipimpin oleh Chairul
Saleh itu menghasilkan keputusan :
kemerdekaan Indonesia adalah
hak dan soal rakyat Indonesia
sendiri, tak dapat digantungkan
pada orang dan negara lain. Segala
ikatan dan hubungan dengan janji
kemerdekaan dari Jepang harus
diputuskan dan sebaliknya
diharapkan diadakan perundingan
dengan golongan muda agar
mereka diikutsertakan dalam
pernyataan proklamasi.

Keputusan rapat itu disampaikan


oleh Wikana dan Darwis pada
pukul 22.30 waktu Jawa kepada
Ir. Sukarno di rumahnya.
Isi keputusan golongan muda :
agar Ir. Sukarno segera
memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia tanpa
menunggu hadiah dari Jepang.
Tuntutan Wikana yang disertai
ancaman bahwa akan terjadi
pertumpahan darah jika Ir.
Sukarno tidak menyatakan
proklamasi keesokan harinya
telah menimbulkan ketegangan.
Ir. Sukarno marah dan berkata
Ini leher saya, seretlah saya ke
pojok itu dan sudahilah nyawa
saya malam ini juga, jangan
menunggu sampai besok. Saya
tidak bisa melepaskan
tanggungjawab saya sebagai
ketua PPKI. Karena itu saya
tanyakan kepada wakil-wakil
PPKI besok.

PERISTIWA
RENGASDENGKLOK
Dini

hari tanggal 16 Agustus 1945 di


asrama Baperpi, golongan muda
kembali mengadakan rapat.
Selain juga dihadiri oleh Sukarni,
Jusuf Kunto, dr. Muwardi dari
Barisan Pelopor dan Shudanco
Singgih dari Daidan PETA Jakarta
Syu.
Rapat ini membuat keputusan
menyingkirkan Ir. Sukarno dan Drs.
Moh. Hatta ke luar kota dengan tujuan
untuk menjauhkan mereka dari segala
pengaruh Jepang.
Untuk menghindari kecurigaan dari
pihak Jepang, Shudanco Singgih
mendapatkan kepercayaan untuk
melaksanakan rencana tersebut.

Rencana

ini mendapatkan
dukungan perlengkapan Tentara
PETA dari Cudanco Latief
Hendraningrat.
Maka pada tanggal 16 Agustus
1945 pukul 04.30 waktu Jawa
sekelompok pemuda membawa
Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta
ke luar kota menuju
Rengasdengklok, sebuah kota
kawedanan di pantai utara
Kabupaten Karawang.
Alasan yang mereka kemukakan
ialah bahwa keadaan di kota
sangat genting, sehingga
keamanan Sukarno-Hatta di
dalam kota sangat dikhawatirkan.
Tempat yang dituju merupakan
kedudukan sebuah cudan (kompi)
tentara PETA Rengasdengklok
dengan komandannya Cudanco
Subeno.

Sehari

penuh Sukarno dan Hatta


berada di Rengasdengklok.
Dalam suatu pembicaraan
berdua dengan Ir. Sukarno,
Shudanco Singgih beranggapan
Sukarno bersedia untuk
menyatakan proklamasi segera
setelah kembali ke Jakarta.
Oleh karena itulah Singgih pada
tengah hari itu kembali ke
Jakarta untuk menyampaikan
rencana proklamasi kepada
kawan-kawannya.

PERUMUSAN TEKS
PROKLAMASI
Rombongan

tiba kembali di Jakarta


pada pukul 23.30 waktu Jawa.
Setelah Sukarno dan Hatta singgah
di rumah masing-masing rombongan
kemudian menuju ke rumah
Laksamana Maeda di Jalan Imam
Bonjol No. 1, Jakarta.
Hal itu juga disebabkan Laksamana
Tadashi Maeda telah
menyampaikan kepada Ahmad
Subardjo (sebagai salah satu
pekerja di kantor Laksamana Maeda)
bahwa ia menjamin keselamatan
mereka selama berada di rumahnya.

Sebelum

merumuskan naskah
proklamasi, terlebih dahulu Sukarno
dan Hatta menemui Somubuco (Kepala
Pemerintahan Umum) Mayor Jenderal
Nishimura, untuk menjajagi sikapnya
mengenai Proklamasi Kemerdekaan.
Mereka ditemani oleh Laksamana
Maeda, Shigetada Nishijima dan
Tomegoro Yoshizumi serta Miyoshi
sebagai penterjemah.
Nishimura menegaskan bahwa garis
kebijakan Panglima Tentara
Keenambelas di Jawa adalah dengan
menyerahnya Jepang kepada sekutu
berlaku ketentuan bahwa tentara
Jepang tidak diperbolehkan lagi
merubah status quo (status politik
Indonesia).
Berdasarkan garis kebijakan itu
Nishimura melarang Sukarno-Hatta
untuk mengadakan rapat PPKI dalam
rangka proklamasi kemerdekaan.

Sukarno-Hatta berkesimpulan bahwa


tidak ada gunanya lagi membicarakan
kemerdekaan Indonesia dengan pihak
Jepang.
Akhirnya mereka hanya mengharapkan
pihak Jepang tidak menghalang-halangi
pelaksanaan proklamasi.
Sedangkan di ruang makan, naskah
proklamasi dirumuskan oleh tiga tokoh
golongan tua, yaitu : Ir. Sukarno, Drs.
Moh. Hatta dan Mr. Ahmad
Subardjo.
Peristiwa ini disaksikan oleh Miyoshi
sebagai orang kepercayaan Nishimura,
bersama dengan tiga orang tokoh
pemuda lainnya, yaitu : Sukarni,
Mbah Diro dan B.M. Diah.
Sementara itu tokoh-tokoh lainnya,
baik dari golongan muda maupun
golongan tua menunggu di serambi
muka.

PERUMUSAN TEKS
PROKLAMASI

Ir. Sukarno yang menuliskan


konsep naskah proklamasi,
sedangkan Drs. Moh. Hatta
dan Mr Ahmad Subardjo
menyumbangkan pikiran
secara lisan.
Kalimat pertama dari naskah
proklamasi merupakan saran
dari Mr. Ahmad Subardjo
yang diambil dari rumusan
BPUPKI.
Sedangkan kalimat terakhir
merupakan sumbangan
pikiran dari Drs. Moh. Hatta.
Hal itu disebabkan menurut
beliau perlu adanya
tambahan pernyataan
pengalihan kekuasaan
(transfer of sovereignty).

PELAKSANAAN PROKLAMASI

Pagi hari itu, rumah Ir. Sukarno dipadati


oleh sejumlah massa pemuda yang
berbaris dengan tertib.
Untuk menjaga keamanan upacara
pembacaan proklamasi, dr. Muwardi
(Kepala Keamanan Ir. Sukarno) meminta
kepada Cudanco Latief Hendraningrat
untuk menugaskan anak buahnya berjagajaga di sekitar rumah Ir. Sukarno.
Sedangkan Wakil Walikota Suwirjo
memerintahkan kepada Mr. Wilopo untuk
mempersiapkan pengeras suara.
Untuk itu Mr. Wilopo dan Nyonopranowo
pergi ke rumah Gunawan pemilik toko radio
Satria di Jl. Salemba Tengah 24, untuk
meminjam mikrofon dan pengeras suara.
Sudiro memerintahkan kepada S. Suhud
(Komandan Pengawal Rumah Ir. Sukarno)
untuk menyiapkan tiang bendera.
Suhud kemudian mencari sebatang bambu
di belakang rumah. Bendera yang akan
dikibarkan sudah dipersiapkan oleh
Nyonya Fatmawati.

Menjelang pukul 10.30 para pemimpin


bangsa Indonesia telah berdatangan
ke Jalan Pegangsaan Timur. Diantara
mereka nampak Mr. A.A. Maramis, Ki
Hajar Dewantara, Sam Ratulangi, K.H.
Mas Mansur, Mr. Sartono, M. Tabrani,
A.G. Pringgodigdo dan sebagainya.
Lima menit sebelum acara dimulai,
Bung Hatta datang dengan berpakaian
putih-putih.
Setelah semua siap, Latief
Hendraningrat memberikan aba-aba
kepada seluruh barisan pemuda dan
mereka pun kemudian berdiri tegak
dengan sikap sempurna.
Dengan suara yang mantap Bung
Karno mengucapkan pidato
pendahuluan singkat yang dilanjutkan
dengan pembacaan teks proklamasi.
Acara dilanjutkan dengan pengibaran
bendera Merah Putih oleh S. Suhud
dengan bantuan Cudanco Latif
Hendraningrat.
Bendera dinaikkan perlahan-lahan.
Tanpa dikomando para hadirin spontan
menyanyikan Indonesia Raya. Acara
selanjutnya adalah sambutan dari
Walikota Suwirjo dan dr. Muwardi.

Berita

proklamasi yang
sudah meluas di seluruh
Jakarta disebarkan ke
seluruh Indonesia. Pagi hari
itu juga, teks proklamsi
telah sampai di tangan
Kepala Bagian Radio dari
Kantor Berita Domei,
Waidan B. Palenewen.
Berita proklamasi juga
disiarkan lewat pers dan
surat selebaran. Hampir
seluruh harian di Jawa
dalam penerbitannya
tanggal 20 Agustus 1945
memuat berita proklamasi
dan Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia.

Pembentukan pemerintahan
dalam sidang PPKI
18 Agustus 1945
Mengesahkan UUD 1945 dan
memilih Ir. Soekarno sebagai
presiden dan Drs.Moh Hatta
sebagai wakil presiden.

Menerapkan sistem pemerintahan


Presidensial.
Presiden dibantu komite nasional

Perubahan dalam UUD


1.
2.

3.

4.

Muqaddimah= pembukaan
Ketuhanaan yang maha Esa, dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya=
Ketuhanan yang maha Esa
Menurut kemanusiaan yang adil dan
beradap= kemanusiaan yang adil
dan beradap
Pasal 6 ayat 1: presiden ualah orang
indonesia asli dan beragama
islam=presiden adalah orang
Indonesia asli

Pengangkatan Presiden dan


Wakil Presiden
Oto

Iskandardinata
mengusulkan agar
pemilihan presiden
dilakukan secara
aklamasi.
Ia mengajukan Ir.
Sukarno sebagai presiden
dan Drs. Moh. Hatta
sebagai Wakil Presiden.
Usulan tersebut
disetujui oleh para
hadirin, dilanjutkan
dengan menyanyikan lagu
Indonesia Raya.

Pembentukan
Komite Nasional

Pembentukan

sebuah Komite
Nasional untuk membantu
presiden selama Majelis
Permusyawaratan Rakyat
dan Dewan Perwakilan
Rakyat belum terbentuk.

SIDANG PPKI
TANGGAL 19 AGUSTUS 1945
Pembagian

Wilayah
RI Menjadi 8
Propinsi
Menetapkan 12
Kementerian
Pembahasan
anggota-anggota
Komite Nasional
Indonesia Pusat
(KNIP).

12 Departemen Kementerian
Ahmad Subardjo mengusulkan dibentuknya 13
kementerian. Setelah diakukan pembahasan,
sidang memutuskan adanya 12 kementerian
dan satu menteri negara, yaitu :
1. Dep. Dalam Negeri : Wiranata Kusumah;
2. Dep. Luar Negeri
: Ahmad Subarjo;
3. Dep. Kehakiman
: Mr. Supomo;
4. Dep. Keuangan
: AA Maramis;
5. Dep. Kemakmuran
: Surachman;
6. Dep. Kesehatan
: Buntaran Martoatmaja;
7. Dep. Pengajaran
: Ki Hajar Dewantara;
8. Dep. Sosial
: Iwa Kusuma Sumantri;
9. Dep. Pertahanan
: Supriyadi ad intrim
M. Sulroadikusumo;
10.Dep. Perhubungan
: Abikusno
tjokrosuyoso;
11.Dep. Pekerjaan Umum: Abikusno tjokrosuyoso

8 Wilayah RI Awal
Kemerdekaan
No

Nama Propinsi

Nama Gubernur

1.

SUMATERA

Teuku Moch. Hasan

2.

JAWA BARAT

Sutardjo Kartohadikusumo

3.

JAWA TENGAH

Panji Suroso

4.

JAWA TIMUR

Suryo

5.

SUNDA KECIL

I Gusti Ktut Pudja

6.

MALUKU

Latuharhary

7.

SULAWESI

GSSJ Ratulangi

8.

KALIMANTAN

Pangeran Moch Noor

Pembentukan Komite Nasional


Anggota

KNIP berasal dari tokohtokoh golongan muda dan tokohtokoh masyarakat dari berbagai
daerah jumlahnya 137 orang.
Anggota KNIP dilantik pada
tanggal 29 Agustus 1945 di
Gedung Kesenian, Pasar Baru,
Jakarta.
Sidang KNIP pertama berhasil
memilih ketua dan wakil ketua.
Kasman Singodimedjo dipilih
sebagai Ketua, dengan Wakil
Ketua I : M. Sutardjo; Wakil
Ketua II : Latuharhary; Wakil
Ketua III : Adam Malik.
Karena situasi keamanan yang
tidak menentu, pembentukan
Komite Nasional Daerah gagal
dibentuk.

Pembentukan
Partai Nasional Indonesia

22 Agustus 1945
Pada mulanya pembentukan partai nasional
Indonesia ini bertujuan untuk menjadikannya
sebagai partai tunggal di Indonesia yang baru
merdeka.
Adapun susunan pengurus Partai Nasional Indonesia
diantaranya sebagai berikut :

Pemimpin Utama
Pemimpin Kedua
Dewan Pemimpin

:
:
:

Ir. Sukarno
Drs. Moh. Hatta
Mr. gatot T
Mr. Iwa K.
Mr. A.A. Maramis
Sayuti Melik
Mr. Sujono

Pembentukan
Badan Keamanan Rakyat
(BKR)
Pada tanggal 23 Agustus
1945, Presiden Sukarno
dalam pidato di radio
menyatakan pembentukan
tiga badan baru, yaitu :

Komite Nasional Indonesia(KNI)


Partai Nasional Indonesia(PNI)
Badan Keamanan Rakyat(BKR)

BKR hanya bertugas sebagai penjaga keamanan


umum di daerah-daerah di bawah koordinasi KNI
daerah.

Pada

umumnya golongan muda menyambut


kecewa pidato presiden tersebut.
Sebab mereka menghendaki agar segera
dibentuk Tentara Nasional.
Tetapi sebagian yang lain, utamanya
bekas tentara PETA, KNIL dan Heiho
menanggapinya dengan segera membentuk
BKR di daerahnya sebagai wadah
perjuangan.

Di

Jakarta bekas tentara PETA


membentuk BKR Pusat agar BKR-BKR
daerah dapat dikoordinasikan.
Kasman Singodimedjo, bekas daidanco
Jakarta, terpilih sebagai pimpinan
BKR Pusat.
Setelah Kasman diangkat sebagai Ketua
KNIP, ketua BKR digantikan oleh
Kaprawi, bekas daidanco Sukabumi.

Dengan demikian susunan pengurus BKR


Pusat adalah sebagai berikut :

Kaprawi (Ketua Umum),


Sutalaksana (Ketua I),
Latief Hendraningrat (Ketua II)
Dibantu oleh Arifin Abdurachman, Mahmud dan
Zulkifli Lubis.

PROSES TERBENTUKNYA TNI


OERIP SUMOHARJO, terkenal dengan aneh suatu negara
zonder tentara.
Oerip dipercaya untuk membentuk Tentara Keamanan
Rakyat tanggal 5 Oktober 1945.

TKR

TRI

TNI

Anggota KNIP dilantik 29 Agustus


1945
Sidang pertama 16 Oktober 1945
Dalam rapat diusulkan agar
membentuk BP-KNIP dan KNIP
diberi kekuasaan merancang UU
dan menetapkan GBHN.
Akhirnya Wapres mengeluarkan
maklumat Wakil Presiden No X
Tugas KNIP sebagai pembantu
presiden, lembaga DPR dan
Lembaga MPR

Anda mungkin juga menyukai