Anda di halaman 1dari 41

SUMBER HUKUM ISLAM

AL QURAN, ASSUNAH DAN IJTIHAD

OLEH KELOMPOK 1

ANGGOTA KELOMPOK
RAZQI FADHIL MUHAMMAD
M GIRINDRA SYAHDI
SHAFIRA SALSHABILA RIZNI JAELANI
FAHREZA YASMIN
FAUZAN CAHYADI
SULTHON FARYABI

SUMBER HUKUM ISLAM

Kata-kata sumber dalam hukum Islam merupakan terjemah dari


kata mashadir yang berarti wadah ditemukannya dan ditimbanya
norma hukum.
. Selain menggunakan kata sumber, juga digunakan kata dalil yang
berarti keterangan yang dijadikan bukti atau alasan suatu
kebenaran.
Al Quran
Qiyas
Ijma
Ijtihad
Hadits

Pendahuluan mukzizat al quran

Singa padang pasir


seketika berhenti mengaum.
Bibirnya bergetar. Taring
giginya yang tajam, tak
mampu membuatnya
bertindak brutal. Hatinya
terpana. Tatapannya kosong.
Dan kata-kata yang hendak
diucapkannya pun seakan

Setidaknya, begitulah sekilas


gambaran yang menerpa Umar
bin Khattab. Dia mendapat
julukan sebagai singa padang
pasir, tak lain karena terkenal
dengan keberaniannya yang
membaja. Sebelum hidayah
menyesapi lubuk hatinya, dia
menjadi lelaki yang ganas dan
membahayakan terhadap
keseharian umat Islam.

Bertitik pijak pada sejarah


tersebut, ketakjuban
terhadap keluarbiasaan
Alquran tak hanya bisa
menimpa hati seseorang
yang jernih. Seorang
pemarah seperti Umar pun,
kebekuan hatinya mampu
cair atas kekuasaan Allah
melalui mukjizat Alquran.

Pada umumnya, kata mukjizat


seringkali dipahami sebagai kejadian
ajaib yang sukar dijangkau oleh
kemampuan akal manusia.
Pemahaman seperti ini, sudah
merambah dalam pikiran umat Islam
di Indonesia. Meski begitu,
pemahaman tersebut tidak lantas
disamakan dengan pengertian kata
mukjizat dalam istilah agama Islam.
Terambil dari kata bahasa Arab
ajaza yang berarti melemahkan atau
menjadikan tidak mampu. Pelakunya
(yang melemahkan) dinamai mujiz
dan bila kemampuannya melemahkan
pihak lain amat menonjol sehingga

Unsur unsur mukzizat al


quran
Hal atau peristiwa yang luar

biasa .
Terjadi atau dipaparkan oleh
seorang yang mengaku nabi
Mengandung tantangan terhadap
yang meragukan kenabian
Tantangan tersebut tidak mampu
atau gagal dilayani

B. Tujuan dan Fungsi Mukjizat


Mukjizat, walaupun dari segi bahasa
berarti melemahkan sebagaimana
dikemukakan di atas, namun dari segi
agama, ia sama sekali tidak dimaksudkan
untuk melemahkan atau membuktikan
ketidakmampuan yang ditantang.
Mukjizat ditampilkan oleh Tuhan melalui
hamba-hamba pilihan-Nya untuk
membuktikan kebenaran ajaran Ilahi yang
dibawa oleh masing-masing nabi.

C. Macam-Macam Mukjizat
material indrawi yang tidak kekal
mukjizat imaterial, logis, yang dapat

dibuktikan sepanjang masa.

Mukjizat nabi-nabi terdahulu


merupakan jenis pertama. Mukjizat
mereka bersifat material dan indrawi
dalam artian keluarbiasaan tersebut
dapat disaksikan atau dijangkau
langsung melalui indra oleh
masyarakat tempat nabi tersebut

Hidayah al quran
KEAGUNGAN AL-QURAN
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tandatanda bagi orang-orang yang berakal (para cendekia),
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. (Bila
dijumpai sesuatu yang mengagumkan, ia
mengembalikannya kepada Allah yang menciptakan):
Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha suci Engkau. (Namun dengan
menyadari keterbatan ilmu yang berpotensi salah dalam
penjelajahan inetelektualnya sehingga senantiasa ia
mohon ampunan Allah), maka peliharalah Kami dari
siksa neraka. {ALI IMRAN:190=191}

Pada ayat tersebut Allah


mengajarkan kita semua untuk
menjadi ulil albab, orang yang
senantiasa menggunakan akalnya.
Menjadi cendekiawan yang
senantiasa membaca alam. Empat
cirinya: berdzikir, berfikir,
bertauhid, dan beristighfar.
Senantiasa berdzikir (ingat) kepada
Allah dalam segala situasi. Tak
jemu berfikir tentang segala
fenomena alam. Bertauhid
mengesakan Allah yang

Al Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW tidak sekaligus


melainkan Al Quran turun secara berangsur-angsur dalam jangka
waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari. Urutan Al Quran pada saat turun
dari langit bumi tidak sebagai mana susunan yang ada sekarang,
tetapi turun terpisah-pisah. Ada ayat yang turun karena suatu
sebab (Asbab An nuzul) namun ada juga ayat yang turun tanpa
suatu sebab apapun.
Menurut Syauki (2003:19), setiap kali turun ayat baru, Rasulullah
SAW langsung memerintahkan kepada para sahabat untuk
menghafalkannya, kemudian mencatatnya diatas lembaran yang
tersedia pada saat itu seperti : batu, kulit binatang, dedaunan,
pelepah kurma, dll. Seteleh mencatatnya mereka menyusun Al
Quran sesuai dengan petunjuk Rasul kemudian menyimpannya di
kediaman beliau. Beliau mempunyai beberapa sahabat yang diutus
oleh Rasulullah SAW untuk mencatat dan menjaga seluruh wahyu
yang turun, Rasulullah juga selalu mengadakan penyesuaian
bacaan dengan malaikat Jibril serta mengontrol bacaan para
sahabatnya.

Sejarah Al Quran

Sejarah Al Qura

Kodifikasi Al Quran, pada dasarnya telah dilakukan pada saat Rasulullah masih hidup
hanya saja, pengumpulan Al Quran dalam bentuk susunan ayat dan surat dengan
sempurna belum dilakukan. Hingga pada saat pemerintahan Khalifah Abu Bakar banyak
Hafidz (para sahabat yang menghafal Al Quran) yang gugur dalam peperangan melawan
orang-orang murtad, sehingga Abu Bakar mulai melakukan usaha pengumpulan Al Quran,
Khalifah Abu Bakar membentuk panitia penyusunan mushaf Al Quran Abi Thalib, Zaid bin
Tsabit, Umayah bin Kaab dan Usman bin Affan. Sedangkan pembukuan Al Quran selesai
pada masa pemerintahan Usman bin Affan, seteleh Al Quran selesai dibukukan oleh
Khalifah Usman bin Affan beliau menggandakan mushaf Al Quran yang aslinya disimpan
dirumahnya, dan yang lainnya disebar diberbagi daerah sebagai rujukan dan dasar
pemerintahan di daerah-daerah yang menjadi kekuasaan islam. Sejak saat itu mushaf Al
Quran yang disebarkan tersebut menjadi standar penulisan mushaf-mushaf Al Quran,
selanjutnya tersebar di dunia Islam. Sampai sekarang Al Quran tersebar di seluruh dunia
tetap sama tidak ada perbedaan didalamnya, terjaga keaslian dan keshahihannya.

Eksistensi Al Qura


[9 : ]
Sungguh, al- Quran ini memberi
petunjuk ke (jalan) yang paling
lurus dan memberi kabar gembira
kepada orang Mumin yang
mengerjakan kebajikan, bahwa
mereka akan mendapat pahala
yang besar.
Al- Quran adalah kitab Allah swt yang bersifat abadi. Bukti kebenaran alQuran menelusuri tapak perjalanan sejarah manusia dari dulu hingga kini
dan tersampaikan dengan kebenaran yang tak terbantahkan. Dengan alQuran, Allah swt mengakhiri kitab- kitabsamawiyang diturunkan kepada
para nabi dan rasul-Nya. Allah swt menurunkan al- Quran sebagai
bentukhidayahdan kasih sayang-Nya pada seluruh makhluk. Allah swt
menetapkan al- Quran dengan metode yang sempurna dan kandungan
hukum Islam yang komplit dan mencakup seluruh aspek kehidupan umat
Islam.

ksistensi Al Quran


[88 : ]

Katakanlah; Sesungguhnya jika manusia dan jin


berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) alQuran ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa
dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama
lain.
Al- Quran adalah mukjizat yang kekal, yang

akan
selamanya ada di muka bumi, untuk semua makhluk yang
hidup di muka bumi dan kemaslahatan kehidupan mereka,
khususnya umat manusia. Dengan al- Quran, Allah swt
meneguhkan rasul-Nya Muhammad saw dan menantang
seluruh manusia dan jin untuk mendatangkan sebuah surat
yang serupa dengan al- Quran. Cukup dengan sebuah
surat.
Eksistensi
bahwa al- Quran benar- benar melemahkan
mereka yang fasih dan lancar dalam berorasi (alFushohaa) dan mereka yang ahli memainkan kata dan
bahasa (al- Bulaghoo), baik pada masa lalu hingga masa
kini menjadi bukti tangguh atas kebesaran dan kemuliaan
kitab yang merupakan firman Allah swt, Sang Penguasa
Alam.

KOMITMEN MUSLIM TERHADAP AL QURAN

. Meng-imani Al Quran







:
Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada
Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata
disebabkan kebenaran (Al-Quran) yang telah mereka ketahui (dari
kitab-kitab mereka sendiri) seraya berkata : ya Tuhan kami, kami
telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang
menjadi saksi (atas kebenaran Al-Quran dan kenabian Nabi
Muhammad Salallahu Alaihi Wa Salam). (Q.S. Al-Maidah : 83).

2. Membaca Al Quran

merupakan parameter keimanan orang tersebut kepada Al-Quran





Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab kepadanya, mereka
membacanya dengan haqqa tilawah mereka itulah orang-orang yang
beriman kepadanya. Dan barang siapa yang ingkar kepadanya, maka
mereka itulah orang-orang yang merugi. (Q.S. Al Baqarah: 121)

3.
Mentadaburri
Mengulangi ayat ayat yang dibaca
Meresapi ke dalam hati, memikirkan

maknanya dengan bacaan yang lambat

4. Menghapal
Rasulullah Salallahu Alaihi Wa Salam mengatakan barang siapa yang didalam
rongga tubuhnya tidak ada sedikitpun Al Quran, tak ubahnya bagaikan rumah
yang bobrok.
(HR. At Tarmidzi, hadist no.998,hlm 417).

5. Mengamalkan
Mengamalkan berawal dari memahami ilmu-ilmunya
serta berpegang teguh pada hukum-hukumnya,
kemudian menyelaraskan hisup dan tingkah laku serta
akhlaknya, sebagaiman akhlak Rasulullah Salallahu
Alaihi Wa Salam dalam Al Quran.
Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya
Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adalah
seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal.
Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang
mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada
memberi petunjuk pada kaum yang dzalim.(Q.S.Al
Jumaah:5).
Alangkah buruknya perumpamaan ini bagi mereka yang
tidak mengamalkan ayat-ayat Allah (termasuk
didalamnya Al-Quran), yaitu dengan perumpamaan

KARAKTERISTIK SUNNAH DAN


IJTIHAD
2. SUNNAH
A. Pengertian Sunnah

Arti Sunnah secara bahasa adalah Jalan yang ditempuh atau


cara, cara atau jalan yang sudah biasa, sesuatu yang dilakukan
para sahabat, sebagai lawan dari bidah. Sunnah menurut istilah
syarI adalah sesuatu yang berasal dari Rasulullah SAW, baik
berupa perkataan, perbuataan, maupun penetapan pengakuan.
As-Sunnah dibagi menjadi 3 macam: Pertama: Sunnah Filiyah
yaitu semua perbuatan Rasul. Kecuali perbuatan-perbuatan nabi
yang bersifat pribadi atau khusus untuk Nabi tidak wajib ditaati
kecuali ada penjelasan berupa hadits. Kedua Sunnah Taqririyah
yaitu penetapan dan pengakuan Nabi terhadap pernyataan dan
perbuatan orang lain. Ketiga Sunnah Hammiyah yaitu sesuatu
yang akan direncanakan atau dikerjakan oleh Nabi tetapi tidak
sempat dikerjakan. Seperti puasa pada 9 Muharram.

B. Karakteristik Sunnah
a. sunnah adalah penjelasan dari Allah Subhanahu wa Taala untuk Rosulnya
shallallahu alaihi wasallam
b. sunnah sampai kepada kita karena perantara Nabi, sebab kita tidak mungkin
dapat mendengar langsung dari Allah Subhanahu wa Taala dan juga dari Jibril
Alaihissalam.
c. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Taala telah menjamin dan menjaga Assunnah.
d. As-sunnah adalah hujjah yang Allah Subhanahu wa Taala turunkan kepada
makhluknya.
e. As-sunnah merupakan sumber ilmu tentang Allah Subhanahu wa Taala dan cara
Allah Subhanahu wa Taala mengabarkan kepada para hambanya.
f. As-sunnah adalah sumber untuk mengetahui hal yang halal dan yang haram,
serta sumber untuk mengetahui hukum-hukum Allah dan aturan-aturan Allah.
g. Sesungguhnya kewajiban untuk mengikuti As-sunah adalah bersifat umum,
maka tidak boleh meninggalkan sesuatu apapun hal-hal yang terkandung di
dalamnya dan diharamkan untuk menyelisihinya pada kondisi apapun. (bersifat
umum pula bisa berarti, diperuntukkan bagi seluruh makhluk pada setiap jaman
atau tempat).
h. Wajibnya tunduk dengan sempurna kepada As-sunnah, serta tidak boleh
menentangnya.
i. Sesungguhnya menentang As-sunnah merupakan salah satu kecacatan iman.

3. IJTIHAD

A. Pengertian Ijtihad
Kata ijtihad datang dari kata ijtahada yajtahidu ijtihad yang
berarti mengerahkan semua kekuatan untuk memikul
beban. Menurut bahasa, ijtihad berarti bersungguh-sungguh
dalam mencurahkan pikiran. Sedang, menurut arti,
pengertian ijtihad adalah mencurahkan segenap tenaga
dan pikiran secara bersungguh-sungguh untuk menetapkan
suatu hukum. Oleh karenanya, tak dimaksud ijtihad jika tak
ada unsur kesulitan didalam suatu pekerjaan. Dengan cara
terminologis, berijtihad bermakna mencurahkan seluruh
kekuatan untuk mencari syariat lewat cara tertentu. Ijtihad
dilihat juga sebagai sumber hukum Islam yang ketiga
sesudah Al-Quran serta hadis, dan ikut memegang manfaat
utama dalam penetapan hukum Islam. Sudah banyak contoh
hukum yang dirumuskan dari hasil ijtihad ini. Orang yang
lakukan ijtihad dimaksud mujtahid.

B. Karakteristik Ijtihad
a.Ijtihad tidak keluar dari Alquran dan Hadits.
b.Menggunakan pendekatan akal.
c.Ijtihad merupakan produk akal sehingga memiliki
keterbatasan keterbatasan.
d.Hasilnya bersifat relatif dan temporal.
e.Setiap ijtihad tidak dapat dinilai benar atau salah.
Rasulullah SAW bersabda Hakim apabila berijtihad
kemudian mencapai kebenaran, maka ia mendapat dua
pahala. Apabila ia berijtihad kemudian tidak mencapai
kebenaran, maka ia mendapat satu pahala. (HR. Bukhari
dan Muslim)
f.Ijtihad dapat dilakukan secara perorangan (Ijtihad Fardi)
juga secara kelompok(Ijtihad Jamai). Para ulama berbeda
pendapat tentang siapa saja yang boleh berijtihad.

FUNGSI HADITS/SUNAH TERHADAP AlQur'an


Secara umum fungsi sunnah adalah sebagai bayan (penjelasan)
atau tabyiin (menjelaskan ayat-ayat hukum dalam Al-Quran)
As-Sunnah memiliki beberapa fungsi dalam kaitannya dengan
al-Qur'an, diantaranya :
Memberikan perincian (tafshil) terhadap ayat-ayat yang global
(mujmal).
Misalnya ayat-ayat yang menunjukkan perintah shalat, zakat,
haji di dalam al-Qur'an disebutkan secara global. Dan sunnah
menjelaskan secara rinci mulai dari syarat, rukun, waktu
pelaksanaan dan lain-lain yang secara rinci dan jelas mengenai
tatacara pelaksanaan ibadah shalat, zakat dan haji. Contohnya
Rasulullah saw bersabda: Shalatlah kalian sebagaimana kalian
melihat aku shalat. Beliau juga bersabda: Ambillah dariku
mengenai manasik yang kalian akan kerjakan.

Mengkhususkan (takhsis) dari makna umum

('am) yang disebutkan dalam al-Qur'an.


Seperti firman Allah an-Nisa' : 11. Ayat
tentang waris tersebut bersifat umum untuk
semua bapak dan anak, tetapi terdapat
pengecualian yakni bagi orang (ahli waris)
yang membunuh dan berbeda agama sesuai
dengan hadits Nabi SAW. "Seorang muslim
tidak boleh mewarisi orang kafir dan orang
kafir pun tidak boleh mewarisi harta orang
muslim" (HR. Jama'ah). Dan hadits
"Pembunuh tidak mewarisi harta orang yang
dibunuh sedikit pun" (HR. Nasa'i).

Membatasi (men-taqyid-kan) makna yang mutlak dalam ayat-

ayat al-Qur'an.
Seperti al-Maidah 38


Artinya : "Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri
potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang
mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah SWT. Dan Allah
Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana". (QS. Al-Maidah : 38).
Ayat di atas dibatasi dengan sabda Nabi SAW : "Potong tangan itu
untukseperempat dinar atau lebih". Dengan demikian hukuman
potong tangan bagi yang mencuri seperempat dinar atau lebih
saja.
Juga jika pencuri tersebut telah mengeluarkan barang yang
dicurinya dari tempat penyimpanan, yakni tempat yang biasanya
dijadikan tempat penyimpanan harta, dan serta taqyid-taqyid
lainnya yang telah dijelaskan dalam Sunnah.

Menetapkan dan memperkuat hukum yang telah

ditentukan oleh al-Qur'an.


Misalnya al-Hajj : 30.
...
Artinya : " Dan jauhilah perkataan-perkataan
dusta". QS. Al-Hajj : 30).
Kemudian Rosulullah SAW menguatkannya dalam
sabdanya : "Perhatikan! Aku akan memberitahukan
kepadamu sekalian sebesar-besarnya dosa besar!
Sahut kami : "Baiklah hai Rasulullah". Beliau
meneruskan sabdanya : "1. Musyrik kepada Allah
SWT. 2. Menyakiti orang tua". Saat itu Rosulullah
sedang bersandar, tiba-tiba duduk seraya bersabda
lagi : "Awas berkata (bersaksi) palsu". (HR. Bukhori
Muslim)

Menetapkan hukum dan aturan yang tidak didapati dalam

al-Qur'an.
Misalnya di dalam al-Qur'an tidak terdapat larangan untuk
memadu seorang perempuan dengan bibinya, larangan
terdapat dalam hadits yang berbunyi : "Tidak boleh
seseorang memadu seorang perempuan dengan 'ammah
(saudari bapak)nya dan seorang perempuan dengan khalah
(saudara ibu)nya". (HR. Bukhori dan Muslim).
Selain yang tersebut diatas, fungsi hadis/sunah terhadap alQuran adalah sebagai berikut:
Membuat hukum baru yang tidak terdapat dalam Al-Qur'an.

Dalam hal ini hukum-hukum atau aturan itu hanya berasaskan


sunnah/hadits semata-mata. Contohnya larangan mengawini
seorang wanita yang sepersusuan, karena ia dianggap muhrim
senasab, dalam sabdanya:

Sungguh Allah telah mengharamkan mengawini seseorang


karena sepersusuan, sebagaimana halnya Allah telah
mengharamkannya karena senasab. (riwayat BukhariMuslim), serta hadits tentang kehalalan janin ikan yang ada
dalam perut induknya yang disembelih dengan halal, dan
seperti juga halalnya bangkai ikan laut.

Mengubah ketetapan hukum dalam Al-Qur'an.

Contohnya adalah ayat 180 Surat Al Baqoroh yang


menjelaskan tentang kewajiban berwasiat. Kemudian
diubah dengan hadits yang berbunyi: .
Menurut sebagian ulama ayat ini sudah dinasakh.
Ada yang mengatakan bahwa ayat ini dinasakh
dengan hadits yang tersebut di atas. Akan tetapi ada
pula sebagian ulama yang berpendapat bahwa ayat
ini masih tetap muhkamah, artinya masih tetap
berlaku. Antara lain pendapat seorang mufassir yang
terkenal bernama Abu Muslim Al-Asfahany.

Metode Metode Analisis


Hadits

1. Metode Tahliliy (Analitis)


2. Metode Ijmaliy (Global)
3. Metode Muqarin (Komparatif)
4. Metode Mawdhuiy (Tematis)

Metode Tahliliy
(Analitis)
Metode tahliliy adalah memahami hadtshadts Rasulullah dengan memaparkan
segala aspek yang terkandung di dalam
hadts-hadts
yang
dipahami
serta
menerangkan
makna-makna
yang
tercakup di dalamnya sesuai dengan
keahlian dan kecenderungan pensyarah
yang memahami hadts-hadts tersebut.

Kelebihan dan kekurangan metode


Tahliliy
Kelebihan:
1. Ruang lingkup pembahasan yang sangat luas
2. Mampu memuat berbagai ide dan gagasan
.Kekurangan:
1. Melahirkan pandangan yang subyektif
2. Menjadikan hadits sebagai petunjuk parsial

Metode ijmaliy
(Global)
Metode ijmaliy (global) adalah
menjelaskan atau menerangkan
hadts-hadts secara ringkas, tapi
dapat merepresentasikan makna
hadts dengan bahasa yang mudah
dimengerti dan enak dibaca.

Kelebihan dan kekurangan metode


ijmaliy
Kelebihan:
1. Ringkas dan padat
2. Bahasa mudah dipahami
3. Penjelasan dulakukan secara umum
.Kekurangan:
1. Menjadikan petunjuk hadits menjadi parsial
2. Tidak ada ruang untuk mengemukakan

analisis yang memadai

Metode muqarin
(Komparatif)
Metode muqrin adalah metode memahami hadts dengan

cara:
(1) membandingkan hadts yang memiliki redaksi yang sama
atau mirip dalam kasus yang sama atau memiliki redaksi
yang berbeda dalam kasus yang sama.
(2) membandingkan berbagai pendapat ulama syarah dalam
mensyarah hadts.
(.Jadi metode ini dalam memahami hadts tidak hanya

membandingkan hadts dengan hadts lain, tetapi juga


membandingkan pendapat ulama (pensyarah) dalam
mensyarah hadts.

Kelebihan dan kekurangan metode


muqarin
Kelebihan:
1. Memberikan wawasan pemahaman yang relatif lebih luas

kepada para pembaca bila dibandingkan dengan metode lain.


2. Membuka pintu untuk selalu bersikap toleran terhadap
pendapat orang lain yang terkadang berbeda.
3. Pensyarah didorong untuk mengkaji berbagai hadts serta
pendapat-pendapat para pensyarah lainnya.
.Kekurangan:
1. Pembahasan yang dikemukakan terlalu luas sehingga sulit
untuk menentukan pilihan.
2. Metode ini terkesan lebih banyak menelusuri pemahaman
yang pernah diberikan oleh ulama daripada mengemukakan
pendapat baru.

Metode mawdhuiy
(tematis)
Metode mawdhuiy adalah memahami hadts dengan cara

menghimpun hadits yang membicarakan tentang topik


atau permasalahan yang sama kemudian memahami
hadts tersebut secara tematik.
Dengan metode maudhuiy pensyarah berupaya

menghimpun hadts- hadtsdari kitab-kitab hadts yang


berkaitan dengan persoalan atau topik yang ditetapkan
sebelumnya. Kemudian, membahas dan menganalisis
kandungan hadts- hadtstersebut sehingga menjadi satu
kesatuan yang utuh, sehingga menghasilkan kesimpulan
yang mudah dipahami.

Kelebihan dan kekurangan metode


mawdhuiy
Kelebihan:
1. Pembahasan lebih fokus dan mendalam

karena objek pemahaman hanya satu tema


tertentu.
2. Referensi yang lebih luas karena tidak fokus
pada satu kitab matan seperti halnya
metode-metode sebelumnya.
.Kekurangan:

Melahirkan syarah yang bersifat subjektif jika


pensyarah tidak proporsional dalam

Kedudukan Ittiba
iqtifa (menelusuri jejak)

Ittiba

bah
asa

qudwah (bersuri teladan) istila


h
uswah
(berpanutan)

mengikuti seseorang
atau suatu ucapan
dengan hujjah dan dalil

Ittiba terhadap Al-Quran bererti menjadikan Al-Quran sebagai

imam dan mengamalkan isinya.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai