Anda di halaman 1dari 6

Al-Quran Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat.

Salah satu di
antaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia
adalah kitab yang selalu dipelihara. “Inna nahnu nazzalna al-dzikra wa inna lahu
lahafizhun” (Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Quran dan Kamilah Pemelihara-
pemelihara-Nya) (QS 15:9).

Membuktikan keotentikan Al-Qur’an ditinjau dari segi keunikan redaksinya, kemukjizatannya,


dan sejarahnya.

a. Ditinjau dari keunikan redaksinya.

kemukjizatan dari segi bilangan dalam Al-Qur’an dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya. Misalnya :

- (al-hayah /kehidupan) dan (al-maut/kematian) masing-masing sebanyak 145 kali.

- (an-naf /manfaat) dan (al-fasad/kerusakan atau mudarat) masing-masing sebanyak 50


kali.

- (al-harr /panas) dan (al- bard/dingin) masing-masing 4 kali.

2. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan sinonim atau makna yang dikandungnya.
Missalnya :

- (al-harts/membajak [sawah]) dan (az-zira’ah/bertani) masing-masing 14 kali.

- (al- ‘ujub/membanggakan diri atau angkuh) dan( al-ghurur /angkuh) masing-masing 27


kali.

- (adh-dhallun/orang sesat) dan (al-mauta/mati jiwanya) ) masing-masing 17 kali.

3. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjuk pada
akibatnya. Misalnya :

- (al- infaq/menafkahkan) dan (ar-ridha/kerelaan) masing-masing 73 kali.

- (al-bukhl/kekikiran) dan (al-hasrah/penyesalan) masing-masing 12 kali.

- (al-kafirun/orang-orang kafir) dan (an-nar/neraka atau pembakaran) masing-masing 154


kali.

4. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya. Misalnya :

- (al-israf/pemborosan) dan (as-sur’at/ketergesa-gesahan) masing-masing 23 kali.


- (al-mau’izhah/nasehat atau petuah) dan (al-lisan/lidah) masing-masing 25 kali.

- (al-asra/tawanan) dan (al-harb/perang) masing-masing 6 kali.

5. Disamping keseimbangan-keseimbangan tersebut ditemukan pula keseimbangan khusus,


misalnya:

- Kata (yaum/hari) dalam bentuk tunggal,sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam
setahun.

- Al-Qur’an menjelaskan bahwa langit ada “tujuh”,dan penjelasan ini diulanginya sebanyak
tujuh kali pula yaitu pada surah-surah Al-Baqarah :29, Al-Isra’:44, Al-Mu’minun : 86, Fush-shilat :
12, Ath-Thalaq :12, Al-Mulk :3, dan Nuh : 15.

- Kata-kata yang menunjuk kepada utusan Tuhan, baik (rasul), atau (nadzir/pemberi
peringatan) keseluruhannya berjumlah 518 kali,dan ini seimbang dengan jumlah penyebutan
nama-nama nabi,dan rasul, dan pembawa berita tersebut, yakni 518 kali.[3]

b. Ditinjau dari kemukjizatannya.

Kemukjizatan al-Qur’an pada dasarnya berpusat pada dua segi, yaitu segi isi atau kandungan al-
Qur’an, dan segi bahasa al-Qur’an.

1. Segi isi atau kandungan al-Qur’an.

- Al-Qur’an mengungkap sekian banyak ragam hal gaib seperti halnya mengungkap
kejadian masa lampau yang tidak diketahui lagi oleh manusia, karena masanya yang telah
demikian lama, seperti peristiwa tenggelamnya fir’aun dan diselamatkannya badannya.[4]

- Dalam al-Qur’an banyak terdapat ramalan-ramalan tentang peristiwa-peristiwa yang


belum terjadi tetapi kemudian betul-betul terjadi dalam sejarah sebagaimana diramalkan,
misalnya, ramalan al-Qur’an tentang kemenangan akhir kerajaan Romawi dalam peperangan
melawan kerajaan Persi, dan menjadi kenyataan sejarah pada tahun 624 M, yaitu 7 tahun
sesudah ramalan al-Qur’an.

- Al-Qur’an sebagai kitab suci Allah yang terakhir merupakan kitab suci yang lengkap dan
sempurna, dimana pokok-pokok atau prinsip-prinsip ajaran yang dahulu yaitu Taurat, Zabur, dan
Injil telah dibawa juga oleh al-Qur’an, bahkan dalam bentuknya yang sempurna. Hal ini sesuai
dengan kenyataan bahwa agama Islam yang dibawa Nabi terakhir, yaitu Nabi Muhammad Saw.
merupakan puncak kesempurnaan dari agama Allah yang diwahyukan kepada para Nabi-nya
sejak Nabi yang pertama.[5]

2. Segi bahasa al-Qur’an.


Dari segi bahasa, al-Qur’an merupakan bahasa bangsa Arab Quraisy yang mengandung sastra
Arab yang sangat tinggi mutunya. Ketinggian mutu sastra al-Qur’an ini meliputi segala segi. Kaya
akan perbendaharaan kata-kata, padat akan makna yang terkandung, sangat indah dan sangat
bijaksana dalam menyuguhkan isinya.[6]

Dalam gaya bahasanya yang menakjubkan alQur’an mempunyai beberapa keistimewaan,


diantaranya :

- Kelembutan al-Qur’an secara lafzhiah yang terdapat pada susunan suara dan keindahan
bahasanya.

- Keserasian al-Qur’an baik untuk awam maupun kaum cendekiawan, dalam arti bahwa
semua orang dapat merasakan keagungan dan keindahan al-Qur’an.

- Sesuai dengan akal dan perasaan, dimana al-Qur’an memberikan doktrin pada akal dan
hati, serta merangkum kebenaran dan keindahan sekaligus.[7]

c. Ditinjau dari sejarahnya.

Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. secara berangsur-angsur lebih dari 20
tahun.[8] Nabi Muhammad Saw. setelah menerima wahyu langsung menyampaikan wahyu
tersebut kepada para sahabat agar mereka menghafalnya sesuai dengan hafalan Nabi, tidak
kurang dan tidak lebih. Dalam rangka menjaga kemurnian al-Qur’an, Nabi Saw. memanggil para
sahabat yang pandai menulis, untuk menulis ayat-ayat yang baru saja diterimanya disertai
informasi tempat dan urutan setiap ayat dalam suratnya. Ayat-ayat tersebut ditulis dalam
pelepah-pelepah kurma, batu-batu, kulit-kulit atau tulang-tulang binatang.

Setelah rasulullah wafat pemeliharaan al-Qur’an dilanjutkan oleh Abu Bakar, Umar bin Khattab,
dan Utsman bin Affan. Abu Bakar mengemban tugas pemeliharaan al-Qur’an dengan melakukan
penghimpunan naskah-naskah al-Qur’an yang berserakan menjadi satu mushaf. Hal ini
dikarenakan banyak para sahabat penghafal al-Qur’an yang gugur di medan perang Yamamah.
Dalam pertempuran tersebut 70 orang penghafal al-Qur’an gugur. Kemudian baru pada masa
Utsman bin Affan tersusun pembukuan al-Qur’an standar dalam rangka menjaga otentitas al-
Qur’an sekaligus mereduksi dan mengantisipasi konflik internal sekitar qira’at pada masa itu.
Sejak itu umat islam dalam membaca al-Qur’an berpegang pada bentuk bacaan yang sesuai
dengan mushaf Utsmani.

C. Menunjukkan prilaku orang yang meyakini kebenaran Al-Qur’an.


Para Nabi atau rasul terdahulu memiliki mukjizat-mukjizat yang bersifat temporal, lokal dan
material. Itu disebabkan misi mereka terbatas pada daerah dan waktu tertentu. Kenyatan itu
jelas berbeda deangan misi Nabi Muhammad saw. beliau diutus untuk seluruh umat manusia
hingga akhir zaman dan pengutusan itu memerlukan mukjizat. Karena sofat pengutusan itu,
bukti kebenaran beliau tidak mungkin bersifat lokal, temporal dan materil, namun bukti itu
bersifat universal, kekal dan dapat dipkirkan, dan dapat pula dibuktikan kebenarannya oleh akal
manusia.

Al-Qur’an mengandung kebenaran Nabi Muhammad saw. bukti kebenaran tersebut


dikemukakan dalam bentuk tantangan yang sifatnya bertahap, antara lain :

a. Al-Qur’an menantang siapapun yang meragukannya untuk menyusun semacam Al-Qur’an


Allah swt.

b. Al-Qur’an menantang mereka yang meragukannya untuk menyusun sepuluh surah


semacam Al-Qur’an Allah swt.

c. Al-Qur’an menantang mereka yang meragukannya untuk menyusun satu surah saja
semacam Al-Qur’an Allah swt.

d. Al-Qur’an menantang mereka yang meragukannya untuk menyusun sesuatu atau lebih
kurang sama dengan satu surah dari Al-Qur’an Allah swt.

Hal-hal diatas merupakan tantangan dari Al-Qur’an terhadap siapa saja yang meragukan
kebenarannya dan kebenaran Nabi Muhammad saw. sebagai utusan Allah.
Alquran adalah kitab suci umat Islam. Meyakini kebenaran Alquran adalah harga mati bagi
keselamatan aqidah umat Islam. Sedangkan ragu terhadap kemurnian dan keaslian Alquran,
termasuk salah satu penyebab kemurtadan.

Jangankan meragukan kemurnian dan kesucian Alquran secara keseluruhan 30 juz, orang yang
ragu terhadap satu huruf dari huruf-huruf Alquran, misalnya ragu terhadap keaslian huruf WAU-
nya ayat WAL-`ashri innal insaana lafii khusr, dengan mempertanyakan apakah WAU di awal ayat
itu benar-benar dari Allah atau bukan, maka orang tersebut telah murtad, dan dihukumi keluar
dari agama Islam. Sekalipun orang tersebut merasa dirinya tetap Islam dan melakukan amalan
kebajikan yang lainnya. Resikonya, seluruh amal ibadahnya seperti shalatnya, zakatnya,
puasanya dan sebagainya dihukumi batal alias tidak sah.

Demikian juga perkawinannya dihukumi batal, sehingga saat dia berkumpul dengan istrinya,
maka dihukumi zina, dan anak hasil hubungan dengan istrinya, yang statusnya menjadi tidak sah
dinamakan anak haram.

Keyakinan terhadap Alquran adalah standar bagi kebaikan seseorang, semakin yakin seseorang
terhadap Alquran, maka keimanannya semakin sempurna, dan semakin tipis keimanan
seseorang terhadap Alquran, juga pertanda keimanannya sangat rapuh.

Salah satu cara untuk dapat meningkatkan kecintaan dan keyakinan kepada Alquran, antara lain
dengan tekun belajar mendengar, membaca dan mengkaji Alquran, atau menghadiri majlis-
majlis yang membahas dan mempelajari Alquran, atau ilmu-ilmu yang bersumber dari Aquran.

Top of Form
Rajin membaca Al-Quran setiap hari

Meyakni semua perintah yang ada dalam Al-Quran dan menjadikannya petunjuk dan pedoman
hidup

Menjauhi semua larangan yang ada di dalam Al-Quran

Mentadabburi Al-Quran dengan membaca, memahami artinya dan kemudian mengamalkannya.

Mempelajari Al-Quran sebagai ayat qauniyah dan melengkapinya dengan mempelajari


fenomena alam sebagai ayat qauliyah.

Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/10280025#readmore

Anda mungkin juga menyukai