Salah satu di
antaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia
adalah kitab yang selalu dipelihara. “Inna nahnu nazzalna al-dzikra wa inna lahu
lahafizhun” (Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Quran dan Kamilah Pemelihara-
pemelihara-Nya) (QS 15:9).
kemukjizatan dari segi bilangan dalam Al-Qur’an dapat disimpulkan sebagai berikut :
2. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan sinonim atau makna yang dikandungnya.
Missalnya :
3. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjuk pada
akibatnya. Misalnya :
- Kata (yaum/hari) dalam bentuk tunggal,sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam
setahun.
- Al-Qur’an menjelaskan bahwa langit ada “tujuh”,dan penjelasan ini diulanginya sebanyak
tujuh kali pula yaitu pada surah-surah Al-Baqarah :29, Al-Isra’:44, Al-Mu’minun : 86, Fush-shilat :
12, Ath-Thalaq :12, Al-Mulk :3, dan Nuh : 15.
- Kata-kata yang menunjuk kepada utusan Tuhan, baik (rasul), atau (nadzir/pemberi
peringatan) keseluruhannya berjumlah 518 kali,dan ini seimbang dengan jumlah penyebutan
nama-nama nabi,dan rasul, dan pembawa berita tersebut, yakni 518 kali.[3]
Kemukjizatan al-Qur’an pada dasarnya berpusat pada dua segi, yaitu segi isi atau kandungan al-
Qur’an, dan segi bahasa al-Qur’an.
- Al-Qur’an mengungkap sekian banyak ragam hal gaib seperti halnya mengungkap
kejadian masa lampau yang tidak diketahui lagi oleh manusia, karena masanya yang telah
demikian lama, seperti peristiwa tenggelamnya fir’aun dan diselamatkannya badannya.[4]
- Al-Qur’an sebagai kitab suci Allah yang terakhir merupakan kitab suci yang lengkap dan
sempurna, dimana pokok-pokok atau prinsip-prinsip ajaran yang dahulu yaitu Taurat, Zabur, dan
Injil telah dibawa juga oleh al-Qur’an, bahkan dalam bentuknya yang sempurna. Hal ini sesuai
dengan kenyataan bahwa agama Islam yang dibawa Nabi terakhir, yaitu Nabi Muhammad Saw.
merupakan puncak kesempurnaan dari agama Allah yang diwahyukan kepada para Nabi-nya
sejak Nabi yang pertama.[5]
- Kelembutan al-Qur’an secara lafzhiah yang terdapat pada susunan suara dan keindahan
bahasanya.
- Keserasian al-Qur’an baik untuk awam maupun kaum cendekiawan, dalam arti bahwa
semua orang dapat merasakan keagungan dan keindahan al-Qur’an.
- Sesuai dengan akal dan perasaan, dimana al-Qur’an memberikan doktrin pada akal dan
hati, serta merangkum kebenaran dan keindahan sekaligus.[7]
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. secara berangsur-angsur lebih dari 20
tahun.[8] Nabi Muhammad Saw. setelah menerima wahyu langsung menyampaikan wahyu
tersebut kepada para sahabat agar mereka menghafalnya sesuai dengan hafalan Nabi, tidak
kurang dan tidak lebih. Dalam rangka menjaga kemurnian al-Qur’an, Nabi Saw. memanggil para
sahabat yang pandai menulis, untuk menulis ayat-ayat yang baru saja diterimanya disertai
informasi tempat dan urutan setiap ayat dalam suratnya. Ayat-ayat tersebut ditulis dalam
pelepah-pelepah kurma, batu-batu, kulit-kulit atau tulang-tulang binatang.
Setelah rasulullah wafat pemeliharaan al-Qur’an dilanjutkan oleh Abu Bakar, Umar bin Khattab,
dan Utsman bin Affan. Abu Bakar mengemban tugas pemeliharaan al-Qur’an dengan melakukan
penghimpunan naskah-naskah al-Qur’an yang berserakan menjadi satu mushaf. Hal ini
dikarenakan banyak para sahabat penghafal al-Qur’an yang gugur di medan perang Yamamah.
Dalam pertempuran tersebut 70 orang penghafal al-Qur’an gugur. Kemudian baru pada masa
Utsman bin Affan tersusun pembukuan al-Qur’an standar dalam rangka menjaga otentitas al-
Qur’an sekaligus mereduksi dan mengantisipasi konflik internal sekitar qira’at pada masa itu.
Sejak itu umat islam dalam membaca al-Qur’an berpegang pada bentuk bacaan yang sesuai
dengan mushaf Utsmani.
c. Al-Qur’an menantang mereka yang meragukannya untuk menyusun satu surah saja
semacam Al-Qur’an Allah swt.
d. Al-Qur’an menantang mereka yang meragukannya untuk menyusun sesuatu atau lebih
kurang sama dengan satu surah dari Al-Qur’an Allah swt.
Hal-hal diatas merupakan tantangan dari Al-Qur’an terhadap siapa saja yang meragukan
kebenarannya dan kebenaran Nabi Muhammad saw. sebagai utusan Allah.
Alquran adalah kitab suci umat Islam. Meyakini kebenaran Alquran adalah harga mati bagi
keselamatan aqidah umat Islam. Sedangkan ragu terhadap kemurnian dan keaslian Alquran,
termasuk salah satu penyebab kemurtadan.
Jangankan meragukan kemurnian dan kesucian Alquran secara keseluruhan 30 juz, orang yang
ragu terhadap satu huruf dari huruf-huruf Alquran, misalnya ragu terhadap keaslian huruf WAU-
nya ayat WAL-`ashri innal insaana lafii khusr, dengan mempertanyakan apakah WAU di awal ayat
itu benar-benar dari Allah atau bukan, maka orang tersebut telah murtad, dan dihukumi keluar
dari agama Islam. Sekalipun orang tersebut merasa dirinya tetap Islam dan melakukan amalan
kebajikan yang lainnya. Resikonya, seluruh amal ibadahnya seperti shalatnya, zakatnya,
puasanya dan sebagainya dihukumi batal alias tidak sah.
Demikian juga perkawinannya dihukumi batal, sehingga saat dia berkumpul dengan istrinya,
maka dihukumi zina, dan anak hasil hubungan dengan istrinya, yang statusnya menjadi tidak sah
dinamakan anak haram.
Keyakinan terhadap Alquran adalah standar bagi kebaikan seseorang, semakin yakin seseorang
terhadap Alquran, maka keimanannya semakin sempurna, dan semakin tipis keimanan
seseorang terhadap Alquran, juga pertanda keimanannya sangat rapuh.
Salah satu cara untuk dapat meningkatkan kecintaan dan keyakinan kepada Alquran, antara lain
dengan tekun belajar mendengar, membaca dan mengkaji Alquran, atau menghadiri majlis-
majlis yang membahas dan mempelajari Alquran, atau ilmu-ilmu yang bersumber dari Aquran.
Top of Form
Rajin membaca Al-Quran setiap hari
Meyakni semua perintah yang ada dalam Al-Quran dan menjadikannya petunjuk dan pedoman
hidup