Anda di halaman 1dari 25

Disusun Oleh :

Ratna Sari
1102009237
Pembimbing :
Dr. Diantinia, Sp.M

Afakia adalah suatu keadaan dimana mata tidak


mempunyai lensa sehingga mata tersebut
menjadi hipermetropia tinggi.
Penelitian di Swedia pada tahun 1997-2001
menyebutkan bahwa satu dari dua ratus operasi
katarak adalah afakia.
Alasan paling sering terjadinya afakia yang tidak
direncanakan adalah adanya masalah kapsul
ketika operasi dan prolaps vitreous.
Penyebab paling sering afakia adalah operasi
pengangkatan lensa.

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular,


tak berwarna, dan hampir transparan sempurna.
Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm.
Lensa tergantung pada zonula di belakang iris;
zonula menghubungkannya dengan corpus
cilliare.
Di sebelah anterior lensa terdapat aqueous
humor; di sebelah posteriornya, vitreus.
Kapsul lensa adalah suatu membrane
semipermeabel yang akan memperbolehkan air
dan elektrolit masuk.
Di sebelah depan terdapat selapis epitel
subkapsular.

Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya.


Seiring dengan bertambahnya usia, serat-serat
lamelar subepitel terus diproduksi sehingga lensa
perlahan-lahan menjadi lebih besar dan kurang
elastik.
Nukleus dan korteks terbentuk dari lamellae
konsentris yang panjang.
Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum
suspensorium yang dikenal sebagai zonula
(zonula zinnii), yang tersusun atas banyak fibril;
fibril-fibril ini berasal dari permukaan corpus
ciliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa.

Enam puluh lima persen lensa terdiri atas air,


sekitar 35% nya protein (kandungan proteinnya
tertinggi diantara jaringan-jaringan tubuh).
Selain itu, terdapat sedikit sekali mineral seperti
yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya.
Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada
di kebanyakan jaringan lain.
Asam askorbat dan glutation terdapat dalam
bentuk teroksidasi maupun tereduksi.
Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau saraf
di lensa.

Lensa kristalina adalah sebuah struktur menakjubkan


yang pada kondisi normalnya berfungsi memfokuskan
gambar pada retina.
Kapsul lensa adalah suatu membrane basalis yang
mengelilingi substansi lensa.
Sel-sel epitel dekat ekuator lensa membelah
sepanjang hidup dan terus berdiferensiasi
membentuk serat-serat lensa baru sehingga seratserat lensa yang lebih tua dipampatkan ke nucleus
sentral;
serat-serat muda, yang kurang padat, disekeliling
nucleus menyusun korteks lensa.
Karena lensa bersifat avaskular dan tidak mempunyai
persarafan, nutrisi lensa didapat dari aqueous humor.
Metabolisme lensa terutama bersifat anaerob akibat
rendahnya kadar oksigen terlarut di dalam aqueous.

Mata dapat mengubah fokusnya dari objek jarak


jauh ke jarak dekat karena kemampuan lensa
untuk mengubah bentuknya, suatu fenomena
yang dikenal sebagai akomodasi
Elastisitasnya yang alami memungkinkan lensa
untuk menjadi lebih atau kurang bulat (sferis),
tergantung besarnya tegangan serat-serat zonula
pada kapsul lensa.
Tegangan zonula dikendalikan oleh aktivitas
musculus ciliaris.

Relaksasi musculus ciliaris akan menghasilkan


kebalikan rentetan peristiwa-peristiwa
tersebut, membuat lensa mendatar dan
memungkinkan objek-objek jauh terfokus.
Dengan bertambahnya usia, daya akomodasi
lensa akan berkurang secara perlahan-lahan
seiring dengan penurunan elastisitasnya.

Absen lensa kongenital. Keadaan ini jarang.


Afakia setelah operasi pengangkatan lensa. Ini
adalah penyebab paling umum afakia.
Afakia karena absorbsi bahan lensa yang jarang
dipalorkan setelah trauma pada anak.
Trauma ekstrusi pada lensa. Ini juga jarang
menyebabkan afakia
Dislokasi posterior lensa di badan vitreous
menyebabkan afakia optikal.

Perubahan data kardinal mata


Perubahan optik yang terjadi setelah
pengangkatan lensa adalah:
Mata

menjadi hipermetropi tinggi


Penurunan total power pada mata menjadi +44 D dari
+60 D
Titik fokus anterior menjadi 23,3 mm didepan kornea
Titik fokus posterior 31 mm dibelakang cornea
(panjang anterior posterior bola mata 24 mm)
Dua titik prinsipal hampir terletak di permukaan
anterior kornea
Titik nodul sangat dekat dengan yang lain dan
terletak 7,75mm dibelakang permukaan anterior
kornea

Pembentukan bayangan pada afakia


Pada afakia, bayangan yang terbentuk membesar 33%.
Panjang fokus anterior pada emetrop adalah 17,05 mm,
sedangkan pada afaki adalah 23,22 mm. Rasio panjang
fokus anterior emetrop dan afakia adalah
23,22/17,05=1,32, artinya bayangan yang terbentuk pada
afakia 1,32 kali lebih besar (33%) dibandingkan pada
emetrop.

Tajam penglihatan pada afakia


Akomodasi pada afakia terjadi kehilangan
akomodasi karena tidak terdapat lensa
Penglihatan binokular dan afakia
Afakia monokuler pada anak terjadi
aniseikonia sebesar 30% disebabkan oleh
anisometropia.

Afakia dapat dikoreksi menggunakan lensa


kontak, kacamata, atau operasi.
Kacamata afakia hanya dapat digunakan jika
kondisinya afakia bilateral, jika hanya satu mata
maka akan terjadi perbedaan ukuran bayangan
pada kedua mata (aniseikonia).
Jika pasien tidak dapat memakai lensa kontak
atau kaca mata, maka dipertimbangkan
penanaman lensa intraokuler (pseudofakia).
Pada afakia unilateral, koreksi menggunakan
kacamata tidak dapat ditoleransi karena
anisometrop.
Lensa kontak dapat mengurangi aniseikonia.

Prognosis untuk afakia adalah bagus jika


tidak terjadi komplikasi seperti edema
kornea, glaukoma sekunder, CME (cystoid
macular edema).
Namun, pada afakia terjadi peningkatan
resiko ablasio retina, khususnya pada miopi
tinggi dan jika kapsul posterior tidak intak.

Ilyas, Sidarta. Kelainan Refrakasi dan Koreksi Penglihatan. Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2004.

Lundstrm M, Brege KG, Florn I, Lundh B, Stenevi U, Thorburn W. Postoperative


aphakia in modern cataract surgery: part 2: detailed analysis of the cause of
aphakia and the visual outcome.J Cataract Refract Surg. 2004 Oct;30(10):2111-5.

A.K. khurana. Opthalmology. New Delhi: New Age International. 2003.

Neil J. Friedman, M.D., Peter K. Kaiser, M.D. Essentials of Ophthalmology. Elsevier


Inc. 2007.

Mukherjee. Clinical Examination In Ophthalmology. India : Elsevier India. 2006.

Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007.

Vaughan, Daniel G. Oftalmologi Umum. Ed 14. Widya Medika: Jakarta. 2000.

Ilyas, Sidarta. Katarak (lensa mata keruh) cetakan ketiga. Jakarta: Balai penerbit
FKUI. 2003.

Schlote T. Pocket Atlas of Ophthalmology.Stuttgart New-York: 2006.

Gerhard, lang. Ophtalmology A Short Textbook. New York :Thieme stutrgart, 2000.

Anda mungkin juga menyukai