TN 2012sisjarfungsistatusjalan 130916215022 Phpapp02
TN 2012sisjarfungsistatusjalan 130916215022 Phpapp02
Disampaikan pada :
SOSIALISASI DAN DISEMINASI
PEDOMAN-PEDOMAN TENTANG JALAN DAERAH
2012
Oleh :
Sutono
Jabatan Fungsional Teknik Jalan dan Jembatan Madya
Direktorat Bina Program, Direktorat Jenderal Bina Marga
JALAN
(dari UU-38/2004, tentang Jalan)
PERAN JALAN
(dari UU-38/2004, tentang Jalan)
PENYELENGGARAAN JALAN
(UU 38/2004, pasal 1)
PEMBINAAN
PEMBANGUNAN
PENGAWASAN
RTRW
N/P/K/K
SISTRANAS
(Sistem Transportasi Nasional)
Transportasi LAUT
Moda
KERETA API
Transportasi DARAT
Moda
JALAN RAYA
Transportasi UDARA
Moda
FERI & SUNGAI
JARINGAN JALAN
6
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
JALAN :
- UU no. 38, th.2004, tentang Jalan (pengganti UU13/1980)
- PP no. 34, th.2006, tentang Jalan
(pengganti
PP-26/1985)
-TATA
PP RUANG
no. 15, :th.2005, tentang Jalan Tol
(pengganti
PP-8/1990)
- UU no. 26, th.2007, ttg. Penataan Ruang (pengganti
UU-24/1992)
- PP no. 26, th.2008, ttg. RTRWN
(pengganti PP-47/1997)
TRANSPORTASI
:
(pengganti UU-14/1992)
- PP no. 37, th.2011, tentang Forum Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan (25 Jul 2011)
-UU. .&. PP
. . . terkait
. . . . . . .dengan
. . . . . . .: .Keuangan,
.......
Pemerintahan,
PKN dan PKW tercantum dalam Lampiran II PP- 26/2008, tentang RTRWN.
11
PENETAPAN SIMPUL-SIMPUL
YANG HARUS DIHUBUNGKAN OLEH JARINGAN JALAN
(PKN, PKW, PKL, dan PKSN)
PKN dan PKW, ditetapkan berdasarkan PP-26/2008 tentang
RTRWN, lampiran II. RTRWN ini berlaku untuk 20 tahun
dengan waktu pelaksanaan , yaitu :
I. (2008-2009) + (2010-2014),
II. (2015-2019),
III. (2020-2024), dan
IV. (2025-2027)
PKL, ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang RTRW
Provinsi berdasarkan usulan pemerintah kabupaten/kota,
setelah dikonsultasikan dengan Menteri.
PKSN, ditetapkan berdasarkan PP-26/2008 tentang RTRWN,
lampiran II.
-
13
15
UU-22/2009 LLAJ
BAB VI. JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
Pasal 19 : Kelas Jalan
Jalan dikelompokkan dalam beberapa kelas berdasarkan:
a.fungsi dan intensitas Lalu Lintas guna kepentingan pengaturan penggunaan Jalan dan Kelancaran
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan
b.
daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan dimensi Kendaraan Bermotor.
Kelas Jalan
Fungsi Jalan
MST
Kelas I
Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Lebar 2.500 mm
Panjang 18.000 mm
Tinggi 4.200 mm
10 Ton
Kelas II
Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Lingkungan
Lebar 2.500 mm
Panjang 12.000 mm
Tinggi 4.200 mm
8 Ton
Kelas III
Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Lingkungan
Lebar 2.100 mm
Panjang 9.000 mm
Tinggi 3.500 mm
8 Ton
Jalan Arteri
> 10 Ton
Kelas
Khusus
16
KELAS JALAN
Kelas jalan dikelompokkan berdasarkan penggunaan jalan dan kelancaran lalu
lintas dan angkutan jalan, serta spesifikasi penyediaan prasarana jalan.
Kelasjalan
jalanberdasarkan
berdasarkan
Kelas
penggunaanjalan
jalandan
dankelancaran
kelancaran
penggunaan
lalulintas
lintasdan
dan angkutan
angkutanjalan
jalan
lalu
Kelasjalan
jalanberdasarkan
berdasarkan
Kelas
spesifikasipenyediaan
penyediaan
spesifikasi
prasaranajalan
jalan
prasarana
UU-22/2009tentang
tentangLLAJ
LLAJ: :
UU-22/2009
UU-38/2004tentang
tentangJalan
Jalan: :
UU-38/2004
Pasal19
19: :Klasifikasi
Klasifikasiberdasarkan
berdasarkan
Pasal
Fungsijalan,
jalan,MST,
MST,dimensi
dimensikendaraan,
kendaraan,
Fungsi
Klas
KlasI,I,II,II,III,
III,Khusus.
Khusus.
(KementerianPerhubungan)
Perhubungan)
(Kementerian
Pasal10
10: :dikelompokkan
dikelompokkanatas
atas
Pasal
JalanBebas
BebasHambatan
Hambatan Freeway
Freeway
- -Jalan
JalanRaya
Raya
Highway
Highway
- -Jalan
JalanSedang
Sedang
Road
Road
- -Jalan
-JalanKecil
Kecil
Street
Street
-Jalan
Pasal88: :(huruf
(hurufe)
e)
Pasal
PenetapanKelas
KelasJalan
Jalanpada
padasetiap
setiapRuas
Ruas
Penetapan
Jalanoleh
olehPenyelenggara
PenyelenggaraJalan,
Jalan,
Jalan
PP-34/2006tentang
tentangJalan,
Jalan,Pasal
Pasal63
63: :
PP-34/2006
Penetapanoleh
olehPenyelenggara
PenyelenggaraJalan
Jalan
Penetapan
17
SPESIFIKASI
(PP Jalan 34/2006, pasal 32)
JALAN RAYA
(HIGHWAY)
JALAN SEDANG
(ROAD)
JALAN KECIL
(STREET)
paling sedikit :
- 2 lajur setiap arah
- lebar lajur 3,5 m.
paling sedikit :
- 2 lajur setiap arah
- lebar lajur 3,5 m.
paling sedikit :
- 2 lajur untuk 2 arah
- lebar jalur 7 m.
paling sedikit :
- 2 lajur untuk 2 arah
- lebar jalur 5,5 m.
18
LALULINTAS
UTAMA
JALANARTERI
FUNGSI MOBILITAS
TRANSISI
JALANLOKAL
JALANKOLEKTOR
DISTRIBUSI
FUNGSI AKSESIBILITAS
KOLEKSI
AKSES
Ketebalan garis
menunjukkan
besaran lalu lintas
1. Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan
sistem jaringan jalan sekunder.
2. Sistem jaringan jalan primer merupakan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua
wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul
jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.
Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan bersifat menerus yang
memberikan pelayanan lalu lintas tidak terputus walaupun masuk ke dalam kawasan
perkotaan.
Pusat-pusat kegiatan adalah kawasan perkotaan yang mempunyai jangkauan pelayanan
nasional, wilayah, dan lokal
KRITERIA
ARTERI
KOLEKTOR
LOKAL
Utama
Pengumpul
Setempat
Jarak
Perjalanan
Jauh
Sedang
Dekat
Kecepatan
Rata-rata
Tinggi
Sedang
Rendah
Dibatasi
Dibatasi
Tidak Dibatasi
Angkutan
yang dilayani
Jumlah
jalan masuk
Simpul yang
dihubungkan
a. antar-PKN,
b. antara PKN dan PKW, dan/atau
c. PKN dan/atau PKW dengan
bandar udara pusat pelayanan
skala primer/sekunder/tersier *)
dan pelabuhan laut
internasional/nasional.
a. antar-PKW,
dan
b. Antara PKW
dan PKL.
21
PKN
PKW
(i.k. Prov.)
PKW
(i.k. Kab.)
PKL
Bandara
P/S/T *)
Pelabuhan
Nas./Int.
PKSN
Arteri
Lokal
Arteri
Arteri
Strategis
Nasional
Kolektor-1
Kolektor-2
Kolektor-4
Arteri
Arteri
Strategis
Nasional
Arteri
Kolektor-2
Kolektor-3
Kolektor-4
Arteri
Arteri
Strategis
Nasional
PKL
Lokal
Kolektor-4
Kolektor-4
Lokal
Lokal
Lokal
Strategis
Nasional
Bandara
P/S/T *)
Arteri
Arteri
Arteri
Lokal
Strategis
Nasional
Pelabuhan
Nas./Int.
Arteri
Arteri
Arteri
Lokal
Strategis
Nasional
Strategis
Nasional
Strategis
Nasional
Strategis
Nasional
Strategis
Nasional
PKN
Arteri
PKW
(i.k. Prov.)
Arteri
PKW
(i.k. Kab.)
PKSN
Keterangan :
Strategis
Nasional
Arteri
Strategis
Nasional
Strategis
Nasional
22
JALAN ARTERI
PRIMER (JAP)
PKN
JALAN
LOKAL
PRIMER
(JLP)
JALAN
LOKAL
PRIMER
(JLP)
JALAN ARTERI
PRIMER (JAP)
JALAN
KOLEKTOR
PRIMER (JKP)
PKW
PKW
JALAN
KOLEKTOR
PRIMER (JKP)
JALAN LOKAL
PRIMER (JLP)
PKL
PKN
PKL
PK
Lingkungan
SISTEM
JARINGAN JALAN
PRIMER
Persil
23
23
Primer
Sekunder
I
II
III
( F1 )
(F2.1)
(F2.2)
(F2.3)
Arteri
Sekunder I (F2.1)
Arteri
Arteri
Arteri
Lokal
Sekunder II (F2.2)
Arteri
Kolektor
Kolektor
Lokal
Kolektor
Lokal
Perumahan
Lokal
Lokal
Lokal
Kawasan
Primer (F1)
Perumahan
Lokal
Lingkungan
24
F1
Kawasan
Primer
JALAN ARTERI
SEKUNDER (JAS)
F2,1
Kawasan
Sekunder
I
JALAN ARTERI
SEKUNDER (JAS)
F2,1
Kawasan
Sekunder
I
JALAN ARTERI
SEKUNDER (JAS)
JALAN LOKAL
SEKUNDER
(JLS)
SISTEM
JARINGAN JALAN
SEKUNDER
F2,2
Kawasan
Sekunder
II
JALAN KOLEKTOR
SEKUNDER (JKS)
F2,2
Kawasan
Sekunder
II
JALAN LOKAL
SEKUNDER
(JLS)
F2,3
Kawasan
Sekunder
III
JALAN LOKAL
SEKUNDER (JLS)
F2,3
Kawasan
Sekunder
III
JALAN LINGKUNGAN
SEKUNDER (JLS)
Perumahan
Perumahan
25
25
Pelabuhan &
Pergudangan
Bandar Udara
Pergudangan
Kawasan
Perdagangan
Regional
Kawasan
Industri
Terminal
Angkutan
Barang
Perumahan
Kawasan Sekunder
Kawasan Primer
Batas Perkotaan
26
Dari Pasal 17 :
Pengaturan jalan umum meliputi pengaturan jalan secara umum,
pengaturan jalan nasional, pengaturan jalan provinsi, pengaturan
jalan kabupaten dan jalan desa, serta pengaturan jalan kota.
Dari Pasal 18 :
1.Pengaturan jalan secara umum , meliputi:
a.pembentukan peraturan perundang-undangan sesuai dengan
kewenangannya;
b.perumusan kebijakan perencanaan;
c. pengendalian penyelenggaraan jalan secara makro; dan
d.penetapan norma, standar, kriteria, dan pedoman pengaturan
jalan.
2.Pengaturan jalan nasional , meliputi:
a.penetapan fungsi jalan untuk ruas jalan arteri dan jalan
kolektor yang menghubungkan antaribukota provinsi dalam
sistem jaringan jalan primer;
penetapan status jalan nasional; dan
penyusunan perencanaan umum jaringan jalan nasional.
27
Dari Pasal 19 :
Pengaturan jalan provinsi, meliputi:
a. perumusan
kebijakan
penyelenggaraan
jalan
berdasarkan kebijakan nasional di bidang jalan;
provinsi
28
Dari Pasal 20 :
Pengaturan jalan kabupaten dan jalan desa, meliputi:
a. perumusan kebijakan penyelenggaraan jalan kabupaten dan jalan
desa berdasarkan kebijakan nasional di bidang jalan dengan
memperhatikan keserasian antardaerah dan antarkawasan;
b. penyusunan pedoman operasional penyelenggaraan jalan kabupaten
dan jalan desa;
c. penetapan status jalan kabupaten dan jalan desa; dan
d. penyusunan perencanaan jaringan jalan kabupaten dan jalan desa.
Dari Pasal 21 :
Pengaturan jalan kota , meliputi:
a. perumusan kebijakan penyelenggaraan jalan kota berdasarkan
kebijakan nasional di bidang jalan dengan memperhatikan
keserasian antardaerah dan antarkawasan;
b. penyusunan pedoman operasional penyelenggaraan jalan kota;
c. penetapan status jalan kota; dan
d. penyusunan perencanaan jaringan jalan kota.
29
Dari Pasal 26 :
Jalan nasional terdiri atas:
a. jalan arteri primer; A
b. jalan kolektor primer yang menghubungkan antaribukota provinsi; K-1
c. jalan tol; dan
d. jalan strategis nasional.
Yang dimaksud dengan jalan strategis nasional adalah jalan yang
melayani kepentingan nasional atas dasar kriteria strategis yaitu:
1. mempunyai peranan membina kesatuan dan keutuhan nasional,
2. melayani daerah-daerah rawan,
3. bagian dari jalan lintas regional atau lintas internasional,
4. melayani perbatasan antar negara, serta
5. dalam rangka pertahanan dan keamanan.
30
Dari Pasal 27
Jalan provinsi terdiri atas:
a. jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan
ibukota kabupaten atau kota; K-2
b. jalan kolektor primer yang menghubungkan antaribukota kabupaten
atau kota; K-3
c. jalan strategis provinsi; dan
d. jalan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, kecuali jalan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 .
Yang dimaksud dengan jalan strategis provinsi adalah jalan yang
diprioritaskan untuk melayani kepentingan provinsi berdasarkan
pertimbangan
untuk
membangkitkan
pertumbuhan
ekonomi,
kesejahteraan, dan keamanan provinsi.
31
FUNGSI / PERANAN
Sistem
Jaringan
Jalan
PRIMER
Sistem
Jaringan
Jalan
SEKUNDER
Arteri
Kolektor1
Kolektor
-2
Kolektor
Kolektor-4
-3
Lokal
Lingkunga
n
Arteri
Kolektor
Lokal
Lingkun
gan
SK
Menteri PU
SK
Gubernur
STATUS
(Wewenang
Penyelenggaraan)
Jalan
NASIONAL
(termasuk
jalan tol
dan jalan
strategis
Jalan
nasional)
PROVIN
SI
Jalan
KABUPATE
N dan
Jalan
Jalan
DESA
KOTA
SK
Menteri PU
SK
Gubernur
SK Bupati
SK
Walikota
Catatan :
Penetapan fungsi dan status jalan secara berkala dilakukan paling singkat 5
(lima) tahun.
33
UU-38/2004 tentang Jalan, pasal 18 ayat (2) , pengaturan jalan nasional meliputi :
a. penetapan fungsi jalan untuk ruas jalan arteri, dan jalan kolektor (K-1) yang
menghubungkan antaribukota provinsi dalam sistem jaringan jalan primer.
b. penetapan status jalan nasional, dan
c. penyusunan perencanaan umum jaringan jalan nasional.
Draft
Keputusan MENTERI PU
tentang Penetapan
Ruas-Ruas Jalan Dalam
Jaringan Jalan Primer
Menurut Peranannya
Sebagai Arteri dan
Kolektor-1.
Pendapat dari
Menteri
Perhubungan
(a)
(b)
(c)
34
(c)
Keputusan GUBERNUR
tentang Rencana
Jaringan Jalan Provinsi
- RTRWN, RTRWP, RTRWK/K
- UU+PP Transportasi
Sistranas, Tatrawil
- Kebutuhan Jaringan Jalan
- Rekomendasi Studi
- Usulan Kabupaten/Kota
Berdasarkan usul
bupati/walikota
bersangkutan dengan
memperhatikan SK
Menteri PU tentang
Penetapan Fungsi
Arteri & Kolektor-1
(d)
(e)
Dengan memperhatikan SK
Menteri PU tentang Rencana
Umum Jaringan Jalan Nasional
35
Berdasarkan usul
bupati/walikota
bersangkutan dengan
memperhatikan SK
Menteri PU tentang
Penetapan Fungsi
Arteri & Kolektor-1
(c)
(d)
36
Berdasarkan usul
bupati/walikota
bersangkutan dengan
memperhatikan SK
Menteri PU tentang
Penetapan Fungsi
Arteri & Kolektor-1
(c)
(d)
37
Nasion
al
APBD
Kab./Kota
DAU
DAK *)
(dicantumkan di
Kabupate
n
*)
APBD
Provinsi
(dilebur dalam
APBD)
Provins
i
Kota
*)
-
*)
-
APBD)
*)
Dana pagu : jumlah (DAK + pendamping dari APBD minimum 10% DAK).
**) PP34/2006 tentang Jalan, pasal 85 : dalam hal pemerintah daerah tidak
mampu dst.
2.
3.
4.
CATATAN :
Perubahan fungsi jalan membawa konsekuensi perubahan status jalan
yang berarti perubahan wewenang penyelenggaraanya.
Perlu komitmen antar instansi terkait dalam hal wewenang penyelenggaraannya yang akan dilepas atau yang akan menjadi tanggung jawab
penyelenggaraannya.
(jangan sampai jaringan jalan tersebut tidak ada yang menangani, sehingga
perlu segera ditindaklanjuti dengan Berita-Acara Serah Terima Aset).
40
Perkota
an
Perkota
an
Existing Fungsi Jalan
Sistem Sekunder
(Dalam Perkotaan)
Jalan
Lingkar
Arteri Primer
Perkotaan
Perkotaan
Sistem Sekunder
(Dalam Perkotaan)
Provinsi A
Provinsi B
Kab. X
Kab. Z
Batas Kab.
Jalan Arteri
Kab. Y
Kab. W
Batas Kab.
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
PALU
PARIGI
DONGGAL
MOUTON
A
G
Ruas No.:
..............
..............
PALU
DONGGAL
A
Ruas No.:
..............
.............
PARIGI
MOUTON
G
Ruas No.:
..............
..............
Ruas No.:
..............
..............
SIGI
Ruas No.:
..............
..............
Ruas No.:
..............
..............
POSO
Ruas No.:
..............
..............
Ruas No.:
..............
..............
.........
Ruas No.:
..............
..............
Ruas No.:
..............
..............
SIGI
POSO
.........
Ruas No.:
..............
..............
Ruas No.:
..............
..............
Ruas No.:
..............
..............
Ruas No.:
..............
..............
Ruas No.:
..............
..............
Ruas No.:
..............
..............
Ruas No.:
..............
..............
Ruas No.:
..............
..............
Ruas No.:
..............
..............
Ruas No.:
..............
..............
Ruas No.:
..............
..............
Ruas No.:
..............
..............
Ruas No.:
..............
..............
Ruas No.:
..............
..............
Ruas No.:
..............
..............
Ruas No.:
..............
..............
Ruas No.:
..............
..............
Ruas No.:
..............
..............
Ruas No.:
..............
..............
Ruas No.:
..............
..............
44
dengan SK Gubernur,
dengan SK Bupati,
Jalan Kota
dengan SK Walikota.
NO.
KEPUTUSAN GUBERNUR
SULAWESI TENGAH
.............
.............
SULAWESI TENGAH (52)
NOMOR
RUAS
NAMA RUAS
PROVINSI SULAWESI TENGAH
KOTA PALU
KABUPATEN DONGGALA
KABUPATEN . . . . . . . . . . .
FUNGSI JALAN
SISTEM PRIMER
PANJANG (KM)
K-2
K-3
K-4
L
Lingk.
SISTEM SEKUNDER
PANJANG (KM)
A
K
L
Lingk.
46
:
:
:
:
KEPUTUSAN GUBERNUR
............
............
SULAWESI TENGAH
STATUS JALAN PROVINSI
NOMOR RUAS
NAMA RUAS
PANJANG RUAS
(KM)
: KEPUTUSAN WALIKOTA
: ............
: ............
: PALU
: SULAWESI TENGAH
STATUS JALAN KOTA
NO.
NOMOR RUAS
NAMA RUAS
PANJANG RUAS
(KM)
47
NOMOR RUAS
NAMA RUAS
PANJANG RUAS
(KM)
NOMOR RUAS
NAMA RUAS
PANJANG RUAS
(KM)
48
Aksesibilitas
Mobilitas
Keselamatan
2. RUAS JALAN
ASPEK
A Kondisi Jalan
Kondisi
B
Pelayanan
50
Standar
Pelayanan
Minimal
(SPM)
Total Transport
Cost
Jaringan Jalan :
a. Aksesibilitas
b. Mobilitas
c. Keselamatan
Ruas Jalan :
a. Kondisi Jalan
b. Kondisi Pelayanan
Total Government
Cost
Total Public
Cost
APBN
52
53