Anda di halaman 1dari 10

Limbah cair rumah sakit

Limbah cair ini dapat berasal dari


limbah cair dari laboratorium, dapur,
pembuangan kamar mandi, limbah
dari cairan untuk pembersih di
rumah sakit, perawatan bangunan
maupun dari disinfektan
Senyawa fosfor dalam limbah cair
kebanyakan berasal dari fosfat dalam
deterjen

Pengaruh Fosfat dalam


lingkungan
Tingginya kadar fosfat dalam badan air
dapat menyebabkan munculnya
eutrofikasi.
Eutrofikasi dapat menyebabkan adanya
penurunan kualitas air, penurunan
diversitas spesies dan perubahan struktur
komunitas dalam badan air.
Eutrofikasi, yaitu tumbuhnya lumut dan
microalgae yang berlebihan dalam badan
air yang menerima limbah tersebut.

Efek lain yang dapat ditimbulkan oleh adanya


eutrofikasi adalah air menjadi keruh dan
berbau karena adanya pembusukan lumutlumut yang mati.
Selain itu, Gangguan badan air akibat adanya
makrofita yang mengapung dan sampah dari
alga, yang dapat mengganggu penggunaan
badan air sebagai tempat rekreasi atau
kepentingan masyarakat lainnya, seperti olah
raga dan transportasi perairan

Baku Mutu cair limbah rumah sakit


No
1
2
3
4
5
6
7
8

Parameter
Fisika
Suhu (oC)
Kimia
pH
BOD5 (mg/L)
COD (mg/L)
TSS (mg/L)
NH3 bebas (mg/L)
PO4 (mg/L)

Baku
Mutu
30
6-9
30
80
30
0,1
2

Mikrobiologi
MPN-Kuman
golongan Koli/100 10.000
ml

Keputusan Menteri
Negara Lingkungan
Hidup No.
58/MENLH/12/1995,
tanggal 21 Desember
1995

Solusi Pengolahan Limbah


Fosfat
Kandungan fosfat dalam limbah cair
dapat diturunkan secara kimia atau
biologi, yaitu melalui mekanisme :
1. Presipitasi kimiawi, melalui kontrol pH
dan kation, seperti Ca, Fe dan Al
(Tawas).
2. Enhanced Biological Phosphorus
Removal (EBPR)
(Khusnuryani, 2008)

Presipitasi Kimiawi
Secara kimia, fosfat dapat dipresipitasi dengan menambahkan garam
aluminium (tawas), kapur, ferichlorida atau ferrous sulfat sehingga
selanjutnya fosfat dapat terbuang bersama lumpur yang dihasilkan.
Akan tetapi, teknik ini kurang efektif karena meningkatkan jumlah
lumpur yang dihasilkan dan membutuhkan biaya tambahan untuk
operasional dan mengatasi masalah tersebut. Selain itu, usaha ini
dapat menyebabkan kontaminasi logam berat dalam sistem
pembuangan limbah cair dan meningkatkan konsentrasi garam dalam
effluent. Reaksi kimia yang terjadi pada proses pengendapan ini
adalah
Pengendapan dengan alum : Al3+ + PO4 3AlPO4
Pengendapan dengan garam besi : FeCl3 + PO4 3Pengendapan dengan kapur : 5 Ca(OH)2 + 3 HPO4 23 H2O + 6 OH(Bitton, 1994; Wagner, et.al., 2002)

FePO4 + 3 ClCa5(PO4)OH +

Enhanced Biological Phosporus


Removal (EBPR)
Mekanisme
ini
melibatkan
organisme
pengakumulasi
polifosfat
(polyphosphate
accumulating
organisms/PAO).
PAO
akan
mengkonsumsi
fosfor
untuk
pembentukan
komponen
selulernya
dan
mengakumulasi
sejumlah besar polifosfat dalam selnya.
Beberapa bakteri yang termasuk dalam golongan
PAO
adalah
Acinetobacter,
Pseudomonas,
Aerobacter, Moraxella, E.coli, Mycobacterium dan
Beggiatoa (Bitton, 1994).

Proses EBPR dicirikan dengan siklus lumpur aktif pada kondisi


aerob dan anaerob. Presipitasi fosfat dan pembuangannya dari
limbah cair terjadi karena aktivitas microbial dalam tanki aerasi
dan proses lumpur aktif. Pada tahap awal tanki aerasi, aktivitas
mikrobia menyebabkan pH turun, yang melarutkan komponen
fosfat. Pada akhir tanki aerasi, tejadi peningkatan pH yang
menyebabkan presipitasi fosfat dan penggabungan komponen
fosfat ke dalam lumpur.

Presipitasi fosfat juga dapat diinduksi oleh peningkatan konsentrasi fosfat


yang dihasilkan dari pelepasan fosfor dari polifosfat pada kondisi
anaerobik. Pada kondisi anaerob, bakteri memperoleh energi dari hidrolisis
polifosfat dan pelepasan Pi untuk uptake asam lemak rantai pendek. Pada
kondisi aerob, organisme pengakumulasi polifosfat (polyphosphate
accumulating organisms/PAO) mengembalikan simpanan polifosfat melalui
uptake/pengambilan fosfat dari limbah cair. Fosfat akan dibuang dalam
bentuk lumpur yang mengandung polifosfat intraseluler (Wagner, et.al.,
2002).

Pengolahan limbah cair dengan sistem EBPR kadang


gagal dalam menurunkan fosfat. Hal tersebut
diperkirakan
disebabkan
oleh
adanya
bakteri
pengguna
komponen
simpanan,
misalnya
menggunakan glikogen. Glikogen dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi bagi pertumbuhan bakteri.
Bakteri tersebut berkompetisi dengan PAO dalam
pengambilan
substrat
pada
kondisi
anaerob.
(Khusnuryani, 2008)

Anda mungkin juga menyukai