Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM APLIKASI TEKNOLOGI NUKLIR

DISUSUN OLEH :

NAMA : DEWA GEMAREFA


NIM : 011600434
KELOMPOK :

PROGRAM STUDI : D-IV TEKNOKIMIA NUKLIR


JURUSAN : TEKNOKIMIA NUKLIR
ACARA : PENGARUH IRADIASI GAMMA
TERHADAP KINERJA DAN
POPULASI EM-4

PEMBIMBING : SUGILI PUTRA, S.T., M.Sc.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2019
I. TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh iradiasi terhadap kemampuan EM-4 dalam pembuatan biogas
dari kotoran kambing
2. Mengetahui pengaruh iradiasi terhadap keberadaan populasi koloni EM4

II. DASAR TEORI


Pengolahan Limbah Kotoran Sapi
Peningkatan produksi ternak secara tidak langsung tersebut juga menimbulkan ekses
(dampak) negatif. Diantaranya adalah limbah yang dihasilkan dari ternak itu sendiri.
Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha
pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dan sebagainya.
Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa
makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan
lain-lain. Semakin berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan semakin
meningkat.
Peternakan dituding sebagai penyumbang pemanasan global hingga 30 %, karena
limbah dari peternakan selain baunya yang dapat menggangu lingkungan sekitar juga
dapat menghasilkan gas metana tinggi sehingga menimbulkan pencemaran udara.
Limbah ternak
yang sebagian orang beranggapan miring karena jijik dan kotor namun banyak sekali
manfaat apabila dikelola dengan benar. Disadari atau tidak, limbah peternakan ini
selain mengganggu lingkungan sekitar, juga dapat menimbulkan bibit penyakit bagi
manusia. Oleh sebab itu, pengolahan limbah ternak harus ditingkatkan. Limbah kotoran
ternak bisa diurai dan tentunya akan ada mikroorganisme dari penguraian yang terjadi.
Karena limbah kotoran ternak merupakan limbah organik maka penggunaan mikroba
dalam mengolah limbah organik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menjadikannya
pupuk organik dan menjadikannya biogas.

Produksi Biogas
Limbah-limbah organik dan peternakan yang diuraikan oleh bakteri kelompok
metanogen dapat menghasilkan biogas yang sebagian besar berupa metana. Biogas
(metana) dapat terjadi dari penguraian limbah organik yang mengandung protein, lemak
dan karbohidrat. Penguraian ini dilakukan untuk fermentasi oleh bakteri anaerob
sehingga bejana yang digunakan untuk fermentasi limbah ini harus ditutup. Ada tiga
tahap dalam pembuatan biogas, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pertama adalah reduksi senyawa organik yang komplek menjadi senyawa
yang lebih sederhana oleh bakteri hidrolitik. Bakteri hidrolitik ini bekerja pada suhu
antara 30-40oC untuk kelompok mesophilik dan antara 50-60oC untuk kelompok
termophilik. Tahap pertama ini berlangsung dengan pH optimum antara 6 sampai 7.
2. Tahap kedua adalah perubahan senyawa sederhana menjadi asam organik yang
mudah menguap seperti asam asetat, asam butirat, asam propionat dan lain-lain.
Dengan terbentuknya asam organik maka pH akan terus menurun, namun pada
waktu yang bersamaan terbentuk buffer yang dapat menetralisir pH. Di sisi lain
untuk mencegah penurunan pH yang drastis maka perlu ditambahkan kapur sebagai
buffer sebelum tahap pertama berlangsung. Bakteri pembentuk asam-asam organik
tersebut diantaranya adalah Pseudomonas, Flavobacterium, Escherichia dan
Aerobacter.
3. Tahap ketiga adalah konversi asam organik menjadi metana, karbondioksida dan
gasgas lain seperti hidrogen sulfida, hidrogen dan nitrogen. Konversi ini dilakukan
oleh bakteri metan, seperti Methanobacterium omelianskii, Methanobacterium
sohngenii, Methanobacterium suboxydans, Methanobacterium propionicum,
Methanobacterium formicium, Methanobacterium ruminantium, Methanosarcina
barkeril,Methanococcus vannielli dan Methanococcus mazei. Bakteri metana ini
sangat sensitif terhadap perubahan suhu dan pH, oleh karenanya kedua parameter ini
harus dikendalikan dengan baik. PH optimum adalah antara 7, 0-7, 2, sedangkan
pada pH 6,2 bakteri metana akan mengalami keracunan.
4. Bakteri-bakteri yang terlibat dalam ketiga tahap tersebut pada umumnya telah
terdapat dalam limbah bahan-bahan organik, tetapi untuk meningkatkan kinerja
produksi biogas maka perlu ditambahkan bakteri metanogen yang telah direkayasa.
Secara lebih ringkas, dapat dinyatakan bahwa bakteri yang berperan dalam
perombakan bahan organik dalam produksi biogas ada dua macam, yaitu bakteri
pembentuk asam dan bakteri pembentuk gas metan. Bakteri pembentuk asam
merombak bahan organik dan menghasilkan asam lemak. Proses ini dilakukan oleh
bakteri-bakteri Pseudomonas, Flavobacterium, Alkaligenes, Escherichia, dan
Aerobacter. Selanjutnya asam lemak ini akan dirombak oleh bakteri metan dan
menghasilkan gas bio (sebagian besar menghasilkan gas metan). Bakteri-bakteri
tersebut adalah Methanobacterium, Methanosarchina dan Methanococcus.
Disamping itu juga ada bakteri lain yang memanfaatkan unsur sulfur (S) dan
membentuk H2S yaitu bakteri Desulvovibrio.
5. Proses produksi biogas biasanya dilakukan secara semi sinambung (substrat
dimasukkan satu kali di dalam selang waktu tertentu), tetapi untuk mendapatkan
kemungkinan metode produksi optimal, sistem banch (substrat hanya dimasukkan
sekali saja) juga dapat digunakan. Kecepatan produksi biogas dalam sistem batch
mula-mula akan naik sehingga mencapai kecepatan maksimum dan akhirnya akan
turun lagi ketika sejumlah besar bahan telah dirombak. Fermentasi atau perombakan
tersebut adalah proses mikrobiologik yang merupakan himpunan proses
metabolisme sel. Fermentasi bahan organik ini dapat terjadi dalam keadaan aerobik
maupun anaerobik. Untuk proses fermentasi aerobik akan menghasilkan gas-gas
amonia (NH3) dan karbondioksida (CO2). Proses dekomposisi anaerobik dari bahan
organik akan menghasilkan gas bio. Proses produksi gas bio ini juga dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan, diantaranya adalah suhu, pH, total padatan, dan rasio C/N.
a. Suhu
Terdapat dua selang suhu optimum untuk produksi biogas, yaitu selang mesofilik
(30-40oC) dan selang termofilik (50-60oC). Secara umum, pada suhu yang lebih
tinggi didapatkan produksi biogas yang lebih tinggi pula.

b. pH
PH optimum untuk memproduksi biogas adalah netral. Di kedua sisi pH netral
tersebut, maka akan muncul gangguan dalam produksi biogas.

c. Total Padatan
Kandungan total padatan yang mampu mendukung produksi biogas yang optimal
adalah antara 7-9%. Kandungan padatan yang lebih tinggi atau lebih rendah akan
menimbulkan gangguan terhadap produksi biogas.

d. Rasio C/N
Rasio C/N substrat yang optimum untuk produksi biogas adalah berkisar 25: 1
dan 30: 1. Besaran rasio C/N yang terlalu tinggi akan menaikkan kecepatan
perombakan tetapi buangannya (sludge) akan mempunyai kandungan nitrogen
yang tinggi. Substrat dengan rasio C/N yang terlalu rendah akan menyiasakan
banyak nitrogen yang akan berubah menjadi amonia dan meracuni bakteri.
Pencampuran limbah pertanian dengan kotoran ternak akan merubah rasio C/N
untuk produksi gas yang lebih baik.

Effective Microorganism 4 (EM4)


Produk EM4 merupakan bakteri fermentasi bahan organik tanah menyuburkan
tanaman dan menyehatkan tanah. Terbuat dari hasil seleksi alami mikroorganisme
fermentasi dan sintetik di dalam tanah yang dikemas dalam medium cair. EM4 dalam
kemasan berada dalam kondisi istirahat (dorman). Sewaktu diinokulasikan dengan cara
menyemprotkannya ke dalam bahan organik dan tanah atau pada batang tanaman, EM4
akan aktif dan memfermentasi bahan organik (sisa-sisa tanaman, pupuk hijau, pupuk
kandang, dll.) yang terdapat dalam tanah. Hasil fermentasi bahan organik tersebut
adalah berupa senyawa organik yang mudah diserap langsung oleh perakaran tanaman
misalnya gula, alkohol, asam amino, protein, karbohidrat, vitamin dan senyawa organik
lainnya.
Pemberian bahan organik ke dalam tanah tanpa inokulasi EM4 akan menyebabkan
pembusukan bahan organik yang terkadang akan menghasilkan unsur anorganik
sehingga akan menghasilkan panas dan gas beracun yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman. Selain mendekomposisi bahan organik di dalam tanah, EM4
juga merangsang perkembangan mikroorganisme lainnya yang menguntungkan untuk
pertumbuhan tanaman, misalnya bakteri pengikat nitrogen, bakteri pelarut fosfat dan
mikoriza. Mikoriza membantu tumbuhan menyerap fosfat di sekilingnya. Ion fosfat
dalam tanah yang sulit bergerak menyebabkan tanah kekurangan fosfat.
Dengan EM4 hifemikorizadapatmeluas dari misellium dan memindahkan fosfat
secara langsung kepada inang dan mikroorganisme yang bersifat antagonis terhadap
tanaman. EM4 juga melindungi tanamandari serangan penyakit karena sifat
antagonisnya terhadap patogen yang dapat menekan jumlah patogen di dalam tanah
atau pada tubuh tanaman.
III. METODE PENELITIAN
a. ALAT
 Selang
 Statif dan klem
 Sumbat karet
 Fasilitas iradiator gamma
 Wadah sampel
 Pipet ukur 10 mL
 Plastik zip
 Erlenmeyer 100, 500 mL
 Gelas ukur 500 mL
 Selang kecil
 Statif
 Batang pengaduk
 Neraca analitik
 Kompor/ pemanas
 Tabung reaksi
 Bunsen
 Kawat platina (ose)

b. BAHAN
 Kotoran kambing
 EM4
 Aquadest
 Alkohol

c. LANGLAH KERJA
Penyiapan Sampel
a) Sebanyak 125 gram limbah kotoran kambing kering ditimbang dan dimasukkan
dalam erlenmeyer kemudian dilarutkan dengan 125 mL aquadest(sebanyak 6 buah)
b) Larutan mikroorganisme dibuat dengan mencampurkan 5 mL EM-4, 25 mL aquadest
dan 25 gram gula pasir, kemudian larutan campuran diaduk
c) Larutan mikroorganisme didiamkan 1 hari.
Iradiasi Sampel
a) Larutan mikroorganisme dimasukkan dalam tabung-tabung iradiasi
b) Sampel diiradiasi pada dosis 0, 200, 400, 600, 800, dan 1000 Gy

Pembuatan Biogas
a) Larutan mikroorganisme yang telah diiradiasi dicampurkan ke dalam limbah
kotoran kambing yang telah dilarutkan, lalu campuran diaduk
b) Tutup dan rangkai alat dalam dalam kondisi anaerob
c) Amati penambahan volume gas yang terbentuk

Analisis Jumlah Bakteri


a) Dilakukan sterilisasi alat
b) Pembuatan larutan media PCA 27g/L dan BPW 21g/L
c) Dilakukan sterilisasi media menggunakan autoklaf
d) Dipipet 9 ml BPW ke masing-masing tabung: blanko, 10-1, 10-2, dan 10-3
e) Dipipet 1 ml BPW dari tabung blanko ke dalam petri (blanko)
f) Dipipet 1 ml EM-4 kedalam tabung pengenceran 10-1, lalu dihomogenkan: 3x
pembilasan pipet serologi, kemudian dimasukkan ke dalam petri steril simplo
(S) 10-1 dan duplo (D) 10-1
g) Dipipet 1 ml contoh dari tabung pengenceran 10 -1 ke dalam tabung
pengenceran 10-2, lalu dihomogenkan, kemudian dimasukkan ke dalam petri
steril simplo (S) 10-2 dan duplo (D) 10-2
h) Dipipet 1 ml contoh dari tabung pengenceran 10-2 ke dalam tabung
pengenceran 10-3, lalu dihomogenkan, kemudian dimasukkan ke dalam petri
steril simplo (S) 10-3 dan duplo (D) 10-3
i) Dituangkan media PCA bersuhu 40 – 45°C sebanyak ± 15 ml atau sepertiga
volume petri, dihomogenkan dan tunggu sampai beku
j) Diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam (posisi terbalik)
k) Dihitung jumlah koloni bakteri dengan colony counter
l) Dihitung jumlah koloni bakteri pada tabel: data pengamatan
IV. DATA PENGAMATAN
a. Pengembangbiakkan Bakteri
Volume EM-4 = 5 ml
Massa Gula = 25 gram
Volume Aquadest = 25 ml

b. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif


Massa kotoran kambing = 125 gram
Volume aquadest = 125 mL
Dosis (Gy) Hari Ke- Pukul (wib) Volume Gas (ml)
1 13.00 60
0 2 11.00 190
3 11.00 280
1 13.00 15
200 2 11.00 280
3 11.00 520
1 13.20 20
400 2 13.20 142
3 17.20 440
1 - 0
600 2 - 0
3 - 0
800 1 - 18
2 - 290
3 - 580
1000 1 - 0
2 - 0
3 - 0

Metode : perhitungan jumlah bakteri cara tuang


Sampel : EM4 0 kGy, 600 kGy (kelompok ganjil), 800 kGy (kelompok
genap)
Media : Plate Count Agar (PCA 27 g/L)
Pelarut : Bacto Peptone Water (BPW 21 g/L)
Volume Sampel : 1 mL
Volume Pelarut : 9 mL
Sterilisasi Alat : oven 170-180 oC 2 jam
Steriliasi Media : Autoklaf 121 oC, 15 psi, 15 menit

No 10-1 10-2 10-3 Blanko


Simplo 0 0 0 0
Duplo 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0

Uji Sterilitas : negatif

Catatan :
1. Hasil analisis menunjukan tidak ada mikroorganisme yang tumbuh, baik pada
dosis 0 kGy, 600 kGy, 800 kGy
2. Uji sterilitas media PCA menunjukkan hasil negative (media steril)

V. PEMBAHASAN
Iradiasi yang dilakukan terhadap EM-4 akan membawa baik kemungkinan yang
menguntungkan maupun merugikan. Hal ini merupakan salah satu dampak dari
penggunaan iradiasi yaitu seperti menembak pada keadaan gelap. EM-4 terdiri dari
beberapa mikroorganisme seperti bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat,
actinomicetes, ragi, dan jamur. Masing-masing mikroorganisme ini memiliki
karakteristik yang berbeda sehingga dampak iradiasi terhadap EM4 akan berbeda pada
setiap dosis yang berbeda. Hal tersebut dijadikan pertimbangan dalam pemilihan dosis
sehingga dibuat variasi dosis guna mengetahui dampak yang dihasilkan dari dosis yang
diterima oleh EM4 apabila didapatkan dosis yang mengarah kepada perubahan yang
baik maka dosis tersebut dijadikan acuan untuk penelitian lebih lanjut.
Bakteri fotosintetik pada umumnya akan mati apabila teroksidasi. Kandungan air
pada larutan EM-4 akan menghasilkan produk-produk radikal seperti OH, H radikal
dan elektron yang akan mengoksidasi mikroorganisme di sekitarnya sehingga dapat
dikatan dampak iradiasi pada EM4 akan menyebabkan penurunan dari bakteri
fotosintetik. Mikroorganisme lainnya seperti ragi dan jamur memiliki D 10 sebesar 0,4-
0,5 kGy maka pada dosis iradiasi 0,4-1 kGy yang dilakukan pada percobaan ini akan
menyebabkan populasi ragi dan jamur menurun sebesar lebih dari 90%.
Bakteri asam laktat dan aktinomisetes memiliki peranan cukup penting dalam
pembuatan biogas karena bakteri-bakteri ini berperan aktif dalam tahapan perubahan
senyawa organik kompleks menjadi sederhana (Tahap 1 pembentukkan biogas) dan
senyawa organik sederhana menjadi asam-asam organik (Tahap 2 pembentukan
biogas). Meskipun pada dasarnya bakteri-bakteri ini sudah terdapat pada kotoran sapi
akan tetapi EM-4 merangsang mikroorganisme yang terdapat pada kotoran kambing
untuk meningkatkan kinerja mikroorganisme tersebut dalam pembentukan biogas.
Kemampuan bakteri asam laktat dan aktinomises pada EM-4 terlihat meningkat sesaat
seiring naiknya dosis radiasi yang diterima oleh bakteri-bakteri tersebut. Hal ini dapat
dibuktikan dengan kenaikan volume biogas yang dihasilkan pada rentang dosis 0 – 0,4
kGy. Pada dosis 0,6 dan 1 kGy terlihat tidak ada pembentukan dari biogas namun, pada
dosis 0,8 kGy terdapat pembentukan biogas. Hal ini tidak dapat disimpulkan bahwa
pada dosis lebih dari 0,4 kGy mikroorganisme yang ada mati karena pada dosis 8 kGy
terdapat aktivitas pembentukan biogas. Terdapat perkiraan terhadap hal ini yaitu
panjang selang yang digunakan tidak sama dan pada dosis 0,8 kGy selang yang
digunakan relatif pendek dari lainnya sehingga produksi dari biogas tetap terbentuk
meskipun dalam skala yang relatif sedikit tetap dapat teramati, berbeda dengan selang
yang digunakan pada dosis 0,6 kGy dan 1 kGy. Biogas yang terbentuk pada dosis
tersebut tertahan pada selang yang relatif panjang.
Pengaruh iradiasi terhadap populasi EM4 pada percobaan kali ini tidak dapat
disimpulkan karena pengukuran EM-4 pasca iradiasi dilakukan pada waktu yang relatif
lama sehingga kematian populasi pada EM-4 tidak dapat dikatakan diakibatkan oleh
iradiasi. Hal ini didukung oleh produksi biogas yang masih dapat terbentuk oleh EM-4
pasca iradiasi. Secara teori pada dosis diatas 0,4 kGy mikroorganisme seperti fungi dan
jamur akan mati karena diatas 0,4 kGy merupakan nilai D10 dari mikroorganisme
tersebut. Pada pengawetan makanan mikroba spora dan mould akan mati pada rentang
dosis 0,03 – 3 kGy kecuali mikroba spora bacilis spaericus memiliki nilai D10 pada
dosis 10,1 kGy. Dosis ini ditentukan pada keadaan kadar air yang sangat rendah.
Apabila melihat larutan EM-4 yang digunakan memiliki kadar air yang terbilang relatif
banyak maka tingkat kematian dari mikroorganisme yang ada akan meningkat karena
terdapat produk-produk hasil radiolisis air yang meningkat juga seiring kadar air yang
lebih banyak. Produk-produk ini memiliki kemungkinan besar untuk mematikan
mikroorganisme-mikroorganisme yang ada. Bakteri memiliki kadar air tersendiri di
dalam bakteri tersebut sehingga air yang terdapat di dalam bakteri besar kemungkinan
akan menghasilkan produk radiolisis air yang akan memecahkan dinding sel ataupun
mematahkan kromosom yang akan membuat bakteri tersebut mengalami kematian
Masing-masing dari mikroorganisme yang berada pada EM-4 memiliki ketahanan yang
berbeda-beda sehingga variasi dosis besar kemungkinan akan menghasilkan variasi
koloni yang berbeda juga. Apabila beberapa koloni mati maka akan memberikan
peluang lebih untuk berkembang biak lebih banyak untuk koloni lainnya yang masih
bertahan karena koloni yang bertahan akan memiliki makanan dan media yang lebih
dari cukup untuk berkembang biak dari biasanya. Hal ini dibuktikan dengan
meningkatnya produksi biogas pada setiap kenaikan dosis di rentang 0 – 0,4 kGy.
Seiring naiknya dosis pada rentang tersebut koloni-koloni seperti jamur, ragi, dan
bakteri fotosintetik akan lebih sedikit keberadaannya
Pada dasarnya mikroorganis-mikroorganisme yang berperan dalam pembentukan
biogas sudah terdapat pada kotoran kambing tersebut namun berada pada keadaan tidak
aktiv. Kematian mikroorganisme total yang berada pada EM-4 akan masih mampu
untuk memproduksi biogas yang ada apabila larutan EM-4 ini digabungkan dengan
kotoran sapi tersebut. Hal ini dapat terjadi karena meskipun mikroorganis-
mikroorganisme pada EM-4 mati, media tempat mikroorganisme EM-4 masih ada
sehingga ketika mikroorganisme pada kotoran kambing bertemu dengan media tersebut
maka mikroorganisme pada kotoran kambing akan menjadi aktif.
Adapun analisis lebih lanjut yang dapat dilakukan berupa iradiasi yang dilakukan
pada dosis 0,4 dan 0,6 kGy dan diamati populasi dari bakteri asam laktat dan
aktinomisetes karena pada dosis tersebut mikroorganisme-mikroorganisme lain yang
terdapat pada EM-4 akan mengalami kematian.

VI. KESIMPULAN
1. Dosis 0,6 kGy merupakan dosis yang menghasilkan biogas terbanyak. Dosis yang
lebih besar dari 0.6 kGy tidak menghasilkan biogas namun pada 0.8 kGy terdapat
biogas yang terbentuk sehingga disarankan untuk melakukan penelitian ulang pada
dosis 0,4; 0,6; dan 0,8 kGy
2. Seiring naiknya dosis maka naiknya kemungkinan mikroorganisme mengalami
kematian. EM-4 teridri dari banyak populasi sehingga dosis radiasi yang diberikan
berbeda akan menghasilkan populasi yang bertahan juga berbeda.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Bhagavathi, Pushpa, T., Dkk. 2016. Investigation on Preparation, Characterization and
Application of Effective Microorganisms (EM) Based Composts. International
Quarterly Scientific Journal. 15. 153-158.
Crisya, Wiguna, Lauren., Dkk. 2015. Aplikasi Teknologi Hurdle Menggunakan Iradiasi
Gamma dan Penyimpanan Beku untuk Mereduksi Bakteri Patogen pada Bahan
Pangan. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3. 73-79
Natalia, Lily., Dkk. 2008. Pengaruh Iradiasi Terhadap Daya Hidup Bakteri Kontaminan
dalam Makanan. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 14(1). 58-65.
Oktarina, Nita., Dkk. 2015. Pembuatan Gasbio Sederhana dari Kotoran Sapi.
Payakumbuh: Politeknik Pertanian Negeri Payakumpuh.
Putra, Rizky A. 2016. Petunjuk Praktikum Biogas. Yogyakarta: STTN-BATAN
Ratna, Ardiningtyas, Tri. 2013. Pengaruh Penggunaan Effective Microoorganism 4
(EM4) dan Molase Terhadap Kualitas Kompos dalam Pengomposan Sampah
Organik RSUD Dr. R, Soetrasno. Semarang: Univervesitas Negeri Semarang.

Yogyakarta, 20 April 2019


Pembimbing, Praktikan,

Sugili Putera, S.T., M.Sc. Dewa Gemarefa

Anda mungkin juga menyukai