Anda di halaman 1dari 13

PMK tentang Pedoman

Penghitungan
Pengkreditan Pajak
Masukan
OLEH:
D I A N A A F I FA H
143020008588 / 4-I

PKP YANG DALAM 1 TAHUN MENCAPAI JUMLAH


PEREDARAN USAHA TIDAK MELEBIHI JUMLAH
TERTENTU
Dasar Hukum:

PERATURAN MENTERI KEUANGAN


NO.74/PMK.03/2010
Tanggal 31 Maret 2010

1. PKP yang dapat menggunakan Pedoman Penghitungan


Pengkreditan PM
(1 Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat
) menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan
apabila
memenuhi
syarat
:
a. mempunyai peredaran usaha dalam 2 (dua) tahun buku sebelumnya
tidak melebihi Rp 1.800.000.000,00 (satu miliar delapan ratus juta
rupiah) untuk setiap 1 (satu) tahun buku; atau
b. Wajib Pajak yang baru dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
(2 Bagi Pengusaha Kena Pajak Orang Pribadi yang dikecualikan dari
) kewajiban menyelenggarakan pembukuan, pengertian tahun buku
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah tahun kalender.

2.

Bagi PKP yang semula menggunakan Pedoman Penghitungan Pengkreditan


PM, yg dalam bagian satu tahun buku ternyata omset sudah melebihi 1,8M
maka wajib beralih menggunakan mekanisme umum pengkreditan, yaitu PKPM sebagaimana ditentukan pasal 9 ayat (2) UU PPN 1984 pada Masa Pajak
berikutnya. PM yang dpat dikreditkan adalah PM mulai Masa Pajak saat
digunakan mekanisme umum pengkreditan PM

3.

Bagi PKP yang merupakan wajib pajak yang baru dikukuhkan sebagai PKP,
apabila dalam 2 tahun buku berikutnya jumlah peredaran usaha tiap-tiap
tahun buku tidak melebihi 1,8M maka pada tahun buku berikutnya boleh
kembali menggunakan Pedoman penghitungan Pengkreditan PM

4.

PKP yang akan menggunakan Pedoman Penghitungan Pengkreditan PM,


wajib memberitahu secara tertulis kepada Kepala KPP tempat PKP
dikukuhkan paling lama:

a.

Pada saat batas waktu penyampaian SPT masa PPN Masa Pajak pertama
dlm tahun buku, bagi PKP yang omset dalam 2 tahun terakhir tiap-tiap
tahunnya tidak melebihi 1,8M, atau

b.

Pada saat batas waktu penyampaian SPT Masa PPN Masa pajak saat
dikukuhkan sebagai PKP, bagi WP yang baru dikukuhkan sebagai PKP

5.

PM yang dapat dikreditkan ditentukan sebagai berikut:

a.

60% dari PK untuk penyerahan JKP

b.

70% dari PK untuk penyerahan BKP

5.

Adapun PK diperoleh dari perkalian tarif 10% dengan DPP yang diperoleh
dari jumlah peredaran

Jadi, PPN yangwajib disetor pada setiap Masa Pajak untuk PKP yang
menyerahkan JKP adalah 4% dari DPP dan untuk penyerahan BKP adalah 3%
dari DPP

7.

PM yang tercantun dalam faktur pajak tidak dapat dibebankan sebagai


biaya untuk penghitungan PPh

8.

Apabila terjadi retur, PPn atas penyerahan BKP dan/atau JKP dikembalikan
atau diretur oleh pembeli, mengurangi PPN yang terutang oleh PKP
penjual dalam Masa Pajak terjadinya pengembalian BKP dan/atau JKP
sepanjang Faktur Pajak atas penyerahan BKP dan/atau JKP sudah
dilaporkan dalam SPT Masa PPN

9.

Bagi PKP yang dalam 1 tahun buku menggunakan Pedoman Penghitungan


Pengkreditan PM kemudian beralih menggunakan mekanisme umum
pengkreditan PM, hanya diperbolehkan pada Masa Pajak pertama tahun
buku berikutnya dengan ketentuan:

a.

Memberitahukan secara tertulis paling lama pada batas waktu


penyempaian SPT masa PPN Masa Pajak yang pertama

b.

PM yang dapat dikreditkan adalah PM mulai Masa Pajak pertama dari


tahun buku dimulai menggunakan mekanisme umum pengkreditan PM

10. Dalam hal PKP melakukan pembetulan SPT Masa PPN yg berakibat peredaran
usaha dalam tahun buku ybs melebihi 1,8M maka wajib:
a.

Beralih menggunakan mekanisme umum pengkreditan PM dan

b.

Membetulkan SPT masa PPN Masa Pajak berikutnya, beralih menggunakan


mekanisme umum pengkreditan PM

11. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan usaha tertentu yang
pengkreditan Pajak Masukannya menggunakan pedoman pengkreditan Pajak
Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (7a) Undang-Undang
Pajak Pertambahan Nilai, tidak diperkenankan menggunakan Pedoman
Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan yang ditetapkan berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan ini.

PKP YANG MELAKUKAN USAHA


TERTENTU
Dasar Hukum:

PERATURAN MENTERI KEUANGAN


NO.79/PMK.03/2010
Tanggal 5 April 2010 yang mulai berlaku tanggal 1 April 2010

1.

Kegiatan usaha tertentu adalah Kegiatan usaha yang semata-mata melakukan:

a)

Penyerahan kendaraan motor bekas secara eceran

b)

Penyerahan emas perhiasan secara eceran

2.

Jumlah PM yg dapat dikreditkan dapat dipilah menjadi 2, yaitu:

a)

Untuk penyerahan kendaraan motor bekas = 90% dari PK

b)

Untuk penyerahan emas perhiasan secara eceran = 80% dari PK

3.

PK dihitung dengan cara mengalikan tariff sebesar 10% dengan DPP yaitu
peredaran usaha

4.

PM yg benar-benar dibayar berdasarkan faktur pajak yang diterima tidak dapat


dibebankan sebagai biaya untuk penghitungan PPh

5.

Apabila dalam suatu Masa Pajak, PKP yang semula menjalankan usaha
tertentu beralih ke kegiatan usaha lainnya, dalam hal jumlah peredaran
usaha dalam 1 tahun buku tidak melebihi 1,8M, maka dapat menggunakan
Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan bersadarkan PMK
74/2010. Sebaliknya apabila jumlah peredaran usaha melebihi 1,8M dalam 1
tahun buku, maka pengkreditan PM nya menggunakan mekanisme umum
yang berlaku berdasarkan pasal 9 ayat (2) UU PPN 1984. perubahan pola
pengkreditan PM ini berlaku terhitung sejak Masa Pajak saat PKP tidak
melakukan kegiatan usaha tertentu.

6.

Apabila terjadi retur, PPn atas penyerahan BKP dan/atau JKP dikembalikan
atau diretur oleh pembeli, mengurangi PPN yang terutang oleh PKP penjual
dalam Masa Pajak terjadinya pengembalian BKP dan/atau JKP sepanjang
Faktur Pajak atas penyerahan BKP dan/atau JKP sudah dilaporkan dalam SPT
Masa PPN

Untuk PKP yang melakukan


penyerahan emas perhiasan
Diatur dalam PMK 30/PMK.03/2014
Mulai berlaku tanggal 10 Februari 2014

Anda mungkin juga menyukai