Anda di halaman 1dari 29

ERGONOMI

KESEHATAN
RITA KARTIKA SARI, SKM
MKes.

Ergonomi berasal dari kata-kata


dalam bahasa Yunani yaitu Ergos
yang berarti kerja dan Nomos yang
berarti ilmu, sehingga secara harfiah
dapat diartikan sebagai suatu ilmu
yang mempelajari hubungan antara
manusia dengan pekerjaannya.

Definisi Ergonomi

Penerapan ilmu biologi manusia


sejalan dengan ilmu rekayasa untuk
mencapai
penyesuaian
bersama
antara pekerja dan manusia secara
optimum,
dengan
tujuan
agar
bermanfaat
demi
efisiensi
dan
kesejahteraan.

Tujuan Ergonomi

Menghindari terjadinya kecelakaan


kerja
Dalam rangka efisiensi kerja
Untuk kepentingan kesejahteraan
Pembebanan rendah-hasil besar
Penyesuaian alat dan lingkungan kerja
Pencegahan sakit dan kecelakaan kerja

Disiplin Ilmu yg terkait :

Fisiologi
Anatomi
Kesehatan kerja
Higiene perusahaan
Arsitek
Psykologi
Teknik
Biometri
Dan lain-lain.

Tenaga Kerja :

Sektor Modern
Sektor Tradisional
Sektor Informal

Daftar Periksa Ergonomi

Penyimpanan dan penanganan barang /


material
Alat-alat / perkakas
Faktor keamanan pada mesin produksi
Penyempurnaan rancangan meja kerja
Pencahayaan di tempat kerja
Bangunan dan lingkungan kerja
Bahaya-bahaya lingkungan kerja
Fasilitas umum
Peralatan pelindung diri
Pengaturan pekerjaan

Berkaitan dengan bidang penyelidikan yang dilakukan,


ergonomi dikelompokkan atas empat bidang penyelidikan,
yaitu:
1. Penyelidikan tentang Display.

Display adalah suatu perangkat antara (interface) yang


menyajikan informasi tentang keadaan lingkungan dan
mengkomunikasikannya kepada manusia dalam bentuk
angka-angka, tanda-tanda, lambang dan sebagainya.
Informasi ini dapat disajikan dalam bentuk statis, misalnya
peta suatu kota dan dapat pula dalam bentuk dinamis yang
menggambarkan perubahan variabel menurut waktu,
misalnya speedometer.

2. Penyelidikan tentang Kekuatan Fisik


Manusia.

Dalam hal ini penyelidikan dilakukan terhadap aktivitasaktivitas manusia pada saat bekerja dan kemudian
dipelajari cara mengukur aktivitas-aktivitas tersebut.
Penyelidikan ini juga mempelajari perancangan obyek serta
peralatan yang disesuaikan dengan kemampuan fisik
manusia pada saat melakukan aktivitasnya.

3. Penyelidikan tentang Ukuran Tempat


Kerja.
Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan
rancangan tempat kerja yang sesuai dengan
dimensi tubuh manusia agar diperoleh tempat
kerja yang baik sesuai dengan kemampuan
dan keterbatasan manusia.
4. Penyelidikan tentang Lingkungan Kerja.
Penyelidikan ini meliputi kondisi lingkungan
fisik tempat kerja dan fasilitas, seperti
pengaturan cahaya, kebisingan suara,
temperatur, getaran dan lain-lain yang
dianggap mempengaruhi tingkah laku
manusia.

Pengelompokkan bidang kajian ergonomi yang


secara lengkap dikelompokkan oleh Dr. Ir.
Iftikar Z. Sutalaksana (1979) sebagai berikut:
1. Faal Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi
yang meneliti energi manusia yang
dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. Tujuan
dan bidang kajian ini adalah untuk
perancangan sistem kerja yang dapat
meminimasi konsumsi energi yang
dikeluarkan saat bekerja.
2. Antropometri, yaitu bidang kajian ergonomi
yang berhubungan dengan pengukuran
dimensi tubuh manusia untuk digunakan
dalam perancangan peralatan dan fasilitas
sehingga sesuai dengan pemakainya.

3. Biomekanika yaitu bidang kajian ergonomi yang


berhubungan dengan mekanisme tubuh dalam
melakukan suatu pekerjaan, misalnya keterlibatan
otot manusia dalam bekerja dan sebagainya
4. Penginderaan, yaitu bidang kajian ergonomi yang
erat kaitannya dengan masalah penginderaan
manusia, baik indera penglihatan, penciuman,
perasa dan sebagainya.
5. Psikologi kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang
berkaitan dengan efek psikologis dan suatu
pekerjaan terhadap pekerjanya, misalnya
terjadinya stres dan lain sebagainya.

Asuransi Tenaga Kerja

Membicarakan aspek hukum tentang


kesehatan kerja pada masa kini
harus diketahui pula tentang
program Asuransi Tenaga Kerja
(Astek).
Program ini sangat penting untuk
tenaga kerja yang bukan pegawai
negeri sipil dan anggota ABRI.

Program ini dilaksanakan berdasarkan


pengalaman banyaknya korban yang terjadi
akibat
kecelakaan
kerja
yang
mendatangkan kerugian baik jasmani
maupun rohani. Karena itu, pemerintah
membuat satu jaminan sosial bagi pekerja
yang dapat kecelakaan pada waktu
melakukan pckcrjaan di suatu perusahaan.

Jaminan sosial ini bertujuan memberikan


perlindungan terhadap risiko sosial ekonomi
yang menimpa peketja.

Ketentuan pokok mengenai jaminan sosial


ini diatur dalam Undang-undang N. 14
tahun 1969.

Salah satu dari jaminan ini adalah program Astek.


Menunit Peraturan Pemerintah RI N. 33 tahun
1977 tentang Astek.

programnya adalah berupa Asuransi Kecelakaan


Kerja, Asuransi Tabungan Hari Tua dan Asuransi
Kematian. Dalam pasal 3 ayat 1 Peraturan
Pemerintah
ini
dijelaskan
bahwa
setiap
perusahaan wajib menyelenggarakan program
Astek. Dengan demikian, program ini akan
memberikan
jaminan
terhadap
kecelakaan,
penyakit atau kematian yang timbul dan dengan
hubungan kerja.

Undang-undang kesehatan kerja telah menjadi


perhatian pemerintah sejak berdirinya negara
Republik Indonesia. Pemerintah merasa perlu
merumuskan suatu kebijakan umum yang
mengatur kesejahteraan pekerja dengan
mengeluarkan
perundang-undangan
yang
mengatur dan melindungi kesejaliteraan
pekerja.
Di
antara beberapa undang-undang yang
pernah dibuat adalah:
A.Undang-undang Kerja (1948-1951)
Peraturan Pemerintah N. 1 tahun 1951
mengatur tentang jam kerja, cuti tahunan, cuti
melahirkan, cuti haid bagi pekerja wanita,
peraturan tentang kerja bagi anak. orang
muda, wanita, persyaratan tempat kerja, dan
lain-lain.

B. Undang-undang Kecelakaan
diumumkan tahun 1947

Dinyatakan berlaku tahun 1951. Undang-undang


kecelakaan ini disebut juga Undang-undang Kompensasi
Pekerja (Workmen Compensation Law) mengatur tentang
penggantian kerugian kepada buruh yang mendapat
kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

Beberapa pasal yang patut diketahui


antara lain adalah:

1. Di perusahaan yang diwajibkan memberi tunjangan,


majikan berkewajiban membayar ganti rugi kepada buruh
yang mendapat kecelakaan berhubungan dengan
hubungan kerja pada perusahaan itu.
2. Penyakit yang timbul karena hubungan kerja dipandang
sebagai kecelakaan.
3. Jikalau buruh meninggal dunia akibat kecelakaan yang
demikian itu, kewajiban membayar kerugian itu berlaku
terhadap keluarga yang ditinggalkannya.
4. Dan seterusnya.

C. Undang-undang Keselamatan
Kerja tahun 1970.
Undang-undang ini berisi ketentuan umum
tentang keselamatan kerja yang sesuai
dengan perkembangan
masyarakat,industrialisasi, teknik, dan
teknologi dalam rangka pembinaan norma
keselamatan kerja.

Dalam Undang-undang Keselamatan kerja ini


diatur tentang keselamatan kerja di segala
tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah,
di permukaan air, di dalam air, maupun di
udara dalam wilayah hukum Indonesia.

Dalam Undang-undang Keselamatan


Kerja ini juga dicantumkan hak dan
kewajiban tenaga kerja, yaitu:

1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh


pegawai pengawas dan atau ahli keselamatan kerja.
2. Memakai alat perlindungan dirinya yang diwajibkan.
3. Memenuhi dan menaati semua syarat keselamatan
dan
kesehatan
kerja
yang
diwajibkan.
4. Meminta kepada Pengurus agar dilaksanakan semua
syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan.
5. Menyatakan keberatan kerja pada keadaan dengan
syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat
perlindungan yang diwajibkan diragukan olehnya
kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih
dapat dipertanggungjawabkan.

D. Ketentuan hukum mengenai kesehatan kerja


juga terdapat dalam UU Kesehatan. Pasal 23
Undang-undang Kesehatan ini menyatakan:

1. Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan


produktivitas kerja yang optimal.
2. Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja,
pencegahan penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja.
3. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja
4. Ketentuan mengenai kesehatan kerja sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) dan (3) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pada pasal ini diatur agar setiap pekerja dapat bekerja secara
sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekelilingnya untuk memperoleh produktivitas kerja yang
optimal. Diingatkan dalam pasal ini bahwa kesehatan kerja
meliputi pelayanan kesehatan kerja,pencegahan penyakit akibat
kerja dan syarat-syarat kesehatan. Dengan demikian,upaya
kesehatan kerja pada hakikatnya merupakan penyerasian
kapasitas kerja,beban kerja dan lingkungan kerja. Pelayanan
kesehatan kerja adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada pekerja sesuai dengan jaminan sosial tenaga kerja dan
mencakup upaya peningkatan kesehatan,pencegahan penyakit,
penyembuhan penyakit,dan pemulihan kesehatan.

Syarat kesehatan kerja meliputi persyaratan


kesehatan pekerja baik fisik maupun psikis sesuai
dengan jenis pekerjaannya, persyaratan bahan
baku,peralatan, dan proses kerja serta persyaratan
tempat atau lingkungan kerja.
Yang dimaksud dengan tempat kerja di sini adalah
tempat kerja yang terbuka atau tertutup, bergerak
atau tidak bergerak yang dipergunakan untuk
memproduksi barang atau jasa oleh satu atau
beberapa orang pekerja. Dalam pasal ini ditegaskan
bahwa yang wajib menyelenggarakan kesehatan
kerja adalah tempat yang mempunyai risiko bahaya
kesehatan atau mudah terjangkit penyakit atau
yang mempunyai karyawan lebih dari 10 orang.

Sanksi hukum bagi yang melanggar


ketentuan tentang kesehatan kerja, diatur
dalam pasal yang sama dengan sanksi
hukum pada pelanggaran kesehatan
lingkungan. Untuk Kesehatan pasal 94
berbunyi:
Barang siapa yang menyelenggarakan
tempat kerja yang tidak memenuhi
ketentuan dipidana dengan pidana
kurungan paling lama satu tahun dan atau
pidana denda paling banyak lima belas
juta.

Kelelahan Kerja / Occupational


Fatique

Kelelahan adalah suatu mekanisme


perlindungan tubuh agar tubuh terhindar
dari kerusakan lebih lanjut sehingga
terjadi pemulihan setelah istirahat. Istilah
kelelahan biasanya menunjukkan kondisi
yang berbeda-beda dari setiap individu,
tetapi semuanya bermuara kepada
kehilangan efisiensi dan penurunan
kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.

Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu


kelelahan otot dan kelelahan umum.

Kelelahan otot merupakan tremor pada otot


atau perasaan nyeri pada otot.

kelelahan
umum
ditandai
dengan
berkurangnya kemauan untuk bekerja yang
disebabkan oleh monotoni (pekerjaan yang
sifatnya monoton), intensitas dan lamanya
kerja fisik, keadaan lingkungan, kondisi mental
dan psikologis, status kesehatan, dan gizi.

Pengaruh-pengaruh tersebut terakumulasi di


dalam tubuh manusia dan menimbulkan
perasaan lelah yang dapat menyebabkan
seseorang berhenti bekerja (beraktivitas).

Kelelahan dapat diatasi dengan beristirahat


untuk menyegarkan tubuh. Apabila kelelahan
tidak segera diatasi dan pekerja dipakasa
untuk terus bekerja, maka kelelahan akan
semakin parah dan dapat mengurangi
produktivitas pekerja. Kelelahan sama halnya
dengan keadaan lapar dan haus sebagai
suatu
mekanisme
untuk
mendukung
kehidupan.

Di samping kelelahan otot dan kelelahan umum,


Grandjean (1988) juga mengklasifikasikan
kelelahan ke dalam 7 bagian yaitu:

Kelelahan visual, yaitu meningkatnya kelelahan mata


Kelelahan tubuh secara umum, yaitu kelelahan akibat
beban fisik yang berlebihan
Kelelahan mental, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh
pekerjaan mental atau intelektual
Kelelahan syaraf, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh
tekanan berlebihan pada salah satu bagian sistem
psikomotor, seperti pada pekerjaan yang membutuhkan
keterampilan
Pekerjaan yang bersifat monoton
Kelelahan kronis, yaitu kelelahan akibat akumulasi efek
jangka panjang
Kelelahan sirkadian, yaitu bagian dari ritme siangmalam, dan memulai periode tidur yang baru

Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang


kelelahan otot, yaitu
Teori kimia dan teori syaraf pusat.
1.Teori kimia menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan
adalah akibat berkurangnya cadangan energy dan
meningkatnya sisa metabolism sebagai penyebab
hilangnya efisiensi otot.
Sumamur menyatakan bahwa produktivitas mulai
menurun setelah empat jam bekerja terus menerus
(apapun jenis pekerjaannya) yang disebabkan oleh
menurunnya kadar gula di dalam darah. Itulah
sebabnya istirahat sangat diperlukan minimal
setengah jam setelah empat jam bekerja terus
menerus agar pekerja memperoleh kesempatan
untuk makan dan menambah energy yang
diperlukan tubuh untuk bekerja.

2.Teori syaraf pusat menjelaskan bahwa bahwa


perubahan kimia hanya merupakan penunjang
proses. Perubahan kimia yang terjadi menyebabkan
dihantarkannya rangsangan syaraf melalui syaraf
sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan
otot. Rangsangan aferen ini menghambat pusatpusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga
frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf
menjadi berkurang dan menyebabkan menurunnya
kekuatan dan kecepatan kontraksi otot serta
gerakan atas perintah menjadi lambat. Sehingga
semakin lambat gerakan seseorang menunjukkan
semakin lelah kondisi seseorang.

Pengukuran Kelelahan

Sampai saat ini belum ada cara untuk


mengukur tingkat kelelahan secara langsung.
Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh
peneliti sebelumnya hanya berupa indikator
yang menunjukkan terjadinya kelelahan
akibat kerja. Grandjean (1993) dalam
Tarwaka et al (2004) mengelompokkan
metode pengukuran kelelahan dalam
beberapa kelompok, yaitu:

Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan


Uji psikomotor
Uji hilangnya kelipan (flicker-fusion test)
Perasaan kelelahan secara subjektif
Uji mental

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai