Anda di halaman 1dari 40

PPGD

Pecinta Alam

HIMAPASTIK
Anggi Pratama
SEPATAH KATA
Berpetualang di alam bebas bukan merupakan suatu
kegiatan senang-senang atau hura-hura semata, tapi
banyak makna yang kita peroleh dari kegiatan ini.
Dengan kegiatan ini,kita dilatih untuk siap, tangguh,
kuat, percaya diri, dsb. Setidaknya kita dapat
memberikan informasi mengenai keadaan iklim dan
keadaan lingkungan tersebut kepada orang lain.
Namun dibalik itu semua kegiatan berpetualang
dialam bebas mengandung resiko yang besar, baik
resiko kecelakaan bahkan kematian. Yang kurang
disadari oleh para petualang alam bebas adalah
kecelakaan yang sebenarnya dapat terjadi dimana
saja dan kapan saja, dan pada saat kejadian tersebut
belum tentu ada tenaga kesehatan disekitar tempat
kejadian. Oleh karena itu untuk berpetualang dialam
bebas amat perlu pengetahuan tentang penanganan
gawat darurat pada kegiatan di alam bebas tersebut.
Pengetahuan ini bermanfaat sebagai keahlian dasar
(basic survival Skill) dan ini harus dimiliki oleh
setiap petualang. Kemampuan penanganan
awal/pertolongan pertama pada korban baik diri kita
maupun orang lain akan menentukan keberhasilan.
Banyak kejadian kecelakaan di alam bebas yang
disebabkan kurangnya pengetahuan maupun
ketrampilan yang dimiliki oleh para petualang itu
sendiri. Hal ini merupakan hasil pengamatan dari
berbagai operasi SAR yang pernah dilakukan. Untuk
kegiatan di alam bebas banyak hal yang perlu
dipersiapkan, selain persiapan fisik, mental,
peralatan, kemampuan akan pemahaman
lingkungan/daerah yang diperlukan, serta
pengetahuan-pengetahuan lainnya. Salah satunya
ialah pertolongan pertama gawat darurat (PPGD) di
alam bebas.
Persiapan pengetahuan PPGD dan perlengkapan
medis merupakan salah satu factor yang dapat
menciptakan kondisi aman dan nyaman. Jadi
dalam melaksanakan kegiatan berpetualang di
alam bebas kita harus mempertimbangkan
terlebih dahulu pengetahuan dan perlengkapan
medis kita sebelum kita melakukan kegiatan
tersebut. Sebagai catatan yang mesti kita
perhatikan ialah resiko-resiko
bahaya/kecelakaan yang terjadi dan jika ini telah
diklasifikasikan kita harus siap dan tanggap
dalam bagaimana kita menanganinya.
Kemampuan dalam menghadapi situasi
bahaya/kecelakaan juga amat diperlukan.
HAL YANG HARUS DI PERHATIKAN
MENJELAJAH ALAM
Materi
Fisik

Mental

Daya tahan tubuh


1. Kebutuhan Oksigen
2. Kebutuhan Air
3. Kebutuhan elektrolit
4. Suhu lingkungan, dan
5. Makanan
Obat - obatan
PERALATAN PENANGANAN KEGAWAT
DARURATAN
Peralatan Penanganan Keadaan Gawat Darurat
Buku petunjuk mengenai penanganan keadaan darurat
dari medis
Mitela (pembalut segitiga) minimal 2 buah
Perban elastis ukuran 2 inchi
Perban ukuran 5 cm dan 10 cm
Perban steril dan kapas
Plester, tensoplant, band vit
Gunting, pingset, dan pisau kecil
Lampu senter
Cotton bad, jarum kecil, peniti
Sofratur.
( Biasa nya para penjelajah alam bebas menyediakan ini
semua dalam medical kit nya apa bila ingin menjelajah ke
Alam )
PENANGANAN KEADAAN GAWAT
DARURAT
Teknik penganan dalam keadaan gawat darurat sangat
menentukan keberhasilan. Dalam teknik penanganan
keadaan gawat darurat faktor kecelakaan dibedakan menjadi
beberapa keadaan yang menentukan dalam tindakan yang
harus dilakukan:

1. Keadaan gawat tetapi tidak darurat, dimana korban


memerlukan penanganan tepat dan baik tetapi penanganan
tidak perlu saat itu juga
Misalnya: luka memar akibat terkena benda keras.
2. Keadaan darurat, dimana korban memerlukan penanganan
segera walaupun tidak terlalu membahayakan
Misalnya: demam akibat terlalu banyak bergerak/kelelahan
dsn menurunnya suhu tubuh.
3. Keadaan gawat darurat, yaitu korban yang memerlukan
penanganan yang baik dan tepat dengan segera
Misalnya: hipotermia, akibat keadaan dimana suhu tubuh
jatuh kedalam suhu dibawah normal.
Jika mendapat seseorang mengalami suatu kecelakaan tanpa
diketahui bentuk ataupun penyebabnya, kita dapat menganggap
sebagai korban gawat darurat sampai kita dapat memastikan
korban tidak dalam keadaan tersebut. Penilaian yang tepat dan
cepat dalam penanganan korban merupakan hal yang harus
diperhatikan guna menghindari timbulnya resiko cacat dan
kematian. Sebagai seseorang yang suka melakukan kegiatan
petualangan di alam bebas jika menemukan korban dimanapun
dan dalam keadaan apapun kita harus segera memeriksa korban
tanpa memindahkan korban terlebih dahulu. Tetapi apabil
kejadian disekitar membahayakan kita dapat memindahkan
korban pada tempat yang aman dan stabil. Setelah itu kita
persiapkan evaluasi kemuddian kita serahkan pada tenaga
medis.
DALAM HAL INI ADA 7 LANGKAH PENTING YANG
HARUS DILAKUKAN KETIKA TERJADI
KECELAKAAN BERDASARKAN PRIORITASNYA

1. Amankan Situasi dan lingkungan sekitar kejadian.


Tujuannya :
Agar keadaan terkendali dan bisa mendapatkan respon
yang maksimal dari para anggota kelompok kegiatan
dalam waktu singkat. Pemimpin kelompok harus segera
mengatur keadaan dan membagikan tugas kepada para
anggota.

2. Dekati Korban dengan hati-hati.


Tujuannya :
Untuk menghindari keadaan yang lebih buruk dan
menjaga agar anggota yang lain tetap aman, korban harus
didekati dengan cepat tetapi hati-hati, penting sekali untuk
menjaga korban dari luka yang lebih berat.
CONTINUE
3. Lakukan Pertolongan pertama.
Tujuannya :
Untuk menghindarkan korban dari keadaan yang dapat
mengancam kehidupan. Teknik ABC sangat menentukan
keberhasilan. Pertolongan pertama merupakan hal yang
terpenting. Misalnya bila korban berada pada tempat yang
berbahaya, pindahkan korban ke tempat yang lebih aman,
periksa keadaan korban, paling tidak melihat korban
bernafas atau tidak, ada denyut nadi atau tidak. Ada
pendarahan atau tidak, dan yang pasti kita jangan Cuma
diam, atasi keadaan tersebut.

4. Lindungi Korban.
Tujuannya :
Untuk mengurangi tekanan baik fisik maupun mental pada
korban. apapun jenis cederanyanya, korban memerlukan
perlindungan dari panas dan dingin. Apabila korban tidak
mengenal kita, kita harus menjelaskan siapa dan apa yang
kita lakukan (bila korban dalam keadaan sadar).
CONTINUE
5. Tentukan apakah ada cedera atau luka lainnya.
Tujuannya :
Untuk mengetahui semua cedera yang terjadi baik
cedera ringan ataupun berat. Hal ini dapat dilakukan
setelah kita menangani keadaan ancaman jiwa.

6. Tentukan apa yang harus dikerjakan.


Tujuannya :
Untuk menstabilkan aktivitas, sehingga dapat
dilakukan perawatan maksimal secara bertahap, ini
dilakukan setelah selesai tindakan-tindakan diatas.
Kemudian merencanakan tindakan selanjutnya dan
evakuasi cedera korban, kondisi korban, mental
korban, cuaca dan lokasi kegiatan dan transportasi
yang ada.
CONTINUE

7. Laksanakan apa yang telah direncanakan.


Tujuannya :
Untuk menyelesaikan perawatan korban dan
memastikan keselamatan baik korban maupun
anggota lainnya, setelah dievakuasi menyeluruh
dari situasi keadaan kecelakaan, anggota yang
lain disiapkan untuk melaksanakan rencana
yang telah disusun. Jika korban untuk
melakukan evakuasi seorang diri, diperlukan
pemeriksaan dan observasi lebih lanjut pada
korban.
DAN ADA JUGA TEKNIK PPGD LAIN NYA
YAITU :

1. Airway with cervical spine control


2. Breathking support
3. Circulation with bleeding control
4. Disability
5. Exposure and environmental control
A. AIRWAY WITH CERVICAL SPINE CONTROL
(MEMBEBASKAN JALAN NAFAS DENGAN
MEMPERHATIKAN KONDISI LEHER)

Pada setiap korban kecelakaan, yang harus kita perhatikan pertama


kali ialah apakah korban dapat bernafas atau tidak, karena jalan
nafas merupakan tempat masuknya udara mulai dari mulut atau
hidung sampai ke paru-paru. Seseorang yang mengalami gangguan
pernafasan jika jalan nafasnya mengalami hambatan.
Untuk korban yang masih dalam keadaan sadar, kita dapat
mengetahui korban tidak mengalami gangguan jika korban masih
dapat bicara. Tapi untuk korban yang tidak sadar, kita dapat
memastikan korban dapat bernafas atau tidak dengan melihat
adanya pergerakan pada dinding korban atau dengan meletakkan
punggung tangan diatas hidung atau mulut korban atau bisa juga
dengan melihat uap pernafasan pada kaca jam tangan atau cermin.
Apabila kita tidak merasakannya, kita harus membebaskan jalan
nafas korban terlebih dahulu dengan cara menengadahkan kepala
korban kemudian dengan chin lift atau jaw thrust (mengangkat dagu
dan mendorong rahang bawah ke arah depan). Apabila terdapat
benda yang menyumbat pada jalan pernafasan dapat dikeluarkan
dengan menggunakan jari seperti mengait tetapi harus dengan hati-
hati jangan sampai benda tersebut terdorong semakin dalam.
B. BREATHKING SUPPORT
(BANTUAN PERNAFASAN)
Setelah kita tahu jalan pernafasan sudah bebas, kita harus memastikan
kembali apakah korban telah bernafas atau belum. Jika sudah bernafas,
kita perlu untuk mempertahankan keadaan tersebut. Tapi jika korban
belum dapat bernafas atau pernafasannya belum optimal (kurang
10x/Menit), kita perlu memberikan bantuan pernafasan dari mulut ke
mulut, tapi bila waktu meniup ke dalam mulut timbul sumbatan atau
mulut sukar di buka, maka pernafasan buatan dapat dilakukan dari
mulut ke hidung.
Langkah-langkah dalam melakukan pernafasan buatan :
1. jalan nafas telah bebas dari sumbatan
2. tutup hidung korban dengan dua jari, untuk mencegah terjadinya
kebocoran saat dilakukan pernafasan buatan
3. ambil nafas dalam-dalam, rapatkan mulut penolong melingkar mulut
korban sambil melihat pergerakan dada korban (buka pakaian korban
untuk memudahkan penilaian). Jika dada korban naik, hentikan
hembusan dan lepaskan mulut penolong dari mulut korban, biarkan
korban menghembuskan nafas secara pasif, lakukan 3-5 kali dan bila saat
menghembuskan nafas korban terlihat naik kemungkinan udara masuk
ke lambung, hal ini dapat terjadi karena jalan nafas tidak terbuka
dengan baik, keadaan ini harus segera diantisipasi karena selain bantuan
pernafasan tidak efisien, juga hembusan udara kedalam lambung akan
mengakibatkan muntahan yang jika masuk ke dalam saluran pernafasan
dapat mengakibatkan kematian.
4. pemberian bantuan nafas sebaiknya dilakukan dalam 5 detik.
C. CIRCULATION SUPPORT (BANTUAN
SIRKULASI)
Bantuan sirkulasi dilakukan pada korban yang
mengalami henti jantung yang dapat diketahui
jika kita mendapatkan korban dalam keadaan:
1. tidak sadar
2. henti nafas
3. tidak teraba denyut nadi pada pembuluh
darah besar korban (Syok)
TEKNIK DASAR SIRKULASI :
1. kita berlutut pada salah satu sisi korban atau pada sisi yang
berlawanan jika ada dua penolong,

2. tempatkan pangkal sebelah tangan penolong pada 1/3 bagian


bawah tulang dada korban dan tempatkan pangkal tangan yang lain
diatas tangan pertama,

3. dorong tulang dada tegak lurus kebawah kearah tulang punggung


dengan gerakan pada pinggul menggunakan berat kira-kira 4-5cm,

4. pertahankan posisi tersebut kurang lebih 1/2detik lagi,

5. penekanan berikutnya dilakukan 60 kali/menit, bila pertolongan


dilakukan oleh dua orang dan 80 kali/menit bila pertolongan
dilakukan oleh satu orang.

6. evaluasi setelah dilakukan resusitasi paru (RPJ) selama 1 menit (4


Siklus) dengan memeriksa dan nadi pada arteri dileher selama 5
detik.
D. DISABILITY
(EVALUASI GANGGUAN NEOROLOGIS)

Pada akhir pemeriksaan evaluasi awal diatas (ABC),


lakukan evaluasi terhadap keadaan neorologis secara
tepat. Yang dinilai disini adalah tingkat kesadaran
korban dengan metode AVPU yaitu:
A = Alart (sadar)
V = Verbal Respon (reaksi terhadap rangsangan
suara)
P = Pain Respon (reaksi terhadap rangsangan
sentuhan)
U = Unresponsive (tidak ada respon)
Jika korban dalam keadaan sadar menunjukkan
kondisi korban yang lebih baik tetapi jika korban
dalam keadaan tidak sadar maka penolong harus
lebih waspada akan perlu dilakukan tindakan-
tindakan penanganan dan pemeriksaan lebih lanjut
untuk mencari kelainan lainya.
E. EXPOSURE/ENVIRONMENT
(MEMERIKSA KORBAN SECARA KESELURUHAN DAN
MENJAGA KONDISI KORBAN)

Exposure/environment merupakan langkah-langkah yang


kita lakukan dengan memeriksa seluruh tubuh korban dan
fungsi-fungsi tubuh lainnya (jika perlu seluruh pakaian
korban dibuka). Pemeriksaan dapat dilakukan dengan
inspeksi (melihat secara keseluruhan korban dari atas ke
bawah). Dan dapat dilanjutkan dengan korban
menggerakkan seluruh anggota tubuh korban (jika korban
mampu), apabila ada trauma kepala atau patah pada
tulang, pemeriksaan bagian tubuh bagian belakang harus
dilakukan secara Lob Rolled (dibalikkan secara bersamaan
dengan posisi kepala dan leher sejajar dengan batang
tubuh). Selanjutnya korban dipertahankan.
Kondisinya dalam keadaan aman dan stabil termasuk
membuka dan mengganti pakaian korban bila basah dan
melindungi korban dari pengaruh lingkungan. Setelah
korban dalam keadaan stabil dapat dimulai evakuasi.
KASUS-KASUS KHUSUS :
Penanganan-penanganan diatas merupakan
suatu penanganan bersifat umum, adapun untuk
kegiatan petualangan di alam bebas, selain ada
juga korban/keadaan yang dapat diklasifikasikan
sebagai penyakit pegunungan (Mountaing
Sickness), antara lain :
HIPOTERMIA

Hipotermia adalah suatu keadaan dimana suhu jatuh


kedalam suhu dibawah normal. Penyebab terjadinya
hipotermia antara lain:
1. tubuh terendam dalam suhu dibawah titik beku dimana
kejadian hipotermia akan cepat berlangsung
2. Hipotermia akan berlangsung perlahan bila berada/kontak
lama dalam lingkungan suhu dingin
3. Hipotermia lebih mudah terjadi pada seseorang yang
kelelahan, kelaparan, ketakutan, tubuh basah, terkena angin
dingin, dan kekurangan oksigen pada ketinggian.
Gejala-gelanya :
1. penurunan suhu tubuh dengan tanda-tanda korban, bila
diraba seluruh tubuh terasa dingin dan tampak kelabu dan
kebiru-biruan atau pucat
2. tanda-tanda vital : frekuensi nadi, kuat atau lemahnya
denyut nadi tidak normal, begitu juga suhu tubuh dan
pernafasannya tidak normal dibandingkan orang normal
3. korban dapat mengalami penurunan kesadaran,
mengantuk, mengigau (Linglung) atau tidak sadar.
PENANGANANNYA :

1. yang harus diperhatikan pertama kali adalah


resusitasi ABC, terutama jalan nafas, bila ada henti
jantung atau henti nafas segera lakukan RJP.
2. cegah kehilangan panas, terutama panas tubuh
dengan memindahkan korban dari lingkungan
dingin. Pada penderita hipotermia ringan biasanya
merespon terhadap penghambatan dari luar, dengan
melepaskan baju basah dan dingin. Kemudian
dipakaikan selimut/jaket yang hangat (bisa juga
dengan Sleeping Bag). Dekatkan korban dengan
perapian.
3. berikan korban minuman air gula yang hangat
4. segera evakuasi sambil memonitor kesadaran
umum (kesadaran pernafasan dan denyut jantung)
HIPOGLIKEMI
Hipokligemi adalah keadaan dimana kadar gula dalam darah menjadi
rendah disebabkan kekurangan zat gula termasuk cadangan dalam
tubuh. Keadaan ini bisa terjadi pada korban yang lama tidak makan atau
minum yang mengandung zat gula dalam lingkungan dingin dalam
waktu yang cukup lama dengan gejala-gejala : keringat dingin,
penglihatan menjadi kabur, kehilangan kemampuan untuk bergerak,
kejang, jantung berdebar, cemas, gelisah, bingung bahkan tidak sadar.
Keluhan tersebut akan hilang atau berkurang dengan pemberian zat
gula.
Penanganannya :
1. baringkan korban tanpa bantal
2. jaga jalan nafas, berikan oksigen bila ada oksigen. Jika terjadi henti
jantung dan atau henti nafas lakukan kembali RJP seperti penanganan
keadaan umum.
3. jika korban sadar cepat beri minum atau makanan yang kaya
kandungan glukosa (manis, mengandung zat gula/pati)
4. Korban harus tetap diusahakan dalam keadaan sadar, baik itu dengan
cara dibangunkan ataupun dengan pemberian rangsangan sakit,
hangatkan korban dan secepat mungkin dievakuasi ke instansi kesehatan
terdekat untuk mendapatkan pertolongan selanjutnya.
FROSBITE

Suatu proses penurunan suhu tubuh yang


disebabkan oleh suhu dingin yang menyebabkan
terjadinya kekakuan atau membekunya anggota
tubuh. Gejala-gejala ini dapat kita ketahui pada
ujung-ujung jari dan kaki menjadi dingin dan kaku,
atau pada kuping/telinga kita jika kita merasa begitu
dingin. Frosbite ini biasanya menyerang pada
petualang alam bebas di medan es/gunung es.
Frosbite dibagi menjadi dua golongan :
1. Frosbite permukaan
Biasanya yang terkena hanya kulit dan lapisan
dibawahnya ditandai dengan terasa kerasnya kulit
dan berwarna abu-abu putih, terasa sakit lama-
kelamaan menghilang.
PENANGANANNYA :

a. letakkan bagian yang terkena pada anggota tubuh yang


lain yang hangat tetapi jangan digosok agar tidak terjadi
kematian/kerusakan jaringan.
b. Rendam dengan air hangat, jangan menyentuh tersebut
langsung ke benda panas, api, lampu atau batu panas.
c. Beri makanan dan minuman hangat non alkohol dan
gerakan bagian yang terkena, sebaiknya makanan dan
minuman yang lembut.
2. Frosbite dalam
Yang terkena adalah otot-otot dan tulang ditandai dengan
membesarnya bagian yang terkena dan menjadi kaku dan
mati rasa.
Penanganannya :
Lakukan pencarian seperti pada penanganan frosbite
permukaan lakukan terus menerus dengan berurutan.
DEHIDRASI
Dehidrasi adalah kekurangan cairan yang
disebabkan oleh kekurangan pemasukan cairan atau
pengeluaran cairan yang berlebihan. Keadaan ini
dapat terjadi pada orang-orang yang melakukan
aktivitas berat dalam waktu yang cukup lama tanpa
mengkonsumsi cukup cairan. Dehidrasi juga dapat
terjadi pada orang yang menderita diare. Karena
orang yang terkena diare, cairannya banyak yang
terbuang melalui pencernaan. Bahaya lain dari
dehidrasi adalah terganggunya keseimbangan
elektrolit tubuh dan dapat menjadi penyakit pada
keadaan bahaya lain seperti kram otot. Heat stroke,
syok. Dehidrasi jika dilakukan terus menerus akan
menyebabkan kondisi kematian.

Penanganan : berikan cairan yang cukup


HEAT STROKE

Adalah gangguan pada tubuh yang disebabkan oleh


sengatan panas sebagai akibat kegiatan fisik dilingkungan
suhu fisik di lingkungan suhu panas atau cuaca yang
sangat panas, sehingga timbul gangguan hebat pada
sistem pengaturan suhu tubuh disertai tanda-tanda yang
khas yaitu:
- Kenaikan suhu badan yang tinggi
- Kejang
- Penurunan kesadaran, koma bahkan kematian
Gejala-gejala heatstroke terdiri dari :
Gejala Lanjutan : korban menjadi pasif (malas
berkomunikasi), muntah yang sangat hebat, suhu tubuh
menjadi sangat panas ( 45C), nadi sangat cepat (
160x/menit), pernafasan cepat, kejang pada bagian tubuh
tertentu, kulit menjadi merah, panas dan kering.
Gejala Kritis : Syok, kesadaran semakin menurun, pupil
membesar, kejang pada seluruh tubuh.
PENANGANANNYA :
1. jaga jalan nafas tetap bebas, pernafasan tetap baik, (ABC) lakukan
RJP jika perlu
2. kecuali gejala heatstroke secara dini, pindahkan ke tempat yang
teduh, baringkan korban, longgarkan pakaian dan perlengkapannya.
3. apabila tidak ada alat pengukur suhu tubuh, kita dapat
membandingkan suhu tubuh korban dengan suhu tubuh kita sebagai
penolong
4. dinginkan tubuh korban dengan segera sampai suhu tubuh kira-
kira 38.5C dengan mengompres tengkuk dengan air dingin, dan bila
mungkin diberi cukup air minum
5. keringkan tubuh korban untuk mencegah korban jatuh kedalam
keadaan hipotermia.
6. monitor suhu tubuh setiap 5 menit, jaga korban tetap dalam
keadaan sadar.
Catatan :
Jika Heat stroke ini didiamkan akan menyebabkan mati suri,
keadaan lebih lanjut dari pingsan dimana fungsi pernafasan
menurun dan tidak mencukupi lagi, korban jadi tidak sadar, denyut
nadi tidak teraba, dan pernafasan tidak tampak, pupil mata melebar
dan ada reaksi terhadap penyinaran, muka pucat kebiru-biruan.
TRAUMA OTOT DAN TULANG

LUKA
Dalam melaksanakan kegiatan di alam bebas, luka dalam
jenis trauma yang sering terjadi, baik oleh kekuatan
mekanis, kimiawi, atau sebab-sebab lainnya. Akibat
trauma ini tidak saja dapat mengenai kulit tapi dapat juga
mengenai jaringan-jaringan dibawahnya seperti otot, urat
syaraf, pembuluh darah, tulang, dan organ-organ lainnya.
Jenis-jenis luka yang sering terjadi antara lain :
Luka Memar
Luka Lecet
Luka sayat
Luka tusuk
Luka Gigit
Luka bakar
1. Luka Memar
Suatu luka tertutup, dimana permukaan kulit tampak
utuh dan terdapat daerah yang bengkak, berwarna biru
kehitaman karena adanya darah dibawah kulit.
Penanganannya :
1. cari penyebabnya
2. jika terletak di daerah anggota gerak, adakah tanda-
tanda patah tulang (kelainan bentuk dibandingkan sisi
sebelahnya, nyeri apabila digerakkan atau bila ditekan).
Jika ada lakukan pemasangan spalk/bodai dengan benar
3. bila terdapat didaerah dada, perut atau pinggang kita
harus berhati-hati akan kemungkinan terdapat kerusakan
organ tubuh didalam rongga dada, rongga perut, dan
pinggang (tindakannya dengan makin dari nol daerah yang
terluka agar tidak menjadi parah dan membahayakan
korban, bila perlu bawa segera ke rumah sakit terdekat)
4. jika tidak terdapat tanda-tanda diatas lakukan
pembalutan tekan dan dapat diberikan obat untuk
penghilang rasa sakit.
2. Luka Lecet
Suatu luka yang ringan dimana hanya sebagian dari permukaan kulit saja yang terkena,
dapat disebabkan oleh suatu gesekan yang terus menerus atau gesekan pada benda yang
keras.
Penanganannya :
Cukup dengan membersihkan dan memberikan obat merah/betadine untuk mencegah kuman,
luka ini biasanya cepat mengering/sembuh.
3. Luka Sayat
Luka sayat, luka yang biasanya disebabkan oleh sayatan benda tajam yang disertai dengan
putusnya salah satu urat otot, bila cukup lebar diperlukan penjahitan pada luka jenis ini.
Yang mesti diperhatikan adalah jangan membubuhi apapun pada luka, jika luka kotor
bersihkan dengan air bersih atau mengalir, segera tutup dengan kasa steril atau kain yang
benar-benar bersih dan bawa ke sarana kesehatan.
Pada luka ini bila terjadi pendarahan yang banyak :
a. Baringkan korban, perhatikan darah yang keluar ke jalan nafas (jika ada luka di daerah
muka atau kepala)
b. Lindungi luka dengan perban tebal dan bersih, balut tekan pada bagian luka
c. Tinggikan bagian yang berdarah untuk mengurangi derasnya darah
d. Singkirkan pakaian yang menghalangi darah, untuk menilai kondisi luka
e. Warna darah yang merah segar atau mengalir deras kadang berdenyut merupakan
pendarahan arteri, sedang yang terbanyak adalah pendarahan dari vena dengan warna
merah gelap dan berasal dari bagian daerah luka untuk pendarahan dari arteri bisa
digunakan tekanan jari pada daerah pangkal dari luka atau dengan mempergunakan torniket
yang diikat selama 1 menit dan kendorkan 5 menit berselang seling, namun tindakan ini
tidak dianjurkan dan tidak dapat dilakukan untuk keadaan yang sangat terpaksa seperti
pendarahan yang hebat dimana pendarahan tidak dapat berhenti dengan balut tekan dan
penekanan arteri penangkal dari luka.
4. Luka Tusuk
Luka akibat tertusuk benda tajam. Jenis luka ini
hampir sama dengan luka sayat dalam cara
penanganan luka. Bedanya jika terjadi pendarahan
pada luka tusuk, jangan mencoba mencabut benda
yang ada/menusuk tubuh karena dapat menimbulkan
luka yang terbuka sehingga akan terjadi infeksi atau
timbul pendarahan, buat bantalan lilitan ujung
perban ke jari membuat lingkaran, buatlah lilitan
melingkar disetiap ujungnya keatas dan kebawah,
letakkan diatas tempat yang terkena tusukan (luka
tusukan berupa pecahan kaca atau benda-benda kecil
lainnya).
5. Luka Gigit
Luka yang diakibatkan oleh gigitan ular atau hewan-hewan lainnya. Luka jenis ini walaupun kecil selalu
kita anggap sebagai luka yang kotor dan sangat potensial untuk terjadi infeksi. Untuk kegiatan petualangan
di alam bebas, luka gigitan binatang ini lebih banyak diakibatkan ulah gigitan binatang melata (ular) dan ini
yang mesti kita hindarkan karena sebagian besar bisa biasanya 2 titik tusukan, ada kalanya bekas tusukan
Cuma satu, jika ular yang menyerang dari satu sisi.
Bisa ular terdiri dari 3 macam :
a. Neurotoksik
Racun bagi jaringan syaraf biasanya disertai sesak nafas dan luka gigitannya tidak terasa sakit namun
sangat cepat berbahaya bahkan tanda-tanda tidak begitu jelas.
b. Hemotxil
Racun bagi sel-sel darah bisanya menimbulkan bercak darah di seluruh tubuh, disertai batuk darah, kencing
darah, luka gigitannya terasa nyeri dan membengkak.
c. Kardiotoksik
Racun bagi jantung karena fungsi jantung itu sendiri sangat vital biasanya sangat sulit untuk ditangani,
jenis ini adapun tanda-tandanya luka dari bekas gigitannya berwarna hitam atau kebiru-biruan,
penyebarannya sangat cepat.
Penanganan luka gigitan ular berbisa
Karena akibatnya yang fatal, luka akibat gigitan ular berbisa ini harus segera ditangani. Adapun tindakan
yang paling tepat ialah dengan menginjeksi anti bisa ular (SABU) agar racun (bisa tersebut dapat segera
dinetralkan). Jika SABU tak ada maka hal yang perlu dilakukan adalah :
a. Tenangkan korban
Baringkan korban dan jaga korban tidak banyak melakukan aktifitas, untuk menghindari percepatan
penyebaran racun atau bisa ular dalam tubuh.
b. Pasangkan tornikuet (pita Pengikat) pada daerah yang lebih dekat dengan jantung. Pengikat tidak perlu
terlalu ketat sebab tujuan pengikatan adalah hanya untuk memperlambat peredaran darah atau dalam
darah, dan bukan memberhentikannya, pita pengikat dibuka setiap 5 sampai 10 menit dengan tujuan agar
tidak terjadi kematian jaringan.
c. Mengeluarkan bisa ular dengan melakukan pengisapan pada daerah luka irisan dengan menggunakan alat
pengisap (sangat dianjurkan untuk tidak menghisap dengan mulut, karena apabila ada lubang pada gigi
akan mengakibatkan bisa masuk kedalam tubuh dan meracuni penolong).
TERKILIR
Biasanya korban mengeluh tangan atau kakinya tidak bias digerakkan dan terasa
nyeri, yang harus diperhatikan adalah anggota gerak tersebut harus diistirahatkan
lalu ditempatkan pada posisi yang seharusnya tidak boleh digerakkan, selain itu harus
diperhatikan bagian anggota gerak mana yang terkena, karena bagian yang berbeda
memerlukan penanganan yang berbeda pula.
Pada kejadian terkilir terjadi pergeseran baik sebagian maupun keseluruhan tulang-
tulang pada suatu persendian, pergeseran ini dapat terjadi sementara dan kembali
tanpa dilakukan suatu tindakan atau menetap dan tidak bias kembali tanpa tindakan
tertentu. Seperti pada patah tulang luka ini dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat
karenanya pada luka ini juga harus dijaga agar tidak terlalu banyak gerakan.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan :
1. Letakkan daerah yang terluka dalam posisi yang nyaman.
Lakukan RICE yaitu :
- R, Rest : Istirahatkan bagian yang luka tidak bergerak atau menahan beban
- I, Immobilisation : jaga daerah yang luka tidak bergerak dengan menggunakan
pembalut elastis, mitella, pembalut gulung kain, handuk atau benda lain yang dapat
menahan gerakan pada persendian.
- C, Compress : kompres daerah yang luka dengan es/air dingin/benda dingin pada
24jam pertama kemudian dengan benda hangat.
- E, Elevation : tinggikan daerah yang terluka.
2. Topang Persendian yang terluka dengan menggunakan mitella atau benda lain.
Kemudian korban dibawa kepusat pelayanan kesehatan.
PATAH TULANG
Patah tulang adalah hilangnya kontuinitas (keseimbangan) tulang. Bila patah
terjadi pada seseorang dapat timbul syok, kecacatan, kematian. Berdasarkan
hubungan dengan dunia luar patah tulang terbagi menjadi patah tulang
terbuka dan patah tulang tertutup. Patah tulang terbuka adalah kulit-kulit
luka adalah kulit-kulit luka ada hubungan antara tulang dengan dunia luar
kemungkinan kuman-kuman masuk melalui luka dan menimbulkan infeksi.
Patah tulang tertutup adalah jika tidak ada hubungan antar tulang dengan
dunia luar (kulit tetap utuh).
Patah tulang dapat disebabkan oleh :
- Kekuatan langsung yaitu oleh benda tumpul atau tajam sehingga patah
tulang terjadi pada tempat yang terkena.
- Kekuatan tidak langsung yaitu jika disebabkan oleh kekuatan awal
diteruskan secara langsung melalui satu atau lebih persendian sehingga patah
tulang terjadi tidak pada tempat terkena.
- Tekanan atau benturan berulang-ulang.
Korban patah tulang biasanya mengeluh terasa nyeri terutama pada bagian
anggota tubuh yang mengalami patah tulang digerakkan atau tampak
kelainan bentuk dari anggota tubuh karena trauma, selain itu juga korban
bisa mengeluh lecet atau memar dan bengkak. Adanya keluhan lain juga
harus ditanyakan dan diperiksa berupa rasa baal atau hilangnya kemampuan
untuk bergerak, kulit pucat atau kebiruan pada jari-jari tangan/kaki bahkan
mulut mungkin terjadi hilang kesadaran.
PENANGANAN :
Penanganan korban patah tulang setiap gerakan pada daerah yang
terluka dapat menyebabkan syok dan dapat menimbulkan kerusakan
yang lebih beasar. Oleh karena itu [ada luka terbuka harus
dilakukan penangan agar tidak terjadi gerakan pada daerah patah
tulang, adapun hal yang perlu dilakukan pada korban patah tulang
ialah:
1. Letakkan daerah yang terluka di posisi yang nyaman dengan
sedikit mungkin gerakan
2. Jika ada pendarahan segera atasi dengan balut tekan.
3. Balut bidai dengan papan/dahan kayu/handuk dengan panjang
melebihi dua persendian di atas dan di bawah luka
4. Pasang bidai paling sedikit dua buah pada dua sisi yang melebihi
dua persendian
5. Ikat bidai di tiga tempat atau lebih, sehingga daerah yang luka
dan persendian di atas dan di bawah luka tidak bisa digerakkan
6. Topang daerah yang luka agar tidak bergerak terhadap tubuh
korban dengan mitella atau alat yang lain
7. Persiapkan korban untuk dievakuasi.
10. TRAUMA KEPALA

Trauma kepala yang terjadi di alam bebas dapat


disebabkan oleh jatuhnya benda keras atau jika
terjatuh dan kepala terbentur dengan benda
yang keras. Semua trauma kepala berpotensi
untuk menimbulkan kematian keseriusan cedera
tergantung dari derajat kerusakan otak dan dan
dibandingkan dengan keadaan yang terlihat.
Gejala adanya gangguan pada otak mulai dari
yang ringan seperti pusing, mual, muntah,
sampai yang berat seperti pingsan, timbul
kelumpuhan atau gerakan-gerakan yang tidak
terkendali.
CATATAN PENTING
Suatu luka dapat menyebabkan kuman yang berada dipermukaan kulit
atau dari luar dapat masuk ke dalam tubuh sehingga menimbulkan
infeksi. Prinsip dalam penanganan luka adalah mengontrol pendarahan
dan mencegah infeksi.perhatikan :

1. Kesadaran ABC bersama pemeriksaan keadaan umum


2. Periksa bagian tubuh yang lain, apakah ada patah tulang, hati-hati
bila ada nyeri atau keluar di daerah leher, pinggang atau perut.
3. Untuk luka di daerah muka dagu harus waspada akan masuknydarah
ke dalam saluran pernafasan
4. Hentikan pendarahan dengan balut tekan pada daerah luka
5. Lakukan penilaian terhadap luka di daerah dada atau perut, harus
hati-hati akan kemungkinan terdapat luka yang lebih parah organ tubuh
yang tidak bisa terlihat
6. Lakukan perawatan sesuai dengan jenis luka
7. Perlu diperhatikan, jangna pegang luka dengan tangan terbuka,
pakailah perban steril/bersih atau tutup dengan kain yang bersih
8. Jangan biarkan luka terbuka (tutup dengan kasa steril atau kain
bersih lainnya)
9. Penanganan luka harus baik (dalam 6-7jam pertama karena bisa
mengurangi resiko infeksi)
10. Setelah keadaan korban stabil, pindahkan korban le daerah yang
lebih aman. Untuk luka di daerah punggung hati-hati kemungkinan
patah tulang di daerah tulang belakang.
CONTOH-CONTOH ALAT PPGD DARURAT
1. Tandu darurat
Bisa dengan mengunakan 2 batang kayu Lurus
dan Sarung
2. Tali darurat/pengikat
Bisa mengunakan tali sepatu, tali prusik di tas,
gelang prusik dan kalung dari tali prusik, bisa
dengan akar dan kulit kayu dan ikat pinggang
3. Spalak / alat Bidai
Bisa mengunakan kayu lurus, besi di punggung
Cariel ( Tulang Cariel )
SEKIAN TERIMA KASIH
LESTARI..............

Anda mungkin juga menyukai