Anda di halaman 1dari 20

Pertolongan Pertama Gawat Darurat

Pengertian PPGD

Pertolongan pertama merupakan pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit/cedera


yang memerlukan penanganan medis yang mendasar. Pelaku pertolongan pertama adalah orang
yang pertama kali tiba di tempat kejadian. Pertolongan penderita gawat darurat merupakan suatu
usaha tindakan pertama untuk mencegah/melindungi korban dari fungsi organ tubuh yang sangat
penting artinya bagi kehidupan si korban bukan untuk memberikan pengobatan. Secara tegas hal
tersebut dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kematian dan menghindarkan dari cacat bila si
korban dapat diselamatkan jiwanya. Penyebab utama kematian dari seorang penderita gawat
darurat adalah gangguan pernapasan dan henti jantung, perdarahan serta syok (shock). Bila pada
gawat darurat tersebut, jantung dan paru berhenti bekerjasecara mendadak maka hidup/matinya
korban tergantung dari cepat, tepat dan terampilnya orang melakukan pertolongan pertama, yaitu
anda yang berada dilapangan/garis depan.

PPGD (Pertolongan Pertama Gawat Darurat) adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat
dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian.

Tujuan pertolongan pertama :

Ø Mempertahankan hidu.p dan mencegah kematian

Ø Mengurangi rasa sakit ,yang diderita korban

Ø Mencegah komplikasi/ kemungkinan yang lebih fatal

Ø Memudahkan pertolongan selnjutnya

Prinsip pertolongan :

Ø Tidak menambah jumlah korban dan keparahan korban

Ø Hanya bersifat sementara sebelum mendapatkan pertolongan medis

Ø Tidak hanya berdasarkan kemauan tetapi disertai pengetahuan dan kemampuan

Dasar-dasar PPGD

Sebelum melakukan pertolongan pertama gawat darurat pada korban kecelakaan alangkah amannya
jika kita menggunakan alat-alat perlindungan diri agar diri kita lebih aman.

Alat-alat perlindungan diri yang sebaiknya dipakai antara lain adalah:

a. Sarung tangan

b. Kacamata pelindung

c. Baju pelindung

d. Masker pelindung

e. Helm

Setelah memakai seperangkat alat perlindungan diri, maka dilanjutkan ke penanganan korban yang
tahap pertama yaitu dengan menggunakan langkah-langkah dasar PPGD.

Langkah-langkah dasar PPGD:


1) D. Danger (Bahaya)

Jangan menolong kalau membahayakan diri sendiri atau pastikan kondisi sekitar sudah aman

2) R. Response (Kesadaran)

Melakukan panggilan atau tepukan untuk melihat reaksi korban, bila tidak terdapat respon berarti
korban tidak sadar

3) C. Circulation (Peredaran darah)

Pastikan darah korban mengalir, dengan memeriksa nadi korban. Yaitu dengan cara menempelkan
dua jari (jari telunjuk ditengah) pada bagian tubuh yang memiliki denyut nadi besar, yang terletak
dibeberapa tempat antara lain dileher samping, pergelangan tangan, pangkal paha, punggung
telapak kaki. Hindari menggunakan ibu jari karena denyut nadi pada ibu jari juga besar sehingga sulit
membedakan denyut nadi korban dengan peolong . bila tidak ada denyut nadi, berikan pertolongan
dengan tehnik Resusitasi Jantung Paru (RJP).

Teknik memberikan kompresi dada:

a) Tentukan letak kompresi dada yaitu pada pertengahan tulang dada (sternum)

b) Letakkan telapak tangan pada titik kompresi lalu tindihkan telapak tangan yang lain diatasnya,
dengan posisi saling mengunci

c) Dengan posisi lengan lurus, berikan tekanan kurang lebih 4-5 cm

d) Lepaskan tekanan untuk memberikan kesempatan dada mengembang

e) Lakukan penekanan dada dan bantuan pernapasan bergantian dengan siklus : 30 kali tekan
dada dan 2 kali napas buatan (1 siklus)

f) Pengecekan ulang dilakukan tiap 5 siklus

4) A. Airway (Jalan nafas)

Pastikan bahwa tidak terdapat gangguan atau sumbatan dijalan nafas korban, kalau ada sumbatan
bebaskan terlebih dahulu.

5) B. Breathing (Pernafasan)

Pastikan korban masih bernafas dengan cara mendekatkan pipi penolong ke hidung korban, dengar
dan rasakan hembusan nafasnya, lihat gerakan dadanya, bila tidak ada hembusan nafas segera beri
nafas buatan.

Adapun cara memberikan nafas buatan yaitu dengan cara:

a) Angkat dagu korban

b) Buka mulut korban dan tempelkan mulut penolong ke mulut korban dengan rapat lalu tioupkan
nafas 1 kli jeda 5 detik tiup lagi 1 kali, dipastikan sampai dada koban mengembang ketika di tiup

Triage
Triage adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk
menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi selanjutnya. Proses triage meliputi
tahap pre-hospital / lapangan dan hospital atau pusat pelayanan kesehatan lainnya. Triage lapangan
harus dilakukan oleh petugas pertama yang tiba ditempat kejadian dan tindakan ini harus dinilai
ulang terus menerus karena status triase pasien dapat berubah. Metode yang digunakan bisa secara
METTAG (Triage tagging system) atau sistem triage Penuntun Lapangan START (Simple Triage And
Rapid Transportation).

START (Simple Triage / Triage Sederhana / Triage inisial), sebagai cara triage lapangan yang
berprinsip pada sederhana dan kecepatan, dapat dilakukan oleh tenaga medis atau tenaga awam
terlatih. Dalam memilah pasien, petugas melakukan penilaian kesadaran, ventilasi, dan perfusi
selama kurang dari 60 detik lalu memberikan tanda dengan menggunakan berbagai alat berwarna,
seperti bendera, kain, atau isolasi.

Warna-warna yang digunakan dalam triase adalah:

1. Hitam : pasien meninggal atau cedera fatal yang tidak memungkinkan untuk resusitasi. Tidak
memerlukan perhatian.

2. Merah : pasien cedera berat atau mengancam jiwa dan memerlukan transport segera. Misalnya
:

a. gagal nafas

b. cedera torako-abdominal

c. cedera kepala atau maksilo-fasial berat

d. shok atau perdarahan berat

e. luka bakar berat

3. Kuning : pasien cedera yang dipastikan tidak mengancam jiwa dalam waktu dekat. Dapat
ditunda hingga beberapa jam. Misalnya :

a. cedera abdomen tanpa shok,

b. cedera dada tanpa gangguan respirasi,

c. fraktura mayor tanpa syok

d. cedera kepala atau tulang belakang leher tanpa gangguan kesadaran

e. luka bakar ringan

4. Hijau : cedera ringan yang tidak memerlukan stabilisasi segera. Misalnya :

a. cedera jaringan lunak,

b. fraktura dan dislokasi ekstremitas,

c. cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas

d. gawat darurat psikologis

Hasil Triage
Setelah mengetahui kondisi korban termasuk dalam golongan warna apa, langkah selanjutnya yang
harus dilakukan adalah:

1. pasien meninggal ditinggalkan di posisi dimana mereka ditemukan, sebaiknya ditutup. Pada
pemantauan START, seseorang dianggap meninggal bila tidak bernapas setelah dilakukan
pembersihan jalan napas dan percobaan napas buatan.Simple triage mengidentifikasi pasien mana
yang memerlukan tindakan secepatnya. Di lapangan, triage juga melakukan penilaian prioritas untuk
evakuasi ke rumah sakit. Pada sistem START, pasien dievakuasi sebagai berikut :

2. Immediate atau prioritas 1 (merah), dievakuasi dengan menggunakan ambulance dimana


mereka memerlukan penanganan medis dalam waktu kurang dari 1 jam. Pasien ini dalam keadaan
kritis dan akan meninggal bila tidak ditangani segera.

3. Delayed atau prioritas 2 (kuning), evakuasinya dapat ditunda hingga seluruh prioritas 1 sudah
dievakuasi. Pasien ini dalam kondisi stabil namun memerlukan penanganan medis lebih lanjut.

4. Minor atau prioritas 3 (hijau), tidak dievakuasi sampai prioritas 1 dan 2 seluruhnya telah
dievakuasi. Pasien ini biasanya tidak memerlukan penanganan medis lebih lanjut setidaknya selama
beberapa jam. Lanjutkan re-triage untuk mencegah terlewatnya perburukan kondisi. Pasien ini dapat
berjalan, dan umumnya hanya memerlukan perawatan luka dan antiseptik.

Skema Triage

Algoritma Dasar PPGD

1. Ada pasien tidak sadar

2. Pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong

3. Beritahukan kepada lingkungan kalau anda akan berusaha menolong

4. Posisikan diri di sebelah korban, usahakan posisi kaki yang mendekati kepala sejajar dengan
bahu pasien

5. Bebaskanlah korban dari pakaian di daerah dada (buka bagian kancing baju bagian atas agar
dada terlihat

6. Cek kesadaran pasien:

Lakukan dengan metode AVPU

A-Alert :Korban sadar jika tidak sadar lanjut ke poin V V-Verbal :Cobalah memanggil-manggil
korban dengan berbicara keras di telinga korban (pada tahap ini jangan sertakan dengan
menggoyang atau menyentuh pasien), jika tidak merespon lanjut ke P

P-Pain :Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang palingmudah adalah menekan bagian putih
dari kuku tangan (dipangkal kuku), selain itu dapat juga dengan menekan bagian tengah ulang dada
(sternum) dan juga areal diatas mata (supra orbital)
U-Unresponsive: Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi maka pasien
berada dalam keadaan unresponsive

7. Call for Help, mintalah bantuan kepada masyarakat di sekitar untuk menelpon ambulans (118)
dengan memberitahukan:

a. Jumlah korban

b. Kesadaran korban (sadar atau tidak sadar)

c. Perkiraan usia dan jenis kelamin (ex: lelaki muda atau ibu tua)

d. Tempat terjadi (alamat yang lengkap)

8. Cek apakah ada tanda-tanda berikut:

a. Luka-luka dari bagian bawah bahu ke atas (supra clavicula)

b. Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat (misal: terjatuh dari sepeda motor)

c. Berdasarkan saksi pasien mengalami cedera di tulang belakang bagian leher.

9. Tanda-tanda tersebut adalah tanda-tanda kemungkinan terjadinya cedera pada tulang


belakang bagian leher (cervical), cedera pada bagian ini sangat berbahaya karena disini tedapat
syaraf-syaraf yg mengatur fungsi vital manusia (bernapas, denyut jantung)

a. Jika tidak ada tanda-tanda tersebut maka lakukanlah Head Tilt and Chin Lift.

Chin lift dilakukan dengan cara menggunakan dua jari lalu mengangkat tulang dagu (bagian dagu
yang keras) ke atas. Ini disertai dengan melakukan Head tilt yaitu menahan kepala dan
mempertahankan posisi seperti figure berikut. Ini dilakukan untuk membebaskan jalan napas
korban.

b. Jika ada tanda-tanda tersebut, maka beralihlah ke bagian atas pasien, jepit kepala pasien
dengan paha, usahakan agar kepalanya tidak bergerak-gerak lagi (imobilisasi) dan lakukanlah Jaw
Thrust.

Jaw Thrust dilakukan dengan cara meraba bagian kepala dimulai dengan meletakkan tangan
disamping kepala bagian depan dekat dengan dagu, kemudian mulailah dengan meraba kebagian
belakang kepala korban sampai 3 kali.

Gerakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada tulang belakang bagian
leher pasien.

10. Sambil melakukan a atau b di atas, lakukan lah pemeriksaan kondisi Airway (jalan napas) dan
Breathing (Pernapasan) pasien.

11. Metode pengecekan menggunakan metode Look, Listen, and Feel


Look: Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernapas), apakah gerakan tersebut simetris?

Listen: Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas tambahan yang
abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian)

Jenis-jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas:

a. Snoring: suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas bagian
atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung dengan cara
cross-finger untuk membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang
digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang
bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan korban (eg: gigi
palsu dll). Pindahkan benda tersebut

b. Gargling: suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang disebabkan
oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger(seperti di atas), lalu lakukanlah finger-sweep
(sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk “menyapu” rongga
mulut dari cairan-cairan).

c. Crowing: suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan (edema) pada
trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust
saja.

Jika suara napas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalan napas, maka dapat
dilakukan:

a. Back Blow sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan telapak tangan daerah
diantara tulang scapula di punggung

b. Heimlich Maneuver, dengan cara memposisikan diri seperti gambar, lalu menarik tangan ke
arah belakang atas.

c. Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara memposisikan diri
seperti gambar lalu mendorong tangan kearah dalam atas.

Feel: Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa napas dari korban?

12. Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi pernapasan pasien itu
dalam 1 menit (Pernapasan normal adalah 12 -20 kali permenit)

13. Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan Look Listen
and Feel

14. Jika frekuensi nafas <12-20 kali permenit, berikan nafas bantuan (detail tentang nafas bantuan
dibawah)

15. Jika pasien mengalami henti nafas berikan nafas buatan (detail tentang nafas buatan dibawah)
16. Setelah diberikan nafas buatan maka lakukanlah pengecekan nadi carotis yang terletak di leher
(ceklah dengan 2 jari, letakkan jari di tonjolan di tengah tenggorokan, lalu gerakkan lah jari ke
samping, sampai terhambat oleh otot leher (sternocleidomastoideus), rasakanlah denyut nadi
carotis selama 10 detik.

Jika tidak ada denyut nadi maka lakukanlah Pijat Jantung(figure D dan E , figure F pada bayi),
diikuti dengan nafas buatan(figure A,B dan C),ulang sampai 6 kali siklus pijat jantung-napas buatan,
yang diakhiri dengan pijat jantung.

Cara ini dilakukan dengan cara menekan jantung di daerah dada atau bisa dikatakan memijat,
setelah itu berikan nafas buatan . Rasio RJP pada orang dewasa dilakukan sampai 5 siklus dengan
perbandingan 30 tekan dan 2 kali tiupan. Tiap Siklusnya dilakukan selama 2 menit . sedangkan
kedalaman penekanan yaitu 4-5 cm dan panjang masing-masing tiupan 1 detik

17. Cek lagi nadi karotis (dengan metode seperti diatas) selama 10 detik, jika teraba lakukan Look
Listen and Feel (kembali ke poin 11) lagi. jika tidak teraba ulangi poin nomer 17.

18. Pijat jantung dan nafas buatan dihentikan jika a.Penolong kelelahan dan sudah tidak kuat lagi
b.Pasien sudah menunjukkan tanda-tanda kematian (kaku mayat) c.Bantuan sudah datang d.Teraba
denyut nadi karotis

19. Setelah berhasil mengamankan kondisi diatas periksalah tanda-tanda shock pada pasien.

Tanda-tanda shock pada pasien adalah:

a. Denyut nadi >100 kali per menit

b. Telapak tangan basah dingin dan pucat

c. Capilarry Refill Time >2 detik (CRT dapat diperiksa dengan cara menekan ujung kuku pasien dg
kuku pemeriksa selama 5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama waktu yg dibutuhkan agar warna
ujung kuku merah lagi)

21. Jika pasien shock, lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan mengangkat kaki pasien
setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke jantung

22. Pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda shock menghilang

23. Jika ada pendarahan pada pasien, coba lah hentikan perdarahan dengan cara menekan atau
membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena dapat mengakibatkan jaringan yg dibebat
mati)

24. Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan Look Listen and Feel,
karena pasien sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba.

Bantuan Hidup Dasar

Ø Kematian akibat penyakit jantung paling utama disebabkan karena henti jantung
mendadak,dengan irama paling sering terdokumentasi adalah vebtrikel vibrilasi. Pertolongan
bantuan hidup dasar yang berhasil, dilakukan dalam 5 menit pertama dengan bantuan AED. Bantuan
hidup jantung dasar merupakan gabungan pengamatan dan tindakan yang tidak terputus yang
disebut “chain of survivel”.
Ø Bantuan hidup dasar yang sesuai dengan pedoman AHA pada oktober 2010 adalah:

1. Penderita dinyatakan mengalami henti jantung mendadak berdasarkan tidak adanya respond
dan pernafasan

2. Look, feel dan listen dihilangkan dari algoritme

3. Kompresi dada yang kontinu dilakukan oleh penolong yang tidak terlatih

4. Urutan pertolongan mendahulukan kompresi dari pada pernafasan

5. RJP dilakukan sampai terjadi ROSC atau dinyatakan berhenti

6. Penyederhanaan algoritme dan peningkatan focus metode

Ø Komponen yang harus dikuasai oleh penolong

1. Pengetahuan penilaian keadaan pasien

2. Pelaksanaan kompresi dada yang baik

3. Penilaian pergerakan dada serta pemberian nafas bantuan yang baik

4. Penggunaan Automated External Defibrilator yang baik

Ø Pelaksanaan bantuan hidup jantung dasar yang baik diharapkan

1. Henti janrtung dapatt dicegah serta transportasi pasien dapat cepat dilakukan

2. Fungsi jantung dan paru dapat diperbaiki dengan menggunakan AED dan kompresi

3. Otak dapat dipertahankan karena supli darah terpelihara sampai bantuan tiba

Tahap-tahap pada proses Resusitasi Jantung Paru (RJP)

Ø Nafas Buatan

Nafas buatan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk menormalkan frekuensi napas pasien
yang dibawah normal. Prosedur untuk melakukan nafas buatan adalah:

a) Posisikan diri disamping pasien

b) Jangan melakukan pernapasan langsung dari mulut ke mulut, gunakanlah kain sebagai pembatas
antara mulut pasien dengan mulut korban. Hal ini mencegah terjadinya penularan penyakit.

c) Selama melakukan nafas buatan hidung korban harus ditekan supaya oksigen yang diberikan tidak
terbuang tercuma dan juga tetap melakukan Chin Lift.

d) Mata memperhatikan pada perut korban

e) Tutupilah seluruh mulut korban dengan mulut penolong

f) Hembuskanlah nafas satu kali (tanda jika napas yang diberiakan masuk adalah dada mengembang)

g) Lepaskanlah penutup hidung dan jauhkan mulut sesaat untuk membiarkan pasien
menghenbuskan napas keluar

h) Lakukan lagi pemberian napas sesuai dengan perhitungan agar napas kembali normal

Ø Pijat jantung
Pijat jantung adalah usaha untuk memaksa jantung memompakan darah keseluruh tubuh, pijat
jantung diberikan pada korban yang nadi karotisnya tidak teraba. Pijat jantung biasanya di lakukan
bersama dengan melakukan anfas buatan, namun ada kalanya ketika melakukan pijat jantung tidak
perlu melakukan nafas buatan.

Cara melakukan pijat jantung adalah :

a) Posisikan diri disamping pasien

b) Posisikan tangan tepat di tengah dada pasien, tangan dijadiakn satu dengan tangan yang lainnya.
Adapun untuk tangan yang terletaj diatas harus mengisi ruas-ruas tangan yang berada dibawah

c) Posisikan tangan tegak lurus dengan korban

d) Tekanlah dada korban menggunakan tenaga (jangan terlalu keras dan jangan terlalu lembut)

e) Tekan dada sekitar 4-5 cm

f) Setelah menekan, tarik sedikit tangan ke atas agar posisi dada kembali normal

g) Satu siklus pjat jantung dilakukan sebanyak 30 kali tekanan

Prinsip pijat jantung yaitu:

a. Push deep

b.Push hard

c. Push fast

d. Maximum recoil (berikan waktu jantung relaksasi)

e. Minimum interruption (pada saat melakukan prosedur ini penolong tidak boleh diinterupsi)

Langkah-langkah Penanganan Korban

Sebelum menangani korban sebaiknya kita harus mengetahui atau memahami tentang berbagai
jenis luka.

· Mengenal luka perdarahan

Ciri-ciri luka perdarahan yaitu ada darah yang keluar dari kulit atau organ tubuh yang terluka akibat
goresan, irisan, tusukan, benturan atau sebab yang lain.

Jenis-jenis luka perdarahan yaitu : ada perdarahan di dalam/darah tidak keluar dari dalam tubuh
yang mengalami perdarahan organ tubuh di bagian dalam.

Perdarahan luar darah keluar dari organ tubuh.

perdarahan luar ada 3 macam :

1. Di pembuluh nadi (darah muncrat berwarna merah segar)

2. Di pembuluh balik (darah mengalir berwarna merah tua)

3. Di pembuluh kapiler (darah menetes, merembes berwarna merah


gelap)

· Cara penanganan perdarahan luar dan perdarahan dalam:

1. Penanganan Perdarahan Dalam

- Tindakan DR.CAB, beri oksigen bila ada

- Konrol perdarahan luar

- Selimuti korban agar tetap hangat

- Lakukan penangan shock

- Bila korban sadar, baringkan dan tekuk kedua lutut

2. Penanganan Perdarahan Luar

- Tekan beberapa titik nadi tertentu untuk mengurangi kecepatan aliran darah (misalnya: luka di
kepala ditekan dibawah telinga, luka di tangan ditekan di pangkal lengan), atau dengan menekan
langsung pada luka, baik dengan atau tanpa pembalut

- Naikkan kaki/tangan yang berdarah lebih tinggi (elevation), kecuali diduga ada patah tulang

- Lakukan pembalutan atau balut tekan pada luka dengan menyesuaikan anatomi tubuh, yakni
bentuk bulat(kepala), bentuk silindris, atau bentuk persendian

- Jika perdarahan sudah menembus pembalut pertama, tempelkan lagi di atasnya pembalut
berikutnya

· Prinsip pertolongan :

Bersihkan luka (setidaknya dengan air bersih), stop/hentikan perdarahan, serta tutup lukanya

· Cara menghentikan pendarahan :

1. Angkat bagian tubuh yang terluka.

2. Tekan bagian yang terluka dengan kain bersih. Jika tidak ada, gunakan tangan Anda.

3. Tetap tekan bagian tubuh yang terluka sampai pendarahan terhenti.

4. Jika pendarahan tidak bisa diatasi dengan menekan bagian tubuh yang

terluka, dan korban telah kehilangan banyak darah,

maka dianjurkan untuk:

a. Tetap menekan dengan kuat bagian tubuh yang terluka

b. Mengangkat bagian tubuh yang terluka setinggi-tingginya

c. Mengikat bagian lengan atau kaki yang dekat dengan luka, sedekat dekatnya .ikat di antara
bagian yang terluka dengan badan korban. Kencangkan ikatan sampai pendarahan terhenti

Untuk mencegah pendarahan diperlukan suatu pembalut.

· Pembalut sendiri dibagi menjadi 4:

- Pembalut gulung/pita
- Pembalut kedap udara

- Pambalut cepat

- Pembalut segitiga

· Mengenal luka patah tulang

Patah tulang adalah terpisahnya tulang menjadi dua atau beberapa bagian komplit atau partial
(retak)

b. Ciri-ciri patah tulang:

- Terdapat luka setidaknya lebam,

- Sakit bila dipegang,

- Dislokasi (terlepasnya tulang sendi dari tempat kedudukan),

- Sulit digerakkan,

- Terjadi perubahan / kelainan bentuk

c. Jenisnya:

- Patah tulang terbuka, contoh : patahan tulang hingga menembus kulit luar, dan mengakibatkan
perdarahan,

- Patah tulang tertutup, contoh: tulang retak, kesleo higga mengalami pembengkakan

c. Cara Penanganan :

- Lakukan pembidaian, pastikan dan stabilkan posisi yang patah,

- Ekspos daerah cedera, tangani perdarahan pada patah tulang terbuka

- Cek nadi diujung bawah, cari papan penahan untuk menopang sendi di atas dan bawah daerah
cedera

- Apit bagian tubuh yang patah dengan kedua papan, lalu ikat

- Pastikan ikatan erat namun tidak menghentikan denyut nadi

- Setiap 15 menit cek pembalut agar ridak terlalu kuat atau terlalu longgar

- kalau diperlukan bisa diberi penyangga atau digendong

· Mengenal luka Luka bakar

Merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas
ataupun suhu dingin yang tinggi. Dapat bersumber dari panas, radiasi, listrik, kimia, laser dll.

a. Luka bakar dapat merusak:

Jaringan otot, tulang, pembuluh darah, jaringan epidermis, system persarafan, shock, infeksi, ketidak
seimbangan elekrolit, distress pernafasan, distress emosional (trauma) dan psikologis yang berat
dikarenakan cacat akibat luka bakar da bekas luka.

b. Penyebab:
- Panas berlebihan (api, air, minyak aspal, dan benda panas)

- Gesekan (tali)

- Kimia (larutan asam/basa kuat)

- Listrik (tegangan tinggi, perumahan)

- Radiasi (sinar matahari, panas lampu, nuklir)

Depth of burn

Characteristics

Cause

First degree burn

Erytherma

· Pain

· Absence of blisters

Sunburn

Second degree

(partial thickness)

Red or mottled

· Flahs burns

Contact with hot liquids

Third degree

(full thickness)

· Dark and leathery

· Dry

· Fire

· Electricity or lighting

· Prolonged exposure to hot liquids/ objects

Klasifikasi baru

Klasifikasi tradisional

Kedalaman

Luka bakar
Bentuk klinis

Superticial thickness

Derajat 1

Lapisan epideremis

Erythema (kemerahan)rasa sakit seperti tersengat, blisters (gelembung cairan)

Partial thickness- superticial

Derajat 2

Epidermis supertical (lapisan papillary) dermis

Blisters, (gelembung cairan), cairan bening ketika gelembung dipecah, dan rasa sakit nyeri

Partial thickness- deep

Deep (reticular) dermis

Sampai pada lapisan berwarna putih, tidak terlalu sakit seperti superficial derajat 2, sulit dibedakan
dari full thickness

Full thickness

Derajat 3 atau 4

Dermis dan struktur tubuh dibawah dermis fascia, tulang or otot

Berat, adanyan eschar seperti kulit yang meleleh, cairan berwarna, tidak didapatkan sensasi rasa
sakit

Diagnosis luka bakar harus meliputi etiologi, derajat luka bakar, luas luka bakar.

c. Jenisnya:

Luka bakar bisa dilihat dar luasnya bagian tubuh yang terbakar (dalam hitungan persen) atau dilihat
dari kedalamman bagian tubuh yang terbakar (dalam hitungan derajat).

d. Cara penanganannya:

- Penanganan pertama luka bakar dilakukan dengan cara membasuh luka menggunakan air mengalir
bersuhu 15 derajat celcius, selama kurang lebih 20 menit. Cara ini bermanfaat untuk mendinginkan
luka bakar, mengurangi nyeri dan mengurangi edema atau pembengkakan akibat menumpuknya
cairan di serta berbagai rongga tubuh

- Setelah dialiri air, segera tutup luka dengan menggunakan balutan, tindakan ini dapat menutup
luka dan mencegah pasien luka bakar mangalami hipotermia. Tidak hanya itu, penderita luka bakar
juga dapat diberikan obat pengurang rasa nyeri maupun obat untuk menghentikan pendarahan (anti
inflammatory).

- bila luka bakar yang diderita adalah luka bakar mayor atau luka bakar yang meliputi hamper
seluruh tubuh, maka pertolongan pertama adalah menghentikan proses bakar dengan cara menutup
menggunakan kain basah atau karung basah pada tubuh penderita. Api juga dapat dipadamkan
dengan cara menyuruh orang tersebut bergulig-guling ditanah. Selain itu, benda-benda yang
melekat ditubuh penderita luka bakar sebaiknya segera dilepaskan atau dicopot. Seperti pakaian,
perhiasan, jam tangan dll.

e.PrinsipPertolongannya:

- Hentikan proses pendalamannya/penyebaran panas dengan mengaliri air dingin yang bersih pad
luka

- Lalu tutup luka untuk menghindari masuknya kuman, namun lebih baik sebelum ditutup dengan
kain bersih, lebih sdahulu dolapisi dengan lapisan yang dingin, steril dan tidak lengket (misalnya
daun pisang yang masih menggulung) agar tidak lengket

Tindakan salah yang sering dilakukan yaitu:

1. Saat kulit menderita luka bakar sebaiknya tiudak menggunakan odol, kecap, minyak, atau oli
nutuk meredakannya. Sebab mengoles bahan-bahan tersebut pada luka bakar bukan malah
memperbaiki kondisi kulit, melainkan memperparah. Bahan kimia tersebut bisa menghilangkan noda
pada gigi apalagi bila dioleskan kulit.

2. Jangan menggunakan air es untuk membasuh atau mengaliri luka bakar, pada pertolongan
pertama. Sebab air es dapat membuat pembuluh darah menciut

3. Penanganan pertama luka bakar dilakukan dengan cara membasuh luka menggunakan air
mengalir bersuhu 15 derajat celcius, selama kurang lebih 20 menit.

· Pembalutan

Tujuan pembalutan adalah mencegah atau menghindari terjadinya cemar/infeksi akibat


kuman/racun pada luka

Kegunaan pembalutan adalah:

1. menutup luka agar tidak terkena cahaya, debu, kotoran, dll.

2. melakukan tekanan

3. mengurangi atau mencegah pembengkakan

4. membatasi pergerakan

5. mengikatkan bidai.

Macam-macam pembalutan:

4. Pembalutan segitiga atau mitela

Pembalut segitiga dibuat dari kain putih yang tidak berkapur (mori), kelihatan tipis, lemas dan kuat.
Bisa dibuat sendiri, dengan cara memotong lurus dari salah satu sudut suatu kain bujur sangkar yang
panjang masing-masing sisinya 90 cm sehingga diperoleh 2 buah pembalut segitiga.

5. Pembalut Plester
Digunakan untuk merekatkan kain kassa, balutan penarik (patah tulang, sendi paha/ lutut
meradang), fiksasi (tulang iga patah yang tidak menembus kulit), Beuton (alat untuk merekatkan
kedua belah pinggir luka agar lekas tertutup).

6. Pembalut Pita Gulung

7. Pembalut Cepat.

Pembalut ini siap pakai terdiri dari lapisan kassa steril, dan pembalut gulung

Pembalutan

a) Pembalutan segitiga pada kepala, kening

b) Pembalutan segitiga untuk ujung tangan atau kaki

c) Pembungkus segitiga untuk membuat gendungan tangan

d) Membalut telapak tangan dengan pembalut dasi

e) Pembalutan spiral pada tangan

f) Pembalutan dengan perban membentuk angka 8 ke tangan atau pergelangan tangan yang
cidera.

Indikasi pembalutan:

Menghentikan pendarahan, melindungi bakteri/kuman pada luka, mengurang rasa nyeri.

Bentuk dan anggota tubuh yang dibalut:

1. Bundar, pada kepala.

2. Bulat panjang tapi lonjong, artinya kecil ke ujung, besar ke pangkal, pada lengan bawah dan betis

3. Bulat panjang hamper sama ujung dengan pangkalnya, pada leher, badan, lengan atas, jari tangan.

4. Tidak karuan bentuknya, pada persendian

Ø Bidai

Bidai adalah alat yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan kedudukan tulang yang patah
( Fractuura ) atau retak ( fisura). Bidai berasal bahasa Belanda yaitu Spalk, dan dari bahasa Inggris
yaitu Splint. Pembidaian disebut juga Fiksasi.

Tujuan dari pembidaian adalah : untuk mencegah pergerakan tulang yang patah, agar tidak menjadi
bertambah parah, juga untuk mengurangi rasa sakit.

Prinsip bidai
1. Periksa dan catat status vaskuler, sensasi, motorik, sebelum dan sesudah

2. Bidai melewati 2 sendi

a. Papan kayu, dilapisi perban (soft)

b. Bagian luka tutup dengan kasa steril

c. Perdarahan bebat tekab dulu

3. Realignment (posisi paling mendekati normal), bila susah pasang bidai dengan posisi paling
nyaman

Syarat-syarat bidai

1. Bidai harus kuat

2. Pemasangan bidai bidai tidak boleh terlalu ketat

Banyak benda yang dapat dipergunakan untuk bidai (darurat) apabila bidai yang sudah jadi tidak
tersedia antara lain :

1. Anggota badan sendiri ( sangat darurat)

2. Papan bilah bamboo, dahan kayu

3. Karton atau majalah yang agak tebal

4. Bantal, guling atau selimut ( mengurangi rasa sakit)

5. “air splint’ ( bantalan udara )

6. “ Vacuum matras”

Cara pemasangan bidai

4. Tungkai yang patah harus diluruskan dan dengan tarikan yang hati-hati (dg gentle), bila sulit
jangan dipaksa

5. Pertahankan dengan membalutkan ke badan (lengan), ketungkai yang tidak patah

6. Atau dengan peratan yang dibuat khusus : tongkat, papan/spalk, PASG dll

7. Bidai: soft, tonjolan tulang diberi batalan

Mountain Sicknes ( Penyakit yang sering terjadi saat melakukan pendakian ) antara lain:

1. Ketegangan dan panik

Pencegahan :

• Sering berlatih

• Berpikir positif dan optimis

• Persiapan fisik dan mental

2. Matahari / kepanasan ( Hipoksia )


- Kelelahan panas

- Kejang panas

- Sengatan panas

Pencegahan keadaan panas :

• Aklimitasi

• Persedian air

• Mengurangi aktivitas

• Garam dapur

3. Serangan penyakit

- Demam

- Disentri ( diare )

- Typus

- Malaria

4. Kemerosotan mental ( Drop )

- Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik, histeris

- Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah, Keadaan lingkungan mencekam

- Pencegahan : Usahakan tenang,Banyak berlatih

5. Bahaya binatang beracun dan berbisa

- Keracunan

Gejala : Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang mencret,
kejang-kejang seluruh badan, bisa pingsan.

Penyebab : Makanan dan minuman beracun

Pencegahan :

a. Air garam di minum

b. Minum air sabun mandi panas

c. Minum teh pekat

d. Di tohok anak tekaknya

6. Keletihan amat sangat

Pencegahan : Makan makanan berkalori, Membatasi kegiatan

7. Kelaparan

8. Kehausan ( Dehidrasi )
9. Lecet

10. Shock

11. Pingsan

12. Kejang otot ( kram )

13. Terkilir (Reptura Tendo)

14. Dislokasi (sendi meleset)

15. Patah Tulang

16. Keracunan

17. Kedinginan ( Hypotermia )

Untuk penurunan suhu tubuh < 30° C bisa menyebabkan kematian

Evakuasi

Evakuasi atau pemindahan korban adalah suatu cara yang digunakan untuk menyelamatkan korban
ke tempat yang lebih aman. Dengan memindahkan korban maka akan membantu dalam proses
penanganan korbannya. Penanganan korban yang salah akan menimbulkan cedera lanjutan atau
cedera baru.

Yang perlu dievakuasi

· Korban bencana alam

· Korban kecelakaan

· Korban yang sudah meninggal tetapi masih berada di tempat yang berbahaya (merupakan
korban terakhir yang dievakuasi/bukan prioritas utama)

Tujuan evakuasi

· Menyelamatkan jiwa

· Mencegah cacat

· Membantu proses penyembuhan

· Memindahkan dari tempat bahaya ke tempat yang lebih aman

Evakuasi sendiri dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Evakuasi darurat

Evakuasi yang dilakukan ketika kondisi dalam keadaan yang darurat atau yang memerlukan untuk
dilakukan evakuasi yang cepat karena terdapat banyak korban dan tempat terjadinya bencana
dikhawatirkan akan terjadi bencana susulan. Bahaya terbesar dalam melakukan evakuasi darurat
adalah terjadi cedera yang baru.
Cara pemindahan darurat:

d. Shirt drag ( tarikan baju), cara ini dilakukan dengan menarik baju bagian belakan milik korban

e. Blanket drag (tarikan selimut), cara ini dilakukan dengan korban dipindahkan terlebih dahulu di
atas selimut, baru kemudian ditarik selimutnya

f. Shoulder drag (tarikan bahu), cara ini dilakukan dengan mengangkat bahu korban dari belakang

g. Sheet drag (tarikan kain), cara ini sama dengan cara dari tarikan selimut

h. Piggyback carry ( menggendong), cara ini dilakukan dengan gendongan berada dibelakang

i. One rescuer crutch (menyokong), cara ini

j. Cradly carry ( membopong)

k. Firefighter drag

2. Evakuasi tidak darurat

Evakuasi tidak darurat dilakukan ketika korban sudah selesai mendapat pertolongan dan tidak
mengharuskan untuk segera dievakuasi, dimisalkan korban harus mendapat pertolongan terlebih
dahulu. Evakuasi ini bisa dilakukan dengan angkatan langsung maupun adanya alat gerak. Misalkan
dragbar. Dragbar (tandu) merupakan alat yang digunakan untuk mengangkat atau mengevakuasi
korban yang berbentuk persegi panjang yang terbuat dari bahan yang relatif ringan.

Aturan umum evakuasi

· Jelaskan prosedur pada korban jika korban dalam keadaan sadar

· Berjalan memutari korban

· Lakukan penilaian sebelum memindahkan korban. Pastikan korban bernafas dengan stabil, luka
yang terbuka sudah dibalut, dan fraktur sudah dibidai

· Pilih satu orang sebagai komando

Jenis-jenis Dragbar (tandu):

- Tandu beroda

- Tandu kursi

- Tandu basket

- Tandu scoop

- Tandu lipat

- Matras vakum

- Papan spinal

TRANSPORTASI

Merupakan kegiatan pemindahan korban dari tempat darurat ke tempat yang fasilitas
perawatannya lebih baik, seperti rumah sakit. Biasanya dilakukan bagi pasien/ korban cedera cukup
parah sehingga harus dirujuk ke dokter.
Tata cara pemindahan korban:

a. Dasar melakukan pemindahan korban; aman, stabil, cepat, pengawasan korban, pelihara udara
agar tetap segar.

b. Syarat pemindahan korban:

1. korban tentang keadaan umumnya cukup baik

2. tidak ada gangguan pernapasan

3. pendarahan sudah di atasi

4. luka sudah dibalut

5. patah tulang sudah dibidai

Sepanjang pelaksanaan pemindahan korban perlu dilakukan pemantauan dari korban tentang:

- Keadaan umum korban

- Sistem persyarafan (kesadaran)

- Sistem peredaran darah (denyut nadi dan tekanan darah)

- Sistem pernapasan

- Bagian yang mengalami cedera.

Anda mungkin juga menyukai