Anda di halaman 1dari 18

PEDOMAN TRIASE

BAB I
PENDAHULUAN
Triase adalah cara pemilahan penderita untuk menentukan prioritas penanganan pasien
berdasarkan tingkat kegawatannya dan masalah yang terjadi pada
pasien.
Triase di IGD adalah pemilahan penderita berdasarkan pada keadaan CAB
( Circulation Airway and Breating ) .
Dua jenis keadaan Triase dapat terjadi :
1. Jumlah penderita dan beratnya luka tidak melampaui kemampuan petugas
Dalam keadaan ini pasien dengan maslah gawat darurat dan multi trauma
akan dilayani terlebih dahulu , dan sesuai dengan prinsip CAB.
2. Jumlah penderita dan beratnya luka melampaui kemampuan petugas.
Dalam keadaan ini yang akan dilayani terlebih dahulu adalah pasien yang
dengan kemungkinan survival yang terbesar dan membutuhkan waktu ,
perlengkapan dan tenaga yang terbatas

BAB II
RUANG LINGKUP
Panduan Triase ini hanya berlaku pada pasien yang datang ke IGD Puskesmas.
1. Didalam Puskesmas.
Semua pasien yang datang akan dilakukan Triase oleh Dokter IGD atau perawat
yang kompeten untuk mendapatkan prioritas pelayanan yang sesuai dengan
kegawat daruratannya.
2. Dalam keadaan bencana .
Pasien yang datang dapat dari keadaan bencana baik dari dalam maupun
dari luar Puskesmas .

BENTUK JENIS TRIASE


1.Triase Rutin / sehari - hari .
Memprioritaskan kasus - kasus yang benar - benar gawat darurat ( true
emergency ) dengan tepat dan cepat ( Life saving )
2. Triase Disaster / Dalam keadaan bencana .
Bila terjadi bencana baik dari dalam maupun dari luar Puskesmas, dimana
pasienyang lebih dari 10 orang dalam waktu yang bersamaan, maka kriteria
berdasarkan kemungkinan hidup pasien yang lebih besar .
PELAKSANA TRIASE
1. Pelaksana Triase dalam keadaan se hari - hari dilakukan oleh Dokter IGD
atau Perawat yang kompeten di ruang IGD .
2 Sedangkan dalam keadaan bencana dilakukan oleh Perawat IGD dan dila -

kukan di luar atau di depan IGD.


BAB III
TATA LAKSA TRIASE
1. Keadaan sehari - hari .
Proses Triase merupakan suatu proses identifikasi yang dilakukan terhadap
pasien pada kontak pertama berdasarkan tingkat prioritas kegawatan pasien .
Agar pasien IGD dapat segera diidentifikasi dan diberikan pelayanan segera
sesuai tinggkat kegawat daruratannya. Memprioritaskan kasus - kasus yang
benar - benar gawat darurat ( true emergency ) dengan tepat dan cepat
( life saving ).
Langkah - langkah dasar PPGD.
1. D. Danger ( Bahaya ).
Jangan menolong kalau mabahayakan diri sendiri atau pastikan bahwa kondisi
sekitar sudah aman.
2. R. Response ( Kesadaran ).
Melakukan panggilan atau tepukan untuk melihat reaksi korban , bila tidak
terdapat respon berarti korban tidak sadar.
3. C. Circulation ( Peredaran Darah ).
Pastikan darah korban mengalir dengan memeriksa nadi korban, yaitu dengan
cara menempelkan dua jari ( jari telunjuk ditengah ) pada bagian tubuh yang
memiliki denyut nadi besar, yang terletak di beberapa tempat antara lain dileher
samping, pergelangan tangan, pangkal paha, punggung telapak kaki . Hindari
menggunakan ibu jari karena denyut nadi pada ibu jari juga besar, sehingga sulit
membedakan denyut nadi korban dengan penolong, bila tidak ada denyut nadi,
berikan pertolongan dengan tehnik Resusitasi Jantung Paru ( RJP )
Tehnik memberikan Kompresi Dada :
1. Tentukan letak kopmpresi dada yaitu pada pertengahan tulang dada ( sternum )
2. Letakkan telapak tangan pada titik kompresi lalu tindihkan telapak tangan yang

3.
4.
5.
6.

lain diatasnya, dengan posisi saling mengunci .


Dengan posisi lengan lurus, berikan tekanan kuarang lebih 4 - 5 Cm.
Lepaskan tekanan untuk memberikan kesempatan dada mengembang.
Lakukan penekanan dada dan bantuan pernafasan bergantian dengan siklus
30 kali tekan dada dan 2 kali nafas buatan ( 1 siklus ) .
Pengecekan ulang dilakukan tiap 5 siklus.

4. A. Airway ( Jalan Napas ).


Pastikan bahwa tidak terdapat gangguan atau sumbatan dijalan nafas korban
kalau ada sumbatan bebaskan terlebih dahulu
5. B. Breathing ( Pernafasan ).
Pastikan korban masih bernafas dengan cara mendekatkan pipi penolong ke
hidung korban, dengar dan rasakan hembusan nafasnya, lihat gerakan dadanya
bila tidak ada hembusan nafas segera berikan nafas buatan.
Adapun cara memberikan nafas buatan yaitu dengan cara :
a ) Angkat dagu korban.
b ) Buka mulut korban dan tempelkan mulut penolong ke mulut korban dengan
rapat lalu tiupkan nafas 1 kali jedah 5 detik, tiup lagi 1 kali., dipastikan sampai
dada korban mengembang ketika ditiup .
TRIASE.
Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cidera atau penyakit
untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi selanjutnya.
Proses Triase meliputi tahap pre hospital / lapangan dan hospital atau pusat pelayanan
kesehatan lainnya. Triase lapangan harus dilakukan oleh petugas paertama yang tiba
ditempat kejadian dan tindakan ini harus dinilai ulang terus menerus karena status
triase pasien dapat berubaH. Metode yang digunakan bisa secara METTAG ( Triage
Tagging System ) atau sistem triage Penuntun Lapangan START ( Simple Triage
Rapid Transportation ).
START ( Simple Triage / Triage Sederhana / Triage Inisial ), sebagai cara triage la pangan yang berprinsip pada sederhana dan kecepatan, dapat dilakukan oleh tenaga
medis atau tenaga awm terlatih . Dalam memilah pasien petugas melakukan penilai an kesadaran, ventilasi dan perfusi selama kurang dari 60 detik, lalu memberikan tanda

dengan menggunakan berbagai alat berwarna seperti bendera, kain atau isolasi.

Warna - warna yang digunakan dalam Triage adalah :


1. Hitam : pasien meninggal atau cedera fatal yang tidak memungkinkan untuk
resusitasi . Tidak memerlikan perhatian
2. Merah : pasien cedera berat atau mengancam jiwa dan memerlukan transport
segera, misalnya :
a. Gagal nafas.
b. Cedera torako abdominal
c. Cedera kepala atau maksilo fasial berat
d. Shok atau perdarahan berat
e. Luka bakar berat
3. Kuning : pasien cedera yang dipastikan tidak mengancam jiwa dalam waktu dekat.
Dapat ditunda hingga beberapa jam, misalnya :
a. Cedera abdomen tanpa shok.
b. Cedera dada tanpa gangguan respirasi
c. Fraktura mayor tanpa shok.
d. Cedera kepala atau tulang belakang leher tanpa gangguan kesadaran .
e. Luka bakar ringan
4. Hiaju : Cedera ringan yang tidak memerlukan stabilisasi segera.
Misalnya :
a. Cedera jaringan linak
b. Fraktura dan dislokasi ekstremitas
c. Cedera maksilo fasial tanpa ganggua jalan nafas
d. Gawat darurat psikologis.
HASIL TRIAGE
Setelah mengetahui kondisi korban termasuk dalam golongan warna apa, langkah
selanjutnya yang harus dilakukan adalah :
1. Pasien meninggal ditinggalkan diposisi dimana mereka ditemukan.sebaiknya di tutup. Pada pemantauan START seseorang dianggap meninggal bila tidak ber nafas setelah dilakukan pembersihan jalan nafas dan percobaan nafas buatan.
Simple Triage mengindentifikasi pasien mana yang nmemerlukan tindakan sece -

patnya. Dilapangan Triage juga melakukan penilaian prioritas untuk evakuasi ke


rumah sakit. Pada sistem START pasien dievakuasi sebagai berikut :
2. Immediate atau prioritas 1 ( merah ), dievakuasi dengan menggunakan ambulan,
dimana mereka memerlukan penanganan Medis dalam waktu kurang dari 1 jam
Pasien ini dalam keadaan kritis dan akan meninggal bila tidak ditangani segera.
3. Delayed atau prioritas 2 ( Kuning ), evakuasinya dapat ditunda hingga seluruh
prioritas 1 sudah dievakuasi. Pasien ini dalam kondisi stabil namun memerlukan
penanganan medis lebih lanjut.
4. Minor atau prioritas 3 ( Hijau ), tidak dievakuasi sampai prioritas 1 dan 2 seluruhnya
telah dievakuasi. Pasien ini biasanya tidak memerlukan penanganan medis lebih lan jut setidaknya selama beberapa jam. Lanjtkan re - triage untuk mencegah terlewatnya
perburukan kondisi. Pasien ini da[pat berjalan, dan umumnya hanya memerlukan
perawatan luka dan antiseptik.
SKEMA TRIAGE
Pernafasan

Ada

< 30 X / menit

Tidak ada

< 30 X / menit

Perfusi

HITAM

MERAH MERAH

< 2 dtk

> 2 dtk

MERAH

Status mental

Gagal
Algoritma Dasar PPGD
1. Ada pasien tidak sadar

Mampu

2. Pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong


3. Beritahukan kepada lingkungan kalau anda akn berusaha menolong.
4. Posisikan diri disebelah korban, usahakan posisi kaki yang mendekati kepala sejajar
dengan bahu pasien
5. Bebaskanlah korban dari pakaian didaerah dada ( buka bagian kancing baju bagian
atas agr dada terlihat
6. Cek kesadaran pasien.
Lakukan dengan metode A V P U.
A ( Alert )
: Korban sadar, jika tidak sadar lanjut ke poin V.
V ( Verbal ) : Cobalah memanggil - manggil korban dengan berbicara keras di telinga
korban. ( pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau me nyentuh pasien ). Jika tidak merespon lanjut ke poin P.
P. ( Pain ) : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah
menekan bagian putih dari kuku tangan ( dipangkal kuku ), selain itu
dapat juga dengan menekan pada bagian tengah tulang dada ( sternum )

dan juga areal diatas mata ( supra orbital ).


U ( Unresponsive ) : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi maka
pasien berada dalam keadaan unresponsive.
7. Cek apakah ada tanda - tanda berikut :
a. Luka - luka dari bagian bawah bahu keatas. ( supra elavicula ).
b. Pasien mengalami tumbukan diberbagai tempat ( misal terjatuh dari motor )
c. Berdasarkan saksi pasien mengalami cedera ditulang belakang bagian leher.
8. Tanda - tanda tersebut adalah tanda - tanda kemungkinan terjadinya cedera pada tulang
belakang bagian leher ( cervical ), cedera pada bagian ini sangat berbahaya karena
disini terdapat syaraf - syaraf yang mengatur fungsi vital manusia ( bernafas, denyut jantung )

a. Jika tidak ada tanda - tanda tersebut maka lakukanlah Head Tilt and Chin Lift.
Chin Lift dilakukan dengan cara menggunakan dua jari lalu mengangkat tulang
dagu ( bagian dagu yang keras ) ke atas. Ini diserti dengan melakukan Head Tilt
yaitu menahan kepala dan mempertahankan posisi seperti figure berikut.
Ini dilakukan untuk membebaskan jalan nafas korban
b. Jika ada tanda - tanda tersebut, mka beralihlah ke bagian atas pasien, jepit ke pala pasien dengan paha, usahakan agar kepalanya tidak bergerak gerak lagi
( imobilisasi ) dan lakukan Jaw Thrust.
Jaw Thrust dilakukan dengan cara meraba bagian kepala, dimulai dengan me letakkan tangan disamping kepala bagian depan dekat dengan dagu, kemudian
mulialah dengan meraba kebadian belakang kepala korban sampai 3 kali.
Gerakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada tulang
belakang bagian leher pasien.

9. Sambil melakukan a atau b diatas, lakukanlah pemeriksaan kondisi Airway ( jalan


nafas ) dan Breathing ( Pernafasan ) pasien.
10. Metode pengecekan menggunakan metode Look, Listen and Feel.
Look : Lihat apakah ada gerakan dadad ( gerakan bernafas ), apakah gerakan ter sebut simetris
.
Listen : Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas
tambahan yang abnormal ( bisa timbul karena adanya hambatan sebagian ).
Jenis - jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas.
a. Snoring suara seperti ngorok, kondisi in menandakan adanya kebuntuan jalan nafas
bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan
langsung dengan cara cross - finger untuk membuka mulut ( menggunakan 2 jari
yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk Chin Lift tadi, ibu jari men dorong rahang atas ke atas, telunjuk menahan rahang bawah ke bawah ). Lihatlah
apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokankorban ( gigi palsu dll ), pindah kan benda tersebut.
b. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang dise babkan oleh cairan ( ex darah ), maka lakukanlah cross - finger ( seperti diatas ) lalu
lakukanlah finger - sweep ( sesuai namanya menggunakan 2 jari yang sudah dibalut
dengan kain untuk menyapu rongga mulut dari cairan - cairan )
c. Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebabkan karena pembengkakan
( edema pada trakea , untuk pertolongan pertama tetap lakukan manuver Head Tilt
and Chin Lift atau Jaw Thrust saja ).
Jika suara nafas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalan nafas, maka dapat
dilakukan :
a. Back Blow sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan telapak tangan
daerah diantara tulang scapula dipunggung.
b. Heimlich Maneuver, dengancara memposisikan diri seperti gambar, lalu menarik ta ngan kearah belakang atas.
c. Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayiatau obesitas dengan cara memposisikan
diri seperti gambar lalu mendorong tangan kearah dalam atas.
Feel : Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa nafas dari koban.
11. Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi pernafasan
pasien dalam 1 menit ( pernafasan normal adalah 12 - 20 kali per menit ).
12. Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan
Look, Listen an Feel .

13. Jlka frekuensi nafas < 12 - 20 kali per menit, berikan nafas bantuan
Detail tentang nafas bantuan dibawah .
14. Jika pasien mengalami henti nafas, berikan nafas buatan
Detail tentang nafas buatan dibawah .
15. Setelah diberikan nafas buatan maka lakukanlahpengecekan nadi carotis yang terletak
dileher ( cek lah dengan 2 jari, letakkan jari ditonjolan ditengah tenggorokan, lalu ge rakkanlah jari ke samping sampai terhambat oleh otot leher ( sternocleidomastoideus )
rasakanlah denyut nadi carotis selama 10 detik. Jika tidak ada denyut nadi maka lakukanlah pijat jantung ( figure D dan E, figure F pada bayi ), diikuti dengan nafas buatan
( figur A,B dan C ), ulangi sampai 6 kali siklus pijat jantung, nafas buatan yang diakiri
dengan pijat jantung. Cara ini dilakukan dengancaa menekan jantung di daerah dada
atau bisa dilakukan memijat, setelah itu berikan nafas buatan. Rasio RJP pada orang
dewasa dilakukan sampai 5 siklus dengan perbandingan30 tekan dan 2 kali tiupan.
Tiap siklusnya dilakukan selama2 menit, sedangkan kedalaman penekanan yaitu
4 - 5 Cm dan panjang masing - masing tiupan 1 detik.
16. Cek lagi nadi carotis ( dengan metode seperti diatas ), selama 10 detik, jika teraba la kukan Look, Listen And Feel ( kembali ke poin 10 lagi ), jika tidak teraba ulangi poin
nomor 16.
17. Pijat Jantung dan nafas buatan dihentikan bila :
a. Penolong kelelahan dan sudah tidak kuat lagi.
b. Pasien sudah menunjukkan tanda - tanda kematian ( kaku mayat ).
c. Bantuan sudah datang.
d. Teraba denyut nadi Carotis.
18. Setelah berhasil mengamankan kondisidiatas, periksalah tanda - tanda shok pada pasien.

Tanda - tanda shok pada pasien adalah :


a. Denut nadi > 100 kali per menit.
b. Telapak tangan basah dingin dan pucat .
c. Capilarry Refill Time > 2 detik. ( CRT dapat diperiksa dengan cara menekan
ujung kuku pasien dan kuku pemeriksa selama 5 detik, lalu lepaskan, cek
berapa lama waktu yang dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi.
19. Jika pasien shok, lakukan Shok Position pada pasien, yaitu dengan mengangkat kaki
pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke jantung

20. Petahankan posisi shok ampai bantuan datang atau tanda - tanda shok menghilanh.
21. Jika ada pendarahan pada pasien, cobalah hentikan pendarahan engan cara mene kan atau membebat luka. ( membebat jangan terlalu erat karena dapat mengakibatkan
jaringan yang dibebat mati a0,
22. Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalukondisi pasien dengan Look, Listen
and Feel, karena pasien sewaktu - waktu dapat memburuk secara tiba - tiba.

Bantuan Hidup Dasar .


Kematian akibat penyakit jantung paling utama disebabkan karena henti jantung men dadak , dengan irama p[aling sering terdokumentasi adalah vebtrikelvibrilasi,
Pertolongan bantuan hidup dasar yang berhasil dilakukan dalam 5 menit pertama dengan
bantuan AED. Bantuan hidup jantung dasr merupakan gabungan pengamatan dan tindakan yang tidak terputus yang disebut " chain of survival "
Bantuuan hidup dasar yang sesuai dengan pedoman AHA pada Oktober 2010 adalah :
1. Penderita dinyatakan mengalami henti jantung mendadak berdasarkan tidak adanya
respondan pernafasan.
2. Look, Feel dan Listen dihilangkan dari algoritme.
3. Kompresi dada yang akontinyu dilakukan oleh penolong yang tidak terlatih.
4. Urutan pertolongan mendahulukan kompresi dari pada pernafasan.
5. RJP dilakukan sampai terjadi ROSC aau dinyatakan berhenti.
6. Penyederhanaan algoritme dan peningkatan focus metode.
Komponen yang harus dilakukan oleh penolong.
1. Pengetahuan penilaian keadaan pasien.
2. Pelaksanaan kompresi dada yang baik
3. Penilaian pergerakan dada serta pemberian nafas buatan yang baik.
4. Penggunaan Automated External Defibrilator yang baik.
Pelaksanaan bantuan hidup jantung dasr yang baik diharapkan :
1. Henti jantung dapat dicegah serta transportasi pasien dapat cepat dilakukan.
2. Fungsi jantung dan paru dapat diperbaiki dengan menggunakan AED dan Kompresi.
3. Otak dapat dipertahankan karena suply darah terpelihara sampai bantuan tiba.
Tahap - tahap pada proses Resusitasi Jantung Paru ( RJP ).
> Nafas buatan
Nafas buatan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk menormalkan frekuensi
nafas pasien yang dibawah normal. Prosedur untuk melakukan nafas buatan adalah :
a. Posisikan diri disamping pasien.
b. Jangan melakukan pernafasan langsung dari mulut ke mulut, gunakanlah kain se bagai pembatas antara mulut pasien dengan mulut korban. Hal ini mencegah terja dinya penularan penyakit.

c. Selama melakukan nafas buatan hidung korban harus ditekan supaya oxsigin yang
diberikan tidak terbuang percuma dan juga teap melakukan Chin ang Lift
d. Mata memperhatikan pada perut korban.
e. Tutupilah seluruh mulut korban dengan mulut penolong.
f. Hembuskanlah nafas 1 kali . ( tanda jika nafas yang diberikan masuk adalah dada
mengembang.
g. Lepaskanlah penutup hidung dan jauhkan mulut sesa'at untuk membiarkan pasien
menghembuskan nafas keluar.
h. Lakukan lagi pemberian nafas sesuai denganperhitungan agar nafas kembali normal.
> Pijat Jantung
Pijat jantung adalah usaha untuk memaksa jantung untuk memompa darah keseluruh
tubuh, pijat jantung diberikan kepada korban yang nadi carotisnya tidak teraba. Pijat jan tung biasanya dilakukan bersam dengan melakukan nafas buatan, namun ada kalanya
ketika melakukan pijat jantung tidak perlu melakukan nafas buatan.
Cara melakukan Pijat Jantung.
a. Posisikan diri disamping pasien.
b. Posisikan tangan tepat ditengah dada pasien, tangan dijadikan satu dengan tangan
yang lainnya. Adapun untuk tangan yuang terletah diatas harus mengisi ruas -ruas
tangan yang berada dibawah.
c. Posisikan tangan tegak lurus dengan korban.
d. Tekanlah dada korban dengan tenaga ( jangan terlalu keras atau terlalu lembut ).
e. Tekan dada sekirar 4 - 5 Cnm.
f. Setelah menekan, tarik sedikit tangan keatas agar posisi dada kembali normal.
g. Satu siklus pijat jantung dilakukan sebanyak 30 kali tekanan.

Prinsip Pijat Jantung yaitu :


a. Push deep.
b. Push Hard.
c. Push Fast
d. Maximum Recoil ( berikan waktu jantung relaksasi )
e. Minimum Interuption. ( pada saat melakukan prosedur ini penolong tidak boleh diinterpsi )

Langkah - langkah penanganan korban


Sebelum menangani korban sebaiknya kita harus mengetahui atau memahami tentang
berbagai luka.
Mengenal luka perdarahan.

Ciri - ciri luka perdarahan yaitu ada darah yang keluar dari kulit atau organ tubuh yang ter luka akibat goresan, irisan , tusukan, benturan atau sebab lain.
Jenis - jenis luka perdarahan yaitu ada perdarahan didalam / darah tidak keluar dari dalam
tubuh yang mengalami perdarahan organ tubuh di bagian dalam.
Perdarahan luar : darah keluar dari organ tubuh.
Perdarahan Luar ada 3 macam :
1. Di pembuluh nadi ( darah muncrat berwarna merah segar ).
2. Di pembuluh darah balik ( darah mengalir berwarna merah tua )
3. Di pembuluh kapiler ( darah menetes, merembes berwarna merah gelap )
Cara penanganan perdarahan luar dan perdarahan dalam
1. Penanganan Perdarahan Dalam :
> Tindakan DR, CAB, berioxigen bila ada
> Kontrol perdarahan luar
> Selimuti korban agar tetap hangat
> Lakukan penanganan Shock
> Bila korban sadar, baringkandan tekuk kedua lutut.
2. Penanganan Perdarahan Luar
> Tekan beberapa titik nadi tertentu untuk mengurangi kecepatan aliran darah
misalnya luka pada kepala ditekan dibawah telinga, luka ditangan ditekan di
pangkal lengan ), atau dengan menekan langsung pada luka, baik dengan
atau tanpa pembalut.
> Naikkan kaki / tangan yang berdarah lebih tinggi( elevation ), kecuali diduga
ada patah tulang.
> Lakukan pembalutan atau balut tekan pada luka dengan menyesuaikan anato mi tubuh yakni bentuk bulat ( kepala ), bentuk silindris atau bentuk persendian.
> Jika perdarahan sudah menembus pembalut pertama, tempelkan lagi diatasnya
pembalut berikutnya.
Prinsip Pertolongan :
Bersihkan luka ( setidaknya dengan air bersih ), stop / hentikan perdarahan, serta
tutup lukanya.

Cara menghentikan perdarahan.


1. Angkat bagian tubuh yang terluka.

2. Tekan bagian yang terluka dengan kain bersih, jika tidak ada gunakan tangan.
3. Tetap tekan bagian tubuh yang terluka sampai perdarahan terhenti.
5. Jika perdarahan tidak bisa diatasi dengan menekan bagian tubuh yang terluka
dan korban telah kehilangan banyak darah, maka dianjurkan untuk :
a. Tetap menekan dengan kuat bagian tubuh yabng terluka.
b. Mengangkat bagian tubuh yang terluka setinggi - tingginya.
c. Mengikat bagian lengan atau kaki yang dekat dengan lika, sedekat - dekatnya
ikat diantara bagian yang terluka dengan badan korban. Kencangkan ikatan
sampai perdarahan terhenti.
Untuk mencegah perdarahan diperlukan Pembalut.
Pembalut sendiri dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Pembalut gulung / pita.
2. Pembalut kedap udara.
3. Pembalut cepat.
4. Pembalut segitiga.
Mengenal Luka Patah Tulang.
Patah tulang adalah terpisahnya tulang menjadi dua atau beberapa bagian komplit atau
parsial ( retak ).
Ciri - Ciri Patah Tulang
.> Terdapat luka setidaknya lebam.
> Sakit bila dipegang
> Dislokasi ( terlepasnya tulang sendi dari tempayt kedudukan )
>
Sulit
digerakkan.
> Terjadinya perubahan / kelianan bentuk.
Jenis - Jenis Patah Tulang :
> Patah tulang terbuka, contoh patahan tulang hingga menembus kulit luar, dan
mengakibatkan perdarahan.
> Patah tulang tertutup, contoh tulang retak, keseleo hingga mengalami
pembengkakan.
Cara pengangan Patah Tulang
> Lakukan pembidaian. Pastikan dan stabilkan posisi tulang yang patah
> Ekspos daerah cedera, tangani perdarahan pada patah tulangterbuka.
> Cek nadi dio ujung bawah, cara papan penahan untuk menopang sendi di -

atas dan bawah daerah Cedera.


> Apit bagianyang patah dengan kedua papan, lalu ikat.
> Pastikanikatan erat namun tidak menghentikan denyut nadi.
> Setiap 15 menitcek pembalut agar tidak terlalu kuat atau terlal
longgar.
> Kalau diperlukan bisa diberi penyangga atau digendong.
Mengenal Luka Luka Bakar
Merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang diakibatkan Sum ber panas ataupun suhu dingin yang tinggi. Dapat bersumber dari panas, radiasi, listrik ,
kimia, laser dan lain - lain.
Luka bakar dapt merusak : jaringan otot, tulang, pembuluh darah, jaringan epidermis, sys tem persyarafan, shock, infeksi,ketidak seimbangan elekrolit, distres pernafasan, distress
emosional ( trauma), dan psikologis yang berat dikarenakan cacat akibat luka bakar dan
bekas luka.

Penyebab Luka Bakar :


> Panas berlebihan, ( api, air, minyak, aspal dan benda panas ).
> Gesekan ( tali ).
> Kimia ( larutan asam / basa kuat )
> Listrik ( tegangan tinggi, perumahan )
> Radiasi ( sinar matahari, panas lampu, nuklir ).
Depth of Burn

Characteristics

Cause

First degree burn

Erytherma
Pain
Absence ot blister

Sunburn

Second degree
( partial thikness )

Red or mouled
Flash burn

Contact with
hot Liquid

Third degree
( full thikness )

Dark and leathery

Fire
Electrcity or lighting

Dry
Prolonged exposure
to hot liquid / object

Klasifikasi
Baru
Superticial

Klasifikasi
Tradisional
Derajat 1

thickness

Kedalaman
Lika bakar

Bentuk Klins

Lapisan

Erytherna
( kemerahan )

Epidermis

rasa sakit
tersengat

seperti

Blisters
(gelembung cairan )

Partial thickness

Derajat 2

superticial

Epidermis super -

Blisters
( gelembung ca-

tical ( lapisa pa -

iran ), cairan bening


ketika

pillari ) dermis
Partial thickness
deep

Full thickness

Deep ( reticular )
dermis

Derajat 3 atau 4

gelembung dipecah
dan
rasa sakit nyeri

Sampai pada lapisan


berwarnaputih,tidak
terlalau sakit seperti
superficial derajat 2,
sullit dibedakan
dari full thickness

Dermis dan
struktur tubuh di
bawah dermis
fascia, tulang or
otot

Nerat
adanya
eschar
seperti kulit yang
meleleh,
cairan
berwarna
tidak didapatkan
sensasi rasa sakit.

Diagnosa luka bakar harus meliputi etiologi, derajat luka bakar, dan luas luka bakar.
Jenis Luka Bakar
Luka bakar bisa dilihat dari luasnya bagian tubuh yang terbakar ( dalam hitungan persen )
atau dilihat dari kedalaman bagian tubuh yang terbakar ( dalam hitungan derajat ).
Cara penanganan Luka Bakar :
Penanganan pertama luka bakar dilakukan dengan cara membasuh luka dengan meng gunakan air mengalir, bersuhu 15 derajat Celcius selam kurang lebih 20 menit.
Cara ini bermanfaat untuk mendinginkan luka bakar, mengurang nyeri dan mengurani
ederma atau pembengkakan akibat menumpuknya diseta berbagi organ tubuh.
Setelah dialiri air, segera tutupluka dengan menggunakan balutan, tindkan ini dapat menu tup luka dan mencegah pasien luka bakar mengalami hipotermia. Tidak hanya itu penderita
penderita luka bakar juga dapat diberikan obat pengurang rasa nyeri maupun obat untuk
menghentikan perdarahan ( anti implmmatory )

Bila luka bakar yang diderita adalah luka bakar mayor,atau luka bakar yang meliputi hampir
seluruh tubuh, maka pertolongan pertama adalah menghentikan proses bakar dengan
cara menutup dengan menggunakan kain basah pada tubuh penderita. Api juga dapat di padamkan dengan menyuruh orang tersebut berguling guling di tanah.Selain itu benda
benda yang melekat ditubuh penderita luka bakar sebaiknya segera dilepaskan atau dicopot, seperti pakaian , perhiasan, jam tangan dll.
Prinsip Pertolongan Luka bakar
> Hentikan proses ppendalamannya / penyebaran panas dengan mengaliri air dingin
yang bersih pada luka.
> Lalu tutup luka untuk menghindari masuknya kuman, namun lebih baik sebelum ditutup
dengan kain bersih, lebih dahulu dila[pisi dengan lapisan yang dingin, steril dan tidak
lengket, misalnya daun pisang yang masih menggulung ) agar tidak lengket.
Pembalutan :
Tujuan pembalutan adalh mencegah atau menghindari terjadinya cemar / infeksi akibat
kuman atau racun pada luka.
Kegunaan Pembalutan adalah :
1. Menutup luka agar tidak terkena cahaya, debu, kotoran dll.

2.
3.
4.
5.

Melakukan tekanan
Mengurangi atau mencegah pembengkakan.
Membatasi pergerakan.
Mengikatkan bidai.

Macam - macam Pembalutan :


> Pembalutan segitiga atau mitela.
Pembalut segitiga dibuat dari kain yang tidak berkapur ( mori ), kelihatan tipis, lemas dan
kuat, Bisa dibuat sendiri dengan cara memotong lurus dari salah satu sudut kain bujur
sangkar yang panjjang masing - masing sisinya 90 Cm, sehingga diperoleh dua buah
pembalut segitiga.
> Pembalut Plester.
Digunakan untuk merekatkan kain kassa, balutan penarik ( patah tulang, sendi paha ?
lutut meradang), fiksasi ( tulang iga patah yang tidak menembus kulit ), Beuton ( alat un tuk merekatkan kedua belah pinggir luka agar lekas tertutup.
> Pembalut Pita Gulung
>
Pembalut
Cepat.
Pembalut ini siap pakai terdiri dari lapisan kassa steril dan pembalut gulung.
Pembalutan :
a). Pembalutan segitiga pada kepala / kening.
b). Pembalutan segitiga untuk ujung tangan atau kaki.
c). Pembungkus segitiga untuk membuat gendungan tangan.
d). Membalut telapak tangan dengan pembalut dasi.
e). Pembalutan spiral pada tangan.
f ). Pembalutan dengan perban membentuk angka 8 ke tangan atau pergelangan tangan
yang cedera.
Indikasi Pembalutan :
Menghentikan pendarahan, melindung bakteri / kuman pada luka, mengurang rasa nyeri.
Bentuk dan anggota tubuh yang dibalut :
1. Bundar pada kepala.
2. Bulat panjang tapi lonjong, artinya kecil ke ujung, besar ke pangkal, pada lengan ba wah dan betis.
3. Bulat panjang hampir sama ujung dan pangkalnya, pada leher, badan, lengan atas ,
jari tangan.
4. Tidak karuan bentukny, pada persendian.

B I D A
I:
Bidai adalah alt yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan kedudukan tulang yang
patah ( fractuura ) atau retak ( fisura ), Bidai berasal dari bahasa Belanda yaitu Spalk, dan
dari bahasa Inggris yaitu Splint. Pembidaian disebut juga Fiksasi .
Prinsip Bidai :
1. Periksa dan catat status vaskuler, sensasi, motorik sebelum dan sesudah.
2. Bidai melewati 2 sendi :
a. Papan kayu dilapisi perban 9 soft ).
b. Bagian lika tutup dengan kassa steril.
c. Perdarahan bebat tekab dulu.
Syarat - syarat Bidai.
1. Bidai harus kuat.
2. Pemasangan bidai tidak boleh terlalu ketat.
Banyak benda yang dapat dipergunakan untuk abidai ( darurat ), apabila bidai yang sudah
jadi tidak tersedia antara lain :
1. Anggota badan sendiri ( sangat darurat )
2. Papan bilah bambu, dahan kayu.
3. Karton atau majalah yang agak tebal.
4. Bantal, guling atau selimat ( mengurangi rasa sakit ).
5. Air Splint ( bantalan udara ).
6. Vacuum Matras.
Cara Pemasangan Bidai :
1. Tungkai yang patah harus diluruskan dan dengan tarikan yang hati - hati ( dengan
gentle ) bila sulit jangan dipaksa.
2. Pertahankan dengan membalutkan ke badan ( lengan ), ke tungkai yang tidak patah.
3. Atau dengan peralatan yang dibuat khusus, tongkat, papan / spalk, PSAG, dll.
4. Bidai soft, tonjolan tulang diberi bantalan,

Anda mungkin juga menyukai