Anda di halaman 1dari 14

Efek Samping Obat (ESO) /ADR

Efek Samping Obat/ESO (Adverse Drug Reactions/ADR) adalah respon


terhadap suatu obat yang merugikan dan tidak diinginkan dan yang
terjadi pada dosis yang biasanya digunakan pada manusia untuk
pencegahan, diagnosis, atau terapi penyakit atau untuk modifikasi
fungsi fisiologik (BPOM RI, 2012)

Menurut WHO 1972, ADR (Adverse drug reaction) adalah setiap efek
yang tidak diinginkan dari obat yang timbul pada pemberian obat
dengan dosis yang digunakan untuk profilaksis, diagnosis dan terapi.
Klasifikasi

TIPE A Reaksi yang dapat diperkirakan,


umum terjadi dan berhubungan
ADR

(Augmented) dengan aksi farmakologis obat

Reaksi yang tidak dapat diperkirakan,


TIPE B jarang terjadi dan biasanya tidak Reaksi hipersensitivitas
(Bizzare) berhubungan dengan aksi
farmakologis obat
(Alergi)
Manifestasi
ESO
Manifestasi ESO
Ditinjau dari segi aspek patologi, efek samping obat terdiri dari :
Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D Tipe E Tipe F
ES tipe A terjadi aksi Terjadi tidak Efek samping yang sulit ESO yang lambat Efek Akhir terapi Akibat obat
farmakologis yang berkaitan dideteksi. ES ini timbul (delayed)yang (end of treatment) yang telah lama
normal, dapat dengan aksi akibat pemakaian obat terjadi beberaoa yang terjadi akibat digunakan dan
diperkirakan dari aksi farmakologisny dalam jangka panjang. tahun setelah penggunaan obat dihentikan
farmakologisnya yang a yang biasa. Hubungan antar efek terapi jangka yang dihentikan penggunaannya
biasa, dan umumnya Terjadinya tidak samping ini memang panjang. secara tiba-tiba. secara tiba-tiba.
tergantung dosis. dapat diduga sulit untuk dibuktikan Contoh: ESO Contoh: Contoh: obat
Insidensi dan insidensi dan namun sangat diduga diethystilbestero penggunaan steroid narkotika, pil
morbiditasnya tinggi, morbiditasnya kuat berkaitan. l adeno Ca yang meng-induced KB
tetapi mortalitasnya rendah tapi Contoh: prevalensi vagina cushing syndrome
rendah. mortalitasnya kanker payudara
Contoh: mengantuk tinggi. meningkat setelah
setelah minum CTM Contoh: Reaksi terjadi peningkatan
Imunologik kontrasepsi pil
kontasepsi orang di
masyarakat
Analisis kausalitas ESO
Analisis kausalitas merupakan proses evaluasi yang dilakukan untuk menentukan atau menegakkan hubungan
kausal antara kejadian efek samping yang terjadi atau teramati dengan penggunaan obat oleh pasien

Analisis
Kausalitas

1. Kategori
2. Alogaritma
Kausalitas
Naranjo
WHO
Reaksi Alergi
Alergi obat adalah reaksi alergi terhadap obat atau pengobatan
tertentu. Pada saat reaksi alergi muncul maka artinya sistem kekebalan
tubuh mengidentifikasi obat sebagai zat asing dan bertindak untuk
membuangnya dari tubuh.
Klasifikasi
Tes diagnosis:

Diagnosis alergi
obat

Pemeriksaan fisik untuk


Anamnesa mengklarifikasi reaksi,
secara detil menentukan terapi,
mengidentifikasi obat yang
menimbulkan reaksi tersebut
dan untuk mengetahui insiden
alergi terhadap obat tersebut.
Anamnesis
Hal hal yang harus didapatkan pada saat anamnesis adalah:
1. Gejala klinis serta waktu timbulnya gejala serta jarak timbul gejala dari
paparan obat yang dicurigai
2. Kemungkinan onset timbulnya gejala:
Immediate (segera) timbul beberapa detik hingga 6 jam dari paparan, gejala klinis yang
dapat timbul adalah anafilaksis, urtica, angioudem, bronkospasme
Accelerated, timbul antara 6 hingga 72 jam setelah paparan. Gejala yang mungkin
didapatkan antara lain urtika dan asma
Delayed, timbul gejala lebih dari 72 jam setelah paparan. Gejala yang mungkin
didapatkan antara lain sidrom mukokutan (rash, dermatitis eksfoliatif) atau tipe
hematologis (anemia, trombositopenia, netropenia)
Radio Allergo Sorbent Assay (RAST)
Skin Prick Test (SPT) Radio Allergo Sorbent Assay (RAST)
Merupakan solid phase
Skin Prick Test (tes kulit epikutan) dan tes kulit radioimmunoassay yang mengukur
intradermal merupakan tes untuk mengetahui
adanya IgE spesifik terhadap obat tertentu
circulating allergen spesific IgE
yang berguna hanya untuk beberapa obat antibodies. Kegunaannya terbatas
dengan berat molekul rendah (penisilin, sebagai tes diagnosis alergi obat, karena
relaksan otot, barbiturat) karena reagen untuk seperti tes kulit, immunochemistry dari
yang lain belum tersedia. Karena reagen belum
kebanyakan obat belum diketahui. Tes ini
tersedia, klinisi harus membuat sendiri
reagennya. Meskipun kadang dapat dijumpai telah dikembangkan untuk penisilin
hasil positif pada pemberian obat yang dapat (penicilloyl moiety), insulin,
melepaskan histamin tanpa melalui chymopapain, relaksan otot, thiopental,
perantaraan IgE, sepereti misalnya pada protamine dan lateks.
pemberian propofol atau atracurium.
Tes Provokasi

Tes Provokasi oral dapat menjadi gold standar dalam menentukan


adanya alergi obat. Tes ini harus dikerjakan dengan pengawasan yang
ketat dengan alat bantu resusitasi yang tersedia.

Tes untuk reaksi hipersenstivitas tipe II dan III


Tes hemaglutinasi (Coombs test direk atau indirek) telah digunakan untuk menentukan
adanya antibodi IgG dan IgM spesifik untuk membantu diagnosis anemia hemolitik yang
diperantarai obat. Karena keterbatasannya (harus menjaga kesegaran eritrosit yang
terkonyugasi dengan obat ) sekarang lebih banyak menggunakan metode Enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA). Yang terpenting adalah menentukan hubungan IgG dan
IgM dengan manifestasi klinis, karena antibodi dapat positif tanpa kelainan
imunopatologi.
Tes untuk reaksi
hipersensitivitas tipe IV
Patch test dapat menentukan etiologi
reaksi yang diperantarai sel T, terutama
eczematous, erupsi terinduksi obat. Tes
ini dapat diaplikasikan pada kelainan
kulit karena obat serta rekasi sistemik.
Kegunaan metode ini tergantung dari
pembawa obat dan tempat aplikasinya.
Patch test berguna untuk antikonvulsan
seperti carbamazepin dan penisilin.
Metode ini terbatas penggunaannya
karena terbatasnya reagen yang sesuai
dengan determinan imunogenik dari
obat.
Tes-tes lain
Biopsi dapat membantu menegakkan diagnosis dan perjalanan respon
inflamasi, tetapi hanya hal umum saja yang bisa didapatkan (tipe
infiltrat seluler, adanya edema). Pemeriksaan imunohistokimia dapat
memeberikan informasi tambahan. Tryptase yang merupakan mast cell
spesific protease dapat meningkat pada reaksi anafilaksis. Konsentrasi
yang meningkat didapatkan pada obat anestesi, lateks dan beberapa
antibiotik. Tes lain yang dapat berguna antara lain basofil histamin
release, proliferasi limfosit, aktivasi komplemen dan tes lymphocyte
cytotoxicity. Tes-tes ini masih dalam penelitian, belum digunakan untuk
evaluasi ADR.

Anda mungkin juga menyukai