Anda di halaman 1dari 37

Deskripsi mata kuliah hukum adat

Mata kuliah ini disampaikan secara tatap


muka dan akan membahas ttg konsep dasar
hukum adat, sistem hukum adat, persekutuan
hukum adat, hukum tanah,transaksi tanah,
transaksi yang berhubungan dg tanah,
subyek hk, hukum yang berhubungan dg
tanah, subyek hk, hukum kekerabatan,
hukum perkawinan, hukum harta
perkawinan dan hukum waris
Tujuan Mata Kuliah
Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat
menjelaskan Hukum Adat dan dapat
menyelesaikan perkara-perkara yang
bersangkutan dengan Hukum Adat.

Prasyarat
Pengantar Ilmu Hukum (PIH)
Pengantar Hukum Indonesia (PHI)
PENDAHULUAN
Hukum Adat sebagai cabang ilmu hukum yang
berdiri sendiri dilahirkan oleh alam pikiran Barat
bukan oleh alam pikiran Indonesia sendiri.

Istilah Hukum Adat itu sendiri tidak dikenal di desa-


desa, tapi mereka hanya berbicara soal adat-istiadat
yang harus dipatuhi, yang kadang-kadang
mempunyai sanksi-sanksi tertentu terhadap
pelanggarannya.

Penemuan Hukum Adat itu memang terpengaruh


oleh faktor-faktor politik dan ekonomi struktur
masyarakat jajahan pada waktu itu.
Penemuan Hukum Adat disebabkan: desakan-desakan
politik hukum yang mau memaksakan rakyat
Indonesia tunduk pada hukum Barat, penundukan itu
terutama berpokok pangkal pada pikiran, bahwa
Hukum Adat sama sekali tidak memenuhi tuntutan-
tuntutan abad modern (yakni abad XX).

Para sarjana hukum pada umumnya mengakui bahwa


Hukum Adat Indonesia belum lama menjadi obyek
Ilmu Pengetahuan Hukum Adat sebagaimana ilmu
hukum lain-lainnya, mempunyai sistem sendiri, sistim
yang berurat berakar pada sikap hidup dan alam
pikiran bangsa Indonesia.
Prof. Mr. C. Van Vollenhoven:
yang pertama-tama memasukkan pelajaran hukum
adat ke dalam Ilmu Pengetahuan Hukum.
membela rakyat Indonesia, terutama akan adanya
penerapan hukum Barat oleh Pemerintah Belanda
terhadap rakyat Indonesia.
Menentang penyatuan hukum (unifikasi) dan
menentang desakan secara lain terhadap Hukum
Adat oleh Hukum Barat.
Membela agar supaya arti peradilan adat diakui.
Menentang pengingkaran hak-hak masyarakat
hukum Bumiputera (asli) dan hak-hak
perseorangan atas tanah.
Menentang pengingkaran terhadap watak
masyarakat-masyarakat Pribumi sendiri.
Prof. Mr. B. Ter Haar Bzn.
diberi julukan sebagai pemerinci hasil penemuan
Prof. C. Van Vollenhoven yang dikenal sebagai
ahli hukum yang menemukan Hukum Adat
(Bapak Hukum Adat)

Prof. Dr. C. Snouck Hurgronje:


yang pertama kali memakai istilah Hukum Adat
(adatrecht) dalam ilmu hukum dalam bukunya
De Atjehers tahun 1893
Dalam perundang-undangan Pemerintah Hindia
Belanda istilah Hukum Adat baru dipakai pada
tahun 1929 tatkala pasal 134 I.S diubah.
Setelah diubah maka redaksi ayat-ayat dari
pasal 134 itu menyebut kata Hukum Adat.

Sebelum tahun 1929 istilah yang biasa dipakai


untuk menyatakan Hukum Adat ialah Undang-
undang Agama, lembaga kebudayaan bangsa dan
kebiasaan (godsdienstige wetten, volks
instellingen en gebruiken) sebagaimana yang
tercantum dalam pasal 11 A.B. atau peraturan
hukum mengenai agama dan kebiasaan mereka
yang tercantum dalam pasal 131 ayat 2 sub b
I.S.
Tujuan Mempelajari Hukum Adat
Tujuan praktis:
Hukum adat masih digunakan dalam lapangan
hukum perdata, khususnya dalam perkara waris.
Secara faktual, masih banyak terdapat eksistensi
kehidupan indigenous people di pelosok pedalaman
nusantara.

Tujuan strategis:
Hukum adat sebagai hukum asli bangsa merupakan
sumber serta bahan potensial untuk pembentukan
hukum positip Indonesia dan pembangunan tata
hukum Indonesia.
Istilah Hukum Adat

Adat Kebiasaan Masyarakat


Adat kebiasaan yang pada umumnya
harus berlaku dalam masyarakat
tertentu/bersangkutan.
Adat Jawa kebiasaan berprilaku dalam
masyarakat Jawa.
Istilah Adat Istiadat

Adat berasal dari bahasa Arab yaitu dari


kata ADAH, yang berati kebiasaan-kebiasaan
dari masyarakat.

Adat aturan yang sudah menjadi kebiasaan atau wujud


gagasan kebudayaan yang terdiri dari budaya,
norma, hukum dan aturan-aturan yang satu
dengan lainnya berkaitan menjadi satu sistem.

Adat Istiadat kebiasaan atau tradisi yang baik dan


hidup dalam suatu masyarakat yang selalu
diikuti, diamalkan dan dipatuhi serta ditaati.
Istilah Hukum Adat Istilah teknis ilmiah, yang
menunjukkan aturan-aturan kebiasaan yang berlaku di
kalangan masyarakat yang tidak berbentuk peraturan
perundangan yang dibentuk oleh penguasa
pemerintahan.

Hukum Kebiasaan Kebiasaan yang dibenarkan (diakui)


di dalam perundangan.
Hukum Adat Hukum kebiasaan di luar perundangan.
Hukum Adat Aturan kebiasaan manusia dalam hidup
bermasyarakat.
Hukum Adat Adat yang diterima dan harus
dilaksanakan dalam masyarakat bersangkutan.
MANUSIA
Hukum
Negara

Pikiran
Kehendak KEBIASAAN ADAT HUKUM
Prilaku ADAT

( Pribadi ) ( Masyarakat )
Hukum
Rakyat
TERBENTUKNYA ADAT

Cara (usage)
Suatu bentuk perbuatan yang dilakukan orang di dalam mengadakan
perhubungan pamrihnya

Kebiasaan (folkways)
Cara yang dilakukan orang dalam mengadakan perhubungan pamrihnya
itu terjadi secara berulang-ulang

Tata Kelakuan (mores)


Menata kelakuan orang dengan suatu pola tertentu, artinya
menghendaki agar para warga masyarakat melakukan conformity
(penyesuaian diri) dengan tata kelakuan

Adat (customs)
Tata kelakuan yang telah melembaga atau telah sampai pada proses
institusionalisasi (mengadat).
tiga prasyarat untuk menjadikan kebiasaan
sebagai hukum yaitu :

masyarakat meyakini adanya keharusan yang


harus dilaksanakan,
pengakuan atau keyakinan bahwa kebiasaan
tersebut bersifat mengikat (kewajiban yang
harus ditaati) atau dikenal dengan prinsip
opinio necessitas, dan
adanya pengukuhan yang dapat berupa
pengakuan dan/atau penguatan dari keputusan
yang berwibawa (atau pendapat umum,
yurisprudensi dan doktrin) sehingga timbul
harapan agar dapat dilekatkan sanksi terhadap
pelanggaran-pelanggaran atas kebiasaan
tersebut.
Istilah dalam perundang-undangan Hindia Belanda
Dalam A.B. (Algemene Bepalingen van Wetgeving = Ketentuan-
ketentuan Umum Perundang-undangan) pasal 11 dipakai istilah :
Godsdientige Wetten, Volkinstelingen En Gebruiken (Peraturan-
peraturan Keagamaan, Lembaga-lembaga Rakyat dan Kebiasaan-
kebiasaan).
Dalam R.R. 1854 pasal 75 ayat 3 : Godsdientige Wetten,
Instellingen En Gebruiken (Peraturan-peraturan Keagamaan,
Lembaga-lembaga dan Kebiasaan).
Dalam I.S. (Indische Staatregeling = Peraturan Hukum Negara
Belanda semacam Undang-undang Dasar Bagi Hindia Belanda)
pasal 128 ayat 4 : Instellingen des Volks (Lembaga-lembaga dari
Rakyat).
Dalam I.S. pasal 131 ayat 2 sub b : Met Hunne Godsdiensten en
Gewoonten Samenhengende Rechts Regelen (Aturan-aturan
Hukum yang berhubungan dengan Agama-agama dan Kebiasaan-
kebiasaan mereka).
Dalam R.R. 1854 pasal 78 ayat 2 : Godsdientige Wetten En Oude
Herkomsten (Peraturan-peraturan Keagamaan dan Naluri-naluri).
S. 1929 No. 221 jo No. 487 : Adat Recht (Hukum Adat).
Pengertian Tentang Hukum Adat

Istilah Hukum Adat secara akademis pertama


kali merupakan istilah asing, hasil terjemahan
dari istilah Adatrecht
Dikenalkan pertama kali oleh Prof.Dr.Christiaan
Snouck Hurgronje dalam bukunya yang
berjudul De Atjehers
Dikembangkan lebih lanjut oleh
Prof.Mr.Cornelis van Vollenhoven dalam
tulisan-tulisannya antara lain Het Adatrecht
van Ned Ned-Indie (1901 1901-1933) 1933),
Een Adatwetboekje voor heel Indie (1910)
1910), De Ontdekking van het Adatrecht
(1928) 1928). .
Hukum Adat adalah.
Menurut Van Vollenhoven:
Hukum adat adalah aturan-aturan perilaku yang
berlaku bagi orang-orang pribumi dan timur asing, yang
di satu pihak mempunyai sangsi (maka dikatakan
hukum) dan di lain pihak tidak dikodifikasi (maka
dikatakan adat) [Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu
Hukum Adat]
Hk.Adat = adat / kebiasaan yang bersangsi

Menurut Mr.B.Ter Haar Bzn


Hukum adat adalah aturan adat /kebiasaan yang
mendapat sifat hukum melalui keputusan-keputusan
atau penetapan-penetapan petugas hukum seperti
Kepala Adat, Hakim, dll baik di dalam maupun di luar
persengketaan (Teori Keputusan/Beslissingenleer )
Pendapat Ter Haar dipengaruhi oleh John Chipman
Gray yang menyatakan: All the law is judge made
law (semua hukum adalah hukum keputusan)

Menurut Kusumadi .P
Hukum adat adalah adat yang telah mendapatkan
sifat hukum melalui penetapan yang dikeluarkan
oleh para petugas hukum baik di dalam maupun di
luar sengketa (sama dengan Ter Haar).
Sama-sama mendasarkan titik batasan antara
adat dan hukum adat pada keputusan atau
penetapan petugas hukum.
Kusumadi menyebut adanya penetapan
petugas hukum ini sebagai existential moment
dari hukum adat.
Perbedaan antara Kusumadi dan Ter Haar:
Perbedaan yang ada hanyalah bersifat gradatif
Konsep Kusumadi memperhalus konsep Ter
Haar
Menurut Ter Haar, jika tidak ada keputusan,
maka belum bisa dikatakan sebagai hukum
Menurut Kusumadi, ketiadaan keputusan
/penetapan bukan berarti ketiadaan aturan
hukum. Tetapi baru pada saat ada
penetapanlah aturan tingkah laku adat
menjadi tegas berwujud dalam hukum positif
Menurut Soepomo
Hukum adat adalah hukum non-statutair yang
sebagian besar adalah hukum kebiasaan dan
sebagian kecil hukum Islam.
Hukum adat itu pun melingkupi hukum yang
berdasarkan keputusan-kepitusan hakim yang berisi
asas-asas hukum dalam lingkungan, di mana ia
memutuskan perkara.
Hukum adat berurat berakar pada kebudayaan
tradisional.
Hukum adat adalah suatu hukum yang hidup,
karena ia menjelmakan perasaan hukum yang nyata
dari rakyat. Sesuai dengan fitrahnya sendiri, hukum
adat terus menerus dalam keadaan tumbuh dan
berkembang seperti hidup itu sendiri
Menurut Bushar Muhammad
Sependapat dengan Soepomo
Hukum adat adalah hukum tidak tertulis, yang
tidak hanya meliputi hukum yang hidup dan
dipertahankan sebagai aturan adat dalam
masyarakat (hukum adat dalam arti sempit /
customary law), melainkan juga kebiasaan dalam
lapangan ketatanegaraan (convention) dan
kehakiman atau peradilan

Soepomo dan Bushar Muhammad memberikan


pengertian yang sama bahwa hukum adat adalah
hukum yang tidak tertulis dalam hidup
bermasyarakat maupun dalam lapangan
ketatanegaraan
Menurut Djojodigoeno
Hukum adat berpangkal tolak dari konsepsi
hukum yang umum.
Hukum itu rangkaian ugeran (norma) yang
mengatur perhubungan kemasyarakatan .
Hukum itu adalah rangkaian ugeran yang
mengatur hubungan pamrih (kepentingan).
Hukum adat adalah hukum yang tidak
bersumber pada peraturan.

Menurut Dr.Sukanto
Hukum adat adalah kompleks adat-adat yang
kebanyakan tidak dikitabkan/dikodifisir, bersifat
paksaan dan memiliki sangsi, sehingga
mempunyai akibat hukum
Menurut Dr.Hazairin
Hukum adat adalah endapan kesusilaan dalam
masyarakat, yakni hukum yang berasal dari dan
memiliki kesesuaian langsung dengan kesusilaan
masyarakat.
Hukum adat lebih menguatkan pemeliharaan
kaidah-kaidah kesusilaan melalui ancaman
hukum /penguatan hukum.

HAZAIRIN
Bertumpu pada pendirian ada persesuaian
antara hukum dan kesusilaan.
Dalam sistem hukum yang sempurna tidak ada
tempat bagi sesuatu yang tidak selaras dengan
kesusilaan.
Menurut Mr.J.H.P. Bellefroid
Hukum adat adalah aturan-aturan yang hidup
meskipun tidak diundangkan oleh penguasa tetapi
tetap dihormati dan ditaati oleh rakyat karena
meyakini bahwa aturan-aturan tersebut berlaku
sebagai hukum
Dua kategori sumber hukum,
yang dari kekuasaan negara :
perundangan, sebagai keputusan legislatif,
keputusan pejabat, seperti keputusan eksekutif
atau yudikatif (yurisprudensi),
keputusan kekuasaan tertinggi dalam negara
seperti perjanjian internasional, pernyataan
perang, perjanjian perdamaian;dan lainnya.
yang dari kekuasaan rakyat :
adat kebiasaan, seperti berbagai perilaku
anggota masyarakat dalam hubungan pamrih,
keputusan kelembagaan, seperti keputusan
rukun tetangga, keputusan rukun tani,
Menurut Prof.Dr. M. Koesnoe Koesnoe, terdapat ,
perbedaan tentang konsep hukum antara
pemikiran barat dan adat.
Konsep pemikiran barat:
Memandang individu sebagai makhluk yang
merdeka
Setiap individu memiliki kepentingan yang
diusahakan untuk selalu dipenuhi secara
maksimal
Perlu diadakan penertiban atas usaha
pemenuhan kepentingan tersebut
Diperlukan sangsi untuk menjamin
dilaksanakannya penertiban tersebut
Konsep pemikiran Adat:
Individu adalah bagian yang tak terpisahkan
dari masyarakatnya
Individu adalah bagian dari masyarakat yang
mempunyai fungsi masing masing-masing
untuk melangsungkan dan kelangsungan
masyarakat.
Tidak ada ketentuan adat yang memerlukan
syarat yang menjamin berlakunya dengan
menggunakan paksaan (sanksi)
Sangsi berfungsi sebagai upaya pengembalian
keseimbangan yang terganggu akibat adanya
pelanggaran
PERBEDAAN HUKUM ADAT DENGAN TRADISI

HUKUM ADAT TRADISI

1. Berorientasi pada 1. Tidak berorientasi


hal-hal yang baik pada hal itu baik
atau tidak baik untuk
dilakukan
2. Rational 2. Irrasional dan
didasarkan pada
legenda atau mitos.
3. Bersifat dinamis dan 3. Bersifat statis.
progresif (plastis)
Karakteristik Hukum Adat
A. Wujud Hukum Adat
Sebagian besar tidak tertulis / non statutair / ius non
scriptum
Sebagian kecil berupa hukum tertulis seperti
peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh raja-raja
Uraian-uraian hukum secara tertulis, seperti hasil
penelitian yang dibukukan
Dikarenakan wujud di luar tidak tertulis hanya
merupakan bagian kecil, maka hukum adat
cenderung selalu disebut sebagai hukum tidak tertulis
B. Hukum adat bersifat dinamis (tidak statis)
C. Hukum adat berasal langsung dari kebudayaan rakyat,
yakni berupa kebiasaan-kebiasaan serta nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat
Dua Unsur Berlakunya Hukum Adat
1. Unsur kenyataan
(pada kenyataannya) adat itu dalam
keadaan yang sama selalu diindahkan
oleh rakyat
2. Unsur psikologis
terdapat adanya keyakinan rakyat
bahwa adat tersebut mempunyai
kekuatan hukum, sehingga
menimbulkan adanya kewajiban
hukum ( opinio juris necessitatis
necessitatis)
Unsur-Unsur Pembentuk Hukum Adat:
Mr.L.W.C van Den Berg teori Receptio in Complexu

Hukum Adat

Hukum agama Penyimpangan


Van Vollenhoven:

Hukum Adat

Hukum tdk tertulis Hukum tertulis

Hukum asli penduduk Hukum agama


(Melayu Polynesia)
Faktor Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Proses Perkembangan Hukum Adat:

1. Faktor magis dan animisme


2. Faktor agama
3. Faktor kekuasaan kekuasaan-kekuasaan yang
lebih tinggi dari persekutuan hukum adat
4. Hubungan dengan orang orang-orang ataupun
kekuasaan asing
TUGAS
Berdasarkan materi tentang Konsep-Konsep Hukum Adat
sebagaimana dijabarkan dalam perkuliahan dan diuraikan
dalam buku-buku kepustakaan yang menunjang, maka
jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan konsep-
konsep yang dikemukakan oleh para sarjana hukum adat !
1. Apakah ada perbedaan antara adat dan hukum
adat? Jelaskan
2. Bagaimanakah suatu adat dapat dikatakan telah
menjadi hukum adat? Jelaskan berdasarkan 2
kelompok pendapat yang berbeda, dan tunjukkan
pokok perbedaannya serta sebutkan siapa saja
tokoh sarjana yang termasuk ke dalam masing-
masing kelompok tersebut!
3. Hukum adat dikatakan bersifat dinamis. Jelaskan
pernyataan ini!
1. Apakah Hukum Adat itu ?
2. Apakah Hukum Adat = Adat ?
Jika sama bagaimana persamaannya ?
Jika tidak apa perbedaannya ?
3. Bagaimanakah (ciri-ciri) Hukum Adat ?
Bahan Bacaan:

1. Bushar Muhammad, Asas-Asas Hukum Adat (Suatu


Pengantar)
2. Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat
3. M. Koesnoe, Hukum Adat Sebagai Suatu Model
Hukum
4. Soerojo Wignjodipoero, Pengantar dan Asas-Asas
Hukum Adat
5. Soepomo, Bab-Bab Tentang Hukum Adat

Anda mungkin juga menyukai