dH u du (8.1)
2
Persamaan kontinyuitas (neraca massa) dalam bentuk
diferensial
u 1 A1 u 2 A2 u A
m
uA V1 V2 V
d 0
V
A u uA
du dA 2 dV 0
V V V V
uA
du dA dV
0
u A V
dV du dA
0 (8.2)
V u A
3
Persamaan fundamental:
dH T dS V dP (7.4)
V V
dV dS dP (8.4)
S P P S
V V T
(8.5)
S P T P S P
4
Besaran Volume Expansivity didefinisikan sebagai:
1 V V V
(8.6)
V T P T P
(T/S)P diturunkan dari: Q TdS
Untuk P konstan: Q dH CP dT
Sehingga: dT T (P konstan)
dS C P
T T
(8.8)
S P C P
5
Pers. (8.6) dan (8.7) dimasukkan ke pers. (8.4):
V VT
S P CP
Dari Ilmu Fisika, kecepatan suara dalam fluida adalah:
2 P V V 2
c2 V (8.9)
V S P c 2
S
dV T V (8.10)
dS 2 dP
V CP c
6
Sekarang kita memiliki 4 persamaan yang menghubungkan
6 diferensial (dH, du, dV, dA, dS, dP)
dH u du (8.1)
dV du dA
0 (8.2)
V u A
dH T dS V dP (7.4)
dV T V
dS 2 dP (8.10)
V CP c
7
Karena hanya ada 4 persamaan, maka dS dan dA
diperlakukan sebagai variabel independen.
T dS V dP u du (8.11)
T V TdS VdP dA
dS 2 dP 2 0
CP c u A
8
Pers. tsb. kemudian disusun ulang:
T V TdS VdP dA
dS 2 dP 2 0
CP c u A
1 1 VdP 1 TdS dA 0
2
c u
2 2 u
2
CP u A
u2 u2 u2
1 2 VdP 1 TdS dA 0
c CP A
u2
u2
1 M2 VdP 1 TdS dA 0 (8.12)
CP A
u
Mach number M
c 9
Pers. (8.12) menghubungkan dP, dS, dan dA.
Pers. (8.11) dan (8.12) digabung untuk mengeliminasi V dP:
1 u2 CP 1 u2
VdP T dS 2
dA 0
1 M 1 M A
2
V dP T dS u du
()
1 u2 CP 1 u2
1 T dS 2
dA u du
1 M 1 M A
2
10
Pers. terakhir dapat disusun ulang menjadi:
u2 CP M2 1 u2
dA 0
u du TdS 2 (8.13)
1 M 1 M A
2
11
Jika dibagi dengan dx maka pers. (8.12) menjadi:
dP u2
dS u2
dA
V1 M
2
T 1 0 (8.14)
dx CP dx A dx
du u2 CP M2 dS 1 u2 dA
u T 2
0 (8.15)
1 M dx 1 M A dx
2
dx
12
Menurut hukum II Termodinamika, ireversibilitas akibat
friksi fluida dalam aliran adiabatis akan menyebabkan
naiknya entropy dalam fluida dalam arah aliran.
dS
0
dx
13
Untuk aliran steady dalam pipa horizontal dengan luas
penampang tetap, dA/dx = 0 sehingga pers. (8.14) dan
(8.15) menjadi:
dP T 1 u2 CP dS
(8.16)
dx V 1 M 2
dx
du u2
C M2
dS
u T P
(8.17)
dx 1 M 2
dx
14
Aliran subsonik (M < 1)
dP T 1 u2 CP dS dP
0 0
dx V 1 M 2
dx dx
du u2 CP M2 dS du
u T 0 0
dx 1 M2
dx dx
16
Aliran supersonik (M > 1)
dP T 1 u2 CP dS dP
0 0
dx V 1 M 2
dx dx
du u2 CP M2 dS du
u T 0 0
dx 1 M2
dx dx
17
Tekanan bertambah sementara kecepatan kurang
searah dengan aliran. Meskipun demikian, rejim
tersebut tidak stabil.
18
Nozzle adalah alat yang dirancang untuk
mengontrol arah atau karakteristik aliran suatu
fluida (laju alir, kecepatan, arah, massa, bentuk,
dan/atau tekanan suatu aliran yang
melewatinya).
19
Pada nozzle yang dirancang dengan baik, perubahan
luas penampang terhadap panjang nozzle dibuat
sedemikian rupa sehingga aliran fluida yang melewatinya
menjadi tanpa friksi.
Dengan demikian alirannya dapat dianggap sebagai
aliran reversibel, dS/dx = 0, sehingga pers. (8.14) dan
(8.15) menjadi:
2
dP u 1 dA
2
(8.18)
dx VA 1 M dx
du u 1 dA
2 (8.19)
dx A 1 M dx
20
Karakteristik aliran
dP u2 1 dA du u 1 dA
2
2
dx VA 1 M dx dx A 1 M dx
dA/dx + +
dP/dx + +
du/dx + +
21
Converging/diverging nozzle
22
Untuk aliran subsonik dalam converging nozzle,
pengurangan A akan menyebabkan kenaikan u dan
penurunan P.
23
Misal suatu fluida kompresibel mengalir melalui sebuah
converging nozzle pada tekanan P1 dan keluar dari
nozzle langsung masuk ke ruangan dengan tekanan P2.
Jika P2 < P1 maka u akan naik, dan pada nilai P2 tertentu
akan mencapai maksimum (M = 1) pada throat.
Penurunan P2 lebih lanjut atau memperpanjang nozzle,
tidak akan berpengaruh terhadap keadaan nozzle; u
tetap konstan, dan throat tetap sonik, berapapun nilai
P2/P1 asal nilainya < nilai kritik.
Untuk steam, nilai kritik dari rasio ini 0,55 pada tekanan
dan temperatur tidak terlalu tinggi.
24
Kecepatan supersonik bisa diperoleh dalam bagian
diverging dari suatu converging/diverging nozzle.
25
26
Untuk nozzle yang bekerja secara isentropik, pers. (7.4)
menjadi:
dH V dP
Jika digabung dengan pers. (8.1) akan menjadi:
CP
u du V dP
CV
Untuk proses adiabatis, PV = konstan, maka jika pers. di
atas diintegralkan akan diperoleh:
1
2 P1V1 P2
u2 u1
2 2
1 (8.20)
1 P1
27
Penjelasan:
PV konstan a
a
V
P
1 1
a a k
V 1 1
P P P
u2 P2 P2
k
u du V dP P1 dP
u1 P1 P1
28
Pers. (8.20) dapat digunakan untuk menentukan nilai kritik
untuk rasio P2/P1 yang menyebabkan u2 = c (kecepatan
suara).
V V 2
Berdasarkan pers. (8.9):
P S c 2
2 P
u c V
2 2
V S
k
(P/V)S diperoleh dengan mendeferensialkan: P
V
P k k 1 P
1
V S V V V V
29
Jika kedua pers. terakhir tsb. digabung maka
u22 P2 V2
1
P2 2
P1 1 (8.21)
(rasio kritik)
30
CONTOH SOAL
31
PENYELESAIAN
Hukum kekekalan massa pada aliran dalam pipa:
u2 A2 u1A 1 A2 u1V2
V2 V1 A 1 u2 V1
u diperoleh dengan mengintegralkan pers. (8.1), yaitu
persamaan neraca energi
u2 H2
1 2
u du dH u2 u21 H2 H1
u1 H1 2
u u 2H2 H1
2
2
2
1
32
Keadaan mula-mula (700 kPa dan 573,15 K) (keadaan 1):
S1 = 7,2997 kJ/kg/K
H1 = 3059,8 103 J/kg
V1 = 0,3715 m3/kg
Jadi:
u u 2H2 H1
2
2
2
1
A2 u1V2 30 V2 A2
0,120
A1 V1u2 371,39 u2 A1
35
36
Dengan cara yang sama akan diperoleh V, u, dan A2/A1 untuk
berbagai bagian nozzle dengan tekanan berbeda:
P2 V2 u2 A2/A1
(kPa) (L/kg) (m/s)
700 371,39 30,0 1,000
600 418,25 282,3 0,120
500 481,26 411,2 0,095
400 571,23 523,0 0,088
300 711,93 633,0 0,091
200 970,04 752,2 0,104
37
0.13
0.12
A2/A1
0.11
0.10
0.09
380
0.08
100 200 300 400 500 600 700
P (kPa)
38
Berdasarkan hasil pada tabel/gambar di slide sebelum-
nya, dapat disimpulkan bahwa tekanan pada throat adalah
380 kPa.
(Kamis, 4-5-2017)
39
CONTOH SOAL
Kerjakan soal di atas jika steam dianggap sebagai gas ideal.
Hitung:
a. Rasio kritik untuk tekanan dan kecepatan pada throat.
b. Tekanan pada outlet nozzle jika bilangan Mach = 2
PENYELESAIAN
a. Rasio CP/CV untuk steam = 1,3
Persamaan (7.21):
1 1,3 1,31
P2 2 2
0,55
P1 1 1,3 1
40
Untuk gas ideal:
J
P1V1 4765,2
mol
1 kg m2 kg 1000 g
4765,2 2
mol s 18,015 g kg
264511m 2
s 2
41
u2 dihitung menggunakan pers. (7.20)
1
2 P1V1 P2
u2 u1
2 2
1
1 P1
21,3 264511
30
2
1,3 1
1 0,55
1,31 1,3
296322
u2 544,35 m s 1
42
b. Untuk M = 2:
u2 2 uthroat 2 544,35 m s 1088,7 m s
1 1
48
Jika cairan air jenuh mengalami throttling hingga teka-
nannya turun, maka sebagian cairan akan menguap atau
mengalami flash, dan menghasilkan campuran cair jenuh
dan uap jenuh.
H2 = H1 = 762,6 kJ/kg
HL = 419,1 kJ/kg
HV = 2676,0 kJ/kg
49
Pada 101.325 kPa kualitas steam dapat dihitung:
H2 = (1 x) HL + x HV = (1 x) (419,1) + x (2676,0)
762,6 = 419,1 + x (2676,0 419,1) x = 0,152
Jadi 15,2% dari cairan menguap.
(Senin, 9-5-2017)
dinnyanugrainy@gmail.com
50
Ekspansi gas dalam nozzle yang menghasilkan aliran
dengan kecepatan tinggi merupakan suatu proses yang
mengubah internal energy menjadi energi kinetik.
51
Jadi sebuah turbin (atau ekspander) itu terdiri dari se-
rangkaian nozzle dan baling-baling yang berputar dimana
gas mengalir akibat proses ekspansi yang steady yang
efek keseluruhannya adalah konversi secara efisien dari
internal energy aliran bertekanan tinggi menjadi shaft
work.
Jika sebagai fluida kerja adalah steam, maka alat tersebut
dinamakan turbin.
Jika yang digunakan sebagai fluida kerja adalah gas ber-
tekanan tinggi, seperti ammonia atau etilena, maka alat
tersebut dinamakan ekspander.
52
s
W
u2 W
H z g m
Q S
2
Biasanya perubahan energi kinetik dan potensial dapat
diabaikan, dan transfer panas dari/ke sekeliling juga dapat
diabaikan, sehingga:
m
WS
H2 H1
H m (8.22)
atau WS H H2 H1 (8.23)
54
Biasanya kondisi inlet T1 dan P1 dan tekanan keluar P2
diketahui.
Pada pers. (8.23) hanya H1 yang diketahui, sementara H2 dan
WS tidak diketahui.
Jika pada turbin terjadi proses ekspansi adiabatis reversi-
bel, sehingga prosesnya adalah isentropis :
S2 = S1
H
HS (8.25)
56
Harga dari turbin yang dirancang dengan baik adalah
antara 0,7 0,8.
57
Garis yang menggambarkan proses aktual yang
ireversibel dimulai dari titik 1, tetapi mengarah ke bawah
kanan, yaitu ke arah bertambahnya entropy, dan berhenti
di titik 2.
58
Proses ekspansi adiabatis di dalam turbin/ekspander
59
CONTOH SOAL
Sebuah steam turbine dengan kapasitas terpasang 56,4
MW dioperasikan dengan menggunakan steam pada
kondisi 8600 kPa dan 500C dan keluar pada tekanan 10
kPa. Jika efisiensi turbin adalah 75%, tentukan kondisi
steam yang keluar dari turbin dan laju alir massanya.
PENYELESAIAN:
P1 = 8600 kPa = 86 bar H1 = 3391,6 kJ/kg
T1 = 500C S1 = 6,6858 kJ/kg/K
63
Laju alir steam dihitung menggunakan pers. (7.22)
m
WS
H2 H1
H m
1 H 955,6 kJ kg
1 59,02 kg s
m
W 56400 kW
S
59,02 kg s
m
64
65
Dalam proses kompresi, usaha isentropis adalah shaft
work minimum yang diperlukan untuk menekan gas dari
keadaan mula-mula ke keadaan akhir.
HS
atau: H (8.26)
66
67
CONTOH SOAL
Uap jenuh pada 100 kPa (Tsat = 372,78K) ditekan secara
adiabatis hingga menjadi 300 kPa. Jika efisiensi kompresor
0,75, berapa usaha yang diperlukan dan bagaimana sifat-
sifat aliran yang keluar dari kompresor?
PENYELESAIAN
Untuk uap jenuh pada 100 kPa:
S1 = 7,3598 kJ/kg/K H1 = 2675,4 kJ/kg
Untuk kompresi isentropis hingga 300 kPa:
S2 = 7,3598 kJ/kg/K
Dengan menggunakan Steam Table:
H2 = 2888,8 kJ/kg 68
HS 2888,8 2675,4 213,4 kJ kg
H
HS
213,4
284,5 kJ kg
0,75
S T2 ig
CP dT P2
ln (6.13)
R T1 R T P1
70
Pers. (6.13) menjadi:
ig
T2
CP dT P2
0 ln
T1 R T P1
Jika keadaan awal (T1 dan P1) dan tekanan akhir (P2)
diketahui, maka persamaan tersebut dapat digunakan
untuk menghitung T2, yaitu temperatur keluar dari
kompresor jika prosesnya berlangsung secara isentropis.
Perubahan enthalpy isentropis:
T2'
HS C dT
'
P
T1
71
Menurut pers. (8.24):
T2'
WS isentropis HS CP' dT
T2
H CP dT
T1
72
CONTOH SOAL
Gas metana (dianggap sebagai gas ideal) ditekan secara
adiabatis dari 20C dan 140 kPa hingga menjadi 560 kPa.
Jika efisiensi kompresor 0,75, berapa usaha yang diperlukan
dan temperatur aliran yang keluar dari kompresor?
PENYELESAIAN
Gas metan: CP
A = 1,702 A BT CT 2 DT 2
R
B = 9,081 10-3
C = - 2,164 10-6
D=0
73
Untuk kompresi isentropis
T2 ig
C dT P2
0 ln
P
T1 R T P1
T2
dT P2
0 A BT CT ln
2
T1 T P1
T2 C P2
0 A ln B T2 T1 T2 T1 ln
2 2
T1 2 P1
B C
R A T2 T1 T2 T1 T23 T13
2 2
2 3
= 3966,2 J/mol
Usaha aktual:
WS isentropis 3966,2
WS 5288,3 J mol
0,75
75
Untuk menghitung T2 digunakan persamaan:
T2 T2
WS H CPdT R A BT CT 2 dT
T1 T1
B 2 C 3
5288,3 R A T2 T1 T2 T1 T2 T13
2
2 3
T2 = 428,65 K
76
Untuk pemompaan cairan, maka persamaan (8.22),
(8.23), (8.24) dan (8.26) juga berlaku.
Akan tetapi, penggunaan persamaan (8.23) memerlu-kan
data enthalpy untuk cairan yang jarang tersedia.
Untuk itu digunakan cara alternatif, yaitu dengan
menggunakan persamaan fundamental (7.4):
dH T dS V dP (7.4)
77
Untuk proses isentropis:
dH = V dP (S konstan)
WS isentropis HS V P2 P1 (8.27)
78
Pers. lain yang dapat digunakan adalah pers. (7.17):
V
dH CP dT V T dP (7.17)
T P
Sementara itu, dengan mengingat definisi dari volume
expansivity:
1 V
(8.6)
V T P
dH CPdT V1 T dP (8.28)
79
Untuk perubahan entropy, digunakan pers. (7.20):
dT V
dS CP dP (7.20)
T T P
dT (8.29)
dS CP V dP
T
80
Karena perubahan temperatur pada proses pemompaan
cairan biasanya sangat kecil, dan karena sifat-sifat cairan
biasanya tidak seberapa dipengaruhi oleh tekanan, maka
integrasi terhadap pers. (8.28) dan (8.29) dilakukan dengan
menganggap CP, V, dan konstan, sehingga:
H CP T V1 T P (8.30)
T2
S CP ln V P (8.31)
T1
81
CONTOH SOAL
Air pada 45C dan 10 kPa masuk ke dalam pompa yang
bekerja secara adiabatis dan keluar dari pompa pada
tekanan 8600 kPa. Jika efisiensi pompa 0,75, berapa usaha
yang diperlukan, perubahan temperatur air, dan perubahan
entropy dari air?
PENYELESAIAN
Data air cair jenuh pada 45C:
V = 1,010 L/kg = 1,010 10-3 m3/kg
= 425 10-6 K-1
CP = 4,178 kJ/kg/K
82
Pers. (8.27):
WS isentropis HS V P2 P1
= (1,010 10-3 m3/kg) (8600 10)(1000) Pa
= 8675,9 (m3/kg) (N/m2)
= 8675,9 N m/kg = 8675,9 J/kg = 8,676 kJ/kg
H
HS
8,676
11,57 kJ kg
0,75
83
Perubahan temperatur air selama proses pemompaan
dihitung dengan persamaan (8.30):
H CP T V1 T P
m3
V1 T P 1,01 10 3
kg
1 425 10 6 K-1 318,15K8600 10 1000Pa
= 7502,8 Nm/kg = 7,5028 kJ/kg
T = 0,97 K
84
Perubahan entropy air selama proses pemompaan dihitung
dengan persamaan (8.31):
T2
S CP ln V P
T1
319,12 3 8590
S 4,178 ln 425 10 1,01 10
6
318,15 1000
= 0,0090 kJ/kg/K
85