Anda di halaman 1dari 23

T AT A L A K S A N A

TERTUSUK JARUM
D A N B E N D A TA J A M

T I M P P I R S U D G U N U N G J AT I
PENGERTIAN

Penatalaksanaan tertusuk jarum dan benda tajam


adalah salah satu upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi terhadap petugas yang tertusuk benda yang
memiliki sudut tajam atau runcing yang menusuk,
memotong, melukai kulit seperti jarum suntik, jarum jahit
bedah, pisau, skalpel, gunting, atau benang kawat.
TUJUAN

Melindungi petugas kesehatan, mahasiswa, petugas kebersihan,


pengunjung dari perlukaan dan tertular penyakit seperti hepatitis B,
hepatitis C dan HIV
PENDAHULUAN
WHO: Dari 35 juta pekerja kesehatan

3 juta terpajan patogen darah


2 juta terpajan virus HBV
0,9 juta terpajan virus HBC
170,000 terpajan virus HIV/AIDS
Dapat terjadi: 15,000 HCV, 70,000 HBV & 1000 kasus HIV
Lebih dari 90% terjadi di negara berkembang
Setiap tahun, terjadi 800,000 kasus luka tusuk jarum suntik bekas
pada petugas kesehatan di Amerika Serikat.
Indonesia ???
BAGAIMANA RISIKO KERJA DI FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN?

Besarnya risiko terinfeksi tergantung pada:

Prevalensi penyakit di populasi pasien


Jenis pajanan
Frekuensi pajanan
RISIKO PENULARAN HIV
Risiko penularan HIV setelah luka tusuk
jarum suntik yang terkontaminasi HIV

4 : 1000
Sampai dengan Desember 2015, di klinik seroja
tercatat 536 pasien HIV + , termasuk didalamnya 48
ibu hamil dan 23 orang anak.
Yang telah diberikan ARV sebanyak 239 orang.
RISIKO HEPATITIS B
Risiko penularan HBV setelah luka tusuk jarum suntik yang
terkontaminasi HBV

27-37: 100
Setidaknya 10-8 ml (.00000001 ml) darah yang yang
mengandung HBV dapat menularkan virus berbahaya ini ke
tubuh manusia yang rentan (Source : Bond et al 1982.)
RISIKO HEPATITIS C

Risiko penularan HCV setelah luka tusuk jarum suntik yang


mengandung HCV

3-10 : 100
PROSEDUR PENATALAKSANAAN
Pertolongan Pertama
a. Jangan panik.
b. Penatalaksanaan lokasi terpapar :
Segera cuci bagian yang terpapar dengan sabun antiseptik dan air mengalir
Bilas dengan air, bila terpapar pada daerah membran mukosa.
Bilas dengan air bersih, air steril atau cairan NaCl bila terpapar pada daerah
mata
Jari yang tertusuk tidak boleh dihisap dengan mulut

Penanganan Lanjutan : segera ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk


penatalaksanaan selanjutnya
Tertusuk Jarum/benda tajam

Sumber (-) Sumber (+) Sumber tidak


HIV/Hepatitis B/C HIV/Hepatitis B/C diketahui statusnya

Screening (-) Screening Screening


HIV dan Hep B HIV dan Hep B

Pengobatan Hasil (+) Hasil (-) Hasil (+) Hasil (-)

Profilaksis Profilaksis Pengobatan Profilaksis


(+) (-) (-)

Screening HIV dan Hep B pada 6


minggu, 3 dan 6 bulan kemudian
LAPORAN DAN PENDOKUMENTASIAN:
Laporan meliputi: Hari, tanggal, jam, dimana, bagaimana kejadian, bagian mana
yang terkena, penyebab, jenis sumber (darah, urine, faeces) dan jumlah sumber
yang mencemari (banyak/sedikit)
Tentukan status pasien sebagai sumber jarum dan benda tajam (lihat bagan 2)
Tentukan status petugas yang terpapar : Apakah menderita hepatitis B, apakah
pernah mendapatkan imunisasi Hepatitis B, apakah sedang hamil/menyusui
Jika tidak diketahui sumber paparannya. Petugas yang terpapar diperiksa status
HIV, HBV, HCV
Bila status pasien bebas HIV, HBV, HCV dan bukan dalam masa inkubasi tidak
perlu tindakan khusus untuk petugas, tetapi bila diragukan dapat dilakukan
konseling
Pemberian Propilaksis Pasca Pajanan :

1. Pasca Pajanan HIV (lihat bagan 1 dan 3)


Apabila Status pasien HIV harus diberikan Prolaksis Pasca Pajanan berupa obat ARV 4 jam
setelah paparan , maksimal 48 -72 jam diberikan selama 28 hari
Tes HIV diulang setelah 6 minggu, 3 bulan, dan 6 bulan.

2. Pasca Pajanan Hepatitis B


Jika pernah vaksinasi periksa anti HBs
Anti HBs (+), titer 10, lakukan Booster
Anti HBs (+), Titer 10, lakukan observasi
Jika belum pernah vaksinasi maka : Segera vaksinasi sesuai standar
Cek HBsAg bulan ke 1, bulan ke 3, bulan ke 6
Jika HbsAg (+), rujuk ke Spesialis Penyakit Dalam untuk penanganan lebih lanjut
Bagan 1. Menentukan Kode Pajanan
Bagan 2. Menentukan kode status HIV
KETERANGAN
Sumber pajanan dinyatakan tidak terinfeksi HIV (HIV negatif) apabila telah dikonfirmasi dengan
pemeriksaan laboratorium yang memberikan hasil negatif dari antibodi HIV atas spesimen yang
diambil pada saat atau dalam waktu yang dekat dengan pajanan dan tidak ada tanda-tanda penyakit
seperti infeksi HIV.
Sumber pajanan dinyatakan terinfeksi HIV (HIV positif) apabila ada hasil pemeriksaan laboratorium
yang menyatakan positif adanya antibodi HIV, PCR HIV atau antigen HIV p24 atau di diagnosis AIDS
oleh dokter.
PPP merupakan pilihan tidak mutlak dan harus diputuskan secara individual tergantung dari orang
yang terpajan dan keahlian dokternya. Namun bila ditemukan faktor risiko pada sumber pajanan, atau
bila terjadi di daerah dengan risiko tinggi HIV, pertimbangkanlah pengobatan dasar dengan 2-obat
PPP, dan bila sumber pajanan kemudian diketahui negatif, maka PPP harus dihentikan.
Anjuran pengobatan : selama 4 minggu dengan dosis
AZT : 3 x 200 mg/ hari oral, atau 2 x 300 mg/hari
3TC : 2 x 150 mg/ hari oral
Dalam menentukan perlu tidaknya seorang yang terpajan diberikan profilaksis tidaklah mudah
karena sangat sulit untuk menyampaikan kepada sumber pajanan (dalam hal ini pasien) agar
bersedia untuk dilakukan tes HIV. Kita hanya bisa memberikan profilaksis apabila sumber
pajanan adalah positif pengidap HIV dengan salah satu pembuktian dengan adanya tes antibodi
HIV.
Apabila status pasien tidak dapat dipastikan, maka penentuan status HIV (KS) diberi kode
TIDAK DIKETAHUI, dan tidak perlu memberikan obat profilaksis.
Faktor risiko dari sumber pajanan harus dianalisa dengan cermat karena berdasarkan faktor
risiko yang dimiliki pasien, dokter yang menganalisa dapat menyarankan sumber pajanan untuk
menjalani tes HIV sehingga pada gilirannya penentuan perlu tidaknya si terpajan diberikan
profilaksis akan sangat mudah.
PANDUAN PENGELOL A AN
L I M B A H B E N D A TA J A M D A N
JARUM
DEFINISI
Limbah Rumah Sakit : Semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan Rumah
Sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat mengandung
mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia beracun, dan sebagian
bersifat radioaktif.
Benda-benda tajam: semua benda yang dapat melukai atau merobek
permukaan tubuh.
Kontainer benda tajam : kotak pengaman (safety box) yang tahan terhadap
tusukan dan memiliki lapisan di bagian dalamnya agar tidak tembus.
Rekanan : perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pemusnahan limbah
medis.
Yang termasuk limbah benda tajam : jarum suntik, jarum jahit bedah,
pisau, skalpel, gunting, benang kawat, pecahan kaca dan benda lain
yang dapat menusuk atau melukai.

Tujuan pengelolaan limbah benda tajam dan jarum:


Melindungi petugas pembuangan limbah dari perlukaan
Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan
Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya
TATA LAKSANA
Pengelolaan limbah benda tajam dilakukan dengan cara :
Tempatkan limbah benda tajam dan jarum pada wadah tahan tusuk dan air (safety box).
Jangan menekuk atau mematahkan benda tajam
Jangan meletakkan limbah benda tajam sembarang tempat
Selalu buang sendiri oleh si pemakai
Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis pakai
Tempatkan kontainer benda tajam (safety box) dekat lokasi tindakan dan mudah dicapai oleh
pemakai (mengangkat-angkat limbah kemana-mana meningkatkan risiko infeksi pada
pembawanya). Terutama penting sekali terhadap benda tajam yang membawa risiko besar
kecelakaan perlukaan pada petugas kesehatan dan staf.
Tutup kontainer benda tajam (safety box) saat isinya mencapai volume (jangan sampai terlalu
penuh).
Penanganan Limbah Pecahan Kaca

Gunakan sarung tangan rumah tangga


Gunakan kertas koran untuk mengumpulkan pecahan benda tajam tersebut,
Bungkus dengan kertas
Masukkan dalam kontainer tahan tusukan beri label

Anda mungkin juga menyukai