Anda di halaman 1dari 14

Kelompok 5

Sol adalah larutan koloid dimana terdapat zat padat di


dalam zat cair
Sol terbagi atas dua jenis yaitu :
1. Sol lyophobi, dimana daya tarik menarik atau daya ikat
dari fasa pendispersi dengan fasa terdispersi sangat kecil
2. Sol lyophil, dimana daya tarik menarik atau daya ikat
dari fasa pendispersi dengan fasa terdispersi cukup besar

Karena biasanya yang menjadi fasa pendispersi adalah air,


kedua jenis sol ini sering disebut sol hydrophobi dan sol
hydrophil.
Pada umumnya sol anorganik adalah sol hydrophobi,
misalnya sol emas, AgCl, besi, dan sebagainya;sebaliknya,
sol organik seperti sol pati, protein, sabun, dan
sebagainya adalah sol hydrophili
Cara kondensasi atau penggabungan :
1. Reaksi pertukaran rangkap
disebut juga reaksi metatesis. Pada reaksi ini digunakan
reaksi 2 elektrolit tapi dengan mengatur kondisi yang
cocok agar tidak terjadi endapan, tetapi partikel dengan
ukuran koloid. Pada reaksi yang normal, reaksi
berlangsung dengan cepat sehingga partikel halus yang
terbentuk bergabung membentuk endapan. Untuk
mencegah reaksi yang terlalu cepat maka larutan elektrolit
itu dibuat encer. Disamping itu, reaksi dilakukan pada
suhu rendah agar reaksi berlangsung lambat. Kemudian,
penambahan reagen secara perlahan-lahan akan
membantu pembentukan koloid dan bbukan endapan.
Dengan demikian, dapat dibentuk larutan koloid.
Contoh : AgCl, PtCl, dll
2. Cara reduksi
Sol-sol logam, seperti emas, perak, dan platima dapat dibuat
dengan cara reduksi. Senyawa logam tersebut harus dibuat
senetral mungkin. Untuk mereduksi, digunakan reduktor non-
elektrolit seperti H2, CO, fospor, dll.
Contoh : misalnya pada pembuatan sol emas dari larytan Au Cl3
dengan reduktor CO :
2AuCl3 + 3CO + H2O 2Au + 6HCl + 3CO2

3. Cara Oksidasi
Sol sulfur dan selenium dapat diperoleh dengan cara oksidasi.
Jika asam-asam dari sulfida dan selenida dioksidasi dengan
oksigen udara, oksigen murni atau sulfur oksida, maka
perlahan-lahan akan terbentuk sol dari sulfur atau selenium :
2 H2S + O2 2 H2O + 2S

4. Cara hidrolisa
Dispersi koloid dari basa-basa lemah dapat diperoleh dari
cara ini
Contoh:
FeCl3 + 3H2O Fe(OH)3 + 3HCl
Cara Dispersi atau Penghalusan
1. Desintegrasi mekanis
desintegrasi atau penghancuran dari partikel-
partikel yang kasar disini dilakukan dengan memakai
alat-alat mekanis, umumnya adalah dari jenis
gilingan. Gilingan ini dikonstruksikan untuk dapat
menghancurkan partikel-partikel itu sedemikian rupa
sehingga mencapai ukuran koloid. Penggiling
semacam itu disebut penggiling koloid(coloid mill)
2. Peptisasi dengan Ion
Peptisasi adalah istilah untuk penghalusan tidak
dengan alat-alat mekanis, melainkan dengan cara
kimia. Ion dari elektrolit yang sama dengan salah
satu ion fase dispers dapat mepeptisasikan partikel-
partikel yang kasar.
Hal ini dilakukan jika dalam pembuatan sol
terjadi kesalahan sehingga terjadi endapan dan
bukan sol. Penambahan ion-ion yang senama itu
dapar membantu stabilitas sol.
1. Viskositas
Tahanan yang dialami oleh sebagian dari zat cair untuk
bergerak diatas bagian yang lain disebut dengan viskositas.
Satuan untuk viskositas adalah poise. Semakin tinggi harga
viskositas suatu zat cair, berarti semakin sulit zat cair itu
untuk mengalir.
Poiseulle menemukan persamaan untuk aliran zat cair
melalui pipa kapiler sebagai berikut :
h = pPr4/8VI * t

2. Plastisitas
Suatu zat cair yang encer sampai kental akan mengalir kontinu
hanya dengan gaya beratnya sendiri. Sebaliknya, zat-zat yang
plastis hanya akan mengalir jika ada tekanan dari luar.
Plastisitas dinyatakan sebagai mobilitas, artinya kemudahan
mengalir. Kebalikannya dinyatakan sebagai K (kappa) yang
oleh Bingham dan White dirumuskan :
K = pPr4g(P-p) /8VI * t
1. Efek tyndal
Larutan sol akan menhamburkan cahaya apabila disinari
dengan seberkas cahaya. Hal ini terjadi karena partikel-
partikel padat dalam sol memantulkan dan menyerap
cahaya. Akan timbul bentuk kerucut pada bagian larutn
sol yang dilewati cahaya, tidak seperti silinder apabila
yang dilewati adalah larutan murni. Peristiwa ini disebut
sebagai efek Tyndall.
2. Diffusi dan Gerak Brown
Larutan koloid melakukan difusi dengan sangat lambat.
Difusi yang sangat lambat ini dpengaruhi oleh gerak
Brown. Gerak Brown adalah gerak tak beraturan partikel-
partikel padat dalan cairan. Gerak Brown ini timbul
karena tubrukan dari partikel pelarut dengan partikel
terlarut.
3. Sedimentasi
Meski larutan koloid relatif stabil dalam jangka waktu
yang lama, namun pada akhirnya akan terjadi
pengendapan dari partikel-partikel tersebut akibat
gravitasi. Kecepatan sedimentasi ini mudah diikuti karena
ada batas yang jelas antara medium yang jernih dengan
sol. Kecepatan jatuh partikel ini dapat dihitung melalui
hukum Stokes :
v = 2r2g(d-dm)/9h
4. Sedimentasi akibat gaya sentrifugal
Sedimentasi oleh partikel koloid berlangsung dalam
waktu yang sangat lama, dapat mencapai hitungan bulan.
Untuk memperoleh hasil yang lebih cepat, maka
digunakan alat sentrifugal, dimana gaya sentrifugal yang
dihasilkannya dapat mempercepat proses sendimentasi.
Jika kecepatan sudut dari centrifuge itu adalah w (omega)
maka besar gaya yang bekerja pada partikel yang berjarak
x dari sumbu putaran A adalah w2x, ini adalah pengganti
gravitasi, sehingga gaya ini dapat disubtitusi :
dx/dt = 2r2w2x(d-dm)/9h
Partikel koloid rata-rata memiliki ukuran 500-1000 kali ukuran
partikel larutan sebenarnya. Hal ini menyebabkan partikel-
partikel dalam koloid saling tarik menarik dengan gaya yang
cukup besar sehingga dapat mengumpalkan koloid. Namun pada
kenyataannya partikel koloid cukup stabil. Pada sol hidrophob,
semua partikel sol memiliki muatan tertentu. Untuk semua sol
oksida, muatannya adalah positif sedangkan untuk sol lain
seperti sol emas, platina, AgCl, dll bermuatan negatif.
Jadi, semua partikel dalam suatu sol memiliki muatan yang
sama. Adanya lapisan muatan yang senama ini menahan agar
partikel tidak bergabung satu sama lain meski sering terjadi
tubrukan akibat gaya Brown. Jadi dapat disipulkan bahwa adanya
muatan listriklah yang menyebabkan sol hydrophob itu stabil.
Stabilitas dari sol hidrophob dapat diperbesar dengan
menambahkan sol hidrophil karena partikel sol hidrophil seolah-
olah melindungi partikel-partikel sol hidrophob dan
muatannya. Sol hidrophil yang dipakai untuk menambah
stabilitas partikel hidrophob disebut sebagai koloid pelindung.
Karena faktor utama yang menjaga stabilitas
larutan koloid adalah muatan listriknya, maka
untuk menggumpalkan larutan koloid ini kita
harus mengusahakan untuk menghilangkan atau
mengurangi muatan listrik ini hingga gaya tolak-
menolak yang ditimbulkannya tidak dominan
lagi.
Ada beberapa cara menetralisasi muatan ini :
1. elektroforesa
2. penambahan elektrolit
3. penambahan sol hidrophob lain yang
mempunyai muatan berlawanan
Sol-sol hidrophil memiliki sifat yang unik
dibandingkan sol hidrophob, yaitu muatan
listriknya dipengaruhi oleh PH lingkungan. Ada
suatu rentang PH dimana pada rentang tersebut
sol hidrophil memiliki muatan netral. Rentang
tersebut disebut sebagai titik iso elektris. Salah
satu contohnya adalah albumin telur. Titil iso
elektris dari sol ini adalah 4,6. Diatas PH itu
maka sol bermuatan negatif sedangkan dibawah
akan bermuatan positif. Penggumpalan lebih
mudah terjadi apabila dilakukan pada titik iso
elektris.
Berbeda dengan sol hidrophob, partikel-partikel sol
hidrophil selain memiliki muatan listrik, juga memiliki
selubung zat pelarut, terutama air. Selubung air dan
muatan listrik ini mempengaruhi stabilitas dari sol
hidrophil. Selubung air ini melindungi sol hidrophil
dari pengaruh luar maupun tabrakan akibat gerak
brown. Jadi, jika ingin menggumpalkan sol hidrophil,
yang perlu dihilangkan adalah selubung airnya.
Penggumpalan dengan penambahan elektrolit masih
dimungkinkan, namun jumlah elektrolit yang
diperlukan sangat banyak sehingga penambahan
elektrolit itu serupa dengan penambahan garam
elektrolit itu sendiri.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi stabilitas dari sol hydrophil:
1. Zeta potensial
2. Selubung air partikel
Pada sol hidrophob, penghilangan muatan dapat menyebabkan
penggumpalan, namun pada sol hidrophil, zeta potensial dapat
bernilai nol, namun tidak terjadi penggumpalah akibat selubung
air yang melindunginya. Penggumpalan dengan penambahan
sangat tidak efektif dan boros waktu sehingga cara terbaik untuk
menggumpalkan sol hidrophil adalah dengan cara penghilangan
selubung air.
Proses dehidrasi ini dapat dilakukan dengan penambahan zat
yang dapat bercampur dengan air dan memiliki afinitas terhadap
air yang kuat. Biasanya yang dipakai adalah alkohol dan aseton.
Penghillangan selubung air saja tidak dapat memastikan bahwa
so hidrophil akan langsung menggumpal karena masih ada zeta
potensial. Oleh karena itu, cara terbaik untuk menggumpalkan
sol hidrophil adalah dengan dehidrasi lalu penambahan elektrolit
Pada sol protein, ada beberapa cara penggumpalan:
1. Pemanasan
Hampir semua sol protein akan menggumpal jika dipanaskan. Pada
pemanasan protein, kita dapat mengamati 3 tingkatan perubahan yaitu :
a. denaturasi
b. Flocculasi
c. Penggumpalan
Denaturasi adalah peristiwa perombakan struktur kimia dari protein
sehingga protein memiliki sifat yag berbeda dari sifat aslinya. Proses ini
bersifat irreversible. Denaturasi dapat terjadi karena sebab yang lain
seperti penambahan asam-basa kuat, alkohol, aseton, dll. Flocculasi
sebenarnya masih tergolong dalam peristiwa denaturasi. Pada tahap ini
protein yang terbentuk akan berkumpul dan menumpuk hingga
terbentuk gumpalan yang lebih besar. Protein yang sudah menggumpal
tidak dapat dilarutkan dengan air dan membentuk sol. Bila didinginkan
maka produk yang terbentuk adalah gel.
2. Cara Mekanis
Sol-sol hidrophil tertentu seperti protein dapat digumpalkan dengan
mengocok kuat-kuat atau meniup gas melalui sol tersebut. Dengan
mengocok maka fase dispers akan terbawa dan berkumpul di
permukaan dsol sehingga lama kelamaan akan terbentuk gumpalan.

Anda mungkin juga menyukai