Anda di halaman 1dari 3

STUDI KASUS

Silakan membagi menjadi 2 kelompok, di mana masing-


masing kelompok membahas kasus yang berbeda dipandu
fasilitator. Diskusikan, dan presentasikan hasilnya di depan
kelas

(Waktu diskusi 5 menit)


Istilah Keluarga Berencana sudah bukan menjadi hal yang baru, apalagi
tabu bagi penduduk di kabupaten X, sepanjang Bukit Barisan. Sudah
bertahun-tahun masyarakat ini akrab dengan program Safari KB, di mana
hampir seluruh ibu-ibu dan wanita usia subur digiring dan dibawa ke
tempat pelayanan kesehatan untuk diberikan KB IUD, Implant dan suntik
secara cuma-cuma. Demikian pula penyuluhan dan aktivitas petugas
penyuluh KB di desa-desa juga berimbas pada hal yang lain. Angka
kelahiran di kabupaten ini sangat rendah, bahkan di beberapa kecamatan
terbilang nyaris 0. Muncul pula fenomena yang mengejutkan, diantaranya
sudah menjadi kewajiban bagi penganten baru untuk ber-KB suntik tanpa
mengetahui efek samping dsb.
Masyarakat kabupaten ini merupakan masyarakat tradisional yang masih
menerapkan tata perilaku warisan leluhurnya. Posisi masyarakat ini yang
dikelilingi pegunungan dan terletak jauh dari pusat propinsi, yaitu 12 jam
perjalanan menggunakan bis dari ibu kota propinsi, membuatnya agak
terisolir dari daerah lain. Kedudukan tetua adat menjadi yang utama di
desa, didukung kaum kerabat/ ninik mamak, cerdik cendikia, dan para
pemuda. Sehingga agak susah penduduk daerah ini untuk menerima
sasuatu yang baru.
Dari cerita tersebut, apa yang terjadi di daerah tersebut? Mengapa perlu
dilakukan advokasi? Pesan apa yang perlu disampaikan dan
menggunakan media apa?
Sebagian besar masyarakat di kabupaten X, pesisir timur sumatera
menggantungkan mata pencaharian sebagai nelayan. Beberapa di
antaranya ikut serta dalam bisnis penjualan ikan hias. Tak ayal lagi
cacing, larva, termasuk larva nyamuk menjadi andalan untuk dijual
sebagai makanan ikan hias. Ironisnya angka kejadian demam berdarah
sangat tinggi di daerah ini, dan bahkan sudah banyak memakan korban
jiwa terutama anak-anak.
Berbagai penyuluhan sudah gencar dilakukan, namun ternyata tidak
berimbas bagi perubahan perilaku masyarakat dalam memutus rantai
penularan demam berdarah. Masyarakat dinilai bandel melakukan
program 3 M dengan berbagai alasan.
Masyarakat di sana merupakan masyarakat peralihan, di mana suasana
dan kehidupan kota, sudah mempengaruhi pola pikir dan kehidupan di
sana. Tetua adat tidak memegang peranan penting dalam masyarakat,
namun beberapa tokoh tertentu seperti tuan tanah, pemilik usaha,
tampaknya berperan dalam menggerakan masyarakat.

Dari cerita tersebut, apa yang terjadi di daerah tersebut? Mengapa perlu
dilakukan advokasi? Pesan apa yang perlu disampaikan dan
menggunakan media apa?

Anda mungkin juga menyukai