Anda di halaman 1dari 9

KKNT UNIVERSITAS HAMZANWADI : PENYEBARAN MITOS SEBAGAI UPAYA

PELESTARIAN LINGKUNGAN DI DESA SAKRA SELATAN

M. Khairul Haafizhin*1, Azizaturahmah2, Rafiza Uliya3


*)Korespondensi: eyun.canberra@gmail.com
Fakultas Ilmu Sosial Ekonomi, Universitas Hamzanwadi

Abstrak:

Problematika lingkungan terus membayangi perjalanan hidup manusia modern hingga


sekarang. Pesatnya pembangunan, kemajuan industri, pariwisata, transportasi dan hampir
semua hal yang memudahkan manusia bisa hidup sampai sekarang juga menjadi pisau tajam
yang menghujam kelestarian lingkungan. Tidak dapat dipungkiri, ancaman kerusakan
lingkungan akan selalu berbanding lurus dengan pesatnya perkembangan zaman. Tak ayal,
berbagai macam upaya pelestarian lingkungan terus saja digaungkan di setiap negara. Mulai
dari penerapan legal standing, pemboikotan produk-produk dari negara yang melakukan
deforestasi, hinga kampanye-kampanye lingkungan dengan berbagai cara. Akan tetapi hal
tersebut masih belum cukup untuk menghentikan atau setidaknya memperlambat kerusakan
lingkungan. Sebab, kencangnya gerakan-gerakan lingkungan juga tidak dapat mengalahkan
promosi dari tiket pesawat murah sebagai penyumbang materi polutan yang efektif menyerap
panas dan berdampak pada pemanasan global. Menarik bagi masyarakat Indonesia, bahwa
kebaradaan mitos secara tidak langsung lebih berpengaruh daripada kampanye dari aktivis di
berbagai negara, terutama masyarakat kampung pedalaman. Eksistensi mitos bertanggung
jawab atas pengurangan polusi dalam skala besar di masyarakat Badui Dalam. Tradisi jalan
kaki yang dilakukan masyarakat Badui Dalam dengan balutan mitos kepercayaan ini kemudian
membantu pengurangan polusi yang diakibatkan oleh kendaraan-kendaran dengan bahan bakar
tidak ramah lingkungan. Jika dikalkulasikan, setiap daerah memiliki mitos yang berbeda.
Kebanyakan mitos selalu berkenaan dengan perlindungan lingkungan sebagai sesuatu yang
superior dan keramat. Kajian ini berisikan mitos-mitos tentang lingkungan di daerah Sakra
Selatan, Lombok Timur. Harapannya, dengan mengangkat mitos-mitos terkait lingkungan, bisa
membantu meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dan berupaya menghentikan
kerusakan lewat jalur subjektif.
Kata kunci: Kerusakan lingkungan, Kemajuan Industri, Kampung Pedalaman, Sakra
Selatan, Mitos, Subjektif

1. Pendahuluan

Isu lingkungan terus saja membayangi kehidupan manusia modern hingga sekarang.
Data-data pemanasan global terus meluas lewat media cetak maupun online. Dari hasil analisis
Greenpeace, 3.403.000 hektar (ha) lahan terbakar antara tahun 2015 sampai dengan 2018 di
Indonesia, menurut hasil analisis burn scar (bekas terbakar) dari data resmi pemerintah. Angka
itu tentu saja sangat besar mengingat data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK) merilis, luas hutan di Indonesia pada tahun 2020 secara de facto adalah 86,9 juta hektar
(ha). Artinya, jika dikalkulasikan antara data dari Greenpeace dan KLHK, persentase hutan yang
telah terbakar di Indonesia adalah 2,95 % dalam kurun waktu tiga tahun. Hanya dalam kurun
waktu tiga tahun, Pulau Lombok dapat terbakar sepenuhnya sebanyak 6 sampai 7 kali.

Angka tersebut harusnya dapat menjadi trigger bagi seluruh masyarakat Indonesia,
bahwa isu lingkungan sudah tidak dapat lagi dianggap remeh. Belum lagi ancaman pemanasan
global yang makin hari, makin serius. Berdasarkan laporan National Oceanic and Atmospheric
Administration (NOAA) dan National Aeronautics and Space Administration (NASA) pada
2020, periode 2010–2019 menjadi dasawarsa terpanas sejak perubahan iklim tercatat 140 tahun
lalu. Adapun rata-rata kenaikan suhu global dalam satu dasawarsa terakhir sekitar 1 derajat
celsius jika dibandingkan kenaikan pada periode 1950–1980. Ini harus segera ditangani untuk
meminimalkan dampak lebih besar lagi seperti peningkatan suhu udara, kenaikan permukaan air
laut akibat pencairan es di kutub, penyebaran penyakit, serta kebakaran hutan.

Oleh sebab itu, tidak sedikit dari manusia yang menyadari ancaman serius yang sedang
dihadapi oleh makhluk dan Planet Bumi. Mulai dari individu bahkan organisasi besar dan negara
telah mengambil langkah untuk mengurangi dampak mengerikan di depan mata. Salah satu dari
langkah substansial yang diambil oleh negara adalah pemboikotan. Negara-negara Eropa sejak
Desember 2021 telah memboikot masuknya daging sapi dari Brazil karena pemerintahan negara
tersebut terhubung dengan pembabat hutan Amazon. Langkah tersebut dilakukan setelah
penyelidikan oleh Mighty Earth dalam kemitraan dengan Reporter Brasil, sebuah organisasi non-
pemerintah Brasil yang didirikan oleh jurnalis, menyoroti hubungan antara pabrik manufaktur
Sao Paulo dan raksasa pemrosesan daging Brasil JBS, Marfrig dan Minerva dan penggundulan
hutan. Hal ini tentu saja menjadi langkah agung bagi pergerakan lingkungan karena setidaknya
memberikan tanda-tanda waspada terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi di planet ini.

Namun, hal tersebut tentunya tidak akan cukup untuk menghentikan kerusakan
lingkungan. Harus ada langkah yang lebih radikal dan substansial. Sebab negara dan organisasi
besar mungkin saja dapat memberikan pemboikotan terhadap gerakan yang juga sifatnya masif.
Tetapi bagaiamana dengan gerakan-gerakan masyarakat kecil yang tetap menebang pohon,
melakukan pengeboman di laut, penambangan minyak illegal sampai pembakaran hutan secara
sengaja? Di mana terkadang, penerapan legal standing dari sebuah negara terhadap kriminalitas
yang bersangkutan tidak dapat berjalan maksimal. Salah satu contoh adalah penebangan hutan di
Gunung Tambora, Nusa Tenggera Barat. Dapat dilihat hingga detik ini, penebangan di gunung
yang letusannya sangat hebat di masa lalu itu tetap terjadi oleh masyarakat. Di mana hasil dari
penebangan liar tersebut dijual dan digunakan untuk penghidupan sehari-sehari. Agaknya,
dengan adanya contoh tersebut, dapat dipahami bahwa kerusakan lingkungan dimulai dari hal
yang paling bawah, yaitu individu. Sehingga diperlukan langka-langkah individual juga yang
dapat menyadarkan setiap manusia agar mau menghentikan eksploitasi alam secara berlebihan.

Mitos sebagai sebuah kepercayaan yang memengaruhi subjektivitas manusia dapat


menjadi alternatif penyintasan masalah. Sistem hukum berdasarkan kepercayaan itu terbukti
dapat mengurangi dampak dari kerusakan lingkungan. Tradisi Suku Badui contohnya yang tentu
saja dapat memberikan dampak positif dari penggunaan bahan bakar tidak ramah lingkungan. Di
mana orang-orang Badui diharuskan untuk berjalan kaki ke manapun. Termasuk saat menempuh
jarak ratusan kilometer. Orang Badui dalam bisa saja pergi ke kota untuk berjualan madu dengan
kereta atau menumpang bis. Akan tetapi bagi orang-orang dari suku yang terletak di Banten itu,
mengendarai kendaraan adalah sebuah pelanggaran hukum adat yang akan diberikan sanksi keras
dan perasaan bersalah.

Desa Sakra Selatan di Lombok Timur juga terdapat mitos serupa yang jika dilestarikan
eksistensinya, niscaya akan memberikan nafas baru untuk perbaikan lingkungan. Salah satu
mitos yang dipercayai masyarakat setempat adalah larangan dalam membuang sampah dan
membakar di tempat-tempat yang tertutup oleh pohon besar, bambu, maupun semak-semak. Hal
tersebut dikarenakan kepercayaan masyarakat setempat yang mengatakan bahwa pohon besar,
bambu dan semak-semak adalah kampung halaman dari bangsa jin yang tak kasat mata.
Menentang mitos tersebut dapat berakibat fatal, seperti kesurupan, dihantui dan bahkan
kematian. Terbukti, di Dusun Kemalik Jaran Desa Sakra Selatan, pohon besar, bambu, semak-
semak bahkan di sungai sekali pun jarang ditemui sampah plastik berserakan. Kecuali sampah-
sampah yang mengalir dari sungai sebelumnya.

Maka dari itu, jika mengacu pada data dari Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat lebih
dari 1340 suku di Indonesia pada tahun 2010. Jika saja setiap suku memiliki mitos dan
kepercayaan serupa Suku Badui dan masyarakat Sakra Selatan, kemudian melanggengkan
eksistensinya sebagai bagian dari usaha men-tadabbur-i alam, maka harapan besar akan
berkurangnya kerusakan lingkungan dapat memenuhi benak setiap manusia di Indonesia.

2. METODE PELAKSANAAN

Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada November sampai Desember 2022. Lokasi
penelitian terletak di Desa Sakra Selatan, Kecamatan Sakra, Kabupaten Lombok Timur, Nusa
Tenggara Barat. Metode pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara kepada
tokoh-tokoh masyarakat Desa Sakra Selatan sebagai sumber primer. Sementara sebagai sumber
skunder, digunakan wawancara terhadap masyarakat biasa di Desa Sakra Selatan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari observasi yang dilaksanakan, ditemukan beberapa hasil yang dikategorikan ke


dalam mitos dengan kekuatan besar, sedang dan kecil. Di mana indikasi dari mitos-mitos
tersebut berkaitan dengan penerapan masyarakat ke dalam kehidupan sehari-hari.

Tabel 1. Nama Mitos, Hasil Wawancara Dengan Tokoh Masyarakat

NO NAMA MITOS KEKUATAN


BESAR SEDANG KECIL
1 Tuselak 
2 Beborok 
3 Senggeger 
4 Gua Kemalik Jaran 
5 Seserahan 
Dari tabel di atas, didapatkan empat mitos yang kekuatannya dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat masih amat dipercayai. Akan tetapi, satu di antaranya bukan merupakan mitos yang
berkaitan tentang lingkungan, yaitu Senggeger. Senggeger merupakan ilmu guna-guna yang
digunakan untuk memikat lawan jenis agar tertarik pada pengguna. Di beberapa daerah di
Indonesia, Senggeger biasanya dilakukan dengan cara bertapa dan lain sebagainya. Akan tetapi
di Sakra Selatan, Senggeger lebih banyak dilakukan dengan melakukan tindakan-tindakan a
moral untuk dapat melaksanakannya. Sehingga dalam penelitian ini, Senggeger dikesampingkan.

Sementara, Seserahan merupakan mitos yang saat ini penerapannya hampir tidak ada di
Desa Sakra Selatan. Seserahan merupakan ritual penyerahan hasil panen atau apa pun terhadap
tempat-tempat yang dianggap dihuni oleh Beborok1 supaya tidak diganggu dalam kehidupan.
Dewasa ini, mitos tersebut sudah tidak dipraktekkan karena pesatnya pendidikan Islam yang
masuk di Desa Sakra Selatan. Namun, bentuk penghormatan terhadap tempat-tempat tersebut
sekarang digantikan dengan menunduk dan mengucap, “tabek2”.

Dari hasil wawancara dengan sumber primer dan skunder, diketahui bahwa mitos tuselak,
beborok dan Gua Kemalik Jaran merupakan mitos yang sampai sekarang masih dipercaya.
Tuselak merupakan jelmaan dari manusia yang menggunakan ilmu hitam untuk berubah wujud
menjadi apa pun yang diinginkan. Tuselak menjadi makhluk menakutkan sebab makanan yang
dicari adalah hal-hal yang menjijikkan seperti, kotoran manusia, darah menstruasi Wanita dan
lain-lain. Langgengnya eksistensi tuselak ini berbanding lurus dengan jarangnya ibu-ibu
membuang popok sembarangan serta wanita di Desa Sakra Selatan membuang sampah pembalut
sembarangan. Hal tersebut bahkan melanggengkan pemakain kain popok karena dapat dicuci dan
terhindar dari mitos yang menurut masyarakat berbahaya dan menjijikkan itu.

Sementara, Beborok merupakan mitos makhluk yang mendiami tempat-tempat rindang


seperti pohon besar, bambu-bambu, semak-semak serta sungai. Mitos dari tempat-tempat yang
dianggap berpenghuni tak kasat mata tersebut berhasil mengurangi minat masyarakat setempat
untuk membuang sampah di sekitarnya. Sebab, mitos beborok ini tidak kurang berbahaya dari
Tuselak. Beborok adalah makhluk yang bisa merasuki, membuat sakit, menghantui dan
membunuh jika perasaannya tersinggung. Tempat-tempat keramat yang dianggap menjadi
1
Jin dalam Bahasa Indonesia
2
Permisi dalam Bahasa Indonesia
kediaman Beborok biasanya diberikan pertanda kain putih. Hal tersebut bertujuan agar
masyarakat memberikan penghormatan dengan membungkuk setiap kali melewati daerah
tersebut. Di Dusun Kemalik Jaran, mitos ini begitu kental hingga membuat Kawasan sungai di
tempat tersebut begitu bersih.

Selanjutnya adalah Gua Kemalik Jaran. Gua Kemalik Jaran adalah sebuah gua yang
terletak di tebing sungai Dusun Kemalik Jaran. Besar lubannya sekitar 2,5 meter dengan Panjang
gua mencapai 10-15 meter. Gua tersebut dipercayai merupakan tempat bersemayamnya Datu
Beborok, atau jika di Indonesiakan menjadi Raja dari para jin dan siluman. Kepercayaan
masyarakat bermacam-macam tentang bentuk Datu Beborok. Ada yang mengatakan bahwa
bentuknya menyerupai naga dengan kumis yang Panjang dan gigi yang tajam. Di sisi lain ada
juga yang menyatakan bahwa bentuknya seperti raksasa dengan cakar yang panjang dan tajam.
Tidak ada yang mengetahui dengan pasti mengenai bentuk makhluk tersebut. Namun, jika
sekilas dilihat dari jauh, gua tersebut nampaknya merupakan lokasi yang strategis untuk menjadi
persembunyian para tantara pada masa penjajahan Indonesia.

Larangan untuk mendekati Gua Kemalik Jaran hingga kini masih lestari. Kematian
mendadak karena terkejut melihat penampakan Datu Beborok adalah hal yang paling ditakuti
oleh masyarakat. Hal tersebut tentu saja merupakan berita bagus untuk kelestarian alam. Sebab
jangankan membuang sampah atau melakukan eksploitasi alam berlebihan, masyarakat bersama-
sama menjaga agar tak ada yang mendekati tempat tersebut dengan tujuan apa pun.

PEMBAHASAN

Melalui informasi yang didapatkan melalui hasil observasi dan wawancara, didapatkan
fakta yang menuntun pada satu interpretasi. Bahwa keberadaan aktivitas manusia di sekitar
lingkungan yang tak memiliki nilai-nilai mistik sebagai pelindung akan memperbesar
probabilitas kerusakan lingkungan. Sementara sebaliknya, saat keberadaan mitos tetap
dilestarikan, lingkungan mengalami perbaikan sebab dianggap sakral dan berbahaya bila
disentuh.

Mitos dalam hal ini berperan sebagai hukum yang tidak tertulis dan hanya ditemukan
keabsahannya oleh masyarakat lokal. Sebab keberadaan mitos tidak bisa memberikan nilai-nilai
hukum jika kepercayaan terhadap itu tidak ada. Jika kita menilik sejarah, keberadaan mitos
sebenarnya lebih dahulu ada ketimbang ilmu pengetahuan. Mitos ada karena pertanyaan-
pertanyaan manusia tentang hal yang tidak diketahui. Mitos datang sebagai jawaban yang tidak
absah karena hanya berdasarkan hipotesa kejadian beberapa kali saja. Seperti contoh, bangsa
Yunani dahulu sangat takut jika terjadi gerhana bulan. Itu disebabkan karena mereka
mempercayai saat terjadi gerhana bulan, bangsa Yunani sedang ditinggalkan oleh Tuhan. Itu
sebabnya, orang-orang Yunani berbondong-bondong untuk berdoa dan meminta pengampunan
saat gerhana bulan terjadi.

Jika melihat peran mitos di masa lalu, sebenarnya sangat tidak masuk akal bagi manusia
modern untuk percaya pada hal semacam itu. Ilmu pengetahuan telah berkembang pesat. Semua
informasi dapat diakses dengan mudah bahkan hanya dari genggaman tangan. Semua pertanyaan
dapat ditemukan jawabannya dengan cepat. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa peran mitos
dewasa ini telah terjadi perubahan. Bahwa, mitos tak lagi menjadi jawaban atas pertanyaan yang
tidak diketahui jawabannya, melainkan sebagai nilai tradisi yang kini berperan sebagai hukum
yang lebih kuat daripada hukum-hukum negara.

Kaitannya dengan pencegahan kerusakan lingkungan, tentu saja mitos harus terus
dilestarikan. Sebagai solusi yang radikal dan substansial, mitos harus mendapatkan perhatian
penuh bagi siapa pun yang peduli terhadap isu lingkungan. Seperti yang telah dijelaskan, bahwa
kerusakan lingkungan merupakan problematika individu. Mengubah pola pikir individu tentu
saja menjadi satu-satunya jalan untuk dapat menghentikan kerusakan lingkungan. Suku Badui
dan Desa Sakra Selatan dapat menjadi contoh kecil bahwa penerapan mitos sebagai nilai hukum
untuk melindungi lingkungan merupakan hal yang tidak mustahil.

4. . SIMPULAN

Kerusakan lingkungan menjadi problematika bagi planet bumi. Ancaman pemanasan


global, deforestasi dan kurangnya habitat bagi makhluk selain manusia merupakan masalah
bersama. Diperlukan solusi yang radikal dan substansial dalam menangani hal tersebut. Sebab,
kerusakan lingkungan bukan hanya menjadi tanggung jawab dari kelompok masyarakat saja,
melainkan setiap individu.

Mitos dijadikan sebagai sebuah solusi primer sebagai pengganti hukum pencegahan
kerusakan lingkungan yang supremasinya tidak dapat menjangkau seluruh kalangan. Karena
legal standing yang diciptakan oleh negara biasanya tidak masuk ke dalam sanubari setiap
individu yang diaturnya. Berbeda dengan mitos yang memanfaatkan momentum kepercayaan
setiap individu sebagai nilai hukum yang supremasinya tak dapat dibantah dan diganggu-gugat.

5. DAFTAR PUSTAKA

Himawanto. 2017. Profil Artikel Ilmiah Bidang Lingkungan di Indonesia: Analisi Bibliometrik.
Bogor: Lentera Pustaka

S, Slamet. 2006. Potensi dan Dampak Polusi Udara dari Sektor Penerbangan.
https://jurnal.lapan.go.id/index.php/berita_dirgantara/article/view/706, diakses pada 15 Januari
2023 pukul 10.00

Paris. 2021. Regarding Deforestation, European Supermarket Networks Boycott Brazilian Beef
Product. https://asiatoday.id/read/terkait-deforestasi-jaringan-supermarket-eropa-boikot-produk-
daging-sapi-brasil, diakses pada 15 Januari pukul 10.00

Susetyo, Pramono Dwi. 2022. Berapakah Luas Hutan Indonesai yang Benar.
https://www.forestdigest.com/detail/1905/luas-hutan-indonesia#:~:text=Secara%20faktual
%20%28de%20facto%29%2C%20luas%20hutan%20Indonesia%20yang,tidak%20mempunyai
%20tutupan%20hutan%20%28unforested%29%2033%2C4%20juta%20hektare, diakses pada 15
Januari pukul 10.30

Riadi, Muchlisin. 2019. Jenis, Penyebab dan Bahaya Kebakaran Hutan.


https://www.kajianpustaka.com/2019/09/jenis-penyebab-dan-bahaya-kebakaran-hutan.html,
diakses pada 15 Januari pukul 10.30

Indonesia, Greenpeace. 2020. Tantangan Kita Bersama di Tahun 2020.


https://www.greenpeace.org/indonesia/cerita/4544/tantangan-kita-bersama-di-tahun-2020/,
diakses pada 15 Januari 2023 pukul 11.00

Asriyati. 2019. Tradisi “Seba Baduy” dan Hukum Adat Leluhur Banten.
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/09/10/tradisi-seba-baduy-dan-hukum-adat-leluhur-
banten, diakses pada 15 Januari 2023 pukul 11.00

Kautsar, Nabilah. 2018. Dampak Gerhana Bulan dan Kabar Mitos di Masyarakat.
https://ilmugeografi.com/fenomena-alam/dampak-gerhana-bulan#:~:text=Mitos%20ini%20mulai
%20berkembang%20saat%20masa%20Yunani%20Kuno.,dari%20bahasan%20Yunani%20Kuno
%20yaitu%20ekleipsis%2C%20artinya%20ditinggalkan, diakses pada 15 Januari 2023 pukul
11.30

Wulansari, Rosalia Ayuning., & Iqlima Safa Nur. 2018. Reaktualisasi Mitos Lokal Sebagai
Upaya Konservasi Kawasan Hutan Bambu Lereng Semeru Kabupaten Lumajang. Malang:
Universitas Negeri Malang

Iswidayati, Sri. 2007. Fungsi Mitos Dalam Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat
Pendukungnya. Semarang: Universitas Negeri Semarang

Anda mungkin juga menyukai