Anda di halaman 1dari 11

R AT U H A N I F H A D E N I R A

2015-71-046
MENCOBA BERTAHAN HIDUP DI TENGAH
PENCABUTAN SUBSIDI LISTRIK
PENCABUTAN subsidi listrik ternyata tak bisa teralihkan dengan kondisi politik di Indonesia terutama DKI
Jakarta. Rakyat tetap menjerit karena beban listrik akan membengkak setelah di awal Mei ini pemerintah
mencabut subsidi listrik 900 VA tahap tiga sebesar 30% menjadi Rp1.352 per kilowatt hour (kWh).

Efek dari kebijakan pemerintah ini jelas dirasakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di beberapa
daerah. Mereka kompak bersuara jika penarikan subsidi bakal meningkatkan biaya produksi.

Hal itu belum ditambah dengan biaya hidup yang semakin mahal. "Usaha mikro pasti akan melakukan protes,
living cost-nya naik dan biaya produksinya naik," beber M. Ikhsan Ingratubun, Ketua Asosiasi UMKM Indonesia
(AKUMINDO).

Selain memukul kalangan UMKM, pencabutan subsidi listrik juga menimbulkan dampak negatif lainnya, yaitu
tekanan kepada daya beli masyarakat. Berdasarkan pengamatan Institute for Development of Economic and
Finance (Indef), pada Januari sampai April, kenaikan inflasi yang terjadi selalu didorong oleh harga yang diatur
oleh pemerintah (administered price).
DEN INGIN PENGEMBANG ENERGI BIKIN
BIAYA LISTRIK EFISIEN
JAKARTA - Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Rinaldy Dalimi mengatakan, dalam Peraturan Menteri
ESDM Nomor 12 tahun 2017, para pengembang energi baru terbarukan (EBT) didorong melakukan inovasi agar bisa
membuat biaya produksi listrik semakin efisien.
Hal tersebut disampaikan dalam Sidang Anggota ke-21 Dewan Energi Nasional (DEN) di Kantor Kementerian
ESDM. Rinaldy mengatakan, pengembang energi atau investor diharuskan untuk melakukan penyesuaian-
penyesuaian utamanya dalam efisiensi biaya produksi. (Pasal 34 ayat 4)
"Acuan harga jual Independent Power Producer (IPP) ke PLN sekarang diubah ke Permen ESDM 12/2017. Adanya
perubahan ini mengharuskan investor melakukan penyesuaian-penyesuaian terutama untuk biaya produksi. Investor harus
lebih efisien, misalnya IRR diperkecil, depresiasi diperpanjang. Upaya-upaya itu sudah dilakukan investor," katanya di
kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (30/3/2017).
Dia melanjutkan, untuk pengembangan energi terbarukan di daerah-daerah seperti Jawa dan Sumatra yang memiliki BPP
rendah memang akan terganggu. Tapi di daerah lain, energi terbarukan bisa berkembang lebih cepat dan ini bisa menjadi
modal untuk pengembangan energi terbarukan ke depannya.
"Untuk yang BPP-nya tinggi di luar Jawa, pembangunan EBT akan lebih besar dibanding sebelumnya," imbuhnya.
Dalam kesimpulannya, Permen ESDM 12/2017 membuat pengembangan energi terbarukan melambat di tempat-
tempat tertentu seperti Jawa dan Sumatra, tapi di Indonesia timur bisa lebih cepat. "Di beberapa daerah memang
melambat, namun didaerah lain, lebih cepat," pungkasnya. (Pasal 34 ayat 5)
PLN: TARIF LISTRIK NAIK HANYA UNTUK
PELANGGAN 900 VA YANG MAMPU
Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) menegaskan penyesuaian tarif listrik hanya berlaku untuk rumah tangga mampu dengan daya
900 Volt Ampere (VA). Ini merupakan imbas dari kebijakan pencabutan subsidi listrik secara bertahap. Sedangkan golongan pelanggan
lainnya tidak mengalami kenaikan pada periode Mei 2017.
Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN I Made Suprateka mengatakan, PLN tidak menaikkan tarif listrik per 1 Mei, kecuali
untuk golongan 900 VA yang masuk dalam kategori mampu. Adapun untuk rumah tangga miskin dan tidak mampu daya 900 VA
tetap diberikan subsidi. Pelanggan tersebut hanya membayar tarif sebesar Rp 605 per kilo Watt hour (kWh). Pasal 35
"Pelanggan rumah tangga yang disubsidi, yaitu seluruh pelanggan rumah tangga daya 450 VA sejumlah 23 juta pelanggan
ditambah pelanggan rumah tangga daya 900 VA miskin dan tidak mampu sebanyak 4,1 juta, sehingga total keseluruhan menjadi
sekitar 27 juta pelanggan. Jadi tidak benar jika subsidi kepada masyarakat miskin dihilangkan, kata Made di Jakarta, Jumat
(5/5/2017). Pasal 35
Mengacu kepada data terpadu program penanganan fakir miskin khusus yang ditetapkan oleh Menteri Sosial melalui Keputusan Menteri
Sosial No. 32/HUK/2016, hanya ada 4,1 juta rumah tangga rumah tangga miskin dan tidak mampu dan masih mendapat subsidi melalui
tarif bersubsidi.
Sedangkan bagi rumah tangga daya 900 VA mampu lainnya, yaitu rumah tangga daya 900 VA yang tidak tercakup dalam data terpadu
program penanganan fakir miskin tersebut, tidak lagi diberikan tarif bersubsidi.
Rumah tangga mampu daya 900 VA ini berjumlah sekitar 19 juta pelanggan. Sebagai konsekuensi tidak lagi diberikan subsidi, maka
golongan tarif 900 VA masyarakat mampu ini akan diberlakukan kenaikan bertahap setiap dua bulan. Tahap pertama pada 1 Januari, tahap
kedua 1 Maret, dan tahap terakhir 1 Mei 2017.
Selanjutnya, mulai 1 Juli 2017, mengikuti mekanisme tariff adjustment. Sedangkan rumah tangga 450 VA seluruhnya masih
diberikan tarif bersubsidi. Pemerintah tetap memberikan subsidi pada UMKM, bisnis kecil, industri kecil dan peruntukan sosial.
"Kebijakan subsidi listrik tepat sasaran dibuat agar pemberian subsidi listrik lebih terarah, sehingga dapat mendukung pemerataan rasio
elektrifikasi di Indonesia," ucap Made.
BAB X
HARGA JUAL,SEWA JARINGAN DAN ANTARIF TENAGA
LISTRIK
Bagian Kedua
Tarif Tenaga Listrik
Pasal 34
1) Pemerintah sesuai dengan kewenangannya menetapkan tarif tenaga listrik untuk konsumen
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
2) Pernerintah daerah sesuai dengan kewenangannya menetapkan tarif tenaga listrik untuk konsumen
dengan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
3) Dalam hal pemerintah daerah tidak dapat menetapkan tarif tenaga listrik sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Pemerintah menetapkan tarif tenaga listrik untuk daerah terse but,
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
4) Tarif tenaga listrik untuk konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1), ayat (2), dan ayat (3)
ditetapkan dengan memperhatikan keseimbangan kepentingan nasional, daerah, konsumen, dan
pelaku usaha penyediaan tenaga listrik.
5) Tarif tenaga listrik untuk konsumen. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat
ditetapkan secara berbeda di setiap daerah dalam suatu wilayah usaha.
BAB X
HARGA JUAL,SEWA JARINGAN DAN ANTARIF TENAGA
LISTRIK
Bagian Kedua
Tarif Tenaga Listrik
Pasal 35
Pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik dilarang menerapkan tarif tenaga
listrik untuk konsumen yang tidak sesuai dengan penetapan Pemerintah
atau pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34.

Pasal 36
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan harga jual, sewa jaringan,
dan tarif tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 33 dan Pasal
34 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB X
HARGA JUAL,SEWA JARINGAN DAN ANTARIF TENAGA
LISTRIK
Bagian Ketiga
Jual Beli Tenaga Listrik Lintas Negara
Pasal 37
Jual beli tenaga listrik lintas negara dilakukan oleh pemegang izin usaha
penyediaan tenaga Iistrik berdasarkan izin Pemerintah.

Pasal 38
Jual beli tenaga listrik lintas negara dapat dilakukan melalui pernbelian atau penjualan tenaga
listrik.

Pasal 39
Pembelian tenaga Iistrik lintas negara sebagaimana dimaksuddalam Pasal 38 dapat dilakukan dengan
syarat:
a. belum terpenuhinya kebutuhan tenaga listrik setempat;
b. hanya sebagai penunjang pemenuhan kebutuhan tenaga listrik setempat;
c. tidak merugikan kepentingan negara dan bangsa yang terkait dengan kedaulatan, keamanan,
dan pembangunan ekonomi;
d. untuk meningkatkan mutu dan keandalan penyediaan tenaga listrik setempat;
e. tidak mengabaikan pengembangan kemampuan penyediaan tenaga listrik dalam negeri;
f. tidak menimbulkan ketergantungan pengadaan tenaga listrik dari luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai