Anda di halaman 1dari 14

Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten

Lamongan Nomor 19 Tahun 2010 tentang


Retribusi Tempat Pelelangan
(Studi di Tempat Pelelangan Ikan Brondong)

Oleh : Zulfikar Septian

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota


Dr. Ardiyanto, M.Si. Dra. Inti Wasiati, M.M.
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
Latar Belakang
Keberadaan UU No. 33 tahun 2004 dan UU No. 23 tahun 2014
membuat setiap daerah memliki kewenangan khusus, salah satunya
dalam mengelola potensi di daerahnya. Kabupaten Lamongan yang
memiliki luas 1.812,8 km atau sekitar 3,78% dari luas wilayah
Provinsi Jawa Timur dengan garis pantai sepanjang 47 km sehingga
wilayah perairan lautnya seluas 902,4 km membuatnya memiliki
potensi sumber daya perikanan yang cukup besar, khususnya
perikanan tangkap. Potensi tersebut terpusat pada Kecamatan
Brondong dan Kecamatan Paciran yang ditetapkan oleh Perda No.15
Tahun 2011 yang menetapkannya sebagai kawasan minapolitan
perikanan tangkap dengan Kecamatan Brondong sebagai pusatnya
(hinterland). Hal ini dikarenakan di Kecamatan Brondong terdapat
PPN Brondong yang merupakan salah satu dari 12 pelabuhan
perikanan tipe A di Indonesia dengan produksi ikan mencapai 30
ton/hari.
Lanjutan
Lanjutan
Potensi perikanan tangkap yang dimiliki tersebut
berusaha dimaksimalkan oleh Pemerintah Kabupaten
Lamongan dengan menyediakan berbagai fasilitas penunjang
berupa TPI yang terdapat di dalam kawasan PPN Brondong.
TPI tersebut selain memiliki fungsi pelayanan berupa
penyediaan fasilitas publik, juga memiliki fungsi sebagai
sumber pemasukan daerah melalui pemungutan retribusi.
Retribusi daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi
atau badan. (UU No. 28 tahun 2009)
Pemkab Lamongan kemudian menindaklanjuti dengan
membuat Perda No. 19 Tahun 2010 tentang retribusi tempat
pelelangan. Perda tersebut berlaku bagi seluruh tempat
pelelangan ikan di Lamongan, termasuk di TPI Brondong.
Lanjutan
T.B. Smith dalam Nakamura dan Smallwood (1980:2) mengakui
bahwa ketika kebijakan telah dibuat, kebijakan tersebut harus
diimplementasikan dan hasilnya sedapat mungkin sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh pembuat kebijakan. Implementasi kebijakan
menurut Van Meter dan Horn dalam Wibawa (1994:15) menyatakan
bahwa implementasi kebijakan merupakan tindakan yang dilakukan
oleh pemerintah dan swasta baik secara individu maupun secara
kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Perda No. 19
Tahun 2010 yang telah diimplementasikan ternyata memiliki beberapa
permasalahan. Masalah utamanya adalah di TPI Brondong tidak
melakukan sistem pelelangan ikan, akan tetapi retribusi tempat
pelelangan masih berjalan. Bapak Sumanan mengatakan:
" TPI Brondong itu tidak pernah ada lelang sejak saya jadi
nelayan, dek. Kalau dapat ikan ya langsung dijual kepada
pemborong. Harganya sesuai harga kesepakatan juragan dengan
pemborong dan tergantung sepi-tidaknya TPI. Terus kalau masalah
retribusi itu yang bayar pemborong, nelayan gak usah bayar .
Masalah ini juga dikuatkan oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Suwondo dan Guritno (2015) serta Fatmawati dkk. (2015).
Lanjutan
Masalah tersebut menyebabkan beberapa permasalahan terhadap
pengimplementasian Perda No. 19 Tahun 2010. Masalah pertama
adalah ketidaksesuaian subjek retribusi yang nantinya akan dikenakan
tarif retribusi. Masalah yang kedua adalah mengenai cara pengukuran
tingkat penggunaan jasa. Bapak Wahyudi Nur Khakim mengatakan:
"retribusi di TPI itu banyak yang gak sesuai. Banyak yang harga
ikannya direndahkan Kalau bayar retribusi itu memang
ngitungnya tiap mobil (pick up). Jadi satu mobil dianggap muatan
ikannya 600 kg, padahal ya lebih. Lha wong satu blung (drum
plastik) itu saja isinya 100 kg lebih sedangkan kalau kirim ikan
kan gak cuma 6 blung. Biasanya 14 sampai 19. Kalau gak gitu ya
kita bisa rugi ."
Lanjutan
Lanjutan
Lanjutan
Permasalahan yang ketiga adalah mengenai penentuan struktur dan
besarnya tarif retribusi. Bapak Andap mengatakan:
" Soal retribusi memang tidak sesuai dengan Perda No.19 Tahun
2010. Tarif retribusi yang berlaku hanya 3% dan itupun tidak
sepenuhnya. Banyak berat dan harga ikan yang dikurangi .".
Ketiga permasalahan tersebut menyebabkan pendapatan TPI Brondong
dalam 3 tahun terakhir selalu jauh dari potensi pendapatannya.
Lanjutan
Selain itu, permasalahan tersebut juga menyebabkan beberapa
fasilitas dan pelayanan di TPI Brondong menjadi kurang optimal.
Kurang optimalnya fasilitas pelayanan di TPI Brondong telah
disebutkan dalam penelitian terdahulu oleh Fatmawati et al. (2015)
yang menyebutkan bahwa lantai lelang di TPI Brondong masih
banyak yang berlubang serta fasilitas sanitasi drainase dan
kebersihan kurang berfungsi. Bapak Andap mengatakan:
"ya kalau peraturan itu ditegakkan pasti akan sangat luar
biasa. Gak bakalan ada jalan berlubang dan gedung yang
seperti ini".
Beberapa permasalahan tersebut membuat peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan tema Implementasi Peraturan
Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 19 Tahun 2010 tentang
Retribusi Tempat Pelelangan di TPI Brondong.
Rumusan Masalah

Bagaimana Implementasi Peraturan Daerah


Kabupaten Lamongan Nomor 19 Tahun 2010 tentang
Retribusi Tempat Pelelangan di Tempat Pelelangan
Ikan Brondong?
Tujuan Penelitian

Terdeskripsikannya implementasi Peraturan


Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 19 Tahun 2010
tentang Retribusi Tempat Pelelangan di Tempat
Pelelangan Ikan Brondong.
Manfaat Penelitian

Secara teoritis
Dapat mengembangkan teori-teori yang telah ada.
Dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Secara praktis
Pada peneliti, dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan
mengenai implementasi kebijakan.
Pada pemerintah, dapat memberikan masukan mengenai
implementasi Perda No. 19 tahun 2010 tentang retribusi pelelangan.
Pada masyarakat, dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat
mengenai implementasi Perda No. 19 tahun 2010 tentang retribusi
pelelangan.

Anda mungkin juga menyukai