0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
42 tayangan9 halaman
Dokumen tersebut membahas kisah Naaman, seorang jenderal Suriah yang menderita kusta. Berkat saran dari seorang budak perempuan Israel, Naaman pergi menemui nabi Elisa untuk penyembuhan. Meskipun awalnya marah karena diminta mandi di sungai Yordan, Naaman akhirnya bertobat dan mengenal Allah Israel setelah sembuh dari penyakitnya. Dokumen ini juga menyoroti peran penting orang tua dalam pendidikan agama an
Dokumen tersebut membahas kisah Naaman, seorang jenderal Suriah yang menderita kusta. Berkat saran dari seorang budak perempuan Israel, Naaman pergi menemui nabi Elisa untuk penyembuhan. Meskipun awalnya marah karena diminta mandi di sungai Yordan, Naaman akhirnya bertobat dan mengenal Allah Israel setelah sembuh dari penyakitnya. Dokumen ini juga menyoroti peran penting orang tua dalam pendidikan agama an
Dokumen tersebut membahas kisah Naaman, seorang jenderal Suriah yang menderita kusta. Berkat saran dari seorang budak perempuan Israel, Naaman pergi menemui nabi Elisa untuk penyembuhan. Meskipun awalnya marah karena diminta mandi di sungai Yordan, Naaman akhirnya bertobat dan mengenal Allah Israel setelah sembuh dari penyakitnya. Dokumen ini juga menyoroti peran penting orang tua dalam pendidikan agama an
seorang kafir seperti Naaman bertobat kedalam kebenaran. Kita dapat melihat bagaimana Allah menggunakan banyak orang dalam proses tersebut. Naaman, panglima raja Aram, adalah seorang terpandang di hadapan tuannya dan sangat disayangi, sebab oleh dia TUHAN telah memberikan kemenangan kepada orang Aram. Tetapi orang itu, seorang pahlawan tentara, sakit kusta. (2 Raja-raja 5:1)
Naaman memiliki semua yang dia perlukan
baik secara fisik maupun sosial: Dia adalah seorang Jenderal tentara Suriah. Ia seorang bangsawan dan sangat kaya (orang besar). Raja menempatkannya pada kedudukan yang mulia. Dia sedang digunakan oleh Allah. Dia sangat berani.
Tapi dia punya masalah kecil: dia seorang
penderita kusta. Allah menggunakan keperluan Naaman terhadap penyembuhan untuk memimpin dia kepada orang- orang yang dapat menuntunnya pada hidup yang kekal. Yesus mengikuti metode yang sama dengan beberapa orang yang sakit selama pelayanan-Nya. Orang Aram pernah keluar bergerombolan dan membawa tertawan seorang anak perempuan dari negeri Israel. Ia menjadi pelayan pada isteri Naaman. Berkatalah gadis itu kepada nyonyanya: Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya. (2 Raja-raja 5:2-3) Gadis yang menjadi tawanan itu tidak diliputi oleh kesengsaraan. Sebaliknya, dia menyaksikan tentang Allah kemanapun Dia menuntunnya. Dia tidak melupakan Tuhan. Dia tidak berpikir buruk tentang orang-orang yang memaksanya menjadi seorang budak. Dia dipenuhi dengan kasih Tuhan, jadi dia berempati terhadap penyakit tuannya. Dia percaya bahwa nabi itu dapat menyembuhkan Naaman, meskipun ia adalah orang asing. Orangtuanya mengajarkan kepadanya bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah. Orang Aram pernah keluar bergerombolan dan membawa tertawan seorang anak perempuan dari negeri Israel. Ia menjadi pelayan pada isteri Naaman. Berkatalah gadis itu kepada nyonyanya: Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya. (2 Raja-raja 5:2-3)
Orangtua tersebut telah melakukan tanggung
jawab mereka dengan baik, dan hasilnya adalah kesaksian yang indah ini atas nama Allah Israel di negeri yang tidak mengenal-Nya. Naaman belajar dari suatu kuasa di luar kekuatan manusia karena seorang ayah dan ibu yang setia di Israel telah membesarkan anak mereka untuk mengasihi dan mempercayai Allah. SDA Bible Commentary, on 2 Kings 5:3 Segera sesudah didengar Elisa, abdi Allah itu, bahwa raja Israel mengoyakkan pakaiannya, dikirimnyalah pesan kepada raja, bunyinya: Mengapa engkau mengoyakkan pakaianmu? Biarlah ia datang kepadaku, supaya ia tahu bahwa ada seorang nabi di Israel. (2 Raja-raja 5:8) Elisa dipanggil untuk pelayanan kenabian oleh Elia, sebagaimana yang Allah perintahkan kepadanya untuk dilakukan (1 Raja-raja 19:16). Elisa menerima berkat khusus ketika ia melihat Elia meninggalkannya: dua bagian dari rohmu (2 Raja-raja 2:9). Dia melakukan mukjizat dengan kuasa Roh Kudus. Beberapa dari mukjizat itu serupa dengan yang Yesus lakukan: kebangkitan, melipatgandakan makanan, penyembuhan ...). Elisa tidak menemui Naaman yang datang dengan kemegahan, keindahan dan kekayaan. Dia malah mengirimkan kepadanya pekabaran keselamatan. Kemuliaan dari mukjizat seharusnya bukanlah untuk nabi melainkan kepada Allah. Tetapi pegawai-pegawainya datang mendekat serta berkata kepadanya: Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir. (2 Raja-raja 5:13)
Kebanggaan Naaman berkurang setelah
setiap langkah yang dia ambil. 1. Dia menerima saran dari seorang budak asing. 2. Dia disalahmengerti oleh raja Israel. 3. Nabi tidak menemuinya. 4. Dia diminta untuk mandi di sungai yang kotor. Ketika nabi tidak menemui Naaman dan memintanya untuk mandi di sungai Yordan bukannya melakukan beberapa tindakan magis untuk menyembuhkan dia, maka meledaklah kemarahannya. Pada saat itu, Allah menggunakan salah satu dari para hambanya (yang adalah juga seorang kafir sama seperti dia) untuk menaklukkan harga dirinya. Kemudian kembalilah ia dengan seluruh pasukannya kepada abdi Allah itu. Setelah sampai, tampillah ia ke depan Elisa dan berkata: Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel Sebab hambamu ini tidak lagi akan mempersembahkan korban bakaran atau korban sembelihan kepada allah lain kecuali kepada TUHAN. (2 Raja-raja 5:15, 17) Naaman sepenuhnya telah bertobat. Namun demikian, beberapa kenang- kenangan dari keyakinan lamanya masih tetap ada (2 Raja-raja 5:17-18). Naaman belajar dua pelajaran penting: memiliki iman dan menaati Allah.
Naaman belajar tentang pelajaran
ketiga ketika Elisa menolak pemberiannya: keselamatan adalah kasih karunia. Tingkah laku gadis tawanan ini, cara yang diterapkannya sendiri di rumah orang kafir itu, adalah suatu kesaksian yang kuat terhadap kuasa pendidikan dalam rumah tangga sewaktu masih kecil. Tidak ada kepercayaan lebih tinggi daripada yang diserahkan kepada para ayah dan ibu dalam memelihara dan mendidik anak-anak mereka. Orangtua haruslah menanamkan dasar-dasar tabiat dan kelakuan. Oleh teladan dan pengajaran mereka masa depan anak-anaknya sebagian besar ditentukan. Orang-orangtua gadis Ibrani ini, ketika mengajar anaknya tentang Allah, tidak mengetahui nasib yang akan menimpanya. Tetapi mereka setia kepada kepercayaan mereka; dan di dalam rumah panglima pasukan Aram, anak mereka membawa kesaksian tentang Allah yang telah belajar untuk menghormatinya. E.G.W. (Prophets and Kings, cp. 20, pg. 245-246)