Anda di halaman 1dari 34

Age-Related

Macular
Degeneration
(AMD)
Pembimbing :
dr. M. Amarusmana, Sp.M
dr. Siswi Hapsari, Sp. M

Oleh :
Anggari Purnama Dewi 16710109
Cornelius Sunaryo 16710028
PENDAHULUAN

• AMD merupakan suatu penyakit progresif


multifaktorial kompleks yang dipengaruhi oleh
genetik dan lingkungan yang terjadi pada usia diatas
55 tahun dan menjadi penyebab kebutaan ke empat
setelah katarak, glaukoma dan kelainan refraksi.
TUJUAN MAKALAH

• Mengetahui definisi dan patofisiologi AMD.

• Mengetahui klasifikasi dan manifestasi klinis AMD.

• Mengetahui penatalaksanaan, prognosis, dan


komplikasi AMD.
ANATOMI
ANATOMI
DEFINISI

Penyakit yang terjadi secara bilateral pada usia diatas


59 tahun.

Degenerasi menahun progresif yang merupakan


kelainan progresif yang mengenai bagian sentral retina
atau macula lutea yang mengakibatkan berkurangnya
kemampuan melihat.
EPIDEMIOLOGI

Indonesia mencapai
0,13%

10 % usia 65-74 tahun


25 % usia >74 tahun.

85-90% AMD non eksudatif


10 – 15 % eksudatif AMD.
10 – 20 % AMD noneksudatif
berlanjut menjadi AMD eksudatif
FAKTOR RESIKO

Usia Keadaan mata Kardiovaskular

Jenis Tekanan
Merokok
Kelamin Darah

Herediter Sinar UV BMI

Ras Genetik Nutrisi


Klasifikasi

AMD AMD
Dini Lanjut

Dry Wet
Patogenesis
Degenerasi epitel Perubahan MB Penebalan difus
pigmen + stress dan MB
oksidatif pembentukkan
deposit subretina
O2 menembus
pigmen
berkurang

Cairan dan darah Penurunan Release growth


menggenang di kejernihan factor +
ruang subretina penglihatan cytokines
sentral
Merangsang
pertumbuhan PD
baru koroid
PD baru bocor Neovaskularisasi PD baru masuk
ke subretina
Patogenesis
Proses Penuaan Stress Oksidatif
• Foto reseptor paling banyak terkena pajanan
• Degenari membran Bruch cahaya,O2 sebagai energi  pembentukkan
radikal bebas
• Lapisan elastin berkurang,
permeabilitas menurun • Radikal bebas memicu stress oksidatif 
terbentuk reactive oxygen species (ROS)  terjadi
• Pembuangan zat sisa menurun oksidasi di mitokondria  kerusakan oksidatif
retina
• Timbunan lipofusin di EPR
• Makula : sangat banyak fotoreseptor yang
• Lipofusin; merangsang VEGF, memiliki mitokondria, dan bagian luarnya
fotoreaktif  apoptosis EPR mengandung asam lemak jenuh shg dpt
membocorkan ROS
• Lipofusin : menurunkan
kemampuan sel fotoreseptor, • Paparan sinar UV pada makula  merangsang
menebalkan membran Bruch proses oksidatif

• Sel EPR yang mengalami kerusakan oksidatif 


• Membran Bruch yang rusak
merangsang VEGF
merangsang neovaskularisasi
• VEGF  neovaskularisasi koroid
Degenarasi membran
Bruch

Kemampuan
membuang Lapisan elastin berkurang,
zat sisa permeabilitas menurun
menurun

Timbunan lipofusin di EPR

Menurunkan kemampuan
Merangsang VEGF, sel fotoreseptor,
bersifat fotoreaktif menebalkan membran
Bruch

Membran
Bruch rusak

Neovaskularisasi
Terpajan Penggunaan
cahaya O2
Gejala Klinis
Subjektif Objektif
• AMD Non Eksudatif : • AMD Non Eksudatif :

 Kekaburan penglihatan (akut  Penurunan visus


atau progresif)
 Adanya Drusen
 Tidak disertai nyeri
 Angiografi fluoresin :
 Fluktuasi visual hiperplasi dan atrofi epitel
pigmen retina yang tidak
 Metamorfosia teratur.

 Penurunan penglihatan
kontras
Gejala Klinis
Subjektif Objektif
• AMD Eksudatif • AMD Eksudatif

 Kekaburan penglihatan  Cairan subretina

 Tidak ada nyeri  Terlepasnya EPR


 Metamorfosia  Pendarahan subretina

 Kesulitan membaca  Neovaskularisasi koroid

 Skotoma sentral  Deposit lipofusin


1. Funduskopi
Foto Fundus AMD Wet
• 2. Amsler Grid

Tanda awal AMD


• Distorsi dari garis
• Gambar menjadi buram
• Perubahan warna atau
menghitamnya garis-
garis pada amsler grid.
• Tidak mampu untuk
fokus pada titik tengah
3. Indocyanine green angiography (ICGA)

Baik untuk mendiagnosis neovasklarisasi koroid tipe occult


(tersamar)

4. Optical Coherence Tomography

memperlihatkan gambaran perubahan setiap lapisan retina


sehingga dapat menilai secara kuantitatif ketebalan makula
5. Fundus fluorescein angiography (FFA)
Penatalaksanaan

Tujuan : memperlambat progresivitas penyakit

 Menormalkan retina

 Mengurangi neovaskularisasi

 Mengurangi kebocoran

 Meningkatkan atau mempertahankan penglihatan


Non
Farmakologi
Farmakologi

Ranibizumab
Pegabtanib
sodium
bevacizumab
Pencegahan
Komplikasi

• Ablasio retina

• Kebutaan

• Depresi
Kesimpulan

• Degenerasi makula terkait usia adalah suatu keadaan


dimana hilangnya refleks makular, dispersi dan
penggumpalan dari pigmen retina, dan terbentuknya
drusen yang berhubungan dengan ketajaman
penglihatan.
• Etiologi pasti masih belum jelas, berberapa faktor risiko
terjadinya degenerasi makula terkait usia, adalah usia,
ras, riwayat keluarga, dan merokok.
• Gejala klinis dapat berupa pandangan mata kabur,
skotoma, metamorphosia, kehilangan ketajaman
penglihatan, kehilangan kemampuan membaca
Pemeriksaan tambahan yang berguna adalah Amsler
grid, angiografi flouresen, Indocyanine green angiography
(ICGA), dan Optical coherence tomography.
• Tatalaksana pada degenerasi makula tergantuk dari
klasifikasi noneksudatif maupun eksudatif.
Tatalaksana AMD noneksudatif meliputi edukasi
dan follow up, mikronutrien, perubahan gaya hidup,
dan laser fotokoagulasi. Berbeda dengan tatalaksana
AMD noneksudatif, pada AMD eksudatif diterapi
dengan medikamentosa, thermal laser
photocoagulation, photodynamic therapy, dan terapi
pembedahan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai