Anda di halaman 1dari 40

PENENTUAN FASIES

BERDASARKAN SYSTEM
TRACK DAN MARKER
KELOMPOK 1

■ ARGYA GILANG KUSUMA 111.140.080


■ NUR FADHILAH R
■ ERFAN
■ DIMAS KUNCORO
■ VENNA MONICA
■ R K POTRO
■ JATI ARIF PRIBADI
OUTLINE
■ Sikuen
■ PARASIKUEN
■ PARASIKUEN SET
■ BIDANG SIKUEN
■ SYSTEM TRACK
■ POLA SEDIMENTASI
Tingkatan Unit Stratigrafi
■ Pembagian tingkat stratigrafi ini dipengaruhi oleh
ruang yang terjadi selama eaktu geologi yang
meliputi proses tektonik (penurunan dan
pengakatan cekungan), perubahan muka air global
(eustacy), dan iklim
Sekuen

■ Sekuen adalah urutan lapisan yang relative selaras dan berhubungan secara
genetic dibatasi oleh ketidakselarasan dan keselarasan yang setara dengannya
(Mitchum, dkk., 1977 op.cit. Emery dan Myers, 1996).
■ Galloway, 1989 op.cit Emery dan Mters, 1996, menegaskan bahwa sebuah sekuan
dibatasi oeh dua maximum floding surface (MFS) karena permukaan itu mudah
dikenali pada data log sumur pemboran.
Rate of SEDIMENT ACCUMULATION
SPAN sama besarnya dengan Rate of
BASIN SUBSIDENCE

RATES OF BASIN SUBSIDENCE dapat


dikompensasikan dengan PENGISIAN
SEDIMEN jika tersedia SUMBER
SEDIMEN yang cukup
BASIC CONCEPT SEQUENCE STRATIGRAPHY
Pola sedimen dalam cekungan,
merefleksikan tingkat ketersediaan ruang
dalam cekungan yang terisi sedimen

Pada umumnya RATES Of SEDIMENTS


SUPPLY meningkat, jika :
1. Selama tektonik (uplift) terjadi di daerah
sumber
2. Perubahan IKLIM  memodifikasi
sedimen supply
Faktor Pengontrol Stratigrafi Cekungan
■ Sikuen stratigrafi pada dasarnya
mempelajari perubahan
akomodasi dan respon dari
suplay sedimen.
■ Akomodasi itu sendiri
didefinisikan sebagai tempat
yang berguna to diisi oleh
sedimen dan dapat dibentuk oleh
kenaikan permukaan air laut
secara global (eustatic), tectonic
subsidence, autocompactional
subsidence, atau kombinasi dari
ketiganya
■ Pada skala cekungan,
accommodation space
ditentukan oleh kombinasi
pergerakan dari permukaan air
laut (eustacy), subsidence, dan
pengisian material sedimen.
(Posamentier dan Allen, 1995)
Parasikuen

■ Parasekuen merupakan beberapa lapisan dan kumpulan lapisan batuan yang


relative selaras, terbentuk oleh suatu proses pengendapan dan yang dibatasi oleh
permukaan genang laut atau permukaan yang setara (Wagoner, 1990).
■ Parasikuen ini dibatasi di atas dan di bawahnya oleh bidang permukaan marine
flooding yaitu bidang batas yang memisahkan lapisan muda dan tua yang
dihasilkan oleh bertambahnya kedalaman air laut secara tiba-tiba dan
pelamparannya ke arah lateral.
■ Mekanisme yang membentuk parasikuen ada 2, yaitu:
1. Pertambahan kedalaman laut secara relative cepat
2. Kenaikan muka air laut secara cepat
DUA TIPE PROSES YANG MEMBENTUK
PARASEQUENCE :

 AUTOCYCLIC PROCESS

 ALLOCYCLIC PROCESS
AUTOCYCLIC PROCESS :
Berhubungan dengan mekanisme SEDIMENTASI
yang berlaku di dalam Cekungan :
 delta lobe - switching

ALLOCYCLIC PROCESS :
Menunjukkan peristiwa yang tidak berkaitan
dengan proses SEDIMENTASI NORMAL yang berlaku
di dalam Cekungan :
 variasi Relative Sea Level  karena
EUSTACY atau TECTONIC
Parasequence dapat dihasilkan dari
HIGH FREQUENCY EUSTATIC CYCLES
yang terbentuk sebagai akibat
perubahan iklim
Elektrofasies
Elektrofasies adalah salah satu metode untuk menafsirkan lingkungan
pengendapan dengan menggunakan data wireline log. Log merupakan
data informasi mengenai batuan yang diakuisisi secara insitu sehingga
log dapat digunakan sebagai acuan dalam korelasi geologi dan
identifikasi litologi.
Menurut Shelley (1978) dan Walker (1992), log gamma ray
mencerminkan variasi dalam suatu suksesi ukuran besar butir dalam
kondisi normal. Tiap-tiap lingkungan pengendapan menghasilkan pola
energy pengendapan yang berbeda. Pola-pola log biasanya menunjukan
energy pengendapan yang berubah, yaitu berkisar antara dari energy
tinggi (batupasir) sampai rendah (serpih).
Elektrofasies
Biasanya digunakan
kombinasi antara log
sp, log GR,dan Log
Resistivity dalam
menentukan jenis
litologi dan
korelasinya. Dari data
log tersebut dapat
dikenali beberapa
bentuk dasar yang
berkaitan atau
bahkan merupakan
karakteristik dari
suatu lingkungan
pengendapan.
Cylindrical
Bentuk log ini merupakan bentuk dengan karakter GR yang relatif stabil. Fase air laut
yang terjadi stabil dan parasikuen set yang dibentuk adalah aggradasi. Bentuk seperti
ini diasosiasikan dengan endapan sedimen fluvial channel, braided channel, estuarine.
Funnel / Coarsening Upward
Menunjukan dominasi yang berubah misalnya dari shale ke arah sand (mengkasar
keatas). Fase air laut yang terjadi berupa regresi dan parasikuen set yang dibentuk
adalah progradasi. Lingkungan pengendapannya meliputi estuarine shelf, delta front.
Bell / Fining Upward
Menunjukkan perubahan dominasi besar butiran misalnya dari batupasir ke shale atau
merupakan aspek penghalusan keatas. Fase air laut yang terjadi berupa transgresi dan
parasikuen set yang dibentuk adalah retrogradasi Daerah dengan dominasi
meandering, tidal channel, fluvial point bar.
Symmetrical
Bentuk karakteristik dari kurva GR ini menunjukkan adanya penurunan kadar shale
dilanjutkan kenaikan kembali. Karakter ini juga mengindikasikan adanya perubahan
yang cepat dalam lapisan itu. Perubahan yang terjadi yang terekam dalam karakter ini
adalah adanya progradasi serta retrogradasi yang sinergis dan cepat.
Serrated / Saw Teeth
Bentuk kurva pada jenis ini memperlihatkan adanya agradasi dari shale dan lanau.
Fase air laut yang terjadi berupa konstan dan parasikuen set yang dibentuk adalah
aggradasi. Bentuk kurva ini merepresentasikan area pengendapan yang beragam
seperti fluvial floodplain, alluvial plain, storm dominated shelf dan distal deep marine
slope
Parasikuen Set
■ merupakan gabungan parasikuen-
parasikuen yang berkerabat secara
genetik membentuk pola susunan
(stacking pattern) yang jelas
■ Proses eustacy yang terjadi selama
masing-masing parasikuen set
berbeda-beda, dilihat dari sedimen
yang diendapkan. Coba kita lihat
parasikuen set Progradasi yang
dibentuk akibat penurunan muka air
laut, yang bisa dilihat dari kehadiran
batupasir, batupasir-shale transisi, dan
shale yang cenderung berarah menuju
cekungan. Berlaku pula untuk
Retrogradasi set fase air laut yang
terjadi selama pembentukan
cenderung transgresi, bisa dilihat dari
kehadiran batupasir telah tererosi.
Otomatis pada Retrogradasi set pola
yang dibentuk adalah fining upward
atau menghalus ke atas. Berbeda
dengan Aggradasi set fase air laut yang
dibentuk cenderung konstan
Bidang Sikuen/Sequence Boundary (SB)
■ Menurut Mitchum dk (1977) op.cit Emery dan Myers (1996), sequence boundary
diterjemahkan sebagai batas ketidakselasaran dan keselarasan yang setara
dengannya. Pengertian ini disempurnakan oleh Van Wagoner dkk (1990), ketidak
selarasan yang dimaksud adalah suatu permukaan yang memisahkan interval
lapisan yang lebih muda dengan yang lebih tua, seama terdapat bukti yang
menunjukan adanya erosi subaerial dan korelatif dengannya, serta penyingkapan
subaerial (subaerial exposure) selama terdapat hiatus yang signifikan.

■ Bentuk dan ciri sequence boundary (SB) ditentukan oleh suatu proses yang berlaku
pada suatu permukaan, yaitu selama penurunan muka air laut relative dan proses
setelahnya, dicirikan oleh suksesi fasies yang sangat berbeda, yang berada di
antaranya (Posamentier dan Allen, 1999).
Bidang Sikuen/Sequence Boundary (SB)

■ Suatu bidang keselarasan dan keselarasan padanannya yang terjadi selama jangka waktu
penurunan relatif permukaan laut.

Menurut Wagoner, 1990 Ada dua tipe batas sikuen, yaitu tipe 1 dan tipe 2 antara lain :
■ Batas sikuen tipe 1 ditandai oleh perolehan fluvial dan peremajaan aliran, shelf
sedimentary bypass, pergeseran fasies dan coastal onlap kearah cekungan. Batas
cekungan tersebut terbentuk ketika kecepatan eustasi lebih besar dari kecepatan
subsiden pada depositionalshoreline break, sehingga menghasilkan muka laut relatif
turun.
■ Batas sikuen tipe 2 ditandai oleh pergeseran coastal onlap ke arah cekungan dan erosi
subaerial yang meluas, tatapi tanpa peremajaan aliran dan pergeseran fasies kearah
cekungan. Batas sekuen ini terbentuk ketika kecepatan eustasi lebih kecil dari kecepatan
subsiden pada depositional shoreline break, tetapi tanpa perubahan muka laut relatif
turun pada posisi tersebut.
Flooding Surface (FS) & Maximum
Flooding Surface (MFS)
■ Flooding Surface adalah suatu batas permukaan yang memisahkan interval lapisan
yang lebih muda dengan yang lebih tua, dimana terdapat bukti/tanda yang
menunjukan adanya penambahan kedalaman air/water depth (Van Wagoner dkk,
1990).
■ Maximum Flooding Surface dikenal keberadaannya sebagai bidang utama yang
memisahkan endapan transgresi (retrogradational parasequence sets) dari
endapan regresi (progradational parasequence sets) yang terletak diatasnya. Di
daerah proksimal, maximum flooding surface mungkin terletak di atas
aggradational parasequence sets, sedangkan di daerah distal bidang ini dapat
diwakili oleh condensed section. Condensed section sendiri dapat dicirikan oleh log
facies atau litofasies yang khas seperti horizon yang kaya akan glaukonit, lapisan
rijang, lapisan batugamping, atau lapisan serpih dengan kadar radioaktif tinggi atau
berkecepatan seismik rendah.
■ Simpelnya adalah Bidang genang laut maksimal yang terbentuk pada saat fase
genang laut maksimum. MFS terbentuk pada bagian atas Transgressive System
Tract (TST) dan memisahkan back stepping parasequences yang terletak di atasnya.
Bidang Transgresi/Transgressive
Surface (TS)
■ Bidang transgresi (transgressive surface) adalah marine flooding surface pertama
yang penting artinya dan melampar melalui paparan dan terletak di dalam suatu
sekuen (Van Wagoner dkk, 1988). Bidang itu menandai puncak lowstand systems
tract dan dasar dari highstand systems tract. Bidang transgresi umumnya berimpit
dengan batas sekuen yang pada daerah-antar-lembah-torehan yang telah dijelaskan
di atas. Bidang transgresi juga akan menindih endapan pengisi lembah torehan.

■ Mudahnya… TS adalah Bidang genang laut (flooding surface) yang terbentuk


setelah terjadi suatu fase regresi maksimum atau akhir dari pembentukan
Lowstand System Tract (LST).
Skema Pembentukan Sikuen Stratigrafi
■ SB 1 memisahkan bagian bawah
yang merupakan batas dari
paket sikuen (conformity) dan
SB 2 yang sebagai batas atas
dari paket sikuen (unconformity).
Kita lihat juga MFS yang
berfungsi sebagai batas
maksimal dari bidang genang
laut dan juga sebagai batas atas
maksimal dari TST. Dan TS
sebagai batas regresi
maksimum atau batas akhir dari
pembentukan LST.
System Track

■ System track didefinisikan sebagai suatu paket sistem pengendapan tiga dimensi
dari berbagai litofasies yang secara genetic dihubungkan satu sama lain oleh
proses atau lingkungan pengendapan (Fisher dan Mcgowen, 1967 op.cit Emery dan
Myers, 1996).
■ Dalam satu siklus perubahan muka air laut relatif, dikenal adanya tiga systems tract
utama, masing-masing mencirikan tahap perubahan muka air laut relatif yang
berbeda-beda. Berturut-turut urutan dari yang terbawah meliputi :
1 Lowstand System Tract (LST)
2. Transgressive System Tract (TST)
3. Highstand System Tract (HST)
Lowstand System Tract (LST)
■ Systems tract paling bawah.
Systems tract ini diendapkan pada
perioda antara penurunan muka
air laut relatif dengan penaikan
mukaair laut relatif yang terjadi
kemudian.
■ LST sendiri dibagi menjadi tiga,
yaitu:
1. Kipas Dasar Cekungan (LST Basin
Floor Fan)
2. Kipas Lereng (LST Slope Fan
Complex)
3. LST Prograding Wedge
Kipas Dasar Cekungan (LST Basin Floor
Fan) & Kipas Lereng (LST Slope Fan
Complex)
■ Kipas dasar cekungan (LST Basin Floor Fan) disusun oleh endapan kipas bawah
laut yang terletak pada lereng bawah atau dasar cekungan. Proses pembentukan
kipas berasosiasi dengan erosi ngarai bawah laut dan penorehan paparan oleh
sungai. Sedimen silisiklastik tidak diendapkan di paparan atau lereng, melainkan
langsung diangkut menuju bagian cekungan yang lebih dalam melalui lembah
torehan dan ngarai bawahlaut, untuk kemudian membentuk kipas dasar cekungan.
Alas dari kipas dasar cekungan, yang berimpit dengan batas bawah lowstand
systems tract, berkorelasi dengan batas sekuen tipe-1. Pengendapan kipas dasar
cekungan, pembentukan ngarai, dan erosi lembah torehan ditafsirkan terjadi
selama penurunan muka air laut relative
■ Kipas lereng (LST Slope Fan Complex) dicirikan oleh turbidit dan endapan aliran
gravitasi di bagian tengah atau bagian bawah dari lereng. Pengendapan kipas
lereng dapat terjadi pada waktu yang bersamaan dengan pembentukan kipas dasar
cekungan atau dengan waktu pembentukan bagian bawah dari Lowstand
Prograding Wedge. Kipas lereng biasanya disusun oleh kompleks alur-tepi alur.
LST Prograding Wedge
■ Lowstand prograding wedge adalah sistem topset-clinoform yang diendapkan
selama naiknya muka air laut relatif. Sistem ini dipisahkan dari transgressive
system tract, yang terletak diatasnya. Bidang itu menandai terjadinya perubahan
geometri tumpukan parasekuen dari geometri progradasional pada lowstand wedge
menjadi geometri retrogradasional pada transgressive systems tract.
■ Pada awalnya pengendapan lowstand prograding wedge hanya terbatas di sekitar
muara lembah torehan. Hanya sedikit, jika ada, akomodasi topset pada waktu itu;
seluruh sedimen di-bypass melewati topset kemudian diendapkan pada lereng
klinoform. Pada waktu itu, lereng kemungkinan tidak stabil dan pengendapan kipas
terjadi sewaktu-waktu. Bagian bawah lowstand prograding wedge. Ketika muka air
laut relatif naik sedikit demi sedikit, lembah torehan mulai terisi oleh endapan
fluvial dan estuarium, dan topset dari prograding wedge mulai terbentuk.
Peningkatan laju penaikan muka air laut relatif menghasilkan asosiasi fasies yang
mengindikasikan pertambahan volume akomodasi, misalnya bertambah banyaknya
batubara, serpih dataran limpah banjir, fasies laguna. Karena sering terletak di atas
highstand systems tract sebelumnya, yang bagian atasnya kaya akan shale, dan
kemudian ditutupi oleh shale transgressive system tract, lowstand wedge dapat
berperan sebagai jebakan stratigrafi
Transgressive System Tract (TST)
■ Systems tract yang berada di tengah-tengah. Sistem ini diendapkan
pada suatu bagian dari fasa penaikan muka air laut relatif, pada
saat laju pertambahan volume akomodasi lebih tinggi dibanding laju
pemasokan sedimen (Retrogradasi).
■ Sistem ini diendapkan pada suatu bagian dari fasa penaikan muka
air laut relatif, pada saat mana laju pertambahan volume akomodasi
topset lebih tinggi dibanding laju pemasokan sedimen. Sistem ini
sebagian besar berupa topset, dengan sedikit klinoform, dan
seluruhnya memiliki geometri retrogradasional. Sistem-sistem
pengendapan yang aktif pada saat terbentuknya systems tract
adalah sistem-sistem pengendapan topset seperti aluvial, paralik,
dataran pantai, delta paparan, dan paparan. Jenis sedimen yang
sering ditemukan antara lain batubara serta endapan limpah banjir,
laguna, dan lakustrin. Sistem-sistem itu mengindikasikan rendahnya
pasokan sedimen. Sistem-sistem pengaliran mungkin ditutupi oleh
air laut sedemikian rupa sehingga membentuk estuarium. Luasnya
paparan dan endapan yang dipengaruhi oleh pasut merupakan
sebagian dari ciri transgressive systems tract. Ke arah cekungan,
transgressive systems tract dapat berkorespondensi dengan
condensed section yang mengindikasikan laju pengendapan yang
sangat lambat. Condensed section dapat berupa serpih glaukonitan,
serpih organik, serpih fosfatik, maupun karbonat pelagik. Laju
penaikan muka air laut tertinggi terjadi pada fasa pembentukan
transgressive systems tract. Systems tract ini berakhir ketika laju
pertumbuhan volume akomodasi topset menurun hingga satu
kondisi dimana laju pertumbuhan tersebut sebanding dengan laju
pemasokan sedimen. Produk kondisi itu disebut marine flooding
surface. Pada saat laju pertumbuhan dengan laju pemasokan
sedimen mencapai kesetimbangan, pola endapan akan berubah dari
pola retrogradasi menjadi progradasi.
Highstand System Tract (HST)
■ Systems tract termuda. Sistem ini terletak
diantara maximum flooding surface dan batas
sekuen. Sistem ini terbentuk pada saat laju
penaikan muka air laut mulai menurun, setelah
melalui masa puncak, pada saat mana laju
pembentukan akomodasi lebih kecil dibanding
laju pemasokan sedimen (Prograde). Sistem ini
merupakan sistem topset-clinoform yang
terletak diantara maximum flooding surface
dan batas sekuen. Penurunan laju penaikan
muka air laut pada mulanya menyebabkan
terbentuknya geometri aggradasi, namun
sedikit demi sedikit kemudian berubah menjadi
geometri progradasi. Sistem-sistem
pengendapan yang ada pada tahap awal
pembentukan highstand systems tract mungkin
sama dengan sistem-sistem pengendapan yang
ada pada tahap akhir pembentukan
transgressive systems tract. Namun,
menurunnya laju penaikan muka air laut serta
terisinya wilayah paparan melalui proses
progradasi, menyebabkan berkurangnya volume
batubara, serpih limpah banjir, endapan laguna,
dan endapan lakustrin yang diendapkan pada
waktu itu. Tubuh-tubuh pasir endapan alur
makin lama makin banyak diendapkan dan
sifatnya menerus.
An example from Southeast Asia
GR
20 120

- 2150m

Maximum Flooding
Surface?

Highstand
Systems Tract?
Progradational to Retrogradational - shoreface/deltaic
deposits
Maximum Flooding - 2175m
Surface Cored
interval*

Aggradational succession –
Lowstand-
Transgressive
possible composite incised valley fill
Systems Tract? - 2200m

Sequence Boundary?

Maximum Flooding - 2225m


Surface

Lowstand- Aggradational to retrogradational succession –


Transgressive valley fill? Channel fill overlain by delta lobes?
Systems Tract?

Sequence Boundary?

- 2250m
Another Example from Southeast Asia
GR GR
20 120 20 120

- 2200m Maximum Flooding Surface

Maximum - 2225m - 2325m


Flooding Cored interval
Maximum Flooding Surface?
Surface?

Highstand Highstand
Systems Tract Systems Tract
- 2250m - 2350m
Maximum Flooding Surface

Maximum Flooding Surface Transgressive


Systems Tract
Maximum Flooding Surface?

- 2275m - 2375m
Transgressive
Systems Tract Highstand
Systems Tract

- 2300m - 2400m
Sequence Stratigraphic Analysis of Well Logs:
Interpretations of Stacking Patterns
Idealized parasequence stacking patterns of a complete marginal marine depositional sequence
Highstand:
Progradational
Maximum Flooding
Surface Transgressive:
Retrogradational
"Transgressive" Surface
Lowstand:
Aggradational
Sequence Boundary
Highstand:
Progradational

Changes in these patterns can be used for sequence stratigraphic interpretation and correlation

TST TST Flooding Surface/


Sequence Boundary
Incised LST/TST
Sequence Valley HST Maximum Flooding
Boundary Surface
TST
TST
LST
LST
Highstand is missing, Lowstand is missing,
probably eroded away
probably an interfluve

Anda mungkin juga menyukai