Anda di halaman 1dari 39

KEBIJAKAN

PENGENDALIAN ZOONOSIS

Subdit Zoonosis
Direktorat P2PTVZ
Direktorat Jenderal P2P
Kementerian Kesehatan
STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (P2P)
(PERMENKES 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
KEMENKES)
Direktur Jenderal
Sekretaris Ditjen

Bagian Program Bagian Hukum Bagian Keuangan Bagian


Dan Informasi Organisasi dan dan Barang Milik Kepegawaian dan
Humas Negara Umum

Direktorat Direktorat Direktorat Direktorat Direktorat


Surveilans dan Karantina Pencegahan dan Pencegahan dan Pencegahan dan Pencegahan dan
Kesehatan Pengendalian penyakit Pengendalian Penyakit Pengendalian Penyakit Pengendalian Masalah
Menular Langsung Tular Vektor dan Zoonotik Tidak Menular Kesehatan Jiwa dan
NAPZA

Subdit Subdit Subdit Subdit Penyakit Paru Subdit


Surveilans Tuberkulosis Malaria kronik dan Gangguan Masalah Kesehatan Jiwa Anak
dan Remaja
Imunologi

Subdit Masalah Kesehatan


Subdit Subdit Infeksi Saluran Subdit Subdit Penyakit Jiwa Dewasa dan Lanjut
Penyakit Infeksi Emerging Pernapasan Akut (ISPA) Zoonosis Jantung dan Pembuluh Usia
Darah

Subdit Kekarantinaan Subdit HIV AIDS dan Subdit Subdit Subdit Masalah
Kesehatan penyakit Infeksi Menular Filariasis dan Kecacingan Penyakit Kanker dam Penyalahgunaan NAPZA
Seksual Pelayanan Darah

Subdit Subdit Hepatitis dan SubditArbovirosis Subdit Penyakit Diabetes


Imunisasi Penyakit Infeksi Saluran dan Gangguan Metabolik
Pencernaan

Subdit Subdit Vektor dan Subdit Gangguan Indera


Penyakit Tropis Menular Binatang Pembawa dan Fungsional
Langsung
Penyakit

Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok


Jabfung Jabfung Jabfung Jabfung Jabfung
Sistematika
• Pengertian Zoonosis
• Mengapa Zoonosis Penting
• Prioritas Pengendalian Zoonosis
• Ruang Lingkup dan Kerangka kerja (Framework)
pengendalian zoonosis
• Tujuan, Sasaran dan Kegiatan Pengendalian
Zoonosis di Indonesia
• Gambaran Zoonosis di Indonesia
• Program Terpadu (“One Health)
• Tantangan dan Kendala
• Upaya yang telah dilakukan
• Penutup
Pengertian “Zoonosis”
 WHO (2008) :
Zoonosis adalah suatu penyakit atau infeksi yang
secara alami ditularkan dari hewan vertebrata ke
manusia atau sebaliknya.
 UU No. 18 tahun 2009 ttg Peternakan dan Kesehatan
Hewan :
Zoonosis adalah penyakit yang menular dari hewan ke
manusia atau sebaliknya.
 Perpres No.30 tahun 2011 ( 20 Mei 2011) tentang
Pengendalian Zoonosis :
Zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dari
hewan kepada manusia atau sebaliknya.
Zoonosis Merupakan Masalah
Kesehatan Masyarakat
Dan
Menjadi Prioritas Pengendalian

• Flu Burung: angka kematian tinggi dan berisiko menimbulkan


pandemi
• Rabies: angka kematian 100% dan berpotensi menimbulkan KLB
• Leptospirosis: endemis di 15 Provinsi, penyebaran cepat di daerah
rawan, penyakit mudah berkembang menjadi parah dan sering
menimbulkan KLB
• Antraks: berpotensi menimbulkan KLB, dapat mengakibatkan
kematian, sering menimbulkan kepanikan
• Pes: berpotensi menimbulkan KLB, terkait dengan nama baik
negara
• JE : beberapa daerah berisiko, gejala sisa permanen
Prioritas Pengendalian Penyakit
a. Di Kementerian Kesehatan
1. FLU BURUNG
2. RABIES
3. ANTRAKS
4. LEPTOSPIROSIS
5. PES
b. Kemenkes dan Kementan
1. FLU BURUNG
2. RABIES
3. ANTRAKS
4. BRUCELLOSIS
5. LEPTOSPIROSIS
LINGKUP PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN ZOONOSIS

Penanganan
pada • ↙ angka kesakitan
sumber,
vektor & • ↙ risiko penularan Reduksi
faktor risiko atau
Eliminasi
• ↗ akses pelayanan Zoonosis
Penanganan • ↙ angka kesakitan
pada host • ↙ angka kematian
(manusia) • Pelayanan yang
efisien & efektif
PRINSIP UMUM PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN ZOONOSIS

Prevent Detect Respond


Avoidable Threats Rapidly and
Outbreak Early Effectively

Keberhasilan prevent, detect dan respon sangat ditentukan oleh


dukungan & kerjasama lintas sektor bersama seluruh masyarakat
KOORDINASI, SINERGI DAN KOLABORASI
DALAM PENCEGAHAN & PENGENDALIAN ZOONOSIS (1)

Pencegahan & Pengendalian zoonosis


(Lintas Sektor)

Surveilans terpadu &


sharing Informasi
Faktor risiko
Menurunkan

Kolaborasi
Koordinasi

penelitian
Respon
MEKANISME KOORDINASI
LINTAS SEKTOR
Keberhasilan pencegahan & pengendalian zoonosis sangat
ditentukan oleh koordinasi, sinergi & kolaborasi lintas sektor
dengan dukungan seluruh masyarakat 9
KOORDINASI, SINERGI DAN KOLABORASI
DALAM PENCEGAHAN & PENGENDALIAN ZOONOSIS (2)
Peternakan
- Penanganan sumber
Kemenko PMK: - Lalin hewan Kemendikbud:
• Fungsi - Peningkatan
Koordinasi pengetahuan melalui
antar K/L anak sekolah
• Advokasi - UKS
PENCEGAHA - Pramuka
Kemendagri : N&
Perdagangan:
- Koordinasi PENGENDALI Pengawasan
pimpinan
daerah
AN import hewan
UNIV:
- Pemenuhan ZOONOSIS - Pemenuhan SDM
kebutuhan - KOMLI
SDM di daerah - Penelitian
- PKK LITBANG: Swasta:
Dukungan penelitian- Forum Kab/Kota
tepat guna sehat
- Pemberdayaan
masy
- KIE
Slide ini menggambarkan peran dari berbagai sektor dalam pencegahan
dan pengendalian pandemi
TUJUAN
PENGENDALIAN ZOONOSIS
.
• Menurunkan angka kesakitan dan
1. kematian akibat zoonosis

• Mencegah/membatasi/menanggulangi
Kejadian Luar Biasa/wabah zoonosis
2.
• Mencegah dan membatasi keluar masuknya
KLB/Wabah zoonosis antar daerah/wilayah serta
masuknya zoonosis dari dan ke Indonesia pada
3. situasi Pandemi.
SASARAN
PENGENDALIAN ZOONOSIS
.
• Masyarakat umum: mampu melindungi
1. diri dan menerapkan PHBS

• Kelompok risiko: mampu melindungi diri


dan segera mendapatkan yankes bila
2. tertular Penyakit Zoonosa.

• Kelompok Strategis: dukungan kebijakan,


peraturan perundangan, dana, tenaga, sarana, dll
3.
Kegiatan Pokok Pengendalian
ZOONOSIS
1 Surveilans terpadu

2 Penemuan & tatalaksana kasus

3 Kerjasama Lintas sektor

Pengendalian 4 Peningkatan peran serta masy

Zoonosis 5 SKD dan penanggulangan KLB

6
Penyuluhan
7
Capacity building
8
Monev
Gambaran Zoonosis di
Indonesia
FLU BURUNG
• FB pada manusia pertama dilaporkan pada Juni 2005
• Kumulatif Kasus FB sejak Juni 2005 – September 2015:
 199 kasus konfirmasi; meninggal 167
 Tersebar sporadis di 15 Provinsi
 Jumlah kasus menurun drastis dari 55 kasus (2006)
menjadi 3 kasus (2013), 2 kasus (2015).
 Maret 2015 ditemukan 2 kasus konfirmasi dan meninggal
di Prov. Banten.
Situasi Flu Burung Pada
Manusia di Indonesia
Tahun 2005 – 2015
• Tersebar di 15 Provinsi dan 58 Kab/Kota
Distribusi Kasus Flu Burung Pada Manusia
Di Indonesia Tahun 2005 – 2015
Kumulatif Kasus Flu Burung tertinggi
di 5 Kabupaten/Kota Thn 2005 – 2015

18
Kasus Terakhir Flu Burung Pada Manusia

• Terjadi pada Maret 2015


• Klaster : 2 kasus konfirmasi FB (ayah dan anak).
• Terlambat dalam deteksi (terdeteksi setelah > 5 hari), tidak sempat
diberikan oseltamivir.
• Faktor risiko :
 Kontak tidak langsung dengan unggas di Bogor,
 Kontak tidak langsung dengan unggas di Kota Tangerang
 Kontak langsung dan tidak langsung dengan produk unggas dari
Pasar di wilayah Kota Tangerang
RABIES
Situasi di beberapa negara Asia :
•Kasus Kematian disebabkan Rabies (Lyssa):
 India : rata-rata 20.000 kasus/tahun
 China : rata-rata 2.500 kasus/tahun
 Filipina : 200 - 300 kasus/tahun
 Vietnam : rata-rata 9.000 kasus/tahun
•Indonesia : rata-rata 149 kasus/thn (5 thn terakhir)
•Rata-rata di dunia: 55.000 kasus/thn (95 % terjadi di Asia
& Afrika)
•40 % terjadi pada anak-anak < 15 th
RABIES
Situasi Rabies di Indonesia :
Wilayah tertular rabies : 25 Provinsi
Wilayah Bebas Rabies : 9 Provinsi
1) Babel 6) Jatim
2) Kep Riau 7) NTB
3) DKI Jakarta 8) Papua Barat
4) Jateng, 9) Papua
5) DIY
Distribusi Kasus Lyssa Di Indonesia
(2008 sd 2015)

GHPR : Gigitan Hewan Penular Rabies


PET : Post Exposure Treatment (cuci luka dan pemberian VAR)
LEPTOSPIROSIS
DISTRIBUSI KASUS LEPTOSPIROSIS
DI INDONESIA (2010 – 2015)
DISTRIBUSI KASUS LEPTOSPIROSIS MENURUT
PROVINSI DI INDONESIA (JAN – DES 2015)
Leptospirosis
• Penyakit zoonosis akut yang disebabkan oleh
bakteri Leptospira dengan spektrum penyakit yang
luas dan dapat menyebabkan kematian.
• Zoonosis yang paling luas penyebarannya di dunia
• Salah satu dari “re-emerging infectious diseases”
• Penyakit yang sering terlewatkan diagnosisnya
SKD LEPTOSPIROSIS
 Pemantauan Kesakitan dan Kematian
Leptospirosis.
 Pemantauan distribusi rodent, serta perubahan
habitatnya (banjir).
 Pemantuan kelompok ber-risiko :
 petani,
 pekerja perkebunan,
 pekerja pertambangan,
 Pekerja kebersihan saluran air,
 Pekerja kebersihan di pasar, dan TTU
 pekerja rumah potong hewan,
 Militer,dll.
UPAYA PENGENDALIAN

A. TUJUAN
1.Menurunkan angka fatalitas kasus (case Fatality Rate/CFR)
leptospirosis.
2.Menurunkan jumlah kasus (angka kesakitan) Leptospirosis.
3.Meningkatkan pengetahuan dan perilaku masyarakat
dalam pencegahan leptospirosis.
4.Tersedianya data epidemiologi dan data klinis leptospirosis
untuk penentuan kebijakan dan strategi pengendalian.
STRATEGI PENGENDALIAN
1. Membangun komitmen politis untuk pengendalian
Leptospirosis
2. Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia
3. Meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan
penanggulangan KLB Leptospirosis
4. Peningkatan surveilans epidemiologi pada manusia dan faktor
risiko
5. Penatalaksanaan kasus Leptospirosis secara dini
6. Pengendalian faktor risiko
7. Penguatan preventif dan promotif untuk peningkatan peran
masyarakat
8. Penguatan jejaring
9. Penguatan pelaksanaan monitoring dan evaluasi
ANTRAKS
Wilayah yang pernah melaporkan kasus antraks pada
manusia :
• DKI Jakarta : Jakarta Selatan
• Jawa Barat : Kab. Bogor, Kota Bogor & Kota Depok
• Jawa Tengah : Kab. Boyolali, Kab. Sragen,
Kota Semarang
• Sulawesi Selatan : Makassar, Maros, Gowa
• NTT : Sikka, Ende, Sumba Barat, Manggarai,
Pulau Sabu
• NTB : Sumbawa, Bima dan Sumba Barat
Situasi Antraks pada Manusia di Indonesia
Tahun 2008 - 2015
PES
Di Indonesia telah terjadi beberapa kali wabah Pes yaitu :
1. Tahun 1968 terjadi out break Pes di kecamatan Selo dan
Cepogo dengan jumlah penderita 101 orang dan 42
orang diantaranya meninggal ( CFR 42 % ),
2. Tahun 1970 di lokasi yang sama, jumlah penderita 11
orang dan 3 diantaranya meninggal ( CFR 27 % ).
3. Tahun 1986 di Desa Surorowo Kecamatan Tutur
Nongkojajar Kabupaten Pasuruan, jumlah penderita 24
dan 20 diantaranya meninggal dunia (CFR = 83,3 %)
PES
4. Februari – April 1987 di desa yang sama ditemukan 224
penderita dengan 1 kematian.
5. Tahun 1997 (10 tahun kemudian) di desa yang sama
dilaporkan kembali adanya 6 penderita Pes tanpa
kematian
6. Tahun 2007 juga dilaporkan kembali adanya
peningkatan kasus panas tanpa sebab jelas di Dusun
Surorowo sebanyak 68 kasus dengan 1 kematian.
7. Di tahun 2012, masih dilaporkan adanya hasil serologis
positif pada tikus, sementara pada tahun 2013
pemeriksaan tikus menunjukkan serologis negatif
Situasi pes berdasarkan spesimen manusia
yang diperiksa di Indonesia Th 2004 - 2015
Daerah Fokus Pes
1. Jawa Tengah :
Kec.Selo & Cepogo, Kab.Boyolali.
2. DI Yogyakarta :
Kec.Cangkringan, Kab.Sleman.
3. Jawa Timur :
Kec.Nongkojajar, Tosari, Puspo, Pasrepan,
Kab.Pasuruan.
TANTANGAN / KENDALA ?

Ancaman Zoonosis Meningkat :


 Kedekatan manusia dg hewan (hobby, ekonomi, dll)
 Kebutuhan protein hewani meningkat
 Semakin dekatnya manusia dg lingkungan/satwa liar
(pembukaan hutan, pemukiman mendekati hutan,
dll)
 Perubahan Iklim (Climate change) ,vektor
meningkat, adaptasi/mutasi mahluk hidup menjadi
lebih patogen dll
 Pola Migrasi , transportasi antar wilayah/antar
negara, pariwisata ,dll
ANCAMAN ZOONOSIS YANG
BERPOTENSI EID ?
 70% EID (Emerging Infectious Diseases) adalah zoonosis
 Mortality EID tinggi (50-90%), menyerang otak dan organ
tubuh lainnya.
 Dampak terhadap Perekonomian
 Ancaman terhadap kehidupan, keselamatan umat dan
kesejahteraan manusia
 Batas/sekat wilayah : tidak ada lagi
 Sudah menjadi kebutuhan/tuntutan internasional/ PHEIC
 Ancaman bioterorisme dan bioweapon dari zoonosis
(contoh Antraks)
UPAYA PENGUATAN PENGENDALIAN
ZOONOSIS
Menghadapi ancaman Emerging Infectious Disease
yang pada umumnya merupakan penyakit Zoonosa,
diperlukan penguatan dalam :

1. Koordinasi lintas program dan lintas Sektor


2. Advokasi dan Sosialisasi
3. Surveilans di pintu masuk
4. Surveilans di Pelayanan Kesehatan Dasar dan
Rumah Sakit
5. Kapasitas laboratorium
6. Komunikasi Risiko /KIE
7. Kapasitas (SDM, Fasyankes)

Anda mungkin juga menyukai