Anda di halaman 1dari 65

TANGGAPAN FREKUENSI

 Analisis Tanggapan Frekuensi

 Penggambaran Bode Plot

 Polar Plot / Nyquist Plot

 Log Magnitude vs Phase Plot / Nichols

Plot

 Kriteria Kestabilan Nyquist

 Beberapa Contoh Analisis Kestabilan

 Pembahasan Lanjut (Optional)

 Analisis Kestabilan Relatif/Transient

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 1 dari


 ANALISIS TANGGAPAN FREKUENSI
 Tanggapan frekuensi = tanggapan keadaan mantap suatu
sistem terhadap input sinusoida.
 Metoda konvensional dilakukan dengan mengubah
frekuensi input dalam cakupan yang diinginkan dan
mengamati tanggapannya.

Ada Beberapa Teknik Analisis :

1. Polar Plot / Nyquist :


 Dapat diketahui kestabilan mutlak dan relatif sistem
loop tertutup dari karakteristik tanggapan frekuensi
loop terbukanya.
 Kurva Nyquist menggambarkan karakteristik tanggapan
frekuensi untuk seluruh cakupan frekuensi.

2. Digram Bode:
 Kompensasi unjuk kerja sistem lebih mudah melalui
diagram Bode.
 Penentuan fungsi alih secara eksperimen dapat
dilakukan lebih mudah.

3. Log Magnitude Vs Phase Plot / Bagan Nichols:


 Kenaikan /penurunan konstanta penguat G(jc) hanya
menggeser kurva keatas / kebawah, tanpa mengubah
bentuknya.
 Kestabilan relatif sistem loop tertutup dapat dengan
mudah ditentukan, sehingga kompensasi dapat mudah
dilakukan

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 2 dari


 Tanggapan Frekuensi vs Tanggapan Waktu

 Kestabilan tak perlu ditentukan dengan terlebih dulu


mencari akar-akar persamaan karakteristik.

 Pengujian tanggapan frekuensi umumnya mudah dan


dapat dibuat akurat dengan tersedianya generator sinus
dan peralatan pengukuran yang diteliti.

 Fungsi alih komponen-komponen yang rumit dapat


ditentukan secara eksperimen melalui pengujian
tanggapan frekuensi.

 Metoda tanggapan frekuensi dapat diterapkan pada


sistem-sistem yang telah memiliki fungsi-fungsi
rasional, seperti fungsi dengan transport lags.

 Plant yang tak dapat dikarakterisasi dengan tepat dapat


ditangani melalui metoda tanggapan frekuensi.

 Suatu sistem dapat dirancang melalui pendekatan


tanggapan frekuensi sehingga derau yang tak
diinginkan dapat dihilangkan.

 Analisis tanggapan frekuensi dapat dikembangkan


pada sistem kendali non linear tertentu.

 Tanggapan waktu alih tak langsung dapat diketahui,


tetapi ada hubungannya antara tanggapan frekuensi
dengan tanggapan waktu alih.

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 3 dari


Tanggapan terhadap Input Sinus

 Karakteristik tanggapan frekuensi suatu sistem dapat


diperoleh langsung dari fungsi alih sinusoidanya :
Gs  G j
 Pandang sistem linear invarian waktu sebagai berikut :

ps p s
G s  
qs s s1s s2  s  sn

Output :
p  s  x
Y s  Gsxs  
qs s 2   2

Bila Y(s) hanya mengandung pole-pole berbeda, maka

a*
Y s 
a b b bn
  1  2 
s  j   s  j  s  s1 s  s2 s  sn
atau
yt  a e j  t  a*e j  t  b1es1t  b2es2t bnesnt t0

Untuk sistem stabil, pada t = ~, diperoleh


yss t   ae  j t 
a*e j t

(hal yang sama diperoleh meskipun ada pole-pole yang


sama) dengan :

x xG j  
a  Gs s  j   
s 
2 2
s   j 2j
xG j  
a* 
2j

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 4 dari


Bentuk kompleks dapat dinyatakan sebagai berikut :

G j    G j  e j  G j  
G j   = magnitude G(j)
  G j    pergeseran fasa antara input sinus dengan
output sinus = tan 1

 Im G j  
 
 Re G  j  

 = frekuensi yang cakupannya ditentukan dan frekuensi


kerjanya.

Untuk G j   G j  e j  G j   j


e
Sehingga :

e jt  e jt
ysst  x G j  
2j
 x G j   sint  
 y sint  

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 5 dari


Kesimpulan :

1. Bila sistem stabil linear invarian waktu diberi input sinus,


maka akar memiliki output sinus dengan frekuensi sama
dengan inputnya, meskipun amplitudo dan phasanya mungkin
berbeda.

2. Fungsi alih sinus sistem dapat diperoleh melalui

y j  
G j  
x j  
sedang fasa alih G(s) dapat diperoleh dengan mengganti j
menjadi s pada G(j).

y j  
G j    : magnitude fungsi alih
x j  

merupakan perbandingan amplitudo output sinus terhadap input


sinus.

y j  
G j    ; sudut phasa fungsi alih merupakan pergeseran
x j  
phasa output sinus terhadap inputnya.

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 6 dari


Tanggapan Frekuensi dari Plot Pole-Zero

Anggap :
k s  z
Gs 
s(s  p)
dengan tanggapan frekuensi

k j   z
G j  
j  j   p

Magnitude :

k j z k AP
G j    
j j  p OP  BP
G j    j   z  j   j   p
 
 tan1  90o  tan1
z p
   
1 2

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 7 dari


Untuk sistem dengan akar kompleks sekawan p1 dan p2 :

K
G(s) 
(s  p1 )(s  p2 )

G j   
k k
Magnitude : 
j   p1 j   p2 AP BP

Sudut fasa : G j      


1 2

Untuk pole-pole kompleks sekawan yang dekat dengan sumbu


maya :
G j    besar sekali

Dihasilkan tanggapan frekuensi dengan simpangan amplitudo


besar sekali.

Sebaliknya bila tanggapan frekuensi tak memiliki simpangan


yang besar, berarti sistem tak memiliki pole kompleks sekawan
yang dekat dengan sumbu maya.

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 8 dari


 PENGGAMBARAN BODE PLOT
 Diagram Bode terdiri dari
1. Kurva magnitude fungsi alih sinus 20 log G j  
terhadap frekuensi dengan skala logaritmis
2. Kurva sudut fasa fungsi alih sinus G j  terhadap
frekuensi dengan skala logaritmis.

 Keuntungan menggunakan kurva logaritma :


 Perkalian magnitude dikonversi menjadi penjumlahan
 Sketsa pendekatan kurva log magnitude dapat
dilakukan dengan mudah melalui penjumlahan asimtot-
asimtot fungsi-fungsi (sederhana) penyusunannya.
 Penentuan fungsi alih secara ekperimen dapat
dilakukan lebih mudah bila data tanggapan frekuensi
tersedia seperti pada Diagram Bode.
 Karakteristik frekuensi rendah dan tinggi dari fungsi
alih terekam dalam satu diagram. Memperluas cakupan
frekuensi rendah memungkinkan analisis pada

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 9 dari


frekuensi rendah yang merupakan hal penting dalam
sistem-sistem sebenarnya.

 Bentuk-Bentuk Dasar Fungsi G jH j

1. Penguatan k

2. Faktor-faktor Integral dan turunan j  1

3. Faktor-faktor orde-1 1 jT1


1
  j    j  2
4. Faktor-faktor kuadratis 1  2  n     n  
 

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 10 dari


 Penguatan k

G jH j    k
Magnitude G j  H j    20log k db
Sudut fasa G j   0

db

20 log

0,1 1 10 100

0,1 1 10 100

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 11 dari


Faktor-faktor Integral dan Turunan
 1 
 j atau j 
 

Untuk : G jH j   
1
j
1
Magnitude G j  H  j    20log  20log  db
j

Sudut fasa G jH j    90o

Untuk : G j  H j    j  , diperoleh


Magnitude : 20 log  db
Sudut fasa : 90o

Catatan:

1
Bila G( j  )H ( j )  , maka
( j ) n
Magnitude : -20 n Log c db; Sudut fasa : -900x n

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 12 dari


Faktor-faktor orde-1 : 1 1j T 
atau 1  j  T 
 
G j  H j   
1
Untuk
1  j T

1
Magnitude : 20 log  20log 1   2T 2 db
1  j T
Sudut fasa :    tan 1T

 Pada frekuensi rendah :  


1
, maka
T
Magnitude ~  20log1  0 db (asimtot pertama)
Sudut fasa ~0o

 Pada frekuensi tinggi :  


1
, maka
T
Magnitude ~  20log  2 T 2  20log  T (asimtot kedua)
Sudut fasa ~90o

 Pada frekuensi sudut  1



T
   tan1  45o
T
Sudut fasa
T

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 13 dari


Galat Magnitude Akibat Pendekatan dengan Asimtot

1
Pada  
T
galat =  20 log 1  1  20log1  3,03db

1
Pada   (1 octave dibawah frekuensi sudut)
2T

1
galat =  20 log  1  20log1  0,97db
4

2
Pada   (1 octave diatas frekuensi sudut)
T
galat =  20log 22  1  20log 2  0,97db

dst.

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 14 dari


Untuk G j  H j    1  j  T

dengan mengingat faktor reciprocal :

1
20log  j  T  20log dan
1  j T

1
1  j  T  tan 1 T  
1  j T

Maka kurva Bodenya dapat diperoleh dengan mencerminkan


1
kurva terhadap sumbu frekuensi pada titik 0.
1  j T

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 15 dari


 Faktor-Faktor Kuadratik
Untuk G j  H j   
1
     2
1  2 j    j 
 n    n 
Bila  1 , maka faktor orde-2 tersebut dapat dipecah
menjadi 2 faktor orde-1.

Untuk 0    1 :
Magnitude :

  2 2  2
20log
1
 20log 1   2  
     2   2   n 
n
1  2 j   j 
 n   n 

Sudut fasa :
 
 2  
 n 
   tan1 
2
   
1     
 n 
Pada frekuensi rendah :    n :
Magnitude :  20log1  0 db
Sudut fasa :  ~  tan1 0  0o (asimtot 1)

Pada frekuensi tinggi :    n

Magnitude :  20log   40log 


2
n
db (asimtot 2)
 n2
Sudut fasa :  ~  180o

Pada frekuensi sudut    n :


Mangitude :  20log 2

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 16 dari


Sudut fasa :    tan120  90o

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 17 dari


     2
Untuk Gj  H j   1  2  j  j  ,
 n    n

diagram Bodenya dapat diperoleh dengan membalik tanda pada


magnitude dan sudut fasa dari faktor sebelumnya.

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 18 dari


Frekuensi Resonansi  r dan Simpangan Puncak
Resonansi Mr
Perhatikan lagi :

G j  
1

  2 2  2
1   2  
  2   n 
n

Nilai maksimum terjadi bila :

  22  2
g    1    2   minimum
  n2   n 

atau


g    

  2   2 1 2 2
n 2  42 1  2 

  n2


g    =minimum bila    n 1  22

Sehingga : frekuensi resonansi

 r   n 1  22 0    0,707

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 19 dari


Bandingkan dengan frekuensi natural teredam pada respons
transient :

 d  n 12

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 20 dari


Simpangan Puncak Resonansi :
1
Mr G j 
max

 Gj  r  
21  2

Sudut Fasa pada Frekuensi Resonansi :

 
 2  r 

r   tan1 n 
 2
  r  
1    
 n 
dengan  r   n 1  22 , diperoleh

1  22 
r  tan 1  90 o sin 1
 1 2

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 21 dari


Tahapan Membuat Diagram Bode

1. Ubah fungsi alih sinus G jH j  menjadi perkalian faktor-


faktor dasar yang telah dibahas sebelumnya.
2. Tentukan frekuensi-frekuensi sudut setiap faktor-faktor dasar
yang bersangkutan.
3. Gambar kurva-kurva asimtot masing-masing faktor dasar
dengan memperhatikan kemiringan kurva (0,20 db, 40 db,
dst) dibawah dan diatas frekuensi sudut.
4. Jumlahkan kurva-kurva asimtot pada butir 3 untuk setiap
sedang frekuensi sudut.
5. Kurva sebenarnya yang terletak dekat dengan kurva asimtot
pada butir 4 dapat diperoleh dengan melakukan koreksi-
koreksi (terutama pada frekuensi-frekuensi sudut).

6. Kurva sudut fasa G jH j  dapat digambarkan dengan


menjumlahkan kurva-kurva sudut fasa masing-masing faktor
dasar pada butir 1.

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 22 dari


Contoh:

Suatu sistem orde 4 dengan umpanbalik satuan memiliki fungsi


alih loop terbuka sbb:

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 23 dari


Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 24 dari
 Sistem Phasa Minimum :
Sistem dengan fungsi alih yang tak memiliki pole ataupun
zero pada daerah tak stabil bidang-s.

 Sistem Phasa Non Minimum :


Sistem dengan fungsi alih yang memiliki pole dan / atau zero
pada daerah tak stabil bidang-s.

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 25 dari


Hubungan antara Tipe Sistem dan Kurva
Magnitude
Tipe sistem menentukan kemiringan kurva Magnitude pada
frekuensi rendah.

Tipe-0  kemiringan 0 db/dec


Tipe-1  kemiringan -20 db/dec
Tipe-2  kemiringan -40 db/dec

 Penentuan Konstanta Galat Stabil melalui kurva


Magnitude

s0 GsHs
1) k p lim
Dalam domain frekuensi :
 0 G jH j 
k p lim

Terlihat bahwa untuk  0 :

20log G j  H j   20log kp

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 26 dari


2) s0 sGsHs
kv lim

Dalam domain frekuensi :


G jH j   v
k
untuk  1
j

Sehingga
kv
20log  20log kv atau : 20log G j  H j    1  20log kv
j   1

Alternatif lain :

Perpotongan kurva -20 db/dec pada sumbu frekuensi terjadi


kv
pada 0 db, sehingga 1
j 1

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 27 dari


3)
ka  lim GsHs
s0

Dalam domain frekuensi :


G j  H j   
kv
untuk  1
j 2
sehingga :

20log G jH j 
kv
20log  20log kv atau  20log kv
 j  2   1  1

Alternatif lain :

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 28 dari


Perpotongan kurva -40 db/dec pada sumbu frekuensi terjadi pada
0 db, sehingga :

ka
20log  0,
j  a 2

diperoleh : ka   2
a

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 29 dari


POLAR PLOT / NYQUIST PLOT
Kurva magnitude G(j) terhadap sudut fasa G(j) pada
koordinat polar dengan  dinaikkan dari 0 sampai ~

Untuk sistem yang dihubungkan seri sebagai berikut :

G1s G2s

Maka kurva Nyquist G j    G1 j  G2 j  diperoleh dengan


melakukan perkalian vektor.

Bandingkan dengan Diagram Bode

 Kurva Nyquist menggambarkan karakteristik tanggapan


frekuensi untuk seluruh cakupan frekuensi.
 Kurva Nyquist tak menunjukkan secara jelas kontribusi
setiap faktor fungsi alih loop terbuka.

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 30 dari


PENGGAMBARAN POLAR PLOT
1. Faktor-faktor Integral dan turunan

G j   
1
Untuk
j

G j    1 Im bid G(j)

G j    90o
Untuk G j    j 
G j   

G j    90o Re
 ~

G j   
1
j

 0

 ~
Im bid G(j)

 0
Re

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 31 dari


2. Faktor-FaktorOrde-1

1
Untuk G( j  ) 
1  j T

G j   
1
1  2T 2
G j     tan 1T
Pada =0
G j    10o
Pada   1T

G j      45o
1
2

pada  ~
G j    0  90o

Kurva Nyquist berupa setengah lingkaran dikuadran IV dengan


titik pusat -0,5+j0 dan jari-jari 0,5.

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 32 dari


Bukti :
G j    x jy
dengan
1 T
x dan y
1   2T 2 1  2T 2
Pers lingkaran :

 1 2
x    y 2  r 2
2

 1 1  2 T 2  2    T  2  1  2
     
 2 1   2 T 2   1   2 T 2   2

Untuk G j   1  j  T

G j    1  2T 2  tan 1T
pada  0 G j   10o

Gj  
1
pada   245 o
T
pada  ~ G j   ~ 90o

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 33 dari


Untuk G( j  )  1  jT

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 34 dari


3. Faktor-Faktor Kuadratik

G j  
1
Untuk ;  0
     2
1  2 j    j 
 n    n 

2
G j     tan 1  n
1

 
2   2 1
1    2  n
 n  n 
pada  0
G j    10o
pada   n

G j  
1
  90o
2
pada  ~
G j    0  180o

n dicari dari perpotongan G(j) dengan sumbu maya.

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 35 dari


r dicari dengan menentukan G j   maximum.

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 36 dari


Sedang simpangan resonansi dihitung sebagai berikut :

G j     
r
Mr 
G j 
 0
    2
Untuk G j    1  2  j   j  ;  0
 n   n 


2 2 2
  2 
2
n
G j   1      tan1
  2  n  2
 n 
1
 n2
pada  0:
G j    10o
pada   n :
G j   2 90o
pada  ~
G j   ~ 180o

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 37 dari


     
2

Untuk G j    1  2 j   j  ; 0


  n    n 

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 38 dari


Contoh:

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 39 dari


Transport Lag

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 40 dari


Bentuk Umum Polar Plot

Untuk sistem tipe-0 (=0) :


Kurva berawal (=0), dan sumbu nyata positif dengan
magnitude berhingga dan sudut fasa = -90o pada titik tersebut
kurva berakhir (=~).
Pada salah satu sumbu (tergantung pada (n-m)

Untuk sistem tipe-1 (=1) :


Pada =0, kurva asimtotis terhadap sumbu maya negatif,
akibat kontribusi suku j pada penyebut. Kurva berakhir pada
titik asal dan bersudut pada salah satu sumbu.

Untuk sistem tipe-2 (=2) :


Kurva asimtotis terhadap sumbu nyata negatif untuk frekuensi
rendah dan berakhir pada salah satu sumbu.

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 41 dari


Bagian pembilang G(j) menentukan kerumitan bentuk kurva
Nyquist (kontanta waktu pembilang).

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 42 dari


Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 43 dari
 Log Magnitude vs Phase Plot / Nichols Plot
Merupakan kurva log magnitude vs sudut fasa atau phase
margin untuk cakupan frekuensi kerja.

 Kenaikan konstanta penguatan G(j) hanya menggeser


kurva keatas/kebawah, tanpa mengubah bentuknya.

 Kestabilan relatif sistem loop tertutup dapat dengan mudah


ditentukan, sehingga kompensasi dapat mudah dilakukan.

1
 Kurva G(j) simetris terhadap titik asal dengan
G( j  )
 1 
mengingat 20log    20log G j 
G( j 
 
1
  G j 
G j 

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 44 dari


Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 45 dari
 KRITERIA KESTABILAN NYQUIST

Cs Gs

Rs 1 GsHs

 Sistem stabil bila akar-akar persamaan karakteristik


1  GsHs  0 terletak disebelah kiri bidang-s.

 Sistem tetap stabil bila kondisi diatas dipenuhi meskipun


pole-pole/zero-zero fungsi alih loop terbuka ada yang terletak
disebelah kanan bid-s.

 Kriteria Nyquist menghubungkan tanggapan frekuensi loop


terbuka G jH j   terhadap jumlah pole dan zero loop tertutup
1  GsHs yang terletak di daerah tak stabil pada bid-s.

 Kestabilan dapat ditentukan dari kurva tanggapan frekuensi


loop terbuka (diperoleh secara analisis eksperimen) tanpa
perlu menentukan letak pole-pole loop tertutup.

 Perlu pemahaman konsep pemetaan bidang-s ke bidang


F(s)  1 G(s)  H(s).

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 46 dari


Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 47 dari
Beberapa Catatan Penting dari Pemetaan

1. Bila ada n pole dikelilingi oleh kurva tertutup bidang-s,


maka titik asal akan dikelilingi n kali berlawanan arah
jarum jam pada di bidang F(s).

2. Bila ada pole dan zero dengan jumlah sama pada kurva
tertutup di bidang -s, maka kurva tertutup di bidang F(s)
tak mengelilingi titik asal.

3. Bila ada zero yang dilingkupi oleh kurva tertutup di-


bidang-s, maka kurva tertutup pada bidang F(s) nya akan
mengelilingi titik asal searah jarum jam sebanyak jumlah
zero tersebut.

4. Bila kurva tertutup di bidang-s tak mencakup pole atau


zero, maka kurva pemetaannya di bidang F(s) tak
mengelilingi titik asal pula.

5. Pemetaan dari bidang-s ke bidang T(s) merupakan


pemetaan 1-1, sebaliknya tidak.

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 48 dari


Teori Pemetaan :

p(s)
Anggap F (s) 
q(s)

Bila :P = jumlah pole F(s) yang terletak di dalam beberapa


lintasan tertutup dibidang-s.

Z = jumlah zero F(s) yang terletak di dalam beberapa


lintasan tertutup di bidang-s. (lintasan tersebut tidak
melalui pole-pole / zero-zero tersebut).

Lintasan-lintasan tersebut dipetakan pada bidang F(s).

Maka : Total jumlah N lintasan tertutup di bidang-s yang


mengelilingi titik asal searah jarum jam = Z - P.

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 49 dari


Aplikasi Teori Pemetaan pada Analisis Kestabilan

 Lintasan tertutup pada bid-s mencakup semua bidang sebelah


kanan (lintasan Nyquist).

 Semua pole dan zero 1 + G(s) H(s) yang memiliki bagian


nyata positip tercakup pada lintasan Nyquist.

 Sistem stabil bila tak ada akar-akar 1+G(s)H(s) = 0 didalam


lintasan Nyquist.

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 50 dari


Pemetaan Loop Tertutup ke Loop Terbuka

 Pengelilingan titik asal oleh kurva 1 + G(j) H(j) berubah


menjadi pengelilingan titik -1 + j0 oleh kurva G(j) H(j).

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 51 dari


Kriteria Kestabilan Nyquist
[Untuk kasus G(s)H(s) tak memiliki pole/zero pada sumbu maya
j].

 Bila fungsi alih loop terbuka G(s)H(s) memiliki k pole di


sebelah kanan bidang-s dan lims~ G(s)H(s) = konstan, maka
sistem stabil bila kurva G(j)H(j) mengelilingi titik -1 + j0
sebanyak k kali berlawanan searah jarum jam.

 Lintasan Nyquist tak boleh melalui pole/zero 1+G(s)H(s).

 Bila ada satu atau lebih pole G(s)H(s) dititik asal (pada bid-s),
maka lintasan Nyquist harus tidak mencakupnya).

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 52 dari


 Banyaknya akar F(s)=1+G(s)H(s) yang terletak di daerah tak
stabil sama dengan banyaknya pole G(s)H(s) di daerah tak
stabil ditambah dengan berapa kali kurva F(s) mengelilingi
titik asal searah jarum jam Z = N + P.

Z=N+P
Z = banyaknya akar 1+G(s)H(s) disebelah kanan bidang-s
N = Berapa kali titik -1+j0 dikelilingi searah jarum jam.
P = banyaknya pole loop terbuka G(s)H(s) disebelah kanan
bidang-s.

 Sistem stabil bila Z = 0 :

1) P = 0 dan N = 0
2) Bila P  0, maka N = -P

 Sistem multi loop harus dianalisis kestabilannya secara hati-


hati. Lebih mudah gunakan kriteria Routh.

 Bila ada fungsi transendental (misal e-Ts) pada G(s)H(s),


dekati fungsi tersebut dengan 2 suku pertama deret .
2 3
1  Ts  (Ts)  (Ts)     1  Ts
2 8 48 2 2  Ts
e Ts   e Ts  
2 3 Ts 2  Ts
1  Ts  (Ts)  (Ts)     1
2 8 48 2

selanjutnya gunakan kriteria Routh.

 Bila kurva G(j)H(j) melalui titik -1+j0, berarti ada pole-


pole loop tertutup pada sumbu j : sistem berosilasi.

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 53 dari


 Kasus Khusus Bila Ada Pole/Zero G(s)H(s)
pada Sumbu j
k
Ambil GsHs 
ss  1

 Pemetaan s  e j ;  0
dengan  ;90o sampai  90o , maka

  
G e j H e j 
k
 e  j
k
e j 

(setengah lingkaran dengan jari-jari ~ dan bermula dari


+900 hingga -900)

N 0; P 0  Z 0 (stabil)

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 54 dari


k
Ambil G sH s  2
s  Ts  1

Pemetaan s  e ; t  0; : 90o sampai  90o ,


j

diperoleh :

G sHs  e j2
lim k
ste j 2

(lingkaran dengan jari-jari ~ dan berawal dari 180o hingga -


180o).

Terlihat: N=2; P=2, sehingga Z=2 (tak stabil)

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 55 dari


BEBERAPA CONTOH ANALISIS KESTABILAN

Contoh 1:

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 56 dari


Contoh 2:

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 57 dari


Contoh 3:

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 58 dari


Contoh 4:

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 59 dari


Contoh 5:

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 60 dari


Pembahasan Lanjut (Optional):

1. Invers Polar untuk Memudahkan Analisis Kestabilan


Nyquist pada Sistem Multiple Loop.

2. Analisis kestabilan Relatif / Transient melalui modifikasi


Lintasan Nyquist.

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 61 dari


 Analisis Kestabilan Relatif/Transient
 Sistem harus stabil dan tanggapan transientnya memadai.

 Kurva Nyquist dapat menunjukkan keduanya dan


bagaimana kestabilan diperbaiki bila diperlukan.

 Asumsi pada analisis.

1. Sistem Balikan Satuan

2. Sistem fasa minimum (tak memiliki pole loop terbuka


didaerah tak stabil bidang-s)

 Analisis melalui

1) Pemetaan Konformal (optional)

2) Pemetaan Phase Margin dan Gain Margin

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 62 dari


 Phase Margin dan Gain Margin

 Untuk k besar, sistem tak stabil.


 Untuk k lebih kecil, kurva G(j) melewati titik -1+j0,
sistem berosilasi (batas kestabilan).
 Untuk k kecil, sistem menjadi stabil.
 Makin dekat kurva G(j) mengelilingi titik -1+j0,
tanggapan sistem makin berosilasi.
 Kedekatan kurva G(j) ketitik -1+j0 merupakan ukuran
batas kestabilan : phase margin dan gain margin.

 Phase margin : jumlah phase lag tambahan pada frekuensi


gain crossover  gco  yang diperlukan untuk membuat sistem
tak stabil.

 gco : frekuensi pada saat G j    1

  180o   ; 
 : sudut fasa G j gco 
Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 63 dari
Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 64 dari
 Gain margin : kestabilan magnitude G j   pada frekuensi
phase crossover  pco
 pco : frekuensi pada saat G j   180o
1

 
kg
G j pco

Bila kg  1 : gain margin positip

Untuk sistem phase minimum : gain margin positip (negatip)


menunjukkan berapa besar penguatan masih dapat dinaikkan
(diturunkan) sebelum sistem menjadi tak stabil (stabil)

 Sistem phase minimum stabil bila gain margin dan phase


margin positip.

 Untuk sistem stabil kondisional : ada 2 atau lebih frekuensi


phase crossover.

 Untuk sistem orde tinggi mungkin memiliki 2 atau lebih


frekuensi gain crossover : phase margin dihitung pada
frekuensi gain crossover tertinggi.

 Tanggapan transient “optimum” bila :


phase margin 300 sampai 600
gain margin > 6 db

 Untuk sitem phase minimum, phase margin 300-600 berarti


kemiringan kurva Bode G j  pada gco harus lebih landai dari
-40db/dec. (yaitu -20db/dec) agar stabil.
Bila kemiringan tersebut mencapai -60 db/dec, sistem hampir
pasti tak stabil.

Teknik Elektro ITB [EYS-1998] hal 65 dari

Anda mungkin juga menyukai