TANGGAPAN FREKUENSI
7.1 Pendahuluan
Perhatikan sistem linier yang tidak berubah dengan waktu seperti yang terlihat
pada Gambar 7-1 berikut ini.
184
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 185
____________________________________________________________________________
x(t) y(t)
G(s)
X(s) Y(s)
Gambar 7-1: Sistem linier yang tidak berubah dengan waktu.
Y(j )
G(j ) perbandingan amplitudo keluaran sinussoidal terhadap
X(j )
masukan sinusoidal.
Y(j )
G(j ) pergeseran fasa keluaran sinusoidal terhadap masukan
X(j )
sinusoidal.
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 186
____________________________________________________________________________
basis logaritma tersebut adalah 10. Satuan yang digunakan dalam penyajian besaran
adalah desibel (dB). Pada penyajian logaritmik, kurva digambarkan pada kertas
semilog, dengan menggunakan skala log untuk frekuensi dan skala linier untuk besaran
(dalam dB) atau sudut fasa (dalam derajat).
4. Faktor kuadratik 1 2 j j
n n
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 187
____________________________________________________________________________
7.2.1.1 Penguatan K
Setiap angka yang lebih besar dari satu mempunyai nilai positif dalam dB,
sedangkan angka yang lebih kecil dari satu mempunyai nilai negatif. Kurva besaran log
untuk penguatan K yang konstan merupakan garis horizontal dengan besaran 20 log K
dB. Sudut fasa penguatan K adalah nol. Pengaruh perubahan penguatan K pada fungsi
alih dapat menaikkan atau menurunkan kurva besaran log fungsi alih tadi sesuai dengan
besar 20 log K, tetapi tidak mempunyai pengaruh pada sudut fasa.
dB
20 log K
1
20 log 20 log dB
j
faktor 1 dan j terletak pada tanda kemiringan kurva besaran - log dan tanda sudut
j
40 40
20 kem iri ngan = -20dB/dekade 20 kem iri ngan = 20dB/dekade
0 0
-20 -20
-40 -40
0,1 1 10 100 0,1 1 10 100
o o
0 180
o o
90 90
o
180 o 0
0,1 1 10 100 0,1 1 10 100
n
Jika fungsi alih mengandung faktor 1 atau (j )n, maka besaran log
j
masing-masing menjadi
1
20 log n log j 20n log dB
(j ) n
atau
n
Selanjutnya kemiringan kurva besaran log untuk faktor-faktor 1 dan (j )n,
j
n
masing-masing -20n dB/dekade dan 20n dB/dekade. Sudut fasa 1 = -90o n di
j
1 2
20 log 20 log 1 T 2 dB
1 j T
1
Untuk frekuensi rendah, << , besaran log dapat didekati dengan
T
2
20 log 1 T2 20 log 1 = 0 dB
Jadi kurva besaran log pada frekuensi rendah terletak di garis konstan 0 dB.
1
Untuk frekuensi tinggi, >> , besaran log dapat didekati dengan
T
2
20 log 1 T2 20 log T dB
yang merupakan ekspresi perkiraan rentang frekuensi tinggi.
1
Pada , besaran log = 0 dB
T
10
, besaran log = -20 dB
T
1
Jadi harga -20 log T dB mengecil oleh 20 dB untuk setiap dekade . Untuk ,
T
kurva besaran log tersebut menjadi suatu garis lurus dengan kemiringan -20 dB/dekade
atau -6 dB/oktaf.
1
Kurva tanggapan frekuensi dari faktor dapat didekati dengan dua buah
1 j T
1
garis lurus asimtotis, satu garis lurus pada 0 dB untuk daerah frekuensi 0 < < , dan
T
yang lain garis lurus dengan kemiringan -20 dB/dekade (-6 dB/oktaf) untuk rentang
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 190
____________________________________________________________________________
1
frekuensi < < . Kurva besaran log dan kurva sudut fasanya terlihat pada gambar
T
berikut.
Gambar 7-4: Kurva tanggapan frekuensi besaran - log dan sudut fasanya, untuk
1
.
1 j T
1
tan T
Pada frekuensi nol, sudut fasanya adalah 00. Pada frekuensi sudut, sudut fasanya adalah
1 T
tan tan 1 1 450
T
Galat kurva besaran yang diakibatkan oleh asimtot-asimtot dapat dihitung.
Kesalahan maksimum terjadi pada frekuensi sudut dan hampir sama dengan -3 dB,
karena
20 log 1 1 20 log 1 10 log 2 3,03 dB 3 dB
1
Galat pada frekuensi satu oktaf di bawah frekuensi sudut, yaitu pada adalah
2T
1 5
20 log 1 20 log 1 20 log 0,97 dB - 1 dB
4 2
2
Galat pada frekuensi satu oktaf di atas frekuensi sudut, yaitu pada adalah
T
5
20 log 2 2 1 20 log 2 20 log 0,97 dB -1 dB
2
Jadi galat pada satu oktaf di bawah atau di atas frekuensi sudut hampir sama dengan -1
dB. Dengan demikian galat pada satu dekade di bawah atau di atas frekuensi sudut kira-
kira -0,04 dB. Dalam prakteknya, kurva tanggapan frekuensi yang teliti digambarkan
dengan menempatkan titik -3 dB pada frekuensi sudut dan titik -1 dB satu oktaf di
bawah atau di atas frekuensi sudut dan selanjutnya menghubungkan titik ini dengan
suatu kurva yang halus (smooth).
Suatu kelebihan diagram Bode adalah untuk faktor-faktor kebalikan, misalnya
hanya perlu diubah tandanya. Karena
1
20 log 1 j T 20 log
1 j T
1 1
1 j T tan T
1 j T
maka frekuensi sudut kedua kasus tersebut adalah sama.
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 192
____________________________________________________________________________
1
Kemiringan asimtot frekuensi tinggi dari adalah 20 dB/dekade. Dan sudut
1 j T
fasanya berubah dari 00 sampai 900 jika frekuensi diperbesar dai 0 sampai . Kurva
1
besaran log dan sudut fasa untuk faktor seperti terlihat pada gambar berikut.
1 j T
2 1
1 2 j j
n n
Jika > 1, maka faktor kuadratik ini dapat dinyatakan sebagai perkalian dua buah orde
pertama dengan pole riel. Pole s1 dan s2 adalah akar-akar nyata, dengan bentuk
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 193
____________________________________________________________________________
s s
1 dan 1 ekivalen dengan j T + 1 , sehingga diagram Bode dapat digambarkan
s1 s2
sesuai dengan subbab 7.2.1.4.
Jika 0 < < 1, maka faktor kuadratik akan mempunyai dua akar kompleks sekawan.
Pendekatan asimtot pada kurva tanggapan frekuensi untuk suatu faktor dengan harga
rendah adalah tidak teliti. Hal ini disebabkan besaran dan fasa faktor kuadratik tersebut
tergantung pada frekuensi sudut dan rasio redaman .
Mengingat:
2 2 2
1
20 log 2 20 log 1 j 2
n n
1 2 j j
n n
maka untuk frekuensi rendah sedemikian rupa sehingga n, besaran log tersebut
menjadi
-20 log 1 = 0 dB
Jadi asimtot frekuensi rendah merupakan garis horizontal pada 0 dB.
Untuk frekuensi tinggi, n , besaran lognya menjadi
2
20 log 2 40 log dB
n n
Persamaan untuk asimtot frekuensi tinggi merupakan garis lurus dengan kemiringan -40
dB/dekade, karena
10
40 log 40 40 log
n n
Asimtot frekuensi tinggi memotong asimtot frekuensi rendah pada = n , karena pada
frekuensi ini
n
40 log 40 log 1 0 dB
n
1
Sudut fasa faktor kuadratik 2 adalah
1 2 j j
n n
2
1 1 n
2 tan 2 ..... (7-6)
1 2 j j 1
n n n
Sudut fasa merupakan fungsi dan . Pada = 0, sudut fasa = 00. Pada frekuensi sudut
= n, sudut fasa = - 900, tidak tergantung karena
1 2
tan tan1 900
0
Pada = , sudut fasa menjadi -1800. Kurva sudut fasa simetris miring terhadap
infleksi pada = -900.
2
dapat diperoleh hanya dengan membalik tanda besaran log dan sudut fasa dari faktor
1
2 .
1 2 j j
n n
Contoh 7-1
Gambarkan diagram Bode untuk fungsi alih lup terbuka
40(s 10)
G(s)H(s)
s(s 40)
Jawab :
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 195
____________________________________________________________________________
40(s 10)
G(s)H(s)
s(s 40)
j j
400 1 10 1
40(j 10) 10 10
G(j )H(j )
j (j 40) j j
40 j 1 j 1
40 40
Menggambar besaran log :
Tentukan frekuensi sudut : 10 dan 40
j 1
Buat garis-garis asimtot dari 1 dan
10 j
1
40
1
Buat garis asimtot (garis -20 dB/dekade atau -6 dB/oktaf melalui titik = 1).
j
Buat garis kurva 20 log 10 = 20 dB (garis horizontal).
Semua garis asimtot dan kurva dijumlahkan.
Lalu buat kurva yang lebih terperinci, yang merupakan diagram Bode.
1
G(j )H(j ) G(j )H(j ) 900
j
Gambar 7-6: Kurva tanggapan frekuensi besaran - log dan sudut fasanya, untuk
Contoh 7-1.
Konstanta galat posisi statik, konstanta galat kecepatan statik dan konstanta galat
akselerasi statik, masing-masing menggambarkan perilaku frekuensi rendah dari sistem
tipe 0, tipe 1 dan tipe 2. Untuk setiap sistem, hanya ada satu konstanta galat statik yang
terhingga dan signifikan. (Makin besar harga konstanta galat statik terhingga tersebut,
maka penguatan lup menjadi semakin tinggi jika mendekati nol).
Tipe sistem menentukan kemiringan kurva besaran - log pada frekuensi rendah.
Jadi, informasi mengenai keberadaan dan besarnya galat keadaan tunak suatu sistem
kendali terhadap masukan dapat ditentukan dari pengamatan pada daerah frekuensi
rendah kurva besaran - log.
atau
K(Ta j 1)(Tb j 1) (Tm j 1)
G(j )
j N (T1 j 1)(T2 j 1) (Tp j 1)
Gambar 7-8 memperlihatkan suatu contoh diagram besaran - log suatu sistem tipe 0.
Dalam suatu sistem, besaran G(j ) sama dengan Kp pada frekuensi rendah, atau
dB
-20 dB/dekade
20 log K p
-40 dB/dekade
lim G(j ) Kp
0
Hal ini berarti asimtot frekuensi rendah berupa garis harizontal yang terletak pada 20
log Kp dB.
dB 20 dB / dekade
20 log K v
0 3 1 Kv
2 dalam ska la log
1
- 40 dB / dekade
Perpotongan dari segmen keadaan mula -20 dB/dekade (atau perpanjangannya) dengan
garis 0 dB mempunyai suatu frekuensi yang besarnya sama dengan Kv. Untuk melihat
hal ini, definisikan frekuensi pada perpotongan ini sebagai 1, maka
Kv
=1 atau Kv 1
j
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 199
____________________________________________________________________________
dB
- 40 dB / dekade
60 dB / dekade
20log K a
20 dB / dekade
0 a Ka
1 dalam ska la log
Ka
20 log = 20 log 1 = 0
(j ) 2
Ka
1
(j ) 2
2
Ka a
sehingga a Ka
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 200
____________________________________________________________________________
Contoh 7-2
Diberikan fungsi alih sistem
25
G (s) 2
s 4s 25
Gambarkan diagram Bodenya untuk fungsi alih di atas.
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 201
____________________________________________________________________________
Jawab :
Program MATLAB :
num=[0 0 25];
den=[1 4 25];
bode(num,den)
subplot(2,1,1);
title(Diagram bode dari G(s) = 25/(s^2+42+25))
25
Gambar 7-11: Diagram Bode dari G(s) 2 .
s 4s 25
Contoh 7-3
Diberikan fungsi alih lup terbuka suatu sistem adalah
9(s2 0,2s 1)
G (s)
s(s2 1,2s 9)
Gambarkan diagram Bodenya.
Jawab :
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 202
____________________________________________________________________________
Program MATLAB :
num=[ 0 9 1.8 9];
den=[ 1 1.2 9 0];
bode(num,den)
subplot(2,1,1);
title(Diagram Bode dari G(s) = 9(s^2+0,2s+1)/[s(s^2+1,2s+9)]
Diagram Bode yang dihasilkan secara otomatis akan mempunyai rentang frekuensi 0,1
rad/dtk sampai 10 rad/dtk.
9(s2 0,2s 1)
Gambar 7-12: Diagram Bode dari G(s) .
s(s2 1,2s 9)
Jika diinginkan gambar diagram Bode dari 0,1 rad/dtk sampai 1000 rad/dtk, masukkan
perintah
w=logspace(-2,3,100)
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 203
____________________________________________________________________________
Perintah ini menghasilkan 100 titik logaritmis yang sama di antara 0,01 rad/dtk dan 100
rad/dtk.
9(s2 0,2s 1)
Gambar 7-13: Diagram Bode dari G(s) .
s(s2 1,2s 9)
Program MATLAB-nya :
num=[ 0 9 1.8 9];
den=[ 1 1.2 9 0];
w=logspace(-2,3,100);
bode(num,den,w)
subplot(2,1,1);
title(Diagram Bode dari G(s) = 9(s^2+0,2s+1)/[s(s^2+1,2s+9)]
kemudian rentang frekuensi ditentukan, tetapi rentang besaran dan rentang sudut fasa
secara otomatis akan ditentukan.
Untuk rentang besaran dan rentang sudut fasa tertentu, gunakan perintah
[mag,phase,] = bode(num,den,w)
Matriks mag dan phase berisi besaran dan sudut fasa tanggapan frekuensi yang
dievaluasi pada titik-titik frekuensi yang ditentukan. Sudut fasa dikembalikan ke dalam
satuan derajat. Besaran dapat dikonversikan ke desibel dengan pernyataan
magdB=20*log(mag)
Jadi diagram polar adalah tempat kedudukan vektor G(j ) G(j ) jika diubah dari 0
sampai . Dalam diagram polar, sudut fasa positif (negatif) diukur berlawanan arah
dengan arah jarum jam (searah dengan arah jarum jam) dari sumbu riel positif. Diagram
polar sering disebut diagram Nyquist. Gambar 7-11 berikut merupakan contoh diagram
polar.
Im
Re G(j )
2 Re
G(j )
Im G(j )
G(j )
1
0
Setiap titik pada diagram polar dari G(j ) merupakan titik terminal dari vektor
untuk harga tertentu. Proyeksi G(j ) pada sumbu nyata dan sumbu khayal adalah
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 205
____________________________________________________________________________
komponen nyata dan komponen khayal G(j ). Untuk menggambar diagram polar, baik
besaran G(j ) maupun sudut fasa G(j ) harus dihitung secara langsung untuk setiap
mendapatkan G(j ) dan G(j ) secara teliti untuk harga yang berubah dalam
1
7.3.1 Faktor Integral Dan Derivatif (j )
1
Diagram polar dari G( j ) = adalah sumbu khayal negatif, karena
j
1 1 1
G( j ) j 900
j
Diagram polar dari G( j ) = j adalah sumbu khayal positif
G( j ) j 900
1
7.3.2 Faktor Orde Pertama 1 + j T
Untuk fungsi alih sinusoidal,
1 1 1
G(j ) tan T
1 j T 1 2
T 2
1
Harga G(j ) pada = 0 dan = , masing-masing adalah
T
1 1
G(j0) 1 00 dan G(j ) 450
T 2
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 206
____________________________________________________________________________
Jika menuju ,maka besaran G(j ) menuju 0 dan sudut fasa mendekati - 90 0 .
Diagram polar dari fungsi alih ini adalah setengah lingkaran jika frekuensi diubah dari 0
sampai ,seperti terlihat pada gambar berikut. Pusat terletak di 0,5 pada sumbu nyata
dan jari-jarinya =0,5.
Im
1
2
1 T2
1
G(j ) 0
T
=
T 0 0,5 Re
2 2
1 T
1
G(j ) T=1
T
1
Gambar 7-15: Diagram polar dari .
1 j T
Jadi, pada bidang X-Y, G(j ) berupa lingkaran dengan pusat di X = , Y = 0 dan jari-
jari , seperti diperlihatkan gambar berikut. Lingkaran bagian bawah berkaitan dengan
0 , sedangkan lingkaran bagian atas berkaitan dengan - 0.
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 207
____________________________________________________________________________
1
0 0,5
0 X
0
Diagram polar dan fungsi alih 1 + j T berupa garis lurus melalui titik (1,0)
dalam bidang kompleks dan paralel dengan sumber imajiner, seperti yang terlihat pada
gambar berikut.
Im
0 Re
2 1
Diagram polar fungsi alih sinusoidal dimulai dari 1 00 dan berakhir pada 0 -1800 jika
membesar dari 0 menuju . Jadi bagian frekuensi tinggi dari G(j ) menyinggung
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 208
____________________________________________________________________________
sumbu riel negatif. Harga-harga G(j ) dalam rentang frekuensi yang diinginkan dapat
dihitung secara langsung, atau dengan menggunakan diagram Bode, atau dengan
menggunakan MATLAB.
Contoh diagram polar dari fungsi alih yang diperhatikan, seperti yang terlihat
pada gambar berikut. Bentuk eksak dari suatu diagram polar tergantung dari harga rasio
redaman , tetapi bentuk umum dari diagram sama, baik untuk keadaan kurang teredam
(1> >0) dan terlalu diredam ( >1).
1
Gambar 7-18: Diagram polar dari G(j ) 2
; >0
1 2 j j
n n
Im
0 1 Re
Bentuk umum bagian frekuensi rendah diagram polar dari sistem tipe 0, tipe 1,
dan tipe 2 terlihat pada gambar berikut.
Gambar 7-20: Diagram polar dari sistem tipe 0, tipe 1, dan tipe 2.
Terlihat bahwa jika derajat polinomial penyebut dari G(j ) lebih besar dari derajat
polinomial pembilangnya, maka tempat kedudukan G(j ) konvergen ke titik pusat (0,0)
searah dengan arah jarum jam. Pada = , tempat kedudukan menyinggung salah salah
satu sumbu.
Bentuk kurva diagram polar yang rumit disebabkan oleh dinamika
pembilangnya, yaitu konstanta waktu dalam pembilang dari fungsi alih.
Gambar 7-21: Diagram polar dari fungsi alih dengan dinamika pembilang.
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 211
____________________________________________________________________________
Dalam analisis sistem kendali, diagram polar dari G(j ) pada rentang frekuensi yang
diinginkan harus ditentukan secara teliti.
Contoh 7-4 :
5
Penguatan lup terbuka G( j ) H( j )
j (0,6 j 1)(0,1j 1)
untuk
5
G(j )H(j ) 90 0
j
5
G(j )H(j ) 0 270 0
(j )3 0,06
Lalu digambarkan seperti berikut
270 0
180 0 00
-1
0,433
( 4)
90 0
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 212
____________________________________________________________________________
Perpotongan dengan garis -1800 (dicari dengan cara coba-coba), yaitu pada
tertentu, dalam hal ini pada = 4 rad/dtk.
5
G( j ) H( j )
4 j(2,4 j 1)(0,4 j 1)
5
2 2 2 2
0,433 180 0
4( 2,4 1 )( 0,4 1 )
c. Cara pemetaan
Untuk menggambarkan G(s)H(s) dengan pemetaan dari bidang s ke bidang GH
(koordinat bola). Diperlukan kurva yang lengkap, termasuk frekuensi kompleks dan
negatif. Mes kipun demikian, cara ini tidak teliti.
[re,im,w] = nyquist(num,den)
atau
[re,im,w] = nyquist(num,den,w)
MATLAB mengembalikan tanggapan frekuensi sistem dalam matriks re, im, dan w.
Tidak terdapat diagram pada layar. Matriks re dan im berisi bagian riel dan imajiner dari
tanggapan frekuensi sistem yang dievaluasi pada titik-titik frekuensi tertentu dalam
vektor w. Perhatikan bahwa re dan im mempunyai banyak kolom sebagai keluaran dan
satu baris untuk setiap elemen dalam w.
Contoh 7-5
Diberikan fungsi alih lup terbuka dari sistem adalah
1
G(s) 2
s 0,8s 1
Gambarkan diagram Nyquist-nya dengan MATLAB.
Jawab :
Karena sistem diberikan dalam bentuk fungsi alih, perintah
nyquist(num,den)
dapat digunakan untuk menggambar suatu diagram Nyquist.
Program MATLABnya :
num=[0 0 1];
den=[ 1 1.8 1];
nyquist(num,den)
grid
title(Diagram Nyquist dari G(s) = 1/(s^2+0,8s+1))
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 214
____________________________________________________________________________
1
Gambar 7-22: Diagram Nyquist dari G(s) 2
s 0,8s 1
1
Gambar 7-23: Diagram Nyquist dari G(s) 2
untuk rentang -2 hingga +2
s 0,8s 1
Gambar 7-24 menunjukkan hasil pemetaan tersebut untuk beberapa kasus. Beberapa
catatan yang dapat diambil dari Gambar 7-24 adalah sebagai berikut:
1. Bila ada n pole dikelilingi oleh kurva tertutup bidang-s, maka titik asal akan
dikelilingi n kali berlawanan arah jarum jam pada di bidang F(s).
2. Bila ada pole dan zero dengan jumlah sama pada kurva tertutup di bidang -s,
maka kurva tertutup di bidang F(s) tak mengelilingi titik asal.
3. Bila ada zero yang dilingkupi oleh kurva tertutup di-bidang-s, maka kurva
tertutup pada bidang F(s) nya akan mengelilingi titik asal searah jarum jam
sebanyak jumlah zero tersebut.
4. Bila kurva tertutup di bidang-s tak mencakup pole atau zero, maka kurva
pemetaannya di bidang F(s) tak mengelilingi titik asal pula.
5. Pemetaan dari bidang-s ke bidang F(s) merupakan pemetaan 1-1, sebaliknya
tidak.
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 217
____________________________________________________________________________
Secara umum, persamaan karakteristik suatu sistem kendali dapat dinyatakan sbb:
p( s)
F ( s)
q ( s)
Bila P = jumlah pole F(s) yang terletak di dalam beberapa lintasan tertutup dibidang-s,
dan Z = jumlah zero F(s) yang terletak di dalam beberapa lintasan tertutup di bidang-s,
dengan lintasan-lintasan tersebut tidak melalui pole-pole / zero-zero tersebut. Apabila
lintasan-lintasan pada bidang-s tersebut dipetakan pada bidang F(s), maka jumlah total
N lintasan tertutup di bidang F(s) yang mengelilingi titik asal searah jarum jam = Z - P.
Lintasan tertutup pada bidang-s mencakup semua bidang sebelah kanan (disebut
lintasan Nyquist) sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7-25.
Semua pole dan zero 1 + G(s) H(s) yang memiliki bagian nyata positip tercakup
pada lintasan Nyquist.
Sistem stabil bila tak ada akar-akar persamaan karakteristik 1+G(s)H(s) = 0, atau
pole-pole loop tertutup didalam lintasan Nyquist.
ditunjukkan pada Gambar 7-26. Dengan demikian, pengelilingan titik asal pada kurva [1
+ G(j ) H(j )] berubah menjadi pengelilingan titik -1 + j0 pada kurva G(j ) H(j ).
Berikut ini adalah kriteria kestabilan Nyquist untuk kasus G(s)H(s) tak memiliki
pole/zero pada sumbu maya j . Bila fungsi alih loop terbuka G(s)H(s) memiliki k pole
Dengan demikian, sistem stabil bila Z = 0. Hal ini dapat terjadi apabila:
1. P = 0 dan N = 0
2. Bila P 0, maka N = -P
Pada kasus pertama, sistem yang tak memiliki pole dan zero loop terbuka yang terletak
disebelah kanan bidang-s (disebut sistem fasa minimum) akan stabil bila kurva Nyquist
pada bidang G(j )H(j ) tak mengelilingi titik 1+j0. Sedang pada kasus kedua, yaitu
untuk sistem yang memiliki P pole dan /atau zero loop terbuka yang terletak disebelah
kanan bidang-s (disebut sistem fasa non minimum) akan stabil bila kurva Nyquist pada
bidang G(j )H(j ) mengelilingi titik 1+j0 berlawanan arah jarum jam sebanyak P
kali.
Pada sistem yang memiliki beberapa loop, maka kestabilannya harus dianalisis
secara hati-hati mengingat sistem tersebut mungkin memiliki pole-pole yang terletak
disebelah kanan bidang-s. Perlu dicatat bahwa meskipun sistem loop dalamnya tidak
stabil, dengan perancangan yang sesuai sistem keseluruhan dapat stabil. Inspeksi
pengelilingan titik 1 + j0 oleh kurva G(j )H(j ) tidak cukup untuk melacak ketidak
stabilan pada sistem loop banyak. Dalam kasus ini, kestabilan lebih mudah diuji dengan
kriteria Routh.
Bila ada fungsi transendental (misal e-Ts) pada G(s)H(s), dekati fungsi tersebut
dengan 2 suku pertama deret sebagai berikut:
Ts (Ts ) 2 (Ts )3 Ts
1 1
Ts 2 8 48 Ts 2 2 Ts (7-7)
e e
Ts (Ts ) 2 (Ts )3 Ts 2 Ts
1 1
2 8 48 2
Bila kurva G(j )H(j ) melalui titik 1+j0, hal ini menunjukkan ada pole-pole loop
tertutup pada sumbu j , sehingga sistem akan berosilasi. Disamping itu, lintasan
Nyquist tak boleh melalui pole/zero 1+G(s)H(s).
Bila ada pole atau zero G(s)H(s) dititik asal (pada bidang-s), maka lintasan Nyquist
harus tidak mencakupnya seperti terlihat pada Gambar 7-27.
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 221
____________________________________________________________________________
.
Gambar 7-27: Kurva Nyquist tidak melintasi pole / zero loop terbuka pada titik asal
Contoh 7-6:
Tentukan kestabilan sistem yang memiliki fungsi alih lup terbuka:
k
GsH s
ss 1
Jawab:
Pemetaan s ej ; 0
dengan ; 90o sampai 90o , maka
k k
G ej H ej e j
ej
(setengah lingkaran dengan jari-jari ~ dan bermula dari +900 hingga -900)
Contoh 7- 7:
Jawab:
diperoleh :
lim k
GsH s e j2
s te j 2
Terlihat dari Gambar 7-29 bahwa : N=2, P=2, sehingga Z=2 yang menunjukkan
adanya 2 pole lup tertutup sistem berada didaerah tak stabil pada bidang s.
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 223
____________________________________________________________________________
Contoh 7-8:
Analisislah kestabilan sistem yang memiliki fungsi alih lup terbuka berikut ini.
Gambar 7-30: Kurva Nyquist sistem pada Contoh 7-8 pada bidang GH
Contoh 7-9:
Analisislah kestabilan sistem yang memiliki fungsi alih lup terbuka berikut ini.
Gambar 7-31: Kurva Nyquist sistem pada Contoh 7-9 pada bidang GH
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 224
____________________________________________________________________________
Contoh 7-10:
Analisislah kestabilan sistem yang memiliki fungsi alih lup terbuka berikut ini.
Gambar 7-32: Kurva Nyquist sistem pada Contoh 7-10 pada bidang GH
Contoh 7-11:
Analisislah kestabilan sistem yang memiliki fungsi alih lup terbuka berikut ini.
Gambar 7-33: Kurva Nyquist sistem pada Contoh 7-11 pada bidang GH.
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 225
____________________________________________________________________________
Contoh 7-12:
Analisislah kestabilan sistem yang memiliki fungsi alih lup terbuka berikut ini.
Gambar 7-34: Kurva Nyquist sistem pada Contoh 7-12 pada bidang GH
Contoh 7-13:
Analisislah kestabilan sistem yang memiliki fungsi alih lup terbuka berikut ini.
10
G(s) H(s)
s(s 2)(s 3)
270 0
sistem stabil
180 0 1 0 00
90 0
10
Gambar 7-35: Kurva Nyquist sistem untuk G(s) H(s) pada bidang GH
s(s 2)(s 3)
100
Bila penguatan lup terbukanya diperbesar 10 kali, maka G(s) H(s) .
s(s 2)(s 3)
Terlihat pada Gambar 7-36 bahwa sistem tersebut masih stabil.
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 226
____________________________________________________________________________
270 0
180 0 1 0 00
sistem stabil
90 0
100
Gambar 7-36: Kurva Nyquist sistem untuk G(s) H(s) pada bidang GH
s(s 2)(s 3)
500
Bila penguatan lup terbukanya diperbesar 50 kali, maka G(s) H(s) .
s(s 2)(s 3)
Terlihat pada Gambar 7-37 bahwa sistem tersebut tidak stabil.
270 0
sistem tidak
stabil
180 0 1 0 00
90 0
500
Gambar 7-37: Kurva Nyquist sistem untuk G(s) H(s) pada bidang GH
s(s 2)(s 3)
K
Jadi untuk G(s) H(s) sistemnya akan stabil bersyarat (conditionally
s(s 2)(s 3)
stable).
sumbu maya pada bidang-s. Dengan kata lain, sumbu maya merupakan batas antara
stabil dan tidak stabil.
Pada kawasan frekuensi, syarat kestabilan dapat diturunkan dari persamaan
karakteristik sistem balikan satuan [1 + G(j )=0 atau G(j )= -1], dengan G(j ) adalah
elemen maju. Persamaan kompleks ini selanjutnya dapat dipecah menjadi persamaan
untuk magnitude dan untuk sudut fasa. Dari persamaan untuk magnitude selanjutnya
diturunkan konsep margin penguatan dan margin fasa diturunkan dari persamaan kedua.
Konsep kestabilan akan lebih mudah dipahami setelah memahami pengertian margin
fasa dan margin penguatan.
Dari gambar berikut terlihat bahwa dalam diagram polar sebuah garis harus
digambar dari pusat ke titik di mana lingkaran satuan berpotongan dengan diagram
G(j ). Sudut dari sumbu riel negatif ke garis ini adalah margin fasa. Margin fasa positif
untuk > 0 dan negatif untuk < 0. Untuk sistem fasa minimum (tidak terdapat pole
atau zero di kanan sumbu khayal bidang s) yang stabil, margin fasa harus positif. Dalam
diagram logaritmik, titik kritis dalam bidang kompleks berkaitan dengan garis 0 dB dan
-1800.
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 228
____________________________________________________________________________
G dB G dB
margin penguatan margin penguatan
positif negatif
0 log 0 log
0 0
90 0 90 0
180 0 180 0
log log
270 0 270 0
margin fasa
margin fasa positif negatif
Im Im
Bidang G Bidang G
margin
margin fasa
penguatan
negatif
positif 1
Kg 1
1
-1 Re -1
Re
margin 1
fasa positif Kg
G( j ) margin
G( j ) penguatan
negatif
Margin fasa yang diekspresikan dalam desibel, positif jika Kg > 1 dan negatif jika Kg <
1. Jadi suatu margin fasa positif (dalam desibel) berarti sistem stabil, dan margin fasa
negatif (dalam desibel) berarti sistem tidak stabil.
Sistem stabil dalam fasa minimum ditunjukkan oleh margin penguatannya, yaitu
seberapa besar penguatan dapat dinaikkan sebelum sistem menjadi tidak stabil. Sistem
tidak stabil ditunjukkan oleh seberapa besar penguatan yang harus diturunkan agar
sistem menjadi stabil.
Im
-
-1+j0 O
P Re
G( j )
Perbandingan dari vektor OA dan PA adalah tanggapan frekuensi lup tertutup untuk
nilai pada titik yang bersangkutan.
OA G( j 1 ) C( j 1)
(7-10)
PA 1 G( j 1 ) R( j 1)
Hal ini memperlihatkan bahwa setiap titik pada bidang G(j ) terhubung ke suatu nilai
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 230
____________________________________________________________________________
C( j )
tertentu.
R( j )
Besaran tanggapan frekuensi lup tertutup didefinisikan sebagai M dan sudut fasanya ,
C( j )
sehingga Mej .
R( j )
X jY
M=
1 X jY
dan M 2 adalah
X2 Y2
M2 2
1 X Y2
sehingga
X2 1 M 2 2M 2 X M 2 1 M2 Y2 0 ......... (7-11)
1
Jika M = 1, maka dari persamaan (7-11) didapat X . Persamaan ini adalah
2
1
persamaan garis yang paralel dengan sumbu Y dan melalui titik ,0 . Jika M 1,
2
persamaan (7-11) dapat dituliskan sebagai
2M 2 M2
X2 X Y2 0
M2 1 M2 1
M2
Bila pada kedua sisinya ditambahkan , didapat
(M 2 1) 2
2 2M 2 M2 M2 M2
X X Y2
M2 1 2
M 1 (M 2 1) 2 (M 2 1) 2
sehingga
2
M2 M2
X Y2 ........................................ (7-12)
M2 1 (M 2 1) 2
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 231
____________________________________________________________________________
M2
Persamaan (7-12) merupakan persamaan lingkaran yang berpusat di X= dan
M2 1
M
Y=0, dengan jari-jari .
M2 1
Tempat kedudukan konstanta M pada bidang G(s) adalah sekumpulan lingkaran.
Titik pusat dan jari-jarinya untuk suatu M tertentu dapat ditentukan dapat dengan
mudah.
1 X 1 Y
tan tan
Y 1 X
Jika didefinisikan tan =N
maka
1 Y 1 Y
N tan tan tan
X 1 X
Bab 7: Tanggapan Frekuensi 232
____________________________________________________________________________
karena
tan A tan B
tan(A B)
1 tan A tan B
maka diperoleh
Y Y
X 1 X Y
N 2
Y Y X X Y2
1
X 1 X
atau
1
X2 X Y2 Y 0
N
2
1 1
Tambahkan pada kedua sisinya sehingga diperoleh
4 2N
2 2 2
1 1 1 1
X Y .. (7-13)
2 2N 4 2N
Persamaan (7-13) merupakan persamaan lingkaran yang berpusat di
2
1 1 1 1
X dan Y dengan jari-jari
2 2N 4 2N