Anda di halaman 1dari 20

Bimbingan Antisipasi dan

Pencegahan Kecelakaan

Muslimin L. Lembaano
Akper Pemda Kolaka
2008
Pokok Bahasan

 Kecendrungan kecelakaan pada anak


todler
 Upaya pencegahan terhadap
kecelakaan di rumah
 Toilet training
 Pendidikan kesehatan pada orang
tua
Selayang Pandang

Perawat  tugas dan t. jawab pada orang


tua anak untuk memahami tumbang dan
mempertahankan serta meningkatkan
kesehatan anak

Bimbingan antisipasi (anticipatory


guidance)  bantuan perawat terhadap
orang tua anak dalam mempertahankan
dan meningkatkan kesehatan melalui
upaya gizi yang adekuat, pencegahan
kecelakaan, dan supervisi kesehatan
(Marlow, 1988)
Tumbang anak  karakteristik yang khas
dan memerlukan kecermatan gua
mengenali sehingga dapat mencegah
terjadinya kecelakaan

Latihan berkemih dan defekasi penting


dilakukan pada usia todler  dapat
mengontrol sfingter anus dan sfingter
uretra
Kecendrungan kecelakaan
pada anak todler
 Kecelakaan mengakibatkan kondisi fatal
pada anak  kematian

* Tertabrak mototr/mobil
* Luka bakar
* Keracunan
* Jatuh
* Tenggelam, dll
 Aktifitas yang khas pada usia todler 
tidak bisa diam dan mobilisasi(akselerasi)
terus
 Kecenderungan kecelakaan pada anak usia
todler adalah :
* Sedang mengembangkan keterampilan
motorik kasarnya  bergerak terus,
berlari, berjinjit, naik-turun tangga,
mainan, naik sepeda, dll

 Anak usia ini mengalami peningkatan


motorik halus ketika semakin terampil
menggenggam sesuatu, membuka dan
menutup botol, lemari yang tidak terkunci,
jendela dan pintu, melempar dan
memegang benda-benda kecil
 Sehingga mereka belum mengetahui
bahaya akibat eksplorasi motorik halus
dan motorik kasarnya yang
membahayakan dan mengancam dirinya

 Usia todler rasa ingin tahu yang besar,


senang mencoba dan melakukan sesuatu
yang belum dikenalnya

 Ia tertarik untuk selalu mencoba


 Anak laki-laki lebih berpotensi mengalami
kecelakaan daripada perempuan  aktif
bergerak

 Anak tidak dijaga waktu bermain ketika


orang tua sedang bekerja, sibuk dengan
kegiatan lain, letih atau merasa ada orang
lain yang menjaganya

 Resiko kecelakaan akan lebih besar ketika


anak lapar dan lelah
 Anak merasa asing dengan lingkungan
atau orang yang menjaganya

 Anak belum tahu dan berpengalaman


dalam upaya melindungi diri dari bahaya
kecelakaan
 Penyebab dan type cedera bergantung
tahap tumbang anak :
* Anak kecil belum tahu dan
kurang berpengalaman dalam
melindungi diri dari kecelakaan
* Bayi tidur ditinggal sendiri
* Anak belum dapat membaca
tidak mengetahui bahaya obat atau
zat yang ditemuinya
Upaya pencegahan terhadap
kecelakaan di rumah

Orang tua harus diajak berpikir


tentang kemungkinan adanya bahaya
di lingkungan rumah. Bahaya umum
yang terjadi adalah :
 Lantai rumah licin dan basah

 Rumah dengan tangga curam dan tidak

ada pegangan
 Alat makan dan minum yang terbuat dari

bahan mudah pecah


 Penyimpanan obat dan zat berbahaya
lainnya terbuka dan membahayakan anak
 Adanya sumur yang terbuka
 Adanya parit di depan atau samping
rumah
 Rumah yang terletak di pinggir jalan raya
 Kompor atau alat masak yang letaknya
dapat dijangkau anak
 Kabel listrik yang berantakan dan panjang
 Stok kontak yang tidak tertutup,
penasaran ingin dipegang dan
mencoloknya dengan tangan atau benda
lainnya
Upaya yang dapat dilakukan
orang tua di rumah
 Benda tajam untuk memasak dan
berkebun dapat disimpan dalam laci yang
dikunci
 Benda-benda kecil (manik-manik,
perhiasan, jarum, mainan kecil, alat tulis
 Amankan kompor dan berikan penutup
yang aman
 Jaga lantai rumah selalu bersih dan kering
 Apabila ada tangga, pasang pintu di
bagian bawah atau atas tangga dan jaga
anak apabila akan naik atau turun tangga.
 Sekring listrik harus tertutup dan atur kabel supaya
tidak terlalu
 Apabila ada parit di samping atau depan rumah, tutup
dengan papan atau di semen
 Bagi rumah letaknya ditepi jalan raya, sebaiknya ada
pintu pagar yang harus selalu terkunci rapat
 Apabila rumah menggunakan sumber air dengan
sumur gali, buat selongsongnya lalu tutup dengan
papan/kayu atau besi yang tidak dapat dibuka anak
 Bayi yang ditidurkan jangan ditinggal tanpa dipasang
pengaman pada pinggir tempat tidur.
 Pengertian
* Latihan berkemih dan defekasi
merupakan tugas perkembangan
anak usia todler.
* usia 1 – 3 tahun kemampuan
sfingter uretra mengontrol rasa
ingin berkemih dan sfingter ani
untuk mengontrol rasa ingin defekasi
mulai berkembang (Wong, 200)
Latihan mengontrol
berkemih dan berkemih
 dan defekasi
Gunakan pot kecil yangpada anakanak
bisa diduduki
apabia ada
 Langsung ketoilet
 Pada jam tertentu secara reguler
 Selama latihan orang tua mengawasi anak
berkemih atau defekasi
 Kenakan pakaian anak yang mudah untuk
dibuka
 Kesiapan Fisik
 Usia telah mencapai 18 sampai 24 bulan
 Dapat duduk atau jongkok kurang lebih 2 jam
 Ada gerakan usus yang reguler
 Kemampuan motorik kasar (duduk, jalan)
 Kemampuan otorik halus (membuka baju)
 Kesiapan Mental
Mengenal rasa yang datang tiba-tiba
Komunikasi secara verbal dan nonverbal jika
merasa ingin berkemih dan defekasi
Keterampilan kognitif untuk mengikuti perintah
dan meniru perilaku orang lain
 Kesiapan Psikologis
Duduk atau jongkok di toilet selama 5 – 10
menit tanpa berdiri dulu
 Mempunyai rasa penasaran at ingin tahu terhadap
kebiasaan orang dewasa dalam buang air
 Tidak betah dengan kondisi basah dan adanya benda
padat di celana, dan ingin segera buang air
 Kesiapan Orang Tua
 Mengenal tingkat kesiapan anak untuk berkemih dan
defekasi
 Ada keinginan untuk meluangkan waktu untuk
membantu anak berkemih dan defekasi
 Tidak mengalami konflik atau stres keluarga yang
berarti (cerai, konflik, dll)
 Dilakukan secara individual atau berkelompok
(Suliha dkk, 2002)
1. Diberikan sesuai kebutuhan spesifik klien
2. Penkes yang diberikan bersifat menyeluruh
3. Harus terjadi interaksi timbal-balik
4. Penkes diberikan sesuai usia klien menerimanya
5. Proses penkes memperhatikan prinsip belajar
dan
mengajar
6. Perubahan perilaku pada orang tua menjadi
tujuan
utama

Anda mungkin juga menyukai