Anda di halaman 1dari 29

TRANSFER PASIEN

Oleh
Dr. Heri Sutanto, Sp.PD
I. Latar Belakang

• Transfer pasien dapat dilakukan apabila


kondisi pasien layak untuk di transfer.
• koordinasi dan komunikasi pra transportasi
pasien,
• menentukan SDM yang akan mendampingi
pasien, menyiapkan peralatan yang disertakan
saat transfer dan monitoring pasien selama
transfer.
II. Pengertian Transfer

• Transfer pasien adalah memindahkan pasien


dari satu ruangan keruang perawatan/ ruang
tindakan lain didalam rumah sakit (intra
rumah sakit) atau memindahkan pasien dari
satu rumah sakit ke rumah sakit lain (antar
rumah sakit).
III. Tujuan

• Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan


secara profesional dan berdedikasi tinggi.
• Agar proses transfer/ pemindahan pasien
berlangsung dengan aman, lancar dan dalam
pelaksanaannya memperhatikan keselamatan
pasien serta sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan
IV. Ruang Lingkup

• Transfer pasien didalam rumah sakit terdiri dari:


• Transfer pasien dari IGD ke IRNA,IPU, ICU, Kamar
Operasi
• Transfer pasien dari IRJ ke IRNA, ICU, Kamar
Operasi
• Transfer pasien dari IRNA ke ICU, Kamar Operasi
• Transfer pasien dari ICU ke IRNA, Kamar Operasi
• Transfer pasien dari Kamar Operasi ke IRNA, ICU
• Transfer pasien dari IGD, IRNA, ICU ke Ruang
Radiologi, Endoscopi
Transfer pasien antar rumah sakit
terdiri dari:

• Transfer pasien dari RS Marsudi Waluyo ke RS


lain atau sebaliknya
• Transfer pasien dari RS Marsudi Waluyo ke
rumah pasien atau sebaliknya
V. Pengaturan Transfer

• RSUD Dr. Saiful Anwar Malang memiliki suatu


tim transfer yang kompeten terdiri dari
dokter, perawat, petugas ambulan dan
petugas lain bila diperlukan. DPJP berwenang
untuk memutuskan metode transfer mana
yang akan dipilih.
metode transfer yang ada di RSUD Dr. Saiful
Anwar Malang :
– LayananTransfer Pasien Tidak Gawat Darurat
– Layanan Tranfer Pasian Gawat Darurat
– Layanan Transfer pasien antar Rumah Sakit
• DPJP dan tim transfer pasien harus siap sedia
24 jam untuk mengatur dan mengawasi
seluruh kegiatan transfer pasien intra dan
antar-rumah sakit
VI. Keputusan Melakukan Transfer

• Transfer untuk penanganan dan perawatan


spesialistik lebih lanjut
• Transfer antar rumah sakit untuk alasan non-
medis
• Repatriasi / Pemulangan Kembali
VII. Stabilisasi sebelum transfer

• Hal yang penting untuk dilakukan sebelum


transfer:
– Amankan patensi jalan napas
– Analisis gas darah harus dilakukan pada pasien
yang menggunakan ventilator portabel.
– Pada pasien yang tidak stabil diperlukan jalur vena
yang adekuat (minimal 2 kanula perifer atau
sentral).
– Pengukuran tekanan darah invasif yangterus-
menerus merupakan teknik terbaik untuk
memantau tekanan darah pasien selama proses
transfer berlangsung.
– Jika terdapat pneumotoraks, selang drainase dada
(Water-Sealed Drainage-WSD) harus terpasang
dan tidak boleh diklem.
– Pasang kateter urin dan nasogastric tube (NGT),
jika diperlukan
– Pemberian terapi /tatalaksana tidak boleh ditunda
saat menunggu pelaksanaan transfer
• Unit/ rumah sakit yang dituju dapat
memberikan saran mengenai penanganan
segera / resusitasi yang perlu dilakukan
terhadap pasien pada situasi-situasi khusus,
namun tanggung jawab tetap pada tim
transfer.
• Seluruh peralatan dan obat-obatan harus
dicek ulang oleh petugas transfer.
• Gunakanlah daftar persiapan transfer pasien
(lampiran 1) untuk memastikan bahwa semua
persiapan yang diperlukan telah lengkap.
Pendampingan Pasien Selama
Transfer
• Pasien sakit berat / kritis harus didampingi
oleh minimal 2 orang tenaga medis.
• Kebutuhan akan jumlah tenaga medis /
petugas yang mendampingi pasien
bergantung pada kondisi / situasi klinis dari
tiap kasus (tingkat / derajat beratnya penyakit
/ kondisi pasien).
• DPJP bertugas untuk membuat keputusan
dalam menentukan tim transfer yang harus
mendampingi pasien selama transfer.
• Berikut ini adalah pasien-pasien yang tidak
memerlukan pendampingan DPJPselama
proses transfer antar-rumah sakit
berlangsung.
– Pasien yang dapat mempertahankan patensi jalan
napasnya dengan baik dan tidak membutuhkan
bantuan ventilator / oksigenasi
– Pasien dengan perintah ‘Do Not Resuscitate’
(DNR)
panduan perlu atau tidaknya dilakukan transfer
berdasarkan tingkat / derajat kebutuhan
perawatan pasien kritis
– Derajat 0:
• Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang
rawat biasa di unit/ rumah sakit yang dituju, tidak perlu
didampingi oleh dokter atau perawat selama transfer cukup
didampingi petugas yang telah bersertifikat.
– Derajat 1:
• Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang
sebelumnya menjalani perawatan di High Care Unit (HCU);
di mana membutuhkan perawatan di ruang rawat biasa
dengan saran dan dukungan tambahan dari tim perawatan
kritis; dapat didampingi oleh perawat, petugas ambulan,
dan atau dokter (selama transfer).
– Derajat 2:
• Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat,
termasuk penanganan kegagalan satu sistem organ atau
perawatan pasca-operasi, dan pasien yang sebelumnya
dirawat di HCU; harus didampingi oleh petugas yang
kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokteratau
perawat).
– Derajat 3:
• Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut
(advanced respiratory support) atau bantuan pernapasan
dasar (basic respiratory support) dengan dukungan / bantuan
pada minimal 2 sistem organ, termasuk pasien-pasien yang
membutuhkan penanganan kegagalan multi-organ; harus
didampingi oleh petugas yang kompeten, terlatih, dan
berpengalaman(dokter dan perawat).
IX. Kompetensi SDM untuk transfer intra RSUD
Dr. Saiful Anwar Malang
Petugas pendamping keterampilan yang
Pasien (minimal) dibutuhkan Peralatan Utama

Derajat 0 Petugas Keamanan/ Bantuan hidup dasar Kursi roda/ brankart


pekarya
Derajat 0,5 (orang Petugas Keamanan/ Bantuan hidup dasar Kursi roda/ brankart
tua/delirium) pekarya
Derajat 1 Perawat dan atau  Bantuan hidup -Stretcher, marlib,
dokteryang dasar brankart, tempat tidur
berpengalaman (sesuai  Pelatihan transfer roda
dengan kebutuhan -K/p Ambulan 119 ,
pasien) dengan fasilitas :
 Oksigen set
 Suction
 Tiang infus portabel
 Pompa infus
dengan baterai
 Oksimetri
Petugas pendamping keterampilan yang
Pasien (minimal) dibutuhkan Peralatan Utama

Derajat 2 Tim Dokter dan Perawat  Bantuan hidup dasar  Semua peralatan
(sesuai dengan kebutuhan  Pelatihan transfer di atas, ditambah;
pasien)  Bantuan Hidup Lanjut  Monitor EKG dan
 Pengalaman kerja tekanan darah
Intensive Care minimal  Defibrillator
1 tahun
Derajat 3 Tim Dokter, perawat, dan •Bantuan hidup dasar  Monitor portabel
Petugas keamanan •Pelatihan transfer yang lengkap
•Bantuan Hidup Lanjut  Ventilator dan
•Pengalaman kerja peralatan transfer
Intensive Care minimal 1 yang memenuhi
tahun standar minimal.
Kompetensi SDM untuk transfer antar rumah sakit
Petugas keterampilan yang Peralatan Utama dan
Pasien pendamping dibutuhkan Jenis Kendaraan
(minimal)
Derajat 0 petugas ambulan Bantuan Hidup Dasar(BHD) Ambulan Transportasi
Derajat 0,5 petugas ambulan  Bantuan Hidup Dasar Ambulan Transportasi
(orang dan paramedic (BHD)
tua/delirium)  Pelatihan Transfer Pasien
Derajat 1 Petugas ambulan  BLS / BHD  Ambulan 119,
dan perawat  Pelatihan transfer Pasien dengan fasilitas :
 ALS  Oksigen
 Suction
 Tiang infus
portabel
 Infus pump
dengan baterai
 Oksimetri
Petugas keterampilan yang dibutuhkan Peralatan Utama dan Jenis
Pasien pendamping Kendaraan
(minimal)
Derajat 2 Dokter,  BLS  Ambulans 119
perawat,dan  Pelatihan Transfer Pasien  Semua peralatan di atas,
petugas  ALS ditambah;
ambulans  Monitor EKG dan tekanan
darah
 Defibrillatorbila diperlukan

Derajat 3 Dokter, Dokter:  Ambulans lengkap/


perawat, dan  BLS Samsung119
petugas  ALS  Monitor ICU portabel
ambulan  Pelatihan Transfer Pasien yang lengkap
 Pelatihan VentilatorTransport  Ventilator dan peralatan
Perawat: transfer yang memenuhi
•BLS standar minimal.
•Pelatihan Transfer Pasien
•Pelatihan Ventilator Transport
(lengkapnya lihat Lampiran 1)
X. PEMANTAUAN, OBAT-OBATAN, DAN
PERALATAN SELAMA TRANSFER PASIEN KRITIS

• Pelayanan dan pemantauan pasien selama


transfer harus sesuai dengan standar dengan
memperhatikan keselamatan pasien
XI. Pemilihan Metode Transfer antar
RS untuk Pasien Kritis
• Pemilihan metode transfer harus mempertimbangkan
sejumlah komponen penting seperti di bawah ini.
– Derajat urgensi untuk melakukan transfer
– Kondisi pasien
– Faktor geografik
– Kondisi cuaca
– Arus lalu lintas
– Ketersediaan / availabilitas
– Area untuk mendarat di tempat tujuan
– Jarak tempuh
• Pilihan kendaraan untuk transfer pasien antara lain:
– Jasa Ambulan Gawat Darurat
• Siap sedia dalam 24 jam
• Perjalanan darat
• Durabilitas: dengan pertimbangan petugas dan
peralatan yang dibutuhkan dan lamanya waktu yang
diperlukan.
• Kontak: pusat ambulan IGD 119
XII. Alat transportasi untuk transfer
pasien antar rumah sakit
• Gunakan mobil ambulan RS Marsudi Waluyo/
Ambulan 119. Mobil dilengkapi soket listrik 12
V, suplai oksigen, monitor, dan peralatan
lainnya
• Sebelum melakukan transfer, pastikan
kebutuhan-kebutuhan untuk mentransfer
pasien terpenuhi (seperti suplai oksigen,
baterai cadangan, dll).
XIII. Dokumentasi dan Penyerahan
pasien transfer antar rumah sakit

• LIHAT FORMAT DAN SPO TRANSFER


XIV. Komunikasi dalam Transfer
Pasien Antar Rumah Sakit
• alasan transfer, lokasi rumah sakit tujuan.
nomor telepon rumah sakit tujuan dan cara
untuk menuju ke RS tersebut.
• rumah sakit tujuan dapat dan setuju untuk
menerima pasien sebelum dilakukan transfer.
• Kontak pertama harus dilakukan oleh
konsultan/ dokter penanggung jawab di kedua
rumah sakit, untuk mendiskusikan mengenai
kebutuhan medis pasien.
• Tim transfer harus berkomunikasi dengan
rumah sakit asal dan tujuan mengenai
penanganan medis yang diperlukan dan
memberikan update perkembangannya.
XV. Audit dan Jaminan Mutu

• Buatlah catatan yang jelas dan lengkap selama


transfer.
• Dokumentasi ini akan digunakan sebagai
acuan data dasar dan sarana audit
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai