■ Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapat mengadakan
kerjasama didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik serta saling menguntungkan. ■ Kerjasama dilakukan oleh daerah dengan: a. Daerah lain b. Pihak ketiga, dan atau c. Lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri sesuai dengan ketentuan per- UU ■ Kerjasama daerah dengan daerah lain di kategorikan menjadi kerjasama wajib dan kerjasama sukarela. Kerjasama Wajib ■ Kerjasama wajib merupakan kerjasama antar daerah yang berbatasan untuk penyelenggaraan urusan pemerintahan yang memiliki eksternalitas daerah dan penyediaan layanan publik yang lebih efisien jika dikelola bersama. ■ Kerjasama wajib mencangkup: a. Kerjasama antar daerah provinsi; b. Kerjasama antara daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota dalam wilayahnya; c. Kerjasama antara daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota dari provinsi yang berbeda; d. Kerjasama antar kabupaten/kota dari daerah provinsi yang berbeda; e. Kerjasama antar kabupaten/kota dalam satu daerah provinsi. ■ Dalam hal kerjasama wajib antar daerah provinsi dan antar kabupaten/kota dari daerah provinsi yang berbeda tidak dilaksanakan oleh daerah, pemerintah pusat mengambil alih pelaksanaan urusan pemerintahan yang dikerjasamakan. Lanjutan… ■ Dalam hal kerjasama antar daerah kabupaten/kota dalam satu provinsi tidak dilaksanakan oleh daerah kabupaten/kota, gubernur sebagai wakil pemerintah pusat mengambil alih pelaksanaannya. ■ Biaya pelaksanaan kerjasama yang diambil alih oleh pemerintah pusat dan pemerintah provinsi di perhitungkan dari APBD masing-masing daerah yang bersangkutan dan dengan mempertimbangkan antara lain: jumlah penduduk, luas wilayah, dan cakupan pelayanan. ■ Dalam melaksanakan kerjasama wajib, daerah yang berbatasan dapat membentuk sekretariat kerjasama. ■ Sekretariat kerjasama bertugas memfasilitasi perangkat daerah dalam melaksanakan kegiatan kerjasama antar daerah. ■ Pendanaan sekretariat kerjasama dibebankan pada APBD masing-masing daerah. ■ Daerah dapat membentuk asosiasi untuk mendukung kerjasama antar daerah. ■ Pemerintah pusat dapat memberikan bantuan dana untuk melaksanakan kerjasama wajib antar daerah melalui APBN. Kerjasama Sukarela
■ Kerjasama sukarela dilaksanakan oleh daerah yang berbatasan atau tidak
berbatasan untuk penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan derah namun dipandang lebih efektif dan efisien jika dilaksanakan dengan kerjasama. Pelaksanaan Kerjasama ■ Kerjasama daerah dengan pihak ketiga meliputi: a. Dalam penyediaan pelayanan publik; b. Dalam pengelolaan aset untuk meningkatkan nilai tambah yang memberikan pendapatan bagi daerah; c. Kerjasama investasi; d. Kerjasama lainnya yang tidak bertentangan dengan ketentuan per-UU ■ Kerjasama daerah dengan pihak ketiga dituangkan dalam kontrak kerjasama paling sedikit mengatur: a. Hak dan kewajiban para pihak; b. Jangka waktu kerjasama; c. Penyelesaian perselisihan; d. Sanksi bagi yang tidak memenuhi perjanjian ■ Kerjasama daerah dengan pihak ketiga harus didahului dengan studi kelayakan yang dilakukan oleh para pihak yang melakukan kerjasama ■ Kerjasama daerah dengan Lembaga dan atau pemerintah daerah di luar negeri meliputi: a. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; b. Pertukaran budaya; c. Peningkatan kemampuan teknis dan manajemen pemerintahan; d. Promosi potensi daerah; e. dan, kerjasama lainnya yang tidak bertentangan dengan ketentuan per-UU ■ Kerjasama daerah dengan lembaga dan atau pemerintah daerah di luar negeri, dilaksanakan setelah mendapat persetujuan pemerintah pusat dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemantauan dan Evaluasi
■ Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat melakukan pemantauan dan evaluasi
terhadap kerjasama yang dilakukan daerah kabupaten/kota dalam satu daerah provinsi. ■ Menteri melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap: a. Kerjasama antar provinsi b. Antara daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota di wilayahnya c. Antara daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota di luar wilayahnya Penyelesaian Perselisihan ■ Dalam hal terjadi perselisihan kerjasama dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan antar daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah provinsi, gubernur sebagai wakil pemerintah pusat menyelesaikan perselisihan dimaksud. ■ Dalam hal gubernur tidak dapat menyelesaikan perselisihan penanganannya dilakukan oleh Menteri. ■ Dalam hal terjadi perselisihan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan antar daerah provinsi, antara daerah provinsi, dan daerah kabupaten/kota diwilayahnya, serta antara daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota diluar wilayahnya, Menteri menyelesaikan perselisihan dimaksud. ■ Keputusan Menteri berkaitan dengan penyelesaian perselisihan dan penanganan penyelesaian perselisihan bersifat final. ■ Tata cara penyelesaian perselisihan antar daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan diatur dengan permendagri.