Anda di halaman 1dari 27

Pancasila : Perpajakan

Adelia Hajar Diastirini (1516003)


Raissa Chalis Alfian (1516004)
Lanang Ridho Mahadrajat (1516013)
Haura Noor Aini (1516014)
Rumusan Masalah
1. Bagaimana moralitas dalam pajak ?
2. Bagaimana etika perpajakan berdasar moralitas pancasila ?
• Etika perpajakan berupaya menelaah dan mendalami persoalan moral
perpajakan secara konseptual maupun praksis
• Etika perpajakan memuat serangkaian argumentasi etis penyelenggaraan
pajak. Argumentasi tersebut disusun berdasarkan pada sejumlah
pertimbangan etis tentang urgensitas dan penatalaksanaan pajak di lapangan.
Etika perpajakan berusaha melakukanpembacaan secara kritis dan reflektif
atas realitas perpajakan
• Perpajakan pada dasarnya terikat nilai. Setidaknya ada dua landasan nilai yang bisa
ditemukan dalam perpajakan. Pertama nilai keadilan dan pemerataan dan kedua nilai
efisiensi ekonomi. Keduanya dianggap sebagai nilai ideal yang mewarnai sistem
perpajakan
• Etika perpajakan berbasis etika pancasila menegaskan keberadaan perpajakan yang
didasarkan pada nilai-nilai dasar pancasila. Moralitas perpajakan harus
merepresentasikan moralitas pancasila. Moralitas pancasila yang bersumber dari
nilai-nilai dasar pancasila dihadirkan dalam kerangka mewujudkan moralitas
perpajakan. Nilai-nilai universal seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan sosial menjadi acuan dan pertimbangan moral
penatalaksanaan perpajakan.
Landasan teori :
1. Definisi pajak menurut uud 1945
2. Depalan hukum dasar perpajakan indonesia
3. Fungsi pajak
4. Ciri-ciri pajak
5. Macam-macam pajak
6. Wajib Pajak
7. Penjabaran sila Pancasila dalam perpajakan
Definisi perpajakan indonesia

didasarkan pada Pasal 23A UUD 1945, dimana pajak adalah kontribusi yang
dikenakan kepada seluruh Warga Negara Indonesia, warga negara asing dan
warga yang tinggal secara kumulatif 120 hari di wilayah Indonesia dalam
jangka waktu dua belas bulan.
Ada delapan hukum dasar perpajakan indonesia
• Undang-undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan/UUKUTP : Undang-undang
no.16/2000;
• Undang-undang Pajak Penghasilan/UU PPh : Undang-undang No. 17/2000;
• Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai atas Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah/UU PPN/PPn BM : Undang-undang No. 18/2000;
• Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan - UU PBB : Undang-undang No. 12/1994;
• Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa/UU PPSP : Undang-undang No. 19/2000;
• Undang-undang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan/UU BPHTB : Undang-undang No.
20/2000;
• Undang-undang Pengadilan Pajak/UU PP: Undang-undang No. 14/2002;
• Undang-undang Bea Meterai/UU BM : Undang-undang No. 13 of 1985.
Fungsi Pajak
1. Budgetair : pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukan dana secara
optimal ke kas negara berdasarkan undang undang perpajakan yang berlaku.
2. Regulerend : pajak dapat dijadikan sebagai instrumen untuk mencapai
tujuan tertentu.
3. Alat Stabilitas Ekonomi
4. Sebagai Redistribusi Pendapatan
Ciri ciri pajak
1. pajaka merupakan kontribusi wajib warga negara artinya setiap orang
memiliki kewajiban untuk membayar pajak
2. Pajak bersifat memaksa untuk setiap warga negara dimana setiap warga
negara yang memenuhi syarat untuk membayar pajak maka wajib untuk
membayarnya
3. Warga negara tidak mendapatkan imbalan secara langsung artinya warga
yang membayar pajak tidak merasakan langsung manfaatnya
4. Sesuai atau berdasarkan undang undang
Macam-macam Pajak

Pajak
menurut
golongan

Pajak
Pajak
menurut
menurut
lembaga
sifat
pemungut
Pajak menurut golongan Pajak menurut lembaga
pemungutan Pajak menurut sifatnya
1. Pajak langusung 1. Pajak subjektif
2. Pajak tidak langsung 1. Pajak pusat
2. Pajak daerah 2. Pajak objektif
Jenis jenis pajak

1. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)


2. Pajak Penghasilan (PPh)
3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
4. Pajak Penjualan Barang Mewah (PPN BM)
5. Pajak Perdagangan Internasional
6. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
Definisi Wajib Pajak
Wajib Pajak adalah Orang Pribadi dan Badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan(Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang KUP, Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang PPh dan Undang-Undang Nomor 42
Tahun 2009 Tentang PPN dan PPnBM serta peraturan pelaksanaannya).
Wajib Pajak terdiri dari :
• Wajib Pajak Orang Pribadi
1.Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Mempunyai Penghasilan Dari Usaha.
2.Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Mempunyai Penghasilan Dari Pekerjaan Bebas.
3.Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Mempunyai Penghasilan Dari Pekerjaan.
• Wajib Pajak Badan
1.Badan milik Pemerintah (BUMN dan BUMD)
2.Badan milik Swasta (PT, CV, Koperasi, Lembaga dan Yayasan).
Sedangkan Wajib Pajak Orang Pribadi dibagi menjadi 5 Kategori yaitu:

1. Orang Pribadi (Induk) yaitu terdiri dari wajib pajak belum menikah dan suami sebagai kepala
keluarga.
2. Hidup Berpisah (HB) yaitu wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah karena hidup berpisah
berdasarkan putusan hakim (cerai)
3. Pisah Harta (PH) yaitu suami istri yang dikenai pajak secara terpisah karena menghendaki secara
tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan secara tertulis.
4. Memilih Terpisah (MT) yaitu wanita kawin, selain kategori hidup berpisah dan pisah harta, yang
dikenai pajak secara terpisah karena memilih melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban
perpajakan terpisah dari suaminya.
5. Warisan Belum Terbagi (WBT) sebagai satu kesatuan merupakan subjeknpengganti, menggantikan
mereka yang berhak, yaitu ahli waris.
2. Wajib Pajak Badan (WP Badan)
Yang dimaksud badan adalah Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal
yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah
dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik,
atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
Wajib Pajak Badan dibagi menjadi 5 kategori yaitu:

1. Badan
2. Joint Operation (JO) yaitu bentuk kerjasama operasi yang melakukan penyerahan barang kena pajak dan/atau
jasa kena pajak atas nama bentuk kerja sama operasi.
3. Kantor Perwakilan Perusahaan Asing, yaitu wajib pajak perwakilan dagang asing atau kantor perwakilan
perusahaan asing di Indonesia yang bukan Bentuk Usaha Tetap (BUT)
4. Bendahara, bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, dan diwajibkan melakukan pemotongan atau pemungutan
pajak sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan jasa, serta pembayaran lainnya sesuai
dengan peraturan perundang undangan dibidang perpajakan.
5. Penyelenggara Kegiatan, yaitu yang melakukan pembayaran imbalan dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan dan diwajibkan melakukan pemotongan atau pemungutan pajak
sesuai dengan peraturan perundang undangan dibidang perpajakan.
Apa Hak dan Kewajiban Wajib Pajak?

KEWAJIBAN WAJIB PAJAK ADALAH :


1. Kewajiban Mendaftarkan Diri
2. Kewajiban Pembayaran, Pemotongan/Pemungutan,
dan Pelaporan Pajak
3. Kewajiban dalam Hal Diperiksa
4. Kewajiban Memberi Data
HAK WAJIB PAJAK ADALAH :

1. Hak atas Kelebihan Pembayaran Pajak


2. Hak Dalam Hal Wajib Pajak dilakukan Pemeriksaan
3. Hak untuk mengajukan Keberatan, Banding dan Peninjauan Kembali
4. Hak Wajib Pajak Lainnya seperti :
 Hak Kerahasiaan Bagi Wajib Pajak
 Hak untuk Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran
 Hak Untuk Penundaan Pelaporan SPT Tahunan
 Hak Untuk Pengurangan PPh Pasal 25
 Hak Untuk Pengurangan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan)
 Hak Untuk Pembebasan Pajak
 Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak
 Hak Untuk Mendapatkan Pajak Ditanggung Pemerintah
 Hak Untuk Mendapatkan Insentif Perpajakan
Penjabaran sila pancasila dalam perpajakan
 Hubungan Sila Pertama ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ dengan pajak adalah
bahwa pajak yang dipungut oleh negara merupakan ciptaan manusia, tidak
bertentangan dengan ketuhanan, karena dalam alquran atau kitab suci
lainnya, Tuhan juga memerintahkan manusia untuk membayar zakat atau
sepersepuluhan untuk digunakan bagi kepentingan orang-orang yang miskin
atau untuk kepentingan masyarakat umum tanpa mendapatkan imbalan
secara langsung.
Penjabaran sila pancasila dalam perpajakan
 Hubungan Sila Kedua ‘Kemanusiaan yang Adil dan Beradab’ dengan perpajakan,
Pajak selain harus memenuhi keadilan juga harus sesuai dengan peradaban manusia.
Keadilan yang merupakan salah satu syarat yuridis dari pajak tercermin dalam
prinsip non-diskriminasi, prinsip daya pikul, artinya bahwa orang dalam keadaan
yang sama harus dikenakan pajak yang sama, dan tidak dibenarkan mengadakan
perlakukan yang berlainan terhadapnya,tidak pandang bangsa, golongan, aliran,
ideologi dan lain sebagainya. Kemanusiaan artinya bahwa perlakukan wajib harus
secara manusiawi tidak boleh melanggar HAM dan harus layak bagi manusia dan
tindakan sewenang-wenang terhadap wajib pajak harus dihindarkan.
Penjabaran sila pancasila dalam perpajakan
 Sila Ketiga, ‘Persatuan Indonesia’ dijabarkan dalam pajak-pajak karena pajak
merupakan sumber keuangan utama untuk mempertahankan persatuan yang
telah diproklamairkan, karena hidup suatu bangsa tergantung pada adanya
pendapatannegara yang merupakan jiwa untuk kelangsungan dan
kesinambungan hidup bangsa.
Penjabaran sila pancasila dalam perpajakan
 Sila Keempat, ‘Kerakyatan Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan’, dimana hal ini tertera dalam pasal 23 ayat 2
UUD 1945 yang menyebutkan bahwa semua pajak untuk kegunaan kas
Negara berdasarkan UU. Kerakyatan mengandung arti bahwa rakyat ikut
menentukan adanya pungutan yang disebut pajak. Rakyat dalam ikut
menentukan pajak-pajak tidak bertindak secara langsung, melainkan melalui
wakil-wakilnya dalam DPR yang dipimpin secara langsung dan demokratis
oleh rakyat sendiri.
Penjabaran sila pancasila dalam perpajakan
 Sila kelima, ‘Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia’, Pajak
merupakan suatu alat untuk pembiayaan masyarakat, yaitu untuk membiayai
pengeluaran untuk kepentingan masyarakat umum. Pembangunan yang
sebagian besar dibiayai dari hasil pajak dinikmati oleh seluruh rakyat
Indonesia, tidak melihat apakah rakyat itu turut membayar pajak atau tidak
kesimpulan
Dari penjelasan materi di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pajak
adalah pembayaran yang dilakukan rakyat, dan merupakan sumber dana untuk pembangunan
dan pembelanjaan negara. Selain itu pajak berbeda dengan retribusi dan sumbangan. Dalam
penetapan besaran pajak harus sesuai dengan pancasila. Pajak sendiri memiliki banyak jenis
dan asas yang digunakan pun beraneka ragam. Tarif pajak berbeda tergantung dasar yang
digunakan. Selain itu pemerintah telah memberikan batasan segala hal yang berkaitan dengan
pajak di dalam UU perpajakan nasional yang merupakan modernisasi dari UU pajak jaman
kolonial. Untuk menarik pajak yang ada di luar negeri pemerintah melakukan kerja sama
dengan negara lain dalam perpajakan yang lazim diebut perjanjian traktat, yang hal tersebut
diatur dalam HUKUM PAJAK INTERNASIONAL.
saran

Setelah mempelajari materi ini hendaklah kita sadar akan


kewajiban kita untuk membayar pajak, agar pembangunan
infrastruktur dan pembelanjaan negara dapat terus berjalan.
sumber

1. http://www.pajak.go.id/content/belajar-pajak
2. http://www.pajak.go.id/tindak-pidana-di-bidang-perpajakan
3. http://zulhanain.blogspot.co.id
4. httpa

Anda mungkin juga menyukai