gangguan neurologis dan non neurologis pada anak-anak. Konsep & tujuannya bervariasi. Beberapa saling melengkapi, tetapi ada yang saling bertentangan. Hal yang penting untuk diperhatikan: 1. Menciptakan hubungan kerja yang efektif satu sama lain, baik orang tua maupun tenaga profesional. 2. Mengembangkan pedoman yang jelas dengan informasi penjelasannya. 3. Bekerja sama dengan tujuan dan kebutuhan alternatifnya. 4. Meminimalkan efek yang merusak karena konflik atau kebingungan dalam tim. Pendekatan yang paling efektif ? Pendekatan integral dan eklektik vs pendekatan dengan konsep yang spesifik. Bagi yang baru mulai bekerja lebih baik pilih salah satu filosofi agar didapatkan keahlian dan kepercayaan diri. Senantiasa membuka diri terhadap gagasan baru pendekatan terapi untuk gangguan pada anak-anak terus berkembang. Prinsip Umum Terapi 1. Penilaian dan penanganan yang cermat sebagai suatu proses yang berkesinambungan. 2. Ukuran hasil terapi harus realistis sesuai dengan penilaian tersebut. 3. Terapi dini harus dimasukkan dalam penanganan anak sehari-hari. 4. Pengulangan dan penguatan penting dalam pembelajaran untuk tercapainya modifikasi pola motorik. 5. Memaksimalkan pengalaman sensorimotor. 6. Melibatkan anak sebagai partisipan aktif. 7. Motivasi anak adalah penting. 8. Kerjasama tim. Pendekatan multidisipliner dengan melibatkan anak dan keluarganya. Prinsip Khusus Terapi 1. Pertimbangan terapi latihan perkembangan. Apakah urutan perkembangan harus diikuti secara tegas atau dengan modifikasi? 2. Modifikasi tonus yang abnormal. 3. Penggunaan stimulus aferen. 4. Fasilitasi gerakan aktif yang bertujuan. 5. Meminimalkan dan mencegah deformitas. 6. Kemandirian fungsional. Tingkat dimana gerakan kompensasi dan penggunaan alat bantu diperkenalkan. Beberapa Sistem Terapi PHELPS Seorang ahli bedah ortopedi Amerika yang memelopori terapi anak CP. Teknik terapi yang spesifik diterapkan sesuai klasifikasi diagnosis CP, termasuk edukasi otot dan penggunaan brace. Ada 15 modalitas atau fase terapi yang digunakan dalam berbagai kombinasi. 5 modalitas utama (Phelps) 1. Massage, untuk hipotoni. KI: spastisitas dan athetosis. 2. Gerakan pasif untuk mobilisasi sendi, mempertahankan panjang jaringan lunak, & memperagakan gerakan yg harus dilakukan. 3. Gerak aktif asistif, gerak aktif dan gerak resistif sesuai kemampuan dan kebutuhan individual. 4. Gerak terkondisi dan gerak sinergis yang melibatkan tahanan terhadap 1 klp otot untuk memfasilitasi klp otot yg tdk aktif dlm sinergi yg sama 5. Periode istirahat. Brace (Phelps) Untuk koreksi deformitas, mencapai posisi tegak & mengkontrol athetosis. Dengan semakin majunya perkembangan anak, alat bantu perlahan-lahan dikurangi. Prinsip fisik & neurofisiologis bila dasarnya tidak stabil, bagian tubuh lain akan kesulitan mencapai keseimbangan segmental Misal: pd hemiplegi/diplegi, anak berdiri dg 1 tungkai menyangga berat badan dg posisi kaki datar, sedangkan tungkai yg lain dg ankle plantarfleksi & panggul rotasi internal koreksi postur dg AFO Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF) Kabat, Knott & Voss (1946-1951) Untuk rehabilitasi pasien post poliomielitis 8 komponen dasar: Pola gerakan (Gerakan diagonal&rotasional, sendi distal setelah yg proksimal,dimulai dg komponen rotasi) Peregangan Kontak manual Posisi sendi Rangsangan verbal Waktu Penguatan Tahanan maksimal Teknik PNF
Kontraksi berulang (repeated contraction)
Gerak berlawanan yang lambat (slow reversal) Tahan – relaksasi (hold – relax) Kontraksi berulang Otot bekerja lebih keras dengan peregangan ringan Adduksi bahu oleh deltoid dapat ditimbulkan dg menggunakan reaksi pertahanan anak sehingga anak merentangkan tangannya Instruksi yang diberikan: Berhenti Tahan (peregangan ringan oleh terapis) Berhenti (siklus diulang seperlunya) Gerakan diulang sepanjang ROM Gerakan berlawanan yang lambat Otot bekerja lebih kuat setelah kerja keras antagonisnya. Ekstensor jari dan pergelangan tangan yg lemah dapat diperkuat dengan gerakan fleksor jari dan pergelangan tangan sebelumnya, kemudian gerakan dirubah tanpa relaksasi antara pola fleksi dan ekstensi Tahan - relaks Otot relaksasi maksimal setelah tahanan maksimal. Untuk relaksasi adduktor panggul: Buat tungkai sampai batas abduksi Lawan adduksi statik secara aktif Tahan posisi ini agar terjadi relaksasi Abduksikan panggul secara pasif sampai batas yang baru Proses ini diulang beberapa kali Aplikasi PNF Rintangan utama: penggunaan tahanan maksimal dalam pola adduksi dan rotasi internal dapat meningkatkan spastisitas. Juga dapat diterapkan pada anak dengan spina bifida dan athetosis. BRUNNSTROM Signe Brunnstrom (1956) Pada kasus hemiplegi dewasa. Gerakan dihasilkan dengan provokasi pola motorik primitif pada pola gerak sinergis, kemudian latihan gerakan volunter. Juga menggunakan reaksi asosiasi dan reaksi tangan. Penggunaan rangsangan sensorik termasuk proprioseptif. ROOD Margaret Rood (FT, OT) Pola motorik dikembangkan dari pola refleks dasar yang sudah ada saat lahir, digunakan dan dimodifikasi melalui rangsangan sensorik sampai kontrol tertinggi dicapai pada tingkat kortikal. 5 komponen utama (Rood) 1. Normalisasi tonus dan stimulasi respon motorik normal, dicapai secara refleks dengan rangsangan sensorik yg sesuai. 2. Kontrol sensorimotor sesuai perkembangannya, & terapi mulai dari tingkat perkembangan anak saat ini dan dikembangkan sesuai urutan sampai tingkat yang lebih tinggi 3. Gerakan harus bertujuan, dg perhatian anak diarahkan pada tujuan akhir. 4. Pengulangan respon sensorimotor penting dlm pembelajaran. 5. Teknik fasilitasi dan inhibisi dimasukkan dalam pola pergerakan. 4 fase terapi (Rood) 1. Stimulasi kulit 2. Weight bearing 3. Pergerakan 4. Urutan perkembangan Stimulasi kulit Hubungan dermatom dan miotom Stimulus aferen dari input sensorik menyiapkan otot untuk kontraksi Teknik usapan cepat dan berulang dg tangan atau sikat yg lembut: Stimulus harus berubah dg cepat Periode stimulus harus dibatasi 3 detik pada 1 tempat Tiap periode stimulus harus hanya diulang 2-3x pd 1 tempat Ada penundaan selama 30 detik sebelum timbul suatu efek Stimulasi kulit Bermanfaat pada spastisitas Stroking halus di punggung memiliki efek inhibisi sentral. Stroking pada 1/3 lateral dahi dapat menghambat respon Moro. Stroking dapat meningkatkan reseptivitas penggerak utama dan merelaksasi klp otot antagonis. Stroking dorsum manus dan permukaan ekstensor lengan bawah meningkatkan relaksasi fleksor. Es dapat digunakan sebelum rangsangan lain. Tidak boleh pada daerah belakang telinga, telapak kaki, punggung atau bahu kiri. Weight bearing Tekanan dalam diberikan sepanjang aksis longitudinal ekstremitas dengan memberikan tekanan yang berlawan pada kedua ujungnya. Akan merangsang aktivitas weight bearing dengan fasilitasi otot postural dalam dan menginhibisi otot yg spastik Pergerakan Setelah weightbearing dilakukan gerakan sederhana dengan ekstremitas bagian distal terfiksir. Misal: Setelah penekanan lengan bawah diikuti permainan dengan gerakan menekan/ meremas mainan. Tangan tetap dalam posisi sementara badan dan bahu bergerak terhadap tangan. Urutan perkembangan Fase akhir adalah aktivitas bertujuan sesuai tingkat perkembangan anak, seperti memegang mainan, mewarnai atau merasakan tekstur dan bentuk. Posisi tangan terapis membimbing dan membantu terjadinya gerakan Aplikasi (Rood) Bermanfaat pada anak CP, untuk meningkatkan fungsi tangan Pada kaki dilakukan untuk meningkatkan dorsofleksi dan kemampuan berdiri. Dapat digunakan sebagai kombinasi dengan program latihan setelah pemberian splint kaki serial. TEMPLE FAY Anak diajarkan untuk bergerak sesuai perkembangan evolusi. Dalam evolusi, perkembangan ontogenik terjadi berdasarkan perkembangan filogenetik. Urutan gerakan harus dimulai dari gerak menggeliat pada reptil dan merayap pada amphibi, sampai gerakan kuadripedal resiprokal pada manusia. Urutan perkembangan pola gerak yang harus diikuti (Fay) Tengkurap – rotasi kepala dan badan Merayap ipsilateral yang primitif Merayap kontralateral Merangkak Gaya jalan gajah pada tangan dan kaki Pola berjalan DOMAN - DELACATO Glen Doman & Carl Delacato Menggunakan prinsip dasar yang dirumuskan Fay dan menambahkan faktor lain, yaitu: Pembatasan intake cairan Perkembangan hemisfer serebri yang dominan Penggunaan nafas dalam dan kontrol nafas Doman - Delacato Kerusakan pada otak menghasilkan disorganisasi pengalaman sensorik dan fungsi motorik. Dengan gerakan sistematik dan input sensorik, sel otak yang tidak rusak dapat distimulasi, menghasilkan integrasi sensorik dan motorik. Input modalitas motorik dan sensorik (Doman-Delacato) Motorik: Mobilitas Keterampilan manual Bahasa Sensorik: Kompetensi taktil Pemahaman suara Kompetensi visual Teknik terapi (Doman-Delacato) Program diberikan dengan serangkaian aktivitas untuk tiap modalitas, dengan predominansi modalitas sesuai penilaian individual. Disarankan program diulang tiap 2 jam, sehingga perlu sukarelawan dan keluarga untuk melakukannya. Brachiation dalam bentuk ladder-walking dapat membantu pada anak dengan hemiplegi dan diplegi yg sudah besar Kartu permainan digunakan untuk mengembangkan kompetensi visual. Pendekatan VOJTA Vaslav Vojta, 1974 Berdasarkan kerja Fay dan Kabat. Konsep utama: 1. Refleks merayap dan berguling 2. Penggunaan stimulasi aferen sensorik melalui sentuhan, peregangan, dan tekanan untuk fasilitasi gerakan 3. Pemicuan – Penggunaan tahanan untuk provokasi aksi otot tonik atau fasik dan meningkatkan reaksi COLLIS Eirene Collis, Inggris, 1953. Prinsip: 1. Penanganan dini akan memberikan keluaran yang lebih baik. 2. Fisioterapis seharusnya melakukan penanganan pada anak sepanjang hari daripada hanya dengan waktu terapi tertentu 3. Berpakaian, makan, ke toilet dan mandi seharusnya dimasukkan dalam program terapi Collis Harus melalui urutan perkembangan dan tidak boleh melakukan keterampilan motorik di luar tingkat perkembangannya. Saat ini dipertentangkan, dengan alasan: Walau urutan secara umum dapat membantu, anak jarang berkembang dengan kecepatan maupun urutan yang sama. Untuk mencapai suatu tingkat perkembangan, anak harus mengalami kemajuan ke tingkat yang lebih tinggi Anak akan frustasi bila percobaan gerakannya dibatasi dan motivasinya dapat berkurang Conductive Education Prof. Peto, Hungaria, 1945. Anak dengan disfungsi serebri tidak hanya mengalami disabilitas motorik, tapi juga terdapat perubahan kepribadian dan penurunan kemampuan adaptasi spontan dan masalah belajar. Anak bekerja dalam kelompok sesuai usia, kebutuhan dan kemampuannya. Diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan sosialisasi serta menyediakan lingkungan belajar yang optimal. Filosofi conductive education Pendekatan edukasional yang bertujuan mengajarkan anak dengan gangguan motorik bagaimana mengatasi masalah geraknya and mengendalikan serta hidup dengan mandiri. Proses untuk mencapai tujuan ini disebut orthofunction. Bukan apa yang dipelajari, tapi bagaimana mempelajarinya. Conductive Education Partisipasi aktif dari anak sehingga anak mengerti apa yang ia lakukan dan mengapa ia perlu melakukannya. 3 komponen utama: Serial tugas Intensi ritmik Rutinitas sehari-hari untuk aktivitas kelompok Serial tugas Aktivitas sehari-hari dari bangun tidur sampai kembali tidur. Tiap aktivitas fungsional dianalisis dan dipecah dalam tahap-tahap individual yang dikenal sebagai serial tugas. Intensi ritmik Petunjuk lisan yang digunakan untuk mengarahkan gerak yang disadari. Pengulangan aksi dalam kata-kata sebelum aksi dilakukan mempersiapkan motorik untuk gerakan tersebut dan pola spastik dihambat Rutinitas sehari-hari untuk aktivitas kelompok Kemampuan anggota kelompok mengembangkan hubungan interpersonal yang efektif. Tiap anak diberikan waktu dan kesempatan menunjukkan keterampilannya terhadap kelompok tsb. Proses belajar sambil bermain. Peralatan Peto Ladder-back chair Slatted bench
Untuk bergerak dalam posisi berbaring dan
untuk menyangga tubuh dan gelang bahu pada posisi duduk, anak memerlukan bantuan penyangga untuk menggenggam, mendorong, meraih, dan menarik agar dapat bergerak secara mandiri. Konsep BOBATH K. Bobath, 1940. Paling dikenal dan paling banyak digunakan pada anak dengan gangguan neurologis. Prinsip neurodevelopmental: Dinamik Sekuensial Cephalocaudal Proksimal ke distal Otomatis sebelum disadari Responsif dan adaptif Bobath Gerak refleks pola gerak di luar kesadaran gerak terkontrol, ritmis dan terkoordinasi. Saat anak dapat mengontrol gerakan pada tingkat perkembangan tertentu, proses perkembangan akan berjalan ke tingkat selanjutnya. Prinsip dasar (Bobath) Pola gerakan: Menghambat pola gerakan abnormal Mengembangkan pola gerak responsif normal yg efektif Penanganan, bertujuan: Normalisasi tonus Memperbaiki koordinasi postur dan gerak Mengembangkan respon adaptif terampil Persyaratan pergerakan: Tonus postural normal untuk melawan gravitasi Inervasi resiprokal thd klp otot yg memungkinkan aksi agonis dan antagonis terkoordinasi dan seimbang Fiksasi postur agar kelompok otot sentral memberikan kestabilan sementara gerakan dinamis terjadi di bagian distal tubuh Konsep Bobath (siklus terapi) Inhibisi reaksi abnormal
Pola inhibisi refleks
Mengembangkan keahlian Fasilitasi reaksi normal
fungsional Bermain, aktivitas AKS Key point of control
Mengembangkan gerakan berurutan
Reaksi pertahanan dan
keseimbangan Contoh pola inhibisi refleks Pola tonus yg Pola inhibisi Pola inhibisi meningkat refleks refleks tambahan Spastisitas Ekstensi leher Ekstensi wrist Ekstensi spinal Supinasi fleksor bahu dan Rotas eksternal bahu Abduksi ibu jari lengan Ekstensi siku Spastisitas Fleksi panggul Rotasi internal bahu Protraksi gelang bahu Fleksi trunkus ekstensor leher Abduksi panggul Fleksi leher dan badan Retraksi rahang Spastisitas Retraksi gelang bahu Rotasi eksternal panggul Fleksi panggul Fleksi trunkus ekstensor badan Abduksi panggul Fleksi lutut dan tungkai Dorsofleksi jari dan ankle Fasilitasi Key point of control: bagian tubuh yang dg perlakuan terapis dapat menormalisasi tonus dan menimbulkan gerak akti normal Tujuan: Mencapai postur yang lebih normal sebagai dasar gerakan Mengembangkan reaksi righting dan ekuilibrium Mengembangkan pola gerakan dasar untuk gerakan yang lebih terampil Adaptasi terhadap gerakan Urutan gerakan dan keterampilan fungsional Urutan gerak dapat bervariasi dan fleksibel, yaitu: Berguling Berbaring ke duduk Tengkurap ke menyangga dengan ke-4 ekstremitas Ke-4 ekstremitas ke berlutut Berlutut ke berdiri Duduk ke berdiri Urutan gerakan dan keterampilan fungsional Reaksi pertahanan dan keseimbangan: Transfer berat badan pada ke 4 ekstremitas Duduk dengan lengan menyangga Keseimbangan badan saat duduk Transfer berat badan saat berlutut Transfer berat badan saat berdiri Ekstensi tungkai protektif saat berdiri Beberapa Faktor Penting: Perlu penilaian dan perencanaan pada setiap fase Penanganan dini penting Kerja sama tim diperlukan Anak harus dimotivasi dan dilibatkan Orang tua harus dilibatkan dan diberi dukungan Selama Terapi: 1. Urutan neurodevelopmental harus dipertimbangkan 2. Mekanisme postural dan tonus postural normal harus dikembangkan 3. Deformitas harus dicegah 4. Rangsangan aferen dapat digunakan 5. Pengalaman sensorimotor 6. Aktivitas motorik kasar mendahului gerakan motorik halus 7. Pengulangan dan penguatan diperlukan 8. Pengembangan gerakan harus mengarah pada aktivitas bertujuan dan fungsi mandiri SIMPULAN Harus terus mengikuti kemajuan teknik terapi Tidak ada konsep yang direkomendasikan lebih superior dibandingkan yg lain Belum semua sistem terapi dijelaskan di sini Identifikasi strategi terapi yang efektif untuk tiap individu 54 Tingkat Tingkat Tingkat maturasi SSP perkembangan perkembangan refleks motorik Spinal &/ Apedal Telungkup Brainstem Refleks primitif Telentang Midbrain Kuadripedal Merangkak Righting reaction Duduk Kortikal Bipedal Berdiri Equilibrium Berjalan reaction Brunnstrom stages: 1. flaccidity 2. synergy development 3. voluntary synergistic movement 4. some movements deviating from synergy 5. independence from basic synergies 6. isolated joint movements Brunnstrom Stage 1. Flaccid paralysis is present. Phasic stretch reflexes are absent or hypoactive. Active movement cannot be elicited reflexly with a facilitatory stimulus or volitionally. Stage 2. Spasticity is present and is felt as a resistance to passive movement. No voluntary movement is present, but a facilitatory stimulus will elicit primitive movement patterns reflexly. These primitive patterns are the stereotyped flexion and extension synergies. Stage 3. Spasticity is marked. The primitive synergistic movement patterns can be elicited voluntarily, but are obligatory. In most cases, the flexion synergy dominates the arm, the extension synergy the leg. There are strong and weak components within each synergy. Stage 4. Spasticity decreases. Synergy patterns can be reversed if movement takes place in the weaker synergy first. Movements combining antagonistic synergies can be performed when the prime movers are the strong components of the synergy. Stage 5. Spasticity wanes, but it is evident with rapid movement and at the extremes of range. Synergy patterns can be reversed even if the movement takes place in the stronger synergy first. Movements utilizing the weak components of both synergies acting as prime movers can be performed. Most movements become environmentally specific. Stage 6. Coordination and patterns of movement are near normal. Spasticity as demonstrated by resistance to passive movement is no longer present. A great variety of environmentally specific patterns of movement are now possible. Abnormal patterns of movement with faulty timing emerge when rapid or complex actions are requested. Stage 7. Normal. A "normal" variety of rapid, age-appropriate complex movement patterns are possible with normal timing, coordination, strength, and endurance. There is no evidence of functional impairment compared with the normal side. There is a "normal" sensory-perceptual-motor system.
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu