Pediatri
Neurodevelopmental
Treatment/Bobath Concept
Disusun Oleh:
NEURODEVELOPMENTAL TREATMENT/BOBATH
A. Deskripsi Singkat
Pada modul ini, peserta kuliah akan mempelajari tentang Teknik Bobath atau
selesai.
B. Relevansi
Modul ini berisi materi lanjutan dari modul sebelumnya (modul 1-6). Modul ini
memaparkan tentang salah satu penanganan kasus pediatri, dalam hal ini teknik
Bobath. Dalam modul ini, peserta kuliah tidak hanya akan mendapatkan
fisioterapi.
C. Capaian Pembelajaran MK
1. Uraian
yang dikembangkan oleh Karel dan Bertha Bobath pada tahun 1997. Metode
ini khususnya ditujukan untuk menangani gangguan system saraf pusat pada
2. Pola gerakan, secara abnormal mempengaruhi grup otot secara luas baik
pada grup fleksor maupun ekstensor secara sinergis. Pada awalnya pola
abnormal ini dapat berubah tetapi sepanjang waktu berjalan, mereka dapat
menjadi semakin parah akibat stimulasi, usaha, dan tekanan. Aktifitas tonus
normal.
4. Dibandingkan dengan postur tubuh normal, ditemukan adanya tonus
berubah (athetoid)
secara berlanjut.
seimbang, dan reaksi proteksi secara normal, disini ditemukan pola postural
Posture (RIP) yang bertujuan untuk menghambat tonus otot yang abnormal.
normal. Dengan handling yang tepat, tonus serta pola gerak yang abnormal
Key Point of Control (KPoC) yaitu titik yang digunakan terapis dalam inhibisi
dan fasilitasi. KPoC harus dimulai dari proksimal ke distal/bergerak mulai dari
kepala-leher-trunk-kaki dan jari kaki. Dengan bantuan KPoC, pola inhibisi dapat
oleh sensoris.
1. Simetris dalam sikap dan gerakan seaktif mungkin mengikuti sertakan sisi
reaksi pada anak, memelihara posisi dan pola gerak yang dipengaruhi oleh
automatik dan gerak motorik yang sempurna pada tonus otot normal.
aktifitas sehari-hari.
Tahapan teknik dasar latihan gerak pada anak Terdiri dari 4 tahapan yaitu :
Latihan mengontrol kepala dan tangan sangat penting sebagai tahap awal
dari latihan selanjutnya. Mengangkat dan menahan kepala serta badan melalui
Latihan mengontrol kepala bisa dilakukan dengan cara memposisikan anak tidur
berwarna-warni atau bunyi-bunyian di sebelah kiri atau kanan anak agar mereka
berguna untuk persiapan berguling, merangkak dan duduk. Latihan berguling bisa
dilakukan dengan cara memposisikan anak dalam keadaan terlentang, kemudian
mulai bujuk anak untuk berguling tanpa bantuan. Dalam hal ini orangtua atau
terapis bisa menjadikan mainan sebagai salah satu penarik bagi anak agar mereka
Pada tahap ini, anak diajarkan untuk mempertahankan badannya tetap tegak
sewaktu ia bergerak dari dan hendak bersandar pada tangannya. Posisi duduk
mempergunakannya. Tujuan latihan pada tahap ini yaitu agar anak anak dapat
beraktivitas ke segala arah pada saat duduk, mempersiapkan diri untuk berdiri
dan jongkok dari posisi duduk, dan beraktivitas dari posisi duduk ke merangkak.
3. Tahap III : Latihan untuk mengontrol tungkai untuk berdiri dan berjalan.
Tujuan yang ingin dicapai pada tahap ini yaitu agar anak dapat
anak dengan teratur dan penuh kasih saying agar anak lebih cepat mandiri.
Keluarga atau orang tua diajarkan untuk menggerakkan sendi secara penuh
setiap hari sekitar 3 kali per sendi tanpa disertai dengan gerakan paksaan. Hal ini
untuk memelihara jarak gerak sendi anak dan untuk mencegah kekakuan.
1. Motor Control
perilaku sifat yang adaptif yang sesuai dengan masalah motoris mereka, yang
Raine 2007). Pada konsep Bobath proses yang interaktif antara pasien dan terapis
harus tereksplorasi. Hal ini menjadi essensial bagi terapis untuk meningkatkan skill
pada analisis gerakan dan memahami komponen penggerak pada manusia. Setiap
pasien dinilai dalam hal lesi mereka, ekspresi gerakan individu dan potensi untuk
berfungsi secara efisien dan efektif (Raine 2007). Perawatan adalah interaksi antara
terapis dan pasien di mana fasilitasi mengarah pada peningkatan fungsi. Peran
terapis adalah untuk mengajarkan gerakan dan membuat gerakan menjadi mungkin
dengan memanfaatkan lingkungan dan tugas dengan tepat. Terapi bertujuan untuk
normal.
hipertonia pada tingkat non-saraf dengan memengaruhi panjang dan rentang otot
(Lennon 2003). Terapis dapat mencapai pengurangan tonus dalam beberapa cara
seperti mobilisasi otot dan sendi yang kaku, peregangan otot, praktik pola gerakan
yang lebih normal, dan melalui kinerja tugas fungsional yang lebih efisien dan
penyelarasan otot secara aktif (Raine 2007). Terapis bekerja pada tonus untuk
2. Sistem Sensoris
dalam terapi, tujuannya adalah untuk mendidik kembali sistem referensi internal
2007). Gerakan sukarela adalah salah satu bentuk yang paling kuatstimulasi
sensorik di mana gerakan yang lebih halus dapat dibangun (Leonard 1998).
3. Sistem Muskuloskeletal
fungsional yang diperlukan. Juga penting untuk mencapai panjang yang tepat
untuk aktivasi otot yang efisien (Mayston 2001). Mengoptimalkan panjang otot
bekerja (Mayston 2001). Untuk mencapai keseimbangan otot yang tepat untuk
(Raine 2007). Berat dan gravitasi tubuh dapat digunakan untuk menguatkan otot
Pendekatan sistem untuk kontrol motor memberikan landasan teori saat ini
2. Persiapan tidak memiliki nilai dalam dirinya sendiri, tetapi harus dimasukkan ke
carry-over.
USA
D. Rangkuman
postural melalui inhibisi pola abnormal dan penanaman pola gerakan normal
sensomotorik
E. Tugas
Seorang ibu datang dengan keluhan anaknya belum bisa berdiri dan berjalan. Saat ini
kemampuan anak sudah bisa bangun dari baring ke duduk tanpa bantuan dan duduk
sendiri namun masih dengan menyangga dengan tangan. Untuk merangkak masih
harus dilatih dan dikontrol, bangun dari posisi duduk ke berdiri belum bisa, belum
mampu berdiri sendiri. Dan untuk saat ini belum mampu berbicara, hanya bisa bilang
“mama” dan “papa”. Anak juga cenderung hiperkatif.
Kemukakan masalah kemampuan motoric dan postural yang menjadi focus utama
pemberian terapi NDT/Bobath serta teknik NDT/Bobath yang sesuai (merujuk pada
video).