Anda di halaman 1dari 6

Diagnosa Cerebral Palsy

Diagnosa
Mendiagnosis Cerebral Palsy membutuhkan waktu dan biasanya tidak dilakukan sampai otak
berkembang sepenuhnya. Usia anak ketika didiagnosis dapat bervariasi antara usia dua hingga
lima tahun. Pengecualian memang ada tetapi ini biasanya dalam kasus yang parah ketika anak
dapat didiagnosis segera setelah lahir. Meskipun secara umum usia rata-rata diagnosis untuk
anak dengan diplegia spastik, suatu bentuk palsi serebral yang sangat umum, adalah 18 bulan.

Tidak ada tes definitif yang mengkonfirmasi atau menyingkirkan palsi serebral. Proses
mendiagnosis cerebral palsy melibatkan pemantauan perkembangan anak dan mengamati
kemungkinan tanda-tanda gangguan. Seringkali, orang tua pertama kali memperhatikan anak
mereka telah melewatkan salah satu tonggak perkembangan yang sesuai dengan usia, seperti
berguling, merangkak, duduk dan berjalan. Di banyak negara terdapat sistem pemantauan
pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan anak di bawah 5 tahun. Ini mungkin di mana tanda-
tanda pertama dari cerebral palsy diidentifikasi.
Indikasi untuk pemantauan
Ada pedoman untuk memenuhi milestone perkembangan yang biasanya dipantau oleh
profesional perawatan kesehatan sehingga jika pencapaian tonggak terlambat, ini dapat
menunjukkan alasan untuk pemantauan.

Indikator utama yang akan diperhatikan orang tua adalah keterlambatan perkembangan dan
gangguan tonus otot. Keterlambatan perkembangan terjadi ketika seorang anak tidak
mengembangkan keterampilan khusus dalam jangka waktu yang diprediksi. Jika orang tua
khawatir tentang perkembangan anak mereka, penting untuk menganggapnya serius. Bayi kecil
mungkin menunjukkan beberapa dari tanda-tanda ini:

Kekakuan
Kecerobohan
Perkembangan lambat
Makan yang buruk
Perilaku yang tidak biasa

Perlu Diperhatikan oleh Profesional


Profesional harus menggunakan masukan dari orang tua sebagai dasar untuk pemeriksaan lebih
lanjut (riwayat atau penilaian). Dalam kasus cerebral palsy, keterlambatan perkembangan
motorik merupakan indikator kunci. Profesional harus mengevaluasi:

1. Bentuk otot
2. Koordinasi dan kontrol gerakan
3. Ketidakteraturan refleks
4. Sikap
5. Keseimbangan
6. Fungsi motorik halus
7. Fungsi motorik kasar
8. Fungsi oromotor
9. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang perkembangan normal

Riwayat kesehatan
Dokter akan ingin tahu tentang riwayat pranatal anak, serta komplikasi apa pun selama
kehamilan, persalinan, dan persalinan. Jika kondisi anak menunjukkan tanda-tanda
perkembangan, tanda-tanda ini akan membantu dokter mengesampingkan diagnosis cerebral
palsy. Seperti banyak aspek dalam mendiagnosis cerebral palsy, ini membutuhkan pengamatan
dari waktu ke waktu. Menghilangkan diagnosis banding lainnya merupakan faktor penting dalam
diagnosis cerebral palsy. Riwayat kesehatan kedua orang tua penting untuk proses ini. Dengan
meninjau riwayat kesehatan orang tua, dokter dapat mencari kemungkinan gangguan sistem saraf
genetik, progresif atau degeneratif.

Pemeriksaan kesehatan
Tes umum oleh ahli saraf atau ahli saraf mungkin termasuk neuroimaging seperti USG kranial,
computed tomography scan (CT Scan) dan magnetic resonance imaging scan (MRI). Tes ini
akan memungkinkan ahli saraf untuk benar-benar "melihat" otak. Berbagai gangguan, cedera dan
kondisi menghasilkan hasil yang berbeda. Ini dapat digunakan untuk menyingkirkan palsi
serebral atau, jika palsi serebral akhirnya didiagnosis, mereka dapat memberi dokter gambaran
yang tepat tentang cedera pada otak. Aktivitas kejang juga akan dipantau jika ada.

Spesialis lain dapat dibawa untuk menguji pendengaran, penglihatan dan persepsi, serta
perkembangan kognitif, perilaku dan fisik. Seorang anak dapat dikirim ke ahli bedah ortopedi
untuk memastikan keterlambatan perkembangan motorik, merekam refleks primitif yang
bertahan, memeriksa pinggul yang terkilir dan memeriksa reaksi postural yang abnormal.

Refleks adalah sesuatu yang diperiksa oleh para profesional medis. Pada bayi baru lahir, mereka
dikenal sebagai gerakan refleks primitif. Ini adalah pola stereotip kompleks yang terjadi sebagai
respons terhadap berbagai rangsangan sensorik. Saat lahir, hampir semua perilaku motorik
dikendalikan oleh refleks primitif ini. Dalam beberapa bulan, mereka digantikan oleh
serangkaian refleks pelindung dan postural yang lebih matang yang disebut reaksi postural
lanjutan yang memposisikan segmen tubuh terhadap satu sama lain dan gravitasi. Reaksi postural
tingkat lanjut memberikan dasar untuk keseimbangan tubuh dan kontrol gerakan sukarela. Anak
memperoleh keterampilan motorik karena refleks primitif ditekan dan reaksi postural lanjutan
terbentuk. Beberapa refleks penting untuk dikenali karena akan mempengaruhi fungsi anak.

Sebagai contoh:
Refleks dipicu oleh posisi kepala. Itulah mengapa posisi tubuh yang baik sangat penting.
Bertahannya refleks mengisap (atau refleks menggigit) akan memengaruhi cara memberi makan
anak.
Penting untuk mengenali refleks untuk tujuan ini tetapi terutama jauh lebih berguna untuk dapat
mengklasifikasikan motorik kasar, motorik halus dan komunikasi karena ini jauh lebih penting
untuk merencanakan intervensi.

PEMERIKSAAN FISIOTERAPI
Fisioterapis dalam melakukan pemeriksaan terhadap pasien cerebral palsy perlu memerhatikan
ada tidaknya masalah dalam fungsi atau struktur tubuh (mis., kaki yang lumpuh), keterbatasan
aktivitas (mis., berjalan), ada tidaknya masalah dalam keterlibatan dalam situasi kehidupan
seperti menghadiri sekolah, faktor personal (jenis kelamin, latar belakang etnis, usia, kondisi
kesehatan lain, kebugaran, tingkat pendidikan, latar belakang sosial, gaya koping, dll), dan faktor
lingkungan.

Asesmen Fisioterapi
Ada beberapa pokok penting dalam melakukan asesmen fisioterapi:
1. Kesan umum saat anak datang.
2. Pertumbuhan dan perkembangan anak.
3. Tonus otot postural dasar (hipertonus, hipotonus, fluktuasi).
4. Kemampuan dan ketidakmampuan fungsional anak.
5. Menentukan masalah utama dan masalah sekunder.
6. Deformitas yang dipunyai.

Saat melakukan asesmen fisioterapi, terapis perlu melakukan anamnesa (terkait identitas,
keluhan utama, riwayat kehamilan, riwayat penyakit terdahulu, riwayat penyakit sekarang, dll),
pemeriksaan objektif (kesadaran, kooperatif/tidak kooperatif, lingkar kepala, status gizi, suhu,
nadi), pemeriksaan khusus (refleks, motorik kasar, tonus otot, fungsi bermain, sikap tubuh &
gerakan patologis, ROM, kekuatan otot, antropometri, pola berjalan, deformitas & kontraktur,
keseimbangan). Asesmen fisioterapi dapat dilakukan setiap saat, tidak harus saat kunjungan
pertama kali. Proses ini berlangsung berkelanjutan baik saat diagnosis, intervensi, dan juga
evaluasi tindakan.
Tubuh manusia memiliki kapasitas fisik dan kemampuan fungsional. Fisioterapi
bertanggung jawab terhadap kapasitas fisik dan kemampuan fungsional tersebut. Kapasitas fisik
berupa tonus otot, kekuatan otot, luas gerak sendi. Kemampuan fungsional berupa tidur miring,
berguling, merayap, merangkak, duduk, dan berdiri.

Intervensi Fisioterapi
Intervensi fisioterapi terhadap berbagai gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
berupa:
1. Pemberian masase guna merileksasi atau meningkatkan tonus otot.
2. Pemberian latihan aktif berupa aktivitas permainan.
3. Meningkatkan kontrol kepala dan kontrol postural.
4. Memberikan peregangan (stretching) atau pengaturan posisi.
5. Menghambat refleks primitif yang masih ada.
6. Memberikan latihan weight bearing.
7. Menstimulasi perkembangan anak.
8. Mengoreksi postur.
9. Mengoreksi pola jalan anak.

Prinsip Terapi
Umum:
1. Asesmen dan dokumentasi harus berkelanjutan.
2. Bentuk pengukuran keberhasilan dan rencana terapi harus diambil dari hasil asesmen.
3. Dalam melakukan terapi perlu bekerja sama dengan anak.
4. Anak berpartisipasi aktif.
5. Kerja sama tim
6. Repetition dan reinforcement  pembelajaran & menimbulkan modifikasi.
Khusus:
1. Mempertimbangkan “Latihan Perkembangan”
2. Menggunakan stimulasi yang beragam.
3. Memberikan stimulus yang bertujuan
4. Meminimalkan terjadinya deformitas.
5. Mengembangkan aktivitas fungsional yang mandiri

Tabel 1 Prinsip Terapi untuk Setiap Tipe Cerebral Palsy


No. Tipe Cerebral Palsy Prinsip Terapi
1. Spastik Inhibisi spastisitas
Fascilitasi righting, keseimbangan dan proteksi
Menanamkan pola gerak normal
Menghambat gerak asosiasi
Memberi arah gerak volunter
Latihan penumpuan berat badan dan placing
Mencegah pemendekan otot dan kecacatan
2. Spastik athetoid Sama dengan cerebral palsy spastik ditambah:
Latihan mengontrol tubuh melalui kepala, gelang bahu
dan lengan
Mengarahkan posture ke mid-line
Mengajarkan kontrol gerak pada segala lingkup gerak
sendi dan placing
3. Tonic spasm athetoid Sama dengan CP spastik athetoid
4. Choreo athetoid Inhibisi spastisitas
Pemberian stimulasi tetapi tidak boleh berlebihan
Latihan mempertahankan tonus postural
Latihan fiksasi sebelum dan selama bergerak
Normalisasi tonus dengan latihan weight bearing,
aproksimasi dan pemberian tahanan/resisted
Latihan mengontrol tubuh melalui kepala, gelang bahu
dan lengan
5. Athetoid murni Sama dengan CP choreo athetoid
6. Ataksia Fasilitasi gerak dan aktivitas normal
Memelihara kemampuan kontraksi dengan
mempertahankan posisi tertentu
Pemberian pressure tapping untuk menambah
kontraksi
7. Flaccid Perbaikan kontrol kepala
Stimulasi deep breathing, tertawa, dan menangis
Fascilitasi gerak dan aktivitas normal
Setiap pemberian stimulasi selalu menunggu reaksi
sebelum diulang, dilakukan pada berbagai posisi
8. Hiperkinetik Diusahakan selalu tenang dan memelihara agar
stimulus tetap minimal
Kontrol ketat agar tidak menangis/tertawa
Latihan konsentrasi
Pemberian kursi roda dengan savety belt

Pemeriksaan Spesifik
Pemeriksaan spastisitas menggunakan skala Asworth
Spastisitas adalah suatu kelainan motorik yang ditandai oleh peningkatan refleks peregangan
tonik yang terkait dengan peregangan dan peningkatan refleks tendon, yang berasal dari
eksitabilitas yang berlebihan dari refleks regang. Timbulnya spastisitas merupakan akibat
ketidakseimbangan antara pusat fasilitasi dan pusat inhibisi di otak bagian tengah serta formasio
retikularis batang otak, dengan konsekuensi terjadinya ketidakseimbangan antara alfa dengan
gama motor neuron.
Untuk menilai pasien spastisitas perlu ditentukan derajat spastisitas. Ada beberapa skala
yang dapat dipakai, skala yang banyak digunakan dan reabilitasnya cukup baik adalah Modified
Ashworth Scale.

Tabel 2 Modified Ashworth Scale


Derajat Penjelasan
0 Tidak ada kenaikan dalam tonus otot (normal)
1 Kenaikan ringan dalam tonus otot. Muncul ketika dipegang dan dilepas atau
dengan tahanan minimal pada akhir ROM ketika bagian yang terkena
digerakkan dalam gerakan fleksi atau ekstensi (sangat ringan)
1+ Kenaikan ringan dalam tonus otot, muncul ketika dipegang diikuti dengan
tahanan minimal pada sisa (<50%) dari ROM (ringan)
2 Kenaikan yang lebih jelas dalam tonus otot pada sebagian besar ROM, tetapi
bagian yang terkena dapat digerakkan dengan mudah (sedang)
3 Kenaikan yang besar dalam tonus otot dimana gerakan pasif sulit dilakukan
(agak berat)
4 Bagian yang terkena kaku dalam gerakan fleksi atau ekstensi (berat)
PROGNOSIS (S1)
Prognosis pasien cerebral palsy spastic quadriplegia dipengaruhi beberapa faktor antara lain: 
1. Berat ringannya kerusakan yang dialami pasien. 
Menurut tingkatannya cerebral palsy spastic quadriplegia secara umum diklasifikasikan
dalam tiga tingkat, yaitu mild, moderate, dan severe.
a. Mild 
    Pasien dengan mild quadriplegia dapat berjalan tanpa menggunakan alat bantu seperti
bilateral crutches atau walker, dan dapat bersosialisasi dengan baik dengan anak-anak
normal seusianya pasien. 
b. Moderate 
    Pasien dengan moderate quadriplegia mampu untuk berjalan saat melakukan aktivitas
sehari-hari tetapi terkadang masih membutuhkan alat bantu seperti bilateral crutches
atau walker. Namun demikian untuk perjalanan jauh atau efektivitas berjalan dalam
waktu yang relatif lama dan jarak tempuh yang relatif jauh, pasien masih memerlukan
bantuan kursi roda, seperti pada saat berjalan-jalan ke pusat belanja, taman hiburan
atau kebun binatang. 
c. Severe. 
    Pasien dengan severe quadriplegia sangat tergantung pada alat bantu atau bantuan dari
orang lain untuk berjalan meskipun hanya untuk mencapai jarak yang dekat, misalnya
untuk berpindah dari satu ruangan ke ruangan yang lain dalam satu rumah. Pasien
sangat tergantung pada kursi roda atau orang lain untuk melakukan aktivitas.
2. Pemberian terapi pada pasien cerebral palsy spastic quadriplegia. 
Pemberian terapi dengan dosis yang tepat dan adekuat juga berpengaruh terhadap
prognosis pasien. Semakin tepat dan adekuat terapi yang diberikan semakin baik
prognosisnya. 
3. Kondisi tubuh pasien. 
Dengan kondisi tubuh yang baik akan mempermudah pasien untuk mengembangkan
kemampuannya pada saat latihan sehingga pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari
secara mandiri. 
4. Lingkungan tempat pasien tinggal dan bersosialisasi. 
Peran lingkungan terutama keluarga sangat memengaruhi perkembangan pasien,
dukungan mental yang diberikan keluarga kepada pasien sangat dibutuhkan pasien tidak
hanya pada saat menjalani terapi sehingga pasien bersemangat setiap kali menjalani sesi
latihan tetapi juga untuk menumbuhkan rasa percaya diri pasien untuk bersosialisasi
dengan dunia luar.

Anda mungkin juga menyukai