Anda di halaman 1dari 19

MOLA HIDATIDOSA

KELOMPOK 4
1. Pengertian

 Mola hidatidosa adalah kehamilan yang berkembang tidak wajar


(konsepsi yang patologis) dimana tidak ditemukan janin dan hampir
seluruh vili korialis mengalalami perubahan hidropik

 Kehamilan mola adalah suatu kehamilan di mana setelah fertilisasi hasil


konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari
vili korialis di sertai dengan degenerasi hidropik
2. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa belum diketahui secara pasti.
Faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab adalah:
 Faktor ovum
Spermatozoon memasuki ovum yang telah kehilangan
nukleusnya atau dua serum memasuki ovum tersebut
sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam
pembuahan.
 Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Keperluan zat gizi saat masa kehamilan adalah meningkat
karena dipergunakan untuk mengoptimalkan pertumbuhan
dan perkembangan janin
 Paritas tinggi
Ibu multipara cenderung beresiko terjadi mola hidatidosa karena trauma
kelahiran / penyimpangan transmisi
 Kekurangan protein
Protein merupakan zat pembangun jaringan-jaringan tubuh
 Infeksi virus
Infeksi mikroba dapat memicu terjadinya mola hidatidosa
3. Patofisiologi
Mola Hidatidosa adalah salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG),
Penyakit trofoblastik gestasional (GTD) terjadi ketika diferensiasi sel normal
dalam blastokis berhenti dan sel trofoblastik berpoliferasi. Poliferasi trofoblas
mengakibatkan peningkatan kadar HCG. Mola Hidatidosa komplit terjadi ketika
ovum tidak mengandung kromosom dan sperma mereplikasi kromosomnya sendiri
ke dalam zigot abnormal.
Gambaran mikroskopik kehamilan mola hidatidosa antara lain proliferasi
trofoblas, degenerasi hidopik dari stroma villi serta terlambatnya pembuluh
darah dan stroma
4. WOC

Woc woc
5. Manifestasi klinik
Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan ”mola hidatidosa” adalah :
 Amenore dan tanda-tanda kehamilan.
 Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan
lanjut kadang keluar gelembung mola.
 Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
 Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ sekalipun
uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.
 Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu
6. Komplikasi
 Perdarahan yang hebat sampai syok
 anemia
 Infeksi sekunder
 Perforasi karena tindakan atau keganasan

7. Penatalaksanaan
Penanganan yang biasa dilakukan pada Mola hidatidosa adalah:
 Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis.
 Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis
 Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera (Kuretase dan
histerektomi)
 Antisipasi komplikasi (perdarahan hebat atau perforasi uterus).
 Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun
A. Pengkajian
a. Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat

b. Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang

c. Riwayat kesehatan, yang terdiri dari :


 Riwayat kesehatan sekarang
Yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti
perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
 Riwayat kesehatan masa lalu :
- Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan,
oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
- Riwayat penyakit yang pernah dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi,
masalah ginekologi/urinari, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
- Riwayat kesehatan keluarga.
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi
mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
 Riwayat kesehatan reproduksi
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah,bau,warna
dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan
yang menyertainya.
 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini,
bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
 Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluhan
yang menyertainya.
 Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis
obat lainnya.
 Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat,tidur,
hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
d. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi.
Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna,
perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan
terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan
postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan
seterusnya.
b. Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan
jari. Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu,
derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan
kontraksi uterus. Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi
edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk
mengamati turgor. Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus
otot atau respon nyeri yang abnormal.
 Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak
langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk
memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang
ada dibawahnya. Menggunakan jari : dada dan dengarkan
bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau
konsolidasi. Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan
amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah,
memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding
perut atau tidak.
 Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh
dengan bantuan stetoskop dengan menggambarkan dan
menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar:
dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus
atau denyut jantung janin. (Johnson & Taylor, 2005)
B. Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan.
2. Resiko tinggi Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan pendarahan
3. Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan
kuretase.
4. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan/informasi tentang penyakit
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan.
Intervensi:
 Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang
dirasakan klien
 Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam
 Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi
 Beri posisi yang nyaman
 Kolaborasi pemberian analgetik
2. Resiko tinggi Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pendarahan
Intervensi
 Awasi jumlah dan tipe masukan cairan.
 Diskusikan strategi untuk menghentikan pendarahan.
 identifikasikan rencana untuk meningkatkan/mempertahankan
keseimbangan cairan optimal.
 kaji hasil tes fungsi elektrolit.
 Tambahan kalium, oral sesuai indikasi.
3. Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase.
Intervensi
 kaji adanya tanda-tanda infeksi
 observasi vital sign
 observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan(luka dan jahitan),
daerah yang terpasang alat invasif(inFus,cateter)
 kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat antibiotic
4. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan/informasi tentang
penyakit
Intervensi
 Kaji tingkat kecemasan klien
 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
 Mendengarkan keluhan klien dengan empati
 Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan
 Beri dorongan spiritual/support
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai