Anda di halaman 1dari 5

PENYAKIT TROFOBLAS GANAS

A. Definisi
Penyakit trofoblas ganas adalah suatu penyakit akiat dari proliferasi sel trofoblas
yang abnormal selama kehamilan meliputi mola hidatidosa, mola invasive,
koriokarsinoma,dan placenta site throphoblastic tumor. Penyakit tumor ganas
atau PTG adalah tumor ganas yang berasal dari sito dan sinsiotrofoblas yang
menginvasi miometrium, merusak jaringan di sekitar, dan pembuluh darah. PTG
bisa didahului oleh proses fertilisasi atau bisa juga langsung. PTG yang didahului
oleh proses kehamilan dinamakan koriokarsinoma dengan kehamilan dan yang
langsung dinamakan koriokarsinoma tanpa kehamilan.
B. Etiologi
Etiologi untuk penyakit trofoblas ganas masih belum jelas. Pada umumnya
penyakit ini disebabkan oleh mola hidatidosa. Dari bentuk keganasannya
penyakit ini merupakan karsinoma epitel korion.
C. Patogenesis.
1. Teori missed abortion
Mudigah mati pada usia kehamilan 3-5 minggu, maka terjadi gangguan
peredaran darah sehingga terjadi penimbunancairandi mesenkim dan vili dan
terbentuk gelembung gelembung. Bisa juga kematian disebabkan oleh
kekurangan gizi berasa asam dan histidin pada kehamilan 13 dan 21 minggu.
2. Teori neoplasma dari park
Sel sel trofoblas mempunyai fungsi yangh abnormal dimana reasorpsi cairan
yang berlebihan ke dalam vili sehingga timbul gelembung menyebabkan
gangguan peredaran darah dan menyebabkan kematian.
D. Tanda dan gejala
Perdarahan yang tidak teratur setelah berakhirnya suatu kehamilan dimana
terdapat subinvolosio uteri juga perdarahan yang dapat terjadi terus menerus.pada
pemeriksaan ginekologi terdapat uterus membesar dan lunak, kista tekalutein
bilateral, lesi metastasis di vagina dan organ lain. Dari pemeriksaan ini
dadapatkan tanda yaitu nyeri perut, batuk darah, melena, peningkatan tekanan
intracranial yaitu sakit kepala, kejang, hemiplegic.
E. Pemeriksaan Diagnosis
Dilakukan
1. Pengkajian
- Perdarahan terus menerus setelah terjadi evakuasi mola atau kehamilan
-

sebelumnya
Bila terjadi perforasi uterus ditemukan adanya nyeri perut
Bila ada lesi metastasis maka ditemukan gejala hemapto, sakit kepala,

kejang, hemiplegic
2. Pemeriksaan fisik
- Uterus membesar

- Adanya lesi metastasis di vagina dan organ lain


- Adanya kista lutein bilateral yang persisten
3. Pemeriksaan penunjang
- Adanya kadar beta HCG yang tetap atau meninggi
- Pada foto torak terlihat lesi metastasis untuk melihat adanya metastasis
-

ke paru paru.
USG pelvis hati dan ginjal untuk melihat adnya metastasis
Bila ada metastasi di hati maka terjadi gangguan fungsi hati
CT scan kepala untuk melihat adanya kelainan syaraf
Jika ada metastasis di paru maka CT scan kepala dan abdomen bisa
dilakukan, jika ada perdarahan gastrointerstinal maka endoskopi atas

bawah boleh dilakukan


F. Penatalaksanaan Medis
Protokol pengobatan sitostatika berdasar klasifikasiyang dianut, klasifikasi yang
dapat digunakan bisa berdasarkan Hammond dan stadium figo:
1. PTG non metastasis
2. PTG metastasis
- Resiko rendah, interval kurang dari 4 bulan, metastasis belum terjadi ke
otak atau hati, kadar hCG <100.000mIU/ml atau <40.000mIU/ml serum,
tidak ada kehamilan aterm sebelumnya, belum dapat kemoterapi
sebelumnya.
- Resiko tinggi, metastasis ke otak dan hati
3. Pengobatan
- Kemoterapi, jika kadar beta HCG tinggi, beta HCG tidak turun selama 4
bukan setelah evakuasi, metastasis ke paru paru, vulva, vagina, kecuali
kalau metastasis turun, metastasis ke organ lain seperti hepar, perdarahan
-

vaginal hebat
Pembedahan,

hanya

pada

kasus

tertentu,

histerektomi,indikasi

pembedahan adalah perdarahan hebat, tidak memberi respon pengobatan


kemoterapi

ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a. Boidata: identitas klien, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
lama kawin, alamat
b. Keluhan utama: kaji apakah ada menstruasi berulang atau perdarahan pervaginan
c. Riwayat kesehatan: riwayat kesehatan lalu (kaji adanya kehamilan mola, tindakan
yang dilakukan, kondisi klien saat itu), riwayat kesehatan sekarang (keluhan saat
klien pergi ke rumah sakit seperti perdarahan), riwayat pembedahan ( kaji
d.
e.
f.
g.

pembedahan yang pernah dialami, kapan, siapa yang melakukan tindakan)


Riwayat penyakit yang pernah dialami
Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan reproduksi
Riwayat persalinan, kehamilan, nifas ( kaji bagaimana keadaan anak mulai dari

kandungan hingga saat ini


h. Riwayat seksual ( kaji aktivitas seksual klien, kontrasepsi apa yang digunakan
i. Riwayat pemakainan obat
j. Pola aktivitas sehari hari
Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi, observasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase, pola pernapasan terhadap kedalaman, penggunaan ekstremitas,
penggunaan tubuh
b. Palpasi
- Sentuhan: rasakan pembengkakan, catat suhu, kelembapan, tekstur kulir,
-

kekuatan kontraksi uterus


Tekanan: menentukan nadi, evaluasi edema, memperhatikan posisi janin

atau mencubit kulit untuk lihat turgor


Pemeriksaan dalam: menentukan tonus otot atau respon nyeri abnormal

c. Perkusi, ketuk lutut atau dada dengan jari untuk lihat ada tidak cairan, masa dan
konsolidasi, dengan palu perkusi ketuk lutut dan amati ada tidaknya reflekkaki
bawah, melihat reflek kulit perut
d. Auskultasi, mendengar di antekubiti untuk lihat tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung paru dan abdomen untuk bising usus atau djj

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri bd lesi karena metastasis
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan bd perdarahan
3. Kecemasan bd perubahan status kesehatan
Intervensi
1. Nyeri bd lesi karena metastasis
Tujuan: klien akan menunjukan nyeri berkurang
Kriteria: - klien mengatakan nyeri berkurang
: - ekspresi wajah tenang
: - TTV dbn
Intervensi:
a. Kaji tingkat nyeri, lokasi, skala nyeri
Rasional: mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan klien
b. Observasi tanda vital tiap 8 jam
Rasional: perubahan nadi dan suhu merupakan indikasi peningkatan nyeri
c. Ajarkan teknik relaksasi
Rasional: teknik ini dapat membuat klien sedikit lebih nyaman
d. Beri posisi yang nyaman
Rasional: posisi yang nyaman dapat menghindari penekanan pada lokasi
nyeri
e. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional: obat analgetik dapat memblok reseptor nyeri
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer bd perdarahan
Tujuan: klien akan menunjukan perfusi jaringan adekuat setelah dilakukan
tindakan3x24 jam
Kriteria: badan tidak lemas, anemis(-), akral hangat, TTV dbn
Intervensi:
a. Monitor TTV
Rasional: TTV adalah indikator utama yang dapat diketahui ketika terjadi
perubahan perfusi jaringan
b. Monitor neurologi
Rasional: perubahan status neurologi merupakan tanda dan gejala yang dapat
muncul ketidakefektifan perfusi jaringan yang disebabkan oleh perdarahan
- Monitor kesadaran
- Monitor gcs
- Monitor respon klien terhadap kesadaran

c. Monitor keseimbangan cairan


Rasional: untuk menghindari komplikasi akibat kadar cairan yang tidak
normal
- Catat intake dan output
- Kaji tanda dehidrasi
- Persiapan transfuse
- Awasi respon selama transfuse
3. Kecemasan bd perubahan status kesehatan
Tujuan: klien akan menunjukan kecemasannya mulai berkurang
Kriteria: ekspresi wajah tenang, klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya
Intervensi:
a. Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional: mengetahui sejauh mana kecemasan mengganggu klien
b. Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaan
Rasional: dapat memberikan rasa lega jika klien sudah mengungkapkan
perasaannya
c. Mendengarkan keluhan klien
Rasional: supaya klien merasa diperhatikan
d. Jelaskan tentang proses penyakit dan model terapi yang digunakan
Rasional: menambah pengetahuan klien
e. Beri support
Rasional: untuk membuat klien lebih tenang

DAFTAR PUSTAKA

Fitri Nurmala Sari, , https://www.scribd.com/doc/ PTG, Online, diakses 7 april


2015
Laily Maslahatun Nimah, https://www.scribd.com/doc/Penyakit Trofoblast
Ganas, Online, diakses 7 april 2015

Anda mungkin juga menyukai