Anda di halaman 1dari 21

GEOLOGI STRUKTUR

KULIAH 4
KINEMATIKA DAN DINAMIKA
STRUKTUR GEOLOGI

RANA WIRATAMA
rana.wiratama@fmipa.unipa.ac.id©2012 1
PENDAHULUAN
 ANALISIS KINEMATIKA :
Analisis kinematika merupakan analisa rekonstruksi dari
pergerakan yang terjadi pada saat proses deformasi
batuan yang terjadi disemua skala (Davis dan Reynolds,
1996).

 ANALISIS DINAMIKA :
Analisis dinamika adalah menyangkut hubungan antara
tegasan (stress) yang mempunyai kecenderungan
mendeformasi batuan dan kekuatan batuan yang
cenderung menahannya (Davis dan Reynolds, 1996).
rana.wiratama©2012
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
2
Deformasi Batuan
 Deformasi : secara umum merupakan istilah
untuk semua perubahan bentuk dan/atau ukuran
asal suatu tubuh batuan.

 Hampir sebagian besar deformasi kerak bumi


terjadi di sepanjang batas-batas pergerakan
lempeng

 Deformasi melibatkan:
 Gaya (Force)– suatu kecenderungan
untuk menggerakan suatu objek diam
atau merubah pergerakan suatu objek
bergerak.
rana.wiratama©2012
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
Deformation
 Deformasi melibatkan
 Tegangan/tegasan (Stress) – Gaya per
satuan luas
 Tipe-tipe tegangan
 Tegangan tekan (Compressional stress) –
memperpendek tubuh batuan
 Tegangan tarik (Tensional stress) –
cenderung untuk memperpanjang atau
menarik tubuh batuan
 Tegangan geser (Shear stress) –
cenderung mendeformasi tubuh batuan
searah sumbu horizontal .

rana.wiratama©2012
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
DEFORMASI BATUAN

7
Deformation
 Strain/Keterakan – Perubahan bentuk dan ukuran
suatu tubuh batuan yang disebabkan oleh tegangan
(stress). Strain merupakan perubahan adalah
perubahan volume dan dimensi relatif terhadap
volume dan ukuran asal.

 Bagaimana batuan terdeformasi?


 Batuan yang dikenai tegangan melebihi
kekuatannya akan mulai terdeformasi
(melipat, merekah, patah)

rana.wiratama©2012
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
TAHAPAN DEFORMASI
Tahapan deformasi terjadi ketika suatu batuan mengalami
peningkatan gaya tegasan yang melampaui 3 tahapan pada deformasi
batuan.
1. Deformasi yang bersifat elastis
(Elastic Deformation) terjadi
apabila sifat gaya tariknya
dapat berbalik (reversible).
2. Deformasi yang bersifat lentur
(Ductile Deformation) terjadi
apabila sifat gaya tariknya
tidak dapat kembali lagi
(irreversible).
3. Retakan / rekahan (Fracture)
terjadi apabila sifat gaya
tariknya yang tidak kembali lagi
ketika batuan pecah/retak
rana.wiratama©2012
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
9
 Singkapan batuan sedimen yang menunjukkan
struktur lipatan seret (drag fold) akibat gaya
kompresi
Deformasi batuan
Faktor yang mempengaruhi deformasi batuan
 Temperatur

Pada temperatur tinggi molekul molekul dan


ikatannya dapat meregang dan berpindah, sehingga
batuan/material akan lebih bereaksi
 Tipe material

Beberapa mineral, seperti Kuarsa, Olivine, dan


Feldspar bersifat sangat retas (brittle). Mineral
lainnya, seperti mineral lempung, mica, dan kalsit
bersifat lentur (ductile)
 Waktu deformasi

 Tekanan bebas/Confining pressure

rana.wiratama©2012
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
ANALISIS KINEMATIKA
 Analisis kinematika merupakan analisa
rekonstruksi dari pergerakan yang terjadi pada
saat proses deformasi batuan yang terjadi
disemua skala.

 Analisis kinematika hanya memperhatikan


perubahan bentuk, ukuran dan pergerakan (strain)
yang terjadi tanpa memperhatikan atau
menginterpretasikan gaya atau tekanan yang
menyebabkan deformasi tersebut

rana.wiratama©2012
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
13
ANALISIS KINEMATIKA
 Apabila suatu benda diberi gaya (mis dalam proses
deformasi struktur batuan), gaya tersebut dapat
memindahkan benda ketempat lain yang disebut
sebagai translasi.
 Jika gaya merubah orientasinya, disebut rotasi.
 Apabila gaya tersebut merubah ukuran benda
dinamakan proses dilasi (dilation).
 Sedangkan apabila gaya tersebut merubah bentuk
benda disebut distorsi
 Sehingga total deformasi yang terjadi (D) adalah:

rana.wiratama©2012
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
14
ANALISIS KINEMATIKA

rana.wiratama©2012
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
15
ANALISIS KINEMATIKA
 Ada dua kategori reaksi benda terhadap proses
deformasi yaitu dapat bersifat rigid dan non-rigid
 Dalam proses deformasi yang rigid (rigid body
deformation) benda ditranslasikan serta
dirotasikan sedemikian rupa sehingga bentuk dan
ukuran semula tetap sama.
 Sedangkan perubahan yang dihasilkan dari
deformasi non-rigid adalah batuan mengalami
perubahan bentuk serta ukurannya.

rana.wiratama©2012
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
16
DEFORMASI RIGID dan NON-RIGID

rana.wiratama©2012
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
17
ANALISIS KINEMATIKA
 Sebuah benda dalam satu deformasi dapat
mengalami keduanya baik itu perubahan bentuk
maupun ukuran.
 Pada umumnya dalam satu deformasi rigid maupun
non-rigid beroperasi bersamaan.
 Gerakan sesar atau patahan pada umumnya
dikelompokan sebagai deformasi rigid (kaku),
tetapi apabila sesar-sesar tersebut terletak
berdekatan (membentuk zona) gerakannya menjadi
deformasi non-rigid.

rana.wiratama©2012
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
18
STRAIN (KETERAKAN)
 Strain menghasilkan dilation yaitu perubahan ukuran dan
distortion yaitu perubahan bentuk atau kombinasi dari kedua
proses tersebut.
 Strain dapat dibagi menjadi homogeneous dan inhomogeneous.
 Apabila besarnya strain diseluruh benda sama, maka didefinisikan
sebagai keterakan homogen (homogenous strain).
 Kriteria untuk homogenous strain adalah apabila garis lurus tetap
lurus dan garis sejajar tetap sejajar setelah deformasi.
 Sedangkan dalam kasus inhomogenous (heterogenenous) strain,
nilai strain diberbagai tempat dalam bentuk tidak sama. Dengan
demikian kriteria untuk inhomogenous (heterogenenous) strain
adalah apabila garis lurus menjadi melengkung dan garis sejajar
menjadi tidak sejajar

rana.wiratama©2012
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
19
STRAIN
 Perbedaan antara homogeneous dan inhomogenous
(heterogenenous) strain yang paling jelas dan
dapat dengan mudah diamati adalah pada struktur
perlipatan.

rana.wiratama©2012
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
20
 BERSAMBUNG…………..

rana.wiratama©2012
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
21

Anda mungkin juga menyukai