Anda di halaman 1dari 7

• Nama : Nurul Fadhilah

• NIM : po.71.31.0.16.053
• Kelas : 3A
DISTRIBUSI PREVALENSI STUNTING KABUPATEN/KOTA
SUMATERA SELATAN 2017

Muratara 32.8
Palembang
Banyuasin 32.8
Ogan Ilir 29.5 Muara Enim
Lahat 28.2 Palu
Empat Lawang 27.7
Oku Timur 26.7 Lubuk Linggau
Pagaralam 26.4 Prabumulih
Musi Rawas 25.9
OKU Musi Banyuasin
24.3
SUMSEL 23.9 Oku Selatan
OKI 22.5
OKI
Oku Selatan 22.5
Musi Banyuasin 21.4 SUMSEL
Prabumulih 19.4 OKU
Lubuk Linggau 18.9
Palu 18.6 Musi Rawas
Muara Enim 14.9 Pagaralam
Palembang 14.5
Oku Timur
0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0
Analisis Tingkat Permasalahan
1. Kondisi Stunting di Indonesia
Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak )
akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Berdasarkan hasil Pantauan Status Gizi (PSG) 2017
prevalensi balita stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6% diatas batasan yang ditetapkan WHO
(20%). Prevalensi balita tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Timur (NTT) mencapai 40,3%. Angka
tersebut merupakan yang tertinggi di bandingkan dengan provinsi lainnya dan juga diatas angka
nasional.

2. Kondisi Stunting di Sumatera Selatan


Distribusi prevalensi stunting di Sumatera Selatan tahun 2017 terdapat rata-rata stunting
sebesar 23,9 % . Angka ini cukup tinggi dibandingkan provinsi lainnya dan diatas batasan yang
ditetapkan WHO (20%)

3. Kondisi Stunting di Kabupaten/ Kota


Kondisi stunting di kota /kabupaten provinsi Sumatera Selatan masih banyak yang diatas
angka yang ditetapkan WHO (20%) . Dari 17 kabupaten/kota terdapat 12 kota/kabupaten yang
prevalensi stunting berada di atas angka nasional .

4 . Kabupaten Terendah dan Tertinggi Prevalensi Stunting


- Prevalensi stunting terendah di provinsi Sumatera Selatan terdapat di kota Palembang sebesar
14.5%
- Prevalensi stunting tertinggi di provinsi Sumatera Selatan terdapat di Kabupaten Muratara sebesar
32.8%
5. Intervensi apa yang tepat untuk mengatasi
stunting tersebut ?
Dalam pencegahan malnutrisi, pola makan sehat dan
seimbang sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang
anak yang optimal .
Intervensi gizi yang baik untuk mengatasi masalah stunting
yaitu dimulai dari awal kehamilan hingga dua tahun pertama
kehidupan anak (1000 hari pertama kehidupan) , selain itu
melakukan pemantauan rutin pertumbuhan anak di posyandu
merupakan upaya yang strategis untuk memantaustatus gizi
dan meneteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan .
DISTRIBUSI PREVALENSI BALITA KURUS MENURUT
KABUPATEN/KOTA
PROV SUMSEL TAHUN 2017

OKI 9.2
Ogan Ilir 7.8 Muara Enim
Banyuasin 7.7 Palembang
Lubuk Linggau 7.3 Empat Lawang
Musi Banyuasin 6.9
OKU Timur
Lahat 6.6
Musi Rawas 6.3 Muratara
SUMSEL 5.6 Pagaralam
OKU Selatan 5.5 OKU
Prabumulih 5.1
PALI
PALI 4.6
OKU 4.5 Prabumulih
Pagaralam 4.3 OKU Selatan
Muratara 4.2 SUMSEL
OKU Timur 4.1
Musi Rawas
Empat Lawang 4
Palembang 4 Lahat
Muara Enim 3.9 Musi Banyuasin
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Analisis Tingkat Permasalahan
1. Kondisi Kurus di Indonesia
Wasting/kurus ditandai dengan kurangnya berat badan menurut panjang
badan/tinggi badan(BB/TB). Balita kurus disebabkan karena kekurangan makan atau terkena
penyakit infeksi yang terjadi dalam waktu yang singkat . Karakteristik yang ditunjukkan oleh
balita kurus adalah masalah gizi akut .
Hasil PSG 2017 menunjukkan prevalensi wasting/kurus pada balita di Indonesia sebesar 9,5%.
Angka tersebut menurun 2,3% dari tahun 2014 (11,8%) , tetapi masih berada di atas angka
yang ditetapkan WHO (5%).

2. Kondisi Kurus di Sumatera Selatan


Distribusi prevalensi wasting/kurus di Sumatera Selatan tahun 2017 terdapat rata-
rata (5,6%). Angka ini cukup baik dibandingkan provinsi lainnya akan tetapi masih diatas
batasan yang ditetapkan WHO (5%).

3. Kondisi Kurus di Kabupaten/ Kota


Kondisi wasting/kurus di kota /kabupaten provinsi Sumatera Selatan masih cukup
banyak yang berada diatas angka yang ditetapkan WHO (5%) . Dari 17 kabupaten/kota
terdapat 9 kota/kabupaten yang prevalensi wasting berada di atas angka nasional

5. Kabupaten Terendah dan Tertinggi Balita Kurus


- Prevalensi balita kurus terendah terdapat di kabupaten Muara Enim sebesar 3.9%
- Prevalensi balita kurus tertinggi terdapat di kabupaten OKI sebesar 9.2%
Status IMT

17%
32%
5% 1 Sangat Kurus
2 Kurus
3 Normal
26%
20% 4 Gemuk
5 Obesitas

Anda mungkin juga menyukai