Anda di halaman 1dari 37

EVALUASI EKONOMI PROYEK MINERAL

DEPRESIASI, AMORTISASI &


DEPLESI

Program Studi Teknik Pertambangan


Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta
2017
TAHAPAN UMUM KEGIATAN PERTAMBANGAN

Prospeksi

Eksplorasi
IUP Teknik
EKSPLORASI
Evaluasi/Studi kelayakan Lingkungan

Ekonomi

Tidak Layak Layak

Arsip Persiapan Penambangan


Pembongkaran
Pemuatan Penambangan
Pengangkutan
Pengolahan

REKLAMASI Pemurnian / Ekstraksi

IUP
Pemasaran
OPERASI PRODUKSI
Pasca Tambang
BENTUK ALIRAN UANG TUNAI (Cash Flow)
No. Komponen Aliran Tunai Th-0 Th-1 Th-2 Th-3 Th-4 Th-5
Hasil Penjualan
(-)Royalty
Pendapatan Kotor
(-)Biaya Operasi
(-)Pengembangan
(-)Bunga pinjaman
(-)Depresiasi
(-)Amortisasi
Pendapatan terpajak sbl Deplesi
(-)50 % Limit Deplesi
(-)Persentase Deplesi
(-)Deplesi biaya
Pendapatan terpajak
(-)Pajak
Pendapatan bersih (Profit)
(+)Depresiasi
(+)Amortisasi
(+)Deplesi
(+)Modal kerja kembali
Total Investasi
(+)Modal pinjaman
(-)Pengembalian pinjaman
Cash Flow
A. DEPRESIASI (PENYUSUTAN)
Berkurangnya nilai dari suatu benda modal (kekayaan fisik) berupa : bangunan,
mesin, peralatan karena pemakainnya sepanjang umur pakai benda modal tsb.

Beberapa pengertian nilai yang berhubungan dengan penyusutan :


1. Market value (nilai pasar)
Nilai dalam pengertian yang umum, menyatakan berapa besar nilai dari
suatu benda modal bila diperjualbelikan.
2. Use value
Nilai berdasarkan kegunaan, jadi seseorang membeli benda modal berdasarkan
nilai kegunaan benda modal tsb sebagai satuan operasi
3. Fair value
Nilai benda modal yang ditentukan oleh pembeli dan penjual dengan keyakinan
bahwa harganya cukup wajar bagi keduanya.
4. Book value (nilai buku)
Nilai dari benda modal seperti tercantum dalam pembukaan
5. Salvage value (Nilai sisa)
Nilai sisa dari benda modal. Nilai ini merupakan harga yang akan
diperoleh bila benda modal dijual sebagai barang bekas
6. Scrap value
Jumlah yang akan diperoleh jika benda modal dijual sebagai barang
rongsokan/besi tua. Biasanya = 0

Guna Depresiasi :
1. Penafsiran pajak (Tax allowance) : Annual taxable income – Annual Depreciation
2. Biaya operasi.
3. Mengumpulkan dana untuk penggantian alat/pabrik.
4. Menghitung harga buku dari harga yang telah dipakai.
Pemilihan Metode Depresiasi :
a. Dapat mengembalikan modal secepatnya
b. Tidak terlalu rumit.
c. Dapat menjamin bahwa setiap saat nilai pembukuan tidak lebih besar dari
nilai sesungguhnya.
d. Tidak menyalahi ketentuan yang berlaku, sehingga dapat diakui.

Macam metode Penyusutan :


1. Straight line method (Metode garis lurus)
2. Declining balance (Double Declining Balance)
3. Sum of the year digits
4. Unit of production
5. ACRS
6. UU No. 36 thn 2008 ttg Pajak Penghasilan
STRAIGHT LINE METHOD

Dianggap benda modal berkurang secara tetap.

Dt = penyusutan
C = Biaya pembelian alat
L = Nilai akhir (Nilai Sisa)
n = umur alat

Bt = Nilai buku
m = tahun ke 1, 2, ....... m
Contoh :
Harga alat $12,000. diperkirakan umur alat 5 tahun, dengan nilai sisa $2,000
Pada akhir tahun ke 5.

Tahun ke Penyusutan Nilai buku


0 12.000
1 2.000 10.000
2 2.000 8.000
3 2.000 6.000
4 2.000 4.000
5 2.000 2.000
DECLINING BALANCE

DOUBLE DECLINING BALANCE


Contoh :
Harga alat $12,000. diperkirakan umur alat 5 tahun, dengan nilai sisa $2,000
Pada akhir tahun ke 5.
Tentukan besarnya penyusutan tiap tiap tahun dengan metode DB

Tahun ke Penyusutan Nilai buku


0 12.000
1 3.612,00 8.388,00
2 2.524,79 5.863,21
3 1.764,83 4.098,39
4 1.233,61 2.864,77
5 862,30 2.002,48
Contoh :
Harga alat $12,000. diperkirakan umur alat 5 tahun, dengan nilai sisa $2,000
Pada akhir tahun ke 5.
Tentukan besarnya penyusutan tiap tiap tahun dengan metode DDB

Tahun ke Penyusutan Nilai buku


0 12.000
1 4.000,00 8.000,00
2 2.400,00 5.600,00
3 1.440,00 4.160,00
4 864,00 3.296,00
5 518,40 2.777,60
KONVERSI DEPRESIASI DOUBLE DECLINING
BALANCE KE STRAIGHT LINE

Contoh :
Harga alat $10,500. diperkirakan umur alat 5 tahun, dengan nilai sisa $500
pada akhir tahun ke 5.
Tentukan besarnya penyusutan tiap tiap tahun dengan metode DDB yang
dikonversikan ke SL

Tahun ke Penyusutan Nilai buku


0 10.500
1 4.200,00 6.300,00
2 2.520,00 3.780,00
3 1.512,00 2.268,00
4 907,20 1.360,80
5 544,32 816,48
Dengan SL = (10.500-500)/5 = 2.000

Jika dirubah ke
SL (tahun) SL.Dep DDB. Dep Keterangan
2 (6300-500)/4= 1.450 2.520 tidak dirubah ke SL
3 (3780-500)/3=1.093,33 1.512 tidak dirubah ke SL
4 (2.268-500)/2 = 884 907,2 tidak dirubah ke SL
5 (1360,8-500)/1=860,8 544,32 dirubah ke SL

Tahun ke Penyusutan Nilai buku


0 10.500
1 4.200,00 6.300,00
2 2.520,00 3.780,00
3 1.512,00 2.268,00
4 907,20 1.360,80
5 860,80 500,00
10.000
SUM OF THE YEAR DIGITS
1. Dianggap nilai benda modal menyusut dengan tingkat penyusutan yang
makin menurun.
2. Angka-angka untuk menghitung penyusutan tiap tahun merupakan urutan
terbalik dari tahun penyusutannya
3. Tingkat penyusutan per tahun merupakan perbandingan antara angka-angka
kebalikan tersebut dibagi dengan jumlahnya.
Menghitung besar tingkat penyusutan bila umur proyek 5 tahun :

Tahun Nomor dari tahun Tingkat penyusutan


susunan kebalikan
1 5 .5/15
2 4 4/15
3 3 .3/15
4 2 2/15
5 1 1/15
15
Contoh :
Benda modal dibeli seharga $13.000, umur pakai 3 tahun, dengan nilai sisa
sebesar $1000.

Tahun Nomor dari tahun Tingkat penyusutan


susunan kebalikan
1 3 .3/6
2 2 .2/6
3 1 1/6
6

Tahun Besarnya penyusutan Nilai buku


1 3/6(13000-1000)=6000 7000
2 2/6(13000-1000)=4000 3000
3 1/6(13000-1000)=2000 1000
Unit of production method

Depresiasi dengan metode ini dihitung sbb :

Contoh :
Harga mesin produksi $100.000, diharapkan memproduksi 20.000 unit
selama umur alat tsb. Bila tahun 1 diproduksi 4000 unit dan tahun ke 2
sebanyak 3000 unit. Tentukan Depresiasi tahun 1 dan ke 2
Unit of production Dep. Tahun 1 :

Unit of production Dep. Tahun 2 :


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2008
TENTANG
PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG
NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN
Pasal 11
(1) Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian,
penambahan, perbaikan, atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah
yang berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak
pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
(satu) tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama
masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut.

(2) Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) selain bangunan, dapat juga dilakukan dalam bagian-bagian
yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara
menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku, dan pada akhir masa
manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus, dengan syarat dilakukan
secara taat asas.
(3) Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali
untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai
pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut.
(4) Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak
diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut
digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
atau pada bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan.

(5) Apabila Wajib Pajak melakukan penilaian kembali aktiva berdasarkan


ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, maka dasar
penyusutan atas harta adalah nilai setelah dilakukan penilaian kembali
aktiva tersebut.
(6) Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta
berwujud ditetapkan sebagai berikut:
Kelompok Harta Masa Tarif Penyusutan sebagaimana
Berwujud Manfaat dimaksud dalam
Ayat (1) Ayat (2)
I. Bukan
bangunan
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
II. Bangunan
Permanen 20 tahun 5%
Tidak Permanen 10 tahun 10%
Contoh penggunaan metode saldo menurun:

Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan Januari 2009
dengan harga perolehan sebesar Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta
rupiah). Masa manfaat dari mesin tersebut adalah 4 (empat) tahun.
Kalau tarif penyusutan misalnya ditetapkan 50% (lima puluh persen),
penghitungan penyusutannya adalah sebagai berikut.

Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku


Harga Perolehan 150.000.000,00
2009 50% 75.000.000,00 75.000.000,00
2010 50% 37.500.000,00 37.500.000,00
2011 50% 18.750.000,00 18.750.000,00
2012 Disusutkan 18.750.000,00 0
sekaligus
Ayat (3)
Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran atau pada bulan
selesainya pengerjaan suatu harta sehingga penyusutan pada tahun pertama
dihitung secara pro-rata.

Contoh 1:
Pengeluaran untuk pembangunan sebuah gedung adalah sebesar
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Pembangunan dimulai pada bulan
Oktober 2009 dan selesai untuk digunakan pada bulan Maret 2010. Penyusutan
atas harga perolehan bangunan gedung tersebut dimulai pada bulan Maret
tahun pajak 2010.

Contoh 2:
Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan Juli 2009 dengan harga
perolehan sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Masa manfaat dari
mesin tersebut adalah 4 (empat) tahun. Kalau tarif penyusutan misalnya
ditetapkan 50% (lima puluh persen), maka penghitungan penyusutannya
adalah sebagai berikut.
Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisi Buku
Harga Perolehan 100.000.000,00
2009 6/12 X 50% 25.000.000,00 75.000.000,00
2010 50% 37.500.000,00 37.500.000,00
2011 50% 18.750.000,00 18.750.000,00
2012 50% 9.375.000,00 9.375.000,00
2013 Disusutkan 9.375.000,00 0
sekaligus
B. AMORTISASI

Pasal 11A
(1) Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud
dan pengeluaran lainnya termasuk biaya perpanjangan hak guna
bangunan, hak guna usaha, hak pakai, dan muhibah (goodwill) yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang dipergunakan
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dilakukan
dalam bagian-bagian yang sama besar atau dalam bagian-bagian yang
menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan
tarif amortisasi atas pengeluaran tersebut atau atas nilai sisa buku dan
pada akhir masa manfaat diamortisasi sekaligus dengan syarat dilakukan
secara taat asas.

(1a) Amortisasi dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali


untuk bidang usaha tertentu yang diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri Keuangan.
(2) Untuk menghitung amortisasi, masa manfaat dan tarif amortisasi
ditetapkan sebagai berikut:

Tarif Amortisasi
Kelompok Harta Masa berdasarkan
Tak Berwujud Manfaat metode
Garis Saldo
Lurus Menurun
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%

(3) Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal suatu
perusahaan dibebankan pada tahun terjadinya pengeluaran atau
diamortisasi sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2).
(4) Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran
lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun di bidang
penambangan minyak dan gas bumi dilakukan dengan menggunakan
metode satuan produksi.

(5) Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan


selain yang dimaksud pada ayat (4), hak pengusahaan hutan, dan hak
pengusahaan sumber alam serta hasil alam lainnya yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, dilakukan dengan menggunakan
metode satuan produksi setinggi-tingginya 20% (dua puluh persen) setahun.
Biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan hak mengusahakan suatu
cadangan batubara sebesar 900.000 ton adalah Rp 4,2 M. Diharapkan
produksi per hari adalah 1.000 ton dengan 25 hari kerja per bulan. Biaya
peralatan yang dibutuhkan Rp 4,5 M dengan nilai sisa nol. Harga batubara per
ton adalah Rp 150.000,-, biaya operasi per ton adalah Rp 95.000,-. Dengan
royalty 10%/th dan deplesi untuk batubara 15%/th, maka :

•Berapa depresiasi tiap-tiap tahun bila menggunakan metode :


1.Double Declining Balance (DDB) yang dikonversikan ke Staright Line
(SL)
2.Sum of the year digits (SYD)
•Berapa deplesi yang digunakan bila depresiasinya menggunakan DDB yang
dikonversikan ke SL
Berkurangnya nilai dari suatu sumberdaya alam , jika sumberdaya alam tsb
dapat diubah menjadi produk yang dapat dijual.

Macam-macam deplesi :
1. Persen (%) deplesi
Persen terhadap pendapatan kotor hasil penjualan produk, setelah
diperhitungkan dengan royalty. Nilai % deplesi untuk bermacam-macam
bahan galian berbeda.
2. Deplesi biaya
didasarkan atas jumlah cadangan yang diproduksi dibandingkan dengan
biaya awal dari cadangan tersebut. Besarnya deplesi tahun berikutnya
diperhitungkan berdasarkan perbandingan biaya yang belum kembali
dengan sisa cadangan
3. 50% limit deplesi
Diperhitungkan dari 50% terhadap pendapatan terpajak (setelah dikurangi
biaya operasi dan biaya lain) sebelum dikenakan deplesi.
PROSEDUR PENENTUAN DEPLESI

Menghitung persen penyusutan Menghitung 50% dari


(% yang tepat x pendapatan pendapatan kena pajak
kotor) tanpa nilai deplesi

Memilih yang
lebih KECIL
sebagai persentase
yang diijinkan

Memilih yang
lebih BESAR
Menghitung biaya penyusutan
sebagai nilai
(berdasarkan unit penyusutan
deplesi
yang sesuai
BESARNYA PESENTASE DEPLESI UNTUK
BERBAGAI JENIS DEPOSIT MINERAL

No Deposit mineral % Dep


1. Minyak dan gas 22
2. Sulphur, uranium, asbes, nikel,timah, vanadium 22
3. Emas,perak, tembaga dan bijih besi 15
4. Batubara, lignit dan sodium chloride 10
5. Peat, batu apung dan pasir 5
Contoh 1:
Suatu usaha tambang, pemilikan $150,000, cadangan 1.000.000 ton.
Produksi tahun ini 100.000 ton dan dijual $ 9,00/ton. Tahun ke
dua produksi 50.000 ton.
Biaya produksi dan overhead $ 80.000. Untuk tahun ini
depresiasi $ 20.000 dan untuk tahun berikutnya sama.
Hitung deplesi biaya!.

Penyelesaian :
Tahun ke 1 Dep. Biaya = 150.000x(100.000/1.000.000) = $ 15.000
Tahun ke 2 Dep.biaya = (150.000 – 15.000) x (50.000/900.000)
= $ 7.500
Contoh 2.
Untuk mendapatkan hak mengusahakan suatu cadangan minyak sebesar
1.000.000 barrels dibutuhkan biaya Rp 10.500.000.000. Pada tahun ke 1
diproduksi 100.000 barrel dan dijual dengan harga Rp 250.000/barrels. Total
biaya operasi Rp 500.000.000,-. Penyusutan pada tahun tersebut sebesar
Rp 100.000.000,-. Deplesi untuk minyak adalah 22%. Royalty 5 %
Jumlah produksi, biaya dan harga jual pada tahun berikutnya sama.

1. Berapa besar deplesi biaya untuk tahun ke 1.


2. Berapa besar % deplesi (22%) pada tahun pertama.
3. Berapa besar Limit Deplesi (50%)
4. Berapa besar deplesi yang digunakan.
Penyelesaian :
1. Deplesi biaya
Th. ke 1 = (10.500.000.000) x (100.000/1.000.000) = 1.050.000.000

2. Persen deplesi tahun ke 1 :

Hasil penjualan : 100.000 x 250.000 25.000.000.000


Biaya operasi 500.000.000
Depresiasi 100.000.000
Pendapatan kotor sebelum deplesi 24.400.000.000
Deplesi persentase : 22% x 25.000.000.000 5.500.000.000
50% limit deplesi : 50% x 24.400.000.000 12.200.000.000

3. Deplesi yang digunakan adalah Rp 5.500.000.000,-


Contoh 3 :
Sebuah perusahaan pertambangan mempertimbangkan untuk
membuka tambang bijih timah. Dari bagian eksplorasi dan
perencanaan diperoleh informasi : cadangan terukur 800.000
ton, untuk itu diperlukan biaya kepemilikan cadangan $
2.000.000.
Pengadaan peralatan tambang $1.500.000, dengan depresiasi
DDB selama 5 tahun tanpa nilai sisa.
Development sebesar $ 500.000. Biaya-biaya tersebut
dikeluarkan pada tahun ke 0.
Produksi tahun 1 dan 2 adalah 100.000 ton sedangkan tahun ke
3, 4 dan 5 adalah 200.000 ton. Biaya operasi/ton adalah $ 10
sedangkan harga jual $ 20/ton, persen deplesi untuk bijih timah
sebesar 22%, dengan pajak 28%.
Tentukan aliran kas dari perusahaan tersebut. & hitung NPVnya
Nilai penyusutan dengan DDB selama 5 tahun

Tahun Penyusutan Nilai Buku


0 1.500.000
1 600.000 900.000
2 360.000 540.000
3 216.000 324.000
4 129.600 194.400
5 77.760 116.640

Tahun Produksi Biaya Operasi Pendapatan


1 100.000 1.000.000 2.000.000
2 100.000 1.000.000 2.000.000
3 200.000 2.000.000 4.000.000
4 200.000 2.000.000 4.000.000
5 200.000 2.000.000 4.000.000
Deplesi biaya

Tahun Produksi Deplesi biaya


1 100.000 250.000
2 100.000 250.000
3 200.000 500.000
4 200.000 500.000
5 200.000 500.000

Anda mungkin juga menyukai