PARANASAL
LATERAL
Berbatasan dg dinding medial Sinus
Maxillaris Os Maxilla
Terdapat 4 konka
‒ Konka nasi inf. (KI)
‒ Konka nasi med. (KM)
‒ Konka nasi sup. (KS)
‒ Konka supreme
7
Dinding Lateral Rongga Hidung
SS
KI
OT MI
• SINUS MAKSILA
• SINUS FRONTAL
• SINUS (SEL) ETMOID
(GRUP ANTERIOR & POSTERIOR)
• SINUS SFENOID
Posterior Group Anterior Group
- Sinus Ethmoidalis Posterior - Sinus Maxillaris
- Sinus Sphenoidalis - Sinus Frontalis
bermuara pada meatus nasi - Sinus Ethmoidalis Anterior
nasi superior bermuara pada meatus
22
Sinus Maksila (SM) • Terletak di tulang maksila
kanan dan kiri
• Sinus paling besar
• Atap : dasar orbita(X)
• Dinding medial sinus =
Dinding lateral rongga
hidung(XX)
‒ Dasar sinus tempat akar gigi
X geraham atas (P2 M1dan M2)
Ost ‒ Lantai sinus maksila 5 – 10 mm
SM lebih rendah dp dasar cavum
nasi
XX ‒ Ostium di meatus nasi medius
(di KOM)
DS 23
Sinus (sel) Etmoid (SE)
• Terdiri banyak sel di dalam
tulang etmod, dibagi : grup
anterior dan grup posterior
• Grup anterior drainase ke
meatus nasi medius di KOM,
SE SE Grup posterior ke meatus nasi
superior
SS SS • Atap berbatasan dengan fosa
kranii anterior, dinding lateral:
lamina papirasea (dinding
medial orbita) 24
Sinus Frontal (SF)
• Pada os frontal (tulang dahi)
SF
• Sepasang, kanan dan kiri,
SF tidak sama besar, kadang-
kadang hanya tumbuh
sebelah
• Ke atas dan belakang
berbatasan dengan fosa kranii
anterior
• Ke bawah berbatasan dengan
rongga orbita
• Ostium di meatus nasi medius
(di KOM)
25
Sinus Sfenoid (SS)
• Di tulang sfenoid, kanan
dan kiri
• Ostium di resesus sfeno-
etmoid
• Ke atas berbatasan
dengan hipofise
SS • Ke lateral berbatasan
SSS dengan fosa kranii medius
• Ke bawah berbatasan
dengan nsofaring
26
DRAINASE SINUS Anterior
FRONTALIS & MAKSILARIS
27
DRAINASE SINUS Posterior
ETMOIDALIS & SFENOIDALIS
DRAINASE DUKTUS NASOLAKRIMALIS
29
FUNGSI HIDUNG
I. FUNGSI PERNAFASAN
Menyiapkan udara ~ keadaan fisiologis paru
1. Mengatur jumlah udara yang masuk
2. Menyiapkan udara pernafasan
a. Menyaring
• Vibrissae partikel kasar
• Mucous Blanket (palut lendir) partikel halus
b. Melembabkan
- Sel Goblet palut lendir
c. Memanaskan
- Conchae nasi ( terutama konka inferior), kaya pembuluh darah
3. Desinfeksi
a. Mucous Blanket
b. Enzym Lyzozym
c. Suasana asam (Ph 6,5)
d. S i l i a
e. Sel fagosit, limfosit, histiosit
(sub mucosa)
f. Kelenjar getah bening regional
mucocillary blanked
II. FUNGSI PENGHIDU
mukosa olfaktorius di atap cavum nasi, concha superior & 1/3 bagian atas
septum bekerja sama dengan fungsi pengecapan
33
Pemeriksaan hidung bagian luar
dan Rinoskopi anterior
1. Persiapan
a. Penderita/pasien : salam, memperkenalkan diri, inform
concent
b. Alat dan bahan : lampu kepala, spekulum
c. Pemeriksa/operator
Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
Cara pemeriksaan
PEMERIKSAAN HIDUNG BAGIAN LUAR
Untuk memeriksa
Nasopharynx
Choanal
Tepi dorsal septum nasi
Cauda concha nasi superior & media
Ostium tuba Eustachius
... rinoskopi
posterior ...
5. Transiluminasi / Diaphanoscopia
Sinus Frontalis
8. Biopsi
Dapat dilakukan untuk Tumor pada Cavum Nasi maupun
Sinus Paranasales
9. Laboratorium
Sitologi
Immunologi
Histopatologi
Bakteriologi
Rutin
10. Pemeriksaan Endoskopi
Nasoendoskopi
Sinoskopi
CT SCAN SINUSES
45
46
47
SKDI
1. Epistaksis 4A
2. Furunkel pada hidung 4A
3. Rhinitis alergika 4A
4. Rhinitis akut 4A
5. Rhinitis vasomotor 4A
1. Epistaksis
Definisi: Keluarnya darah dari cavum nasi. Epistaksis merupakan suatu gejala
dan bukan suatu penyakit.
Etiologi
Kelainan Lokal
Trauma
Kelainan anatomi spina septi tajam
Kelainan pembululuh darah (tipis)
Infeksi lokal
Benda asing
Tumor (angiofibroma)
Kelainan Sistemik
• Penyakit kardiovaskular (hipertensi)
• Kelainan darah (trombositopenia, hemofilia)
• Infeksi sistemik (Demam berdarah)
• Perubahan tekanan atmosfer (cuaca sangat dingin atau
kering)
• Kelainan hormonal (wanita hamil)
• Kelainan kongenital (telangiektasis hemoragik herediter)
Patogenesis
Sumber perdarahan
Epistaksis
Posterior
- a. etmoidalis
Epistaksis posterior/a.
Anterior sfenopalatina
- Plesus - lebih hebat,
Kiesselbach jarang berhenti
- Ringan sendiri
Diagnosa
• ANAMNESA
» Riwayat perdarahan sebelumnya
» Lokasi perdarahan, apakah bila pasien duduk tegak darah mengalir
ke tenggorok (posterior) ataukah keluar dari hidung depan
» Lama perdarahan dan frekuensinya
» Kecenderungan perdarahan
» Riwayat gangguan perdarahan dalam keluarga
» Riwayat penyakit lain (hipertensi, diabetes, penyakit
hati,jantung,dll)
» Riwayat penggunaan obat-obatan (antikoagulan, NSAID,
fenilbutazon,dll)
» Riwayat trauma (terutama pada hidung)
• PEMERIKSAAN FISIK
» Vital sign
» Rhinoskopi anterior-posterior
• PEMERIKSAAN PENUNJANG
» Pemeriksaan lab (darah lengkap, hapusan darah,faal hemostasis,
tes fungsi hati, tes fungsi ginjal,dll)
» Radiologi x-photo, CT scan, MRI (berkaitan dengan trauma dan
penyakit lain)
Tatalaksana
PRINSIP
Menghentikan
UTAMA
Menghentikan perdarahan
PERDARAHAN ANTERIOR
PERDARAHAN POSTERIOR
Perdarahan dari bagian posterior lebih sulit diatasi, sebab
biasanya perdarahan hebat dan agak sukar mencari sumber
perdarahan di posterior dengan rinoskopi anterior, sehingga
kadang-kadang tidak mungkin untuk mencari sumber
perdarahan itu.
Untuk menanggulangi perdarahan posterior dilakukan
pemasangan tampon posterior yang disebut tampon Bellocq.
Tampon ini harus tepat menutup koana (nares posterior).
Pada tampon bellocq terdapat 3 buah benang, yaitu 2 buah
pada satu posisi dan sebuah benang pada sisi lainnya.
Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi karena proses epistaksis atau karena proses usaha
penanggulangan epistaksis sendiri.
Aspirasi darah ke saluran napas
Syok
Anemia
Tekanan darah menurun hipoksia iskemia serebri insufisiensi koroner
infark miokard kematian
Infeksi
Pemasangan tampon Rinosinusitis otitis media
Septikemia
Hemotimpanum
Airmata berdarah
Laserasi palatum mole karena pemasangan tampon Belloc
PENCEGAHAN
Cari faktor penyebab
• Pemeriksaan lebih lanjut perlu dilakukan untuk mencari
faktor penyebab dan mencegah berulangnya epistaksis.
Pemeriksaan dapat berupa:
– Pemeriksaan darah lengkap
– Fungsi hepar dan ginjal
– Gula darah
– Hemostasis
– Foto polos atau CT scan sinus
2. FURUNKEL HIDUNG
Definisi Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan
subkutan sekitarnya. Furunkel dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat.
Jika lebih dari satu tempat disebut furunkulosis.
Generasi 2:
Cetirizine 1x10 mg/hari
Loratadine 1x10 mg/hari
Topikal (intranasal)
Azelastine nasal spray (137 mcg per spray)
Dekongestan oral Ephedrine 3-4x50 mg,
Phenylpropanolamine 3-4x25 mg, Pseudoephedrine 3-4x60
mg
• Antikolinergik topikal
Ipratropium bromida 3-4 x 0,4-2 ml/hari (3-4 x 2
semprot)
Operatif
• Konkotomi parsial (pemotongan sebagian
konka inferior)
• Konkoplasti
Dignosis Rinitis alergi
Intermitten Persisten/menetap
Pemeriksaan Penunjang
Lab untuk menyingkirkan rinitis alergi. Kadang ditemukan eosinofil
pada sekret hidung tapi sedikit. IgE spesifik tidak meningkat.
Perbedaan
Sering ditemukan pada usia < Sering ditemukan pada usia >
20 tahun 20 tahun
Terapi Medikamentosa
Non-Operatif
• Dekongestan oral Ephedrine 3-4x50 mg,
Phenylpropanolamine 3-4x25 mg, Pseudoephedrine 3-4x60
mg
• Cuci hidung dengan larutan garam fisiologis
• Kauterisasi konka hipertrofi dengan AgNO3 25% atau triklor-
asetat pekat
Kortikosteroid topikal beklometason dipropionat 100-800 mikrogram/hari
Antikolinergik topikal, ipratropium bromida 40 mcg, 3-4x/hari (untuk rinore
berat)
Operatif
Bedah beku
Elektrokauter
Konkotomi parsial konka inferior
Neurektomi n.vidianus atau blocking gangglion sferopalatina
RHINITIS MEDIKAMENTOSA
• Rinitis medikamentosa adalah suatu kelainan pada
hidung, berupa gangguan respon normal
vasomotor, sebagai akibat pemakaian
vasokonstriktor topikal (obat ttes hidung atau obat
semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan
sehingga menyebabkan sumbatan hidung yang
menetap. Dapat dikatakan bahwa hal ini disebabkan
oleh pemakaian obat yang berlebihan (drug abuse).
Patofisiologi
• Kerusakan yang terjadi pada mukosa hidung pada
pemakaian obat tetes hidung dalam waktu lama ialah :
– silia rusak
– sel goblet berubah ukurannya
– membran nasal menebal
– pembuluh darah melebar
– stroma tampak edem
– hipersekresi kelenjar mukus
– lapisan submukosa menebal
– lapisan periostium menebal
• Mukosa hidung merupakan organ yang sangat
peka terhadap rangsangan (iritant), sehingga harus
berhati-hati memakai vasokonstriktor topikal.
• Oleh karena itu obat vasokonstriktor topikal
sebaiknya yang isotonik dengan sekret hidung yang
normal, dengan pH antara 6,3 dan 6,5 serta
pemakaiannya tidak lebih dari satu minggu.
Gejala klinis
• Pasien mengeluh hidungnya tersumbat terus
menerus. Pada pemeriksaan tampak edem
konka dengan sekret hidung yang berlebihan.
Apabila diuji dengan adrenalin, edem konka
tidak berkurang.
Penatalaksanaan
Hentikan pemakaian obat tetes atau obat semprot hidung
untuk mengatasi sumbatan berulang (rebound congestion)
beri kortikosteroid secara penurunan bertahap (tapering
off) dengan menurunkan dosis sebanyak 5 mg setiap hari.
(misalnya hari 1 : 40 mg, hari 2 : 35 mg dan seterusnya)
Obat dekongestan oral (biasanya mengandung
pseudoefedrin). Apabila dengan cara ini tidak ada perbaikan
setelah 4 minggu, pasien dirujuk ke dokter spesialis THT
CORPUS ALIENUM PADA HIDUNG
Definisi : ditemukannya benda asing pada lubang
hidung
Etiologi :
• Benda asing dihidung pada umumnya dijumpai pada
anak anak
• Bisa berupa :
Benda Mati (Peluru, Spons Biji-bijian, manik)
Benda Hidup (Lintah/pacet, Larva
lalat/Myasis Nasi)
• Jika lama bisa terjadi Rhinolith.
Gejala :
• Bau busuk & sekret mukopurulen pada salah satu
sisi cavum nasi obstruksi 1 sisi
• kadang nyeri, demam, mimisan, dan bersin
Tanda :
- Tampak edema dengan inflamasi mukosa hidung 1
sisi
PENATALAKSANAAN :
*Anak kooperatif, dioleskan anestetik topikal
terkadang anastetik umum
* Ekstraksi Corpus Alienum
- untuk benda asing dengan permukaan kasar
pipih pakai pinset (Forcep aligator)
• - untuk benda bulat/permukaan licin pakai
pengait dengan ujung
bengkok/tumpul/bulat
Pengait masuk hidung menyusuri atap cavum nasi dan menyentuh nasofaring,
pengait diturunkan sedikit dan ditarik ke depan shg tertarik keluar
KOMPLIKASI :
Bahaya nekrosis, infeksi sekunder dan aspirasi ke dalam saluran napas bawah
Terima Kasih