Anda di halaman 1dari 82

KELAINAN

TELINGA DALAM
dr. Maria Kwarditawati, Sp. THT
RSD dr. Soebandi Jember Tahun 2018
GANGGUAN
KESEIMBANGAN
MABUK PERJALANAN
(MOTION SICKNESS)
DEFINISI
• Suatu keadaan rasa ingin muntah (mual) yang
diakibatkan oleh perubahan arah atau irama gerakan
tubuh yang sangat cepat dan berulang yang
merangsang telinga dalam.
• Pencetus : gerakan, percepatan dan gravitasi
PATOFISIOLOGI
Merangsang
Gerakan
reseptor
cepat
labirin
tubuh
vestibular

Jalur nuklei
vestibular
Zona
pencetus
kemores
eptor

Pusat
muntah
(medula
oblongata)
Motion Sickness ada 3 macam berdasarkan ketidak
seimbangan inputnya, yaitu:
1. Gerakan yang terasa tetapi tidak terlihat
2. Gerakan yang terlihat tetapi tidak terasa
3. Gerakan yang terlihat dan terasa tetapi tidak
cocok/sejalan satu sama lain
PEMERIKSAAN
• Anamnesa : onset saat perjalanan
• Fisik :
• Nausea
• Paleness of the skin
• Cold sweats
• Vomiting
• Dizziness
• Headache
• Increased salivation
• Fatigue
PENGOBATAN
• Pencegahan :
• Jika dimobil, duduklah didepan dan lihat pandangan yang
jauh. Jika di kapal, naiklah diatas deck lihat langit. Jika
dipesawat, duduk dipinggir jendela lihat keluar
• Jangan membaca saat diperjalanan
• Hindari obrolan saat motion sickness muncul
• Antihistamin
• Scopolamine
BENIGN PAROXYSMAL
POTITIONAL VERTIGO
(BPPV)
DEFINISI
Gangguan keseimbangan perifer  timbul apabila kepala
mengambil posisi sikap tertentu
ETIOLOGI
• Idiopatik  pada dewasa muda dan usia lanjut
• Degeneratif
• Trauma kepala
• Labirintis virus
• Neuritis vestibuler
• Pasca stapedectomi
• Fistula perilimfe
• Penyakit meniere
GEJALA KLINIS
Keseimbangan terganggu

Rasa berputar

Sulit berjalan

Kepala terasa enteng

Nausea

Rasa terangkat/melayang

Pandangan kabur

Berlangsung singkat  < 1 menit , menghilang bila tidak


menggerakkan kepala
DIAGNOSA

DIAGNOSIS

Provokasi Menilai Nistagmus

Perasat Dix Ke bawah 


Ke atas  Kanalis
Hallpike/Nylen Perasat side-lying Perasat roll Kanalis anterior
posterior ka/ki
Barani ka/ki

Nistagmus timbul lambat >40 detik dan menghilang < 60 detik


Perasat Dix Hallpike/Nylen
Barani
Perasat side lying
Canalith Repositioning
Treatment  menjauhkan
kanalith dg kupula

Liberatory  memindahkan
Perasat
otolit ke kanalis semisirkularis
Terapi

Brand Daroff  melepaskan


otokonia dari kupula dam keluar
dari kanalis semisirkularis

Medikamentosa  Betahistine mesylate


Antihistamin (efek
antikolinergik) Dimenhedrinate
Canalith
Repositioning
Treatment /
Epley Mannuver
Perasat Liberatory
Perasat Brand Daroff
DEFINISI
• Meniere disease adalah suatu kelainan labirin yang
etiologinya belum diketahui dan memiliki trias
gejala yang khas: serangan vertigo, tinnitus, dan
gangguan pendengaran
ETIOLOGI
• Belum diketahu dengan pasti, tetapi ada yang
menyebutkan teori bahwa:
• Terjadi ketidakseimbangan cairan telinga tengah yang
abnormal, karena malabsorbsi dalam saccus
endolimfatikus, atau mengalami sumbatan pada duktus
endolimfatikus.
• Malabsorpsi/sumbatan ini dapat menyebabkan hidrops
endolimfatikus (pelebaran ruang endolimfatikus)
TIPE-TIPE DARI MENIERE
DISEASE
1. MENIERE DISEASE VESTIBULAR
2. MENIRE DISEASE KLASIK
3. MENIERE DISEASE COCHLEA
MENIERE DISEASE
VESTIBULAR
• Ditandai dengan adanya vertigo episodik sehubungan
dengan tekanan dalam telinga tanpa gejala koklear
• Tanda dan gejala :
- Vertigo hanya bersifat episodik
- Penurunan respon vestibuler atau tak ada respon total
pada telinga yang sakit
- Tidak ada gejala koklear
MENIERE DISEASE KLASIK &
MENIERE DISEASE KOKLEA
• Meniere disease klasik memiliki tanda dan gejala:
- Mengeluh vertigo
- Kehilangan pendengaran sensorineural berfluktuasi
- Tinnitus
• Meniere disease koklea sering dikenali dengan adanya
kehilangan pendengaran sensorineural berfluktuas
dengan tinnitus dan tekanan dalam telinga tanpa gejala
vestibuler
• Tanda dan gejala:
- Kehilangan pendengaran berfluktuasi
- Tekanan atau rasa penuh di telinga
- Tinnitus
PATOFISIOLOGI
• Penumpukan cairan di dalam kompartemen telinga
(labirin)  terjadi penumpukan endolimfe di labirin 
mengganggu sinyal keseimbangan dan normal
pendengaran antara telinga bagian dalam dan otak.
MANIFESTASI KLINIK
• Serangan vertigo tak tertahankan episodic sering
disertai mual dan/atau muntah, berlangsung selama 3-24
jam dan kemudian menghilang secara perlahan.
• Secara periodik, penderita merasakan telinganya penuh
atau merasakan adanya tekanan di dalam telinga.
GANGGUAN INFEKSI
MASTOIDITIS
NB: Termasuk Penyakit Telinga Tengah
DEFINISI

Mastoiditis adalah
peradangan pada tulang
mastoid yang biasanya
berasal dari cavum timpani,
umumnya merupakan
komplikasi dari otitis
media yang tidak baik
(RSUD Dr. Soetomo, 1994)
ETIOLOGI

• Infeksi campuran bakteri dari meatus auditoris eksternal,


nasofaring (melalui tuba eustachius saat infeksi saluran
nafas atas).
• MAE : staphylococcus, psudomonasauruginosa, B. proteus, B.
coli dan aspergillus.
• Nasofaring : streptococcus viridans, streptococcus A
hemoliticus, Streptococcus B hemoliticus, dan pneumonas.
FAKTOR PENDUKUNG
Faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif
menjadi kronis yang menjadi mastoiditis sangatlah majemuk, antara
lain :
1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis
2. Perforasi membrane timpany yang menetap
3. Terjadinya metaplasi skuamosa atau perubahan patologik
menetap lainnya pada telinga tengah
4. Obstruksi terhadap aerasi telinga tengah
5. Terdapat daerah dengan skuester atau otitis persisten di
mastoid
6. Faktor konstitusi dasar seperti alergi kelemahan umum atau
pertahanan tubuh
PATOFISIOLOGI

Infeksi telinga tengah yang  mengenai tulang-


tulang mastoid dan sel-sel didalamnya  proses
nekrosis tulang mastoid serta merusak struktur
tulang  komplikasi menjadi abses sub peritoneal
mastoid.
MANIFESTASI
KLINIS
- Nyeri telinga
- Otore
- Demam
- Nyeri tekan
- Kemerahan
- Penebalan sekitar prosesus
mastoideus
- Banyak sekret purulen dan
- Perforasi membrane timpany
KOMPLIKASI

Komplikasi mastoiditis meliputi :


1. Kerusakan di abducens dan syaraf-syaraf kranial wajah
(syaraf-syaraf kranial VI dan VII),
2. Menurunnya kemampuan untuk melihat ke arah sam-
ping/lateral (syaraf kranial VI) dan
3. Menyebabkan mulut mencong, seolah-olah ke samping
(syaraf kranial VII).
4. Komplikasi-komplikasi lain meliputi vertigo, meningitis,
abses otak, otitis media purulen yang kronis dan luka
infeksi.
TATA LAKSANA

1. Antibiotik intravena seperti pennisilin ceftriaxone


(rhocepin) dan metronidazole (flogil) selama 14 hari
2. Pasien tidak membaik  operasi mastoidectomy
LABIRINITIS
DEFINISI

• Infeksi pada telinga dalam (labirin).

ETIOLOGI

Pada labirinitis akut (serous) S. pneumoni, Streptokokus dan


Hemofilus influenza.
Pada labirinitis kronik campuran dari basil gram negatif,
Pseudomonas, Proteus dan E.coli.
Pada Labirinitis Viral : CMV, virus campak, mumps dan rubella
(measles, mumps, rubella = MMR), virus herpes, influenza dan
HIV.
(labirinitis sirkumskripta, labirinitis
serosa)
LABIRINITIS Komplikasi otitis media
LOKALISATA
Menembus membran labirin tanpa ada
bakteri pada telinga dalam.

(labirinitis purulenta, labirinitis


supuratif)
LABIRINITIS
DIFUSA Melibatkan akses langsung
mikroorganisme ke labirin tulang dan
membran
PATOFISIOLOGI
• Bisa disebabkan oleh bakteri atau virus.

• Labirinitis bakteri (supuratif) →perluasan infeksi dari


rongga telinga tengah→kolesteatom atau foramen
rotundum dan ovale→fistula tulang labirin.

• Perluasan infeksi dari meningitis bakteri→cairan yg


menghubungkan ruang subaraknoid dengan ruang
perilimfe di koklea→melalui akuaduktus koklearis atau
melalui daerah kribrosa pada dasar modiolus koklea.
PATOFISIOLOGI
• Labirinitis viral adalah infeksi labirin yang disebabkan
oleh berbagai macam virus. Infeksi virus mumps,virus
influenza.
STADIUM LABIRINITIS
• Labirinitis akut atau toksik (serous) akibat perubahan kimia dalam ruang
perilimf
Stadium
• Proses toksik/supuratif menembus membran rotundum tanpa invasi bakteri.
1

• Labirinitis akut supuratif akibat invasi bakteri dalam ruang perilimf→respon sel
imun tubuh.
Stadium
• Kerusakan fungsi pendengaran dan fungsi keseimbangan irreversible.
2

• Labirinitis kronik supuratif merupakan suatu komplikasi dari penyakit telinga


Stadium tengah kronis dan penyakit mastoid.
3

• Labirinitis fibroseus yaitu terbentuknya jaringan fibrous sampai obliterasi dari


ruangan labirin dengan terbentuknya kalsifikasi dan osteogenesis.
Stadium
• Stadium ini disebut juga stadium penyembuhan
4
GEJALA
LABIRINITIS
LABIRINITIS DIFUSA LABIRINITIS VIRAL
LOKALISATA

Vertigo dan kurang


Gangguan vestibular, vertigo Tidak ada gg.
pendengaran derajat ringan-
hebat. Pendengaran.
sedang.

Kerusakan bersifat Mual dan Muntah dengan


Vertigo, Nistagmus
reversible. disertai nistagmus.

Gangguan pendengaran Setelah 3-5 hari, keluhan


Viral : Usia 30-60 thn
menetap sensorineural. berkurang dan normal.

Perforasi membrana
Unilateral.
timpani.
Tinitus
Otorrhea Supuratif : Sering pada anak
Demam >2tahun
DIAGNOSIS
Anamnesis :
Gangguan vestibular
• Gangguan fungsi pendengaran sensorineural
• Gejala penyerta :
• Kebiasaan minum obat ototoksik, alcohol

Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan Otologik, Eksternal. Kanal telinga.
• Pemeriksaan Otoscope/mikroskop diagnosis otitis media dan
koleosteatom.
• Keluhan kesulitan berjalan (keseimbangan) pada serangan
akut dengan nistagmus (gerakan bolak-balik mata yang
involunter) (+)
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik :
Lakukan tes Romberg dan tes keseimbangan (disdiadokinesis, tes jalan
ditempat, Tes Nylan Barani)

• Pada tes fistula dg menekan tragus maka penderita akan merasa


pusing/berputar, kadang-kadang dengan pemberian obat tetes telinga
akan menimbulkan keluhan vertigo.
• Tes garpu tala untuk mengetahui kualitas pendengaran (Tes Rinne,
Tes Weber, Tes Schwabach) untuk membedakan tuli konduktif, tuli
sensorineural dan tes berbisik untuk mengetahu kuantitas
pendengaran.
• Harus tidak ada bukti defisit neurologis lain seperti kelemahan
ekstremitas atas atau ekstremitas bawah, kelemahan pada wajah.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

• Radiologi

• CT – Scan

• MRI
TERAPI
• Tirah baring total, dg telinga yang sakit di atas dan
tidak menggerakkan kepala.
• Bakteri→Antibiotik yg sesuai.
• Viral→Vestibular supresent (diazepam)
• Stadium Lanjut→Drainase dan Mastoidektomi
• Pungsi Lumbal→ ada tanda Rangsang Meningeal
GANGGUAN
PENDENGARAN
PREBIAKUSIS
DEFINISI

Presbiakusis adalah gangguan pendengaran sensorineural


pada usia lanjut akibat degenarasi organ pendengaran yang
terjadi secara perlahan dan simetris pada kedua sisi
telinga.
PREVALENSI

Bervariasi, biasanya terjadi pada usia ˃ 60 tahun.


Pria lebih sering daripada wanita

ETIOLOGI
- Belum diketahui secara pasti
- Faktor resiko : usia, genetik, hipertensi, diabetes melitus,
hiperkolesterol, paparan bising dan merokok.
PATOGENESIS

1. Degenerasi Koklea
Presbikusis terjadi karena degenerasi stria vaskularis yang berefek
pada nilai potensial endolimfe menurun menjadi 20 mV dan
penurunan pendengaran sebesar 40-50 dB.
2. Degenerasi Sentral
Perubahan yang terjadi akibat hilangnya fungsi nervus auditorius
meningkatkan nilai ambang dengar atau compound action potensial
(CAP). Terjadi asinkronisasi aktivitas nervus auditorius dan
penderita mengalami kurang pendengaran dengan pemahaman bicara
buruk.
3. Gangguan Transduksi Sinyal
Ujung sel rambut organ korti berperan terhadap transduksi
mekanik, merubah stimulus mekanik menjadi sinyal elektrokimia Gen
famili cadherin 23 (CDH23) dan protocadherin 15 (PCDH15).
Terjadinya mutasi menimbulkan defek dalam interaksi molekul ini
dan menyebabkan gangguan pendengaran
3. Mekanisme Molekuler

• Faktor Genetik
Strain yang berperan terhadap presbikusis, yaitu
C57BL/6J yang mengkode komponen ujung sel rambut
koklea. Pada jalur intrinsik sel mitokondria mengalami
apoptosis pada strain C57BL/6J yang mengakibatkan
penurunan pendengaran.

• Stres oksidatif
Pertambahan usia, kerusakan sel akibat stress oksidatif
bertambah dan menumpuk akhirnya menyebabkan proses
penuaan. Reactive oxygen species (ROS) menimbulkan
kerusakan mitokondria mtDNA dan kompleks protein
jaringan koklea sehingga terjadi disfungsi pendengaran
SKEMA
P
A
T
O
F
I
S
I
O
L
O
G
I
DIAGNOSA
1. Anamnesis
Gejala : Penurunan ketajaman pendengaran pada usia lanjut,
bersifat sensorineural, simetris bilateral dan progresif lambat.
Umumnya terutama terhadap suara atau nada yang tinggi dan
kadang disertai tinitus. Biasanya penderita mengalami kesulitan
untuk mengerti pembicaraan yang dikatakan secara cepat, kata-
kata yang tidak familiar atau lebih kompleks serta pada
pembicaraan pada lingkungan yang bising.
2. Pemeriksaan Fisik Dan Penunjang
•Pemeriksaan fisik telinga biasanya normal.
•Pemeriksaan otoskopi untuk melihat kanalis akustikus eksternus
dan membran timpani : tidak ada kelainan.
•Pemeriksaan audiometri nada murni didapatkan hasil khas: tuli
sensorineural, bilateral, simetris .
PENGOBATAN

Tidak dapat disembuhkan


Tujuan penatalaksanaannya:
Untuk memperbaiki kemampuan pendengaran
menggunakan alat bantu dengar. Yang berfungsi
membantu penggunaan sisa pendengaran lebih dari 40
dB.
TULI
KONGENITAL
EPIDEMIOLOGI DI USA
EPIDEMIOLOGI DI INDONESIA

Suwento (2004) mencatat pada Survey Kesehatan Mata dan


Telinga (1994 & 1996) di Indonesia didapatkan prevalensi
gangguan pendengaran adalah 16,8%, tuli 0,4% dan tuli
kongenital 0.1%.
DAMPAK

Gangguan dengar/Ketulian pada bayi dan anak



Gangguan perkembangan

Bicara, Bahasa, Kecerdasan, Interaksi Sosial

DEWASA?
DEFINISI

• Gangguan pendengaran /
Hearing loss
Organ pendengar masih dapat utk
komunikasi dgn / tanpa ABD

• Tuli / Deafness
Organ pendengaran tidak dapat utk
komunikasi walaupun + ABD
JENIS

Tuli Konduksi 1 3 Tuli Campuran

Tuli
Sensorineural
TELINGA LUAR TENGAH DALAM
TULI KONDUKTIF TULI TULI SARAF
KONDUKTIF
Serumen, Bd Asing Cairan Koklea
Otitis Ext OMA Saraf Auditorik
(N.VIII)
Liang telinga: OMSK
Atresia,Stenosis
CURIGA gangguan pendengaran bila :

• Usia 12 bulan  belum dapat mengoceh


(babbling) atau meniru bunyi
• Usia 18 bulan  tidak dapat menyebut 1 kata
yang mempunyai arti
• Usia 24 bulan  perbendaharaan kata < 10
kata
• Usia 30 bulan  belum dapat merangkai 2 kata
TRAUMA
TRAUMA
Ada dua penyebab trauma pada telinga :
1. Trauma Mekanik
2. Trauma Akustik
1. Trauma Akustik Akut
2. Trauma Akustik Kronik
TRAUMA AKUSTIK AKUT
DEFINISI
Kerusakan sistem pendengaran unilateral
atau bilateral akibat paparan energi
akustik tunggal atau berulang

Ledakan,
dentuman,
tembakan senjata
api
PATOFISIOLOGI

Energi suara sangat besar

Melampaui kemampuan
fisiologis telinga

Kerusakan organik pada


telinga
Click to add title
• Click to add text
GEJALA KLINIK
Tinitus

Ringing

Fullness

Nyeri
DERAJAT KERUSAKAN
TELINGA
Nilai 1 Normal
Nilai 2 Masih dalam batas normal
Nilai 3 Edema ringan dan piknosit sel rambut, pergeseran
ringan nukleus sel rambut, pembentukan vakuola
pada sel-sel penyangga, pergeseran mesotelial
dengan pembentukan lapisan tipis sel di atas
membran basalis
Nilai 4 Edema makin hebat, sebagian sel mesotelial hilang,
pembentukan giant cilia
Nilai 5 Sebagian sel rambut hilang/hancur, sel mesotelial
hilang, sel penyangga lepas dari membran basalis
Nilai 6 Seluruh sel rambut hilang, ruptur membran Reissner
Nilai 7 Seluruh organ corti kolaps, terpisah dari membran
basalis
PEMERIKSAAN

Anamnesis

Garpu tala & Otoskop

Audiometri
TATALAKSANA

• Alat bantu • Membaca ucapan


dengar bibir, mimik,
anggota gerak
badan (bahasa
isyarat)
PENCEGAHAN
• Menghindari suara bising dan gaduh
• Menggunakan alat pelindung pendengaran

EARPLUG EARMUFF HELMET


TRAUMA AKUSTIK
KRONIK
Etiologi
• Paparan terus-menerus oleh gelombang suara dengan
kekuatan >85 dB.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai