Imaging in Otorhinolaryngology
Radiography of Radiography of
Sinus Paranasal Temporal Bone
• Waters View • Schuller
• Schedel View • Stenver
• Caldwell View • Towne
• Submentovertical
View
Sumber :
K. J. Lee: Essential Otolaryngology and Head and Neck Surgery (IIIrd Ed)
Radiography of Sinus
Paranasal
Waters View
• Proyeksi terbaik
untuk sinus
maksilaris
• Dapat
memperlihatkan
sinus sphenoid
dan septumnya
jika dilakukan
dengan
membuka
mulut
Radiography of Sinus
Paranasal
Schedel View
• Foto cranium AP
dan lateral
• Dapat
memperlihatkan
semua sinus
paranasal
• Pada proyeksi
lateral terbaik
untuk sinus
sphenoid
Radiography of Sinus
Paranasal
Caldwell View
• Terbaik untuk
memperlihatkan
sinus frontalis
• Beberapa struktur
maxillofasial
seperti maxilla,
mandibula, sutura
zygomaticofrontal,
dan zygoma
Radiography of Sinus
Paranasal
Submentovertical
View
• Sinar x ray
melalui basis
cranii
• Sinus paranasal
yang dapat
terlihat cukup
baik adalah
sphenoid,
frontalis dan
ethmoid
Radiography of Temporal
Bone
Towne View
• Memperlihatkan
struktur apex
petrosus, canalis
auditorius internus,
eminensia arcuata,
antrum et processus
mastoid
• Dipakai pada
evaluasi kondisi
apical petrositis,
acoustic neuroma
dan
cerebellopontine
angle tumor
Radiography of Temporal
Bone
Stenvers View
• Memperlihatkan
sebagian mastoid
dan telinga dalam
(vestibulum, cochlea,
canalis
semicircularis)
• Eksposur ringan akan
memperlihatkan
struktur mastoid
• Eksposur berat
memperlihatkan
apex petrosus
Radiography of Temporal
Bone
Schuller View
BACK
OTITIS EKSTERNA
Otitis Eksterna Furunkulosa (Sirkumskripta)
• Penyebab: Staph. Aureus, Staph. Albus.
• Terletak di folikel rambut atau gld.sebasea yang tersumbat.
• Hanya terjadi di 1/3 ext canal (part kartilaginosa)
• TRAUMA ABRASION / MACERATION STAPHY. SP (DM)
INFECTION SPONTANEUS / RECURRENCY
BACK
Keratosis Obturans
Penumpukan epitel skuamous dalam jumlah besar yang
susah di keluarkan
Mostly self-limiting.
Pharmacologic Treatment
• Acyclovir 5x800mg 7-10 hari
• Valacyclovir 3x1000mg 7hari
©Bimbel UKDI MANTAP BACK
Cellulitis & Erysipelas of the
Auricle
CELLULITIS
• Penyebab: Staphylococcus or Streptococcus, Pseudomonas (jarang).
• Involves the deeper dermis and subcutaneous fat
• Clinical manifestation : Skin erythema, edema, warmth
• Faktor resiko : Infeksi bakteri aurikula abrasi, laserasi atau ear
piercing
• Pilihan antibiotik : Amoxicillin, Clindamycin, Cefadroxil, Dicloxacillin
ERYSIPELAS
• Penyebab: group A β-hemolytic Streptococcus
• Erysipelas has more distinctive anatomic features than cellulitis;
erysipelas lesions are raised above the level of surrounding skin, and
there is a clear line of demarcation between involved and
uninvolved tissue
• Pilihan antibiotik : Penicillin, Amoxicillin, Erythromycin
Perichondritis & Chondritis
Manifestasi Klinis :
• Biasanya asymptomatic
• Rasa tidak nyaman
• Tidak ada atau minimal tanda inflamasi
Faktor Risiko
• 1. Dermatitis kronik liang telinga luar
• 2. Liang telinga sempit
• 3. Produksi serumen banyak dan kering
• 4. Adanya benda asing di liang telinga
• 5. Kebiasaan mengorek telinga
Tanda dan Gejala:
• Hearing impairment (deafness) CHL
• Earache
• Reflex cough
• Fullness in the ear
• Tinitus – vertigo
Penatalaksanaan
• Menghindari membersihkan telinga secara berlebihan
• Menghindari memasukkan air atau apapun ke dalam telinga
• Serumen yang lembek, dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas.
• Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.Apabila dengan cara ini
• Serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumen harus dilunakkan lebih dahulu dengan
tetes karbogliserin 10% selama 3 hari.
• Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong kedalam liang telinga sehingga dikuatirkan
menimbulkan trauma pada membran timpani sewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan
dengan mengalirkan (irigasi) air hangat yang suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh.
Gejala
• Gatal Aspergillus niger:
• Otalgia dan otorrhea sebagai gejala yang paling banyak dijumpai, Newspaper mass
• Kurangnya pendengaran, like appearance
• Rasa penuh pada telinga
Faktor Resiko
• Cuaca yang lembab,
• Ketiadaan serumen,
• Instrumentasi pada telinga,
• Olah raga air
• Status pasien yang immunocompromised , Candida sp :
• Peningkatan pemakaian preparat steroid dan antibiotik topikal. Cotton wool
appearance
Pemeriksaan penunjang Manajemen
1. P Hueso Gutirrez, S Jimenez Alvarez, E Gil-carcedo Sanudo, et al. (2005). Presumed diagnosis :
Otomycosis. A study of 451 patients. Acta Otorinolaringol Esp, 56, 181-186.
Preaurikular fistule
Subacute :
3 minggu – 2
bulan
Chronic
> 2 bulan
BACK
Stadium Stadium Stadium Stadium Stadium
Oklusi Hiperemis / Supuratif Perforasi Resolusi
Presupuratif
Patofisiologi Fungsi tuba Patogen masuk ke Pus yang terbentuk Tekanan Fase
terganggu, telinga tengah, di telinga tengah semakin penyembuhan,
terbentuk tekanan terjadi respon semakin banyak meningkat penutupan
negatif di telinga inflamasi di telinga sehingga tekanan mengakibatkan kembali
tengah, memicu tengah di telinga tengah rupturnya membran
terjadinya efusi meningkat membran timpani
dan retraksi timpani
membran timpani
Symptoms • Penurunan • Nyeri telinga • Nyeri telinga • Nyeri telinga • Cairan dari
pendengaran • Penurunan semakin berkurang telinga
• Sensasi penuh pendengaran memberat • Anak-anak : berkurang
di telinga • Demam tinggi • Anak anak: lebih tenang • Penurunan
semakin rewel • Demam pendengaran
• Tidak ada
• Demam berkurang
demam
• Keluar cairan
dari telinga
BACK
Petrositis
Inflammation of pneumatized
spaces of petrous portion of
temporal bone
Acute mastoiditis
• associated with AOM.
Chronic mastoiditis
• most commonly associated with Chronic
suppurative otitis media (OMSK) and
particularly with cholesteatoma formation
Abses Citelli
• Abses terbentuk dibelakang mastoid
sampai ke os occipital
Etiology
• Viral
• Prenatal : Rubella, CMV
• Postnatal : Mumps, measles, varicella zooster
• Bacterial
• Potential consequence of meningitis or otitis media. Labyrinthitis is the most common
complication of otitis media, accounting for 32%
Clinical Presentation
• Vertigo
• Hearing loss,
• Otitis media-induced labyrinthitis: mixed hearing loss
• Viral labyrinthitis : SNHL
• Tinnitus
• Fever
• Otalgia
• Facial weakness
BACK
Otitis Media
Efusi
Definisi
• Otitis Media Efusi adalah terdapatnya cairan
di telinga tengah tanpa adanya tanda dan
gejala dari infeksi akut (AAO 2016)
Etiologi
• Infeksi saluran napas atas
• Spontan karena buruknya fungsi tuba (alergi,
barotrauma)
• Sekuel dari OMA
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
Radang kronis telinga tengah dengan perforasi
Biasanya OMSK akibat campuran
membrane timpani dan riwayat keluarnya secret bakteri aerob dan anaerob:
dari telinga (otore) lebih dari 2 bulan, baik terus-
menerus atau hilang timbul. Aerobic: Pseudomonas aeruginosa,
Staph. aureus and epidermidis,
proteus species, klebsiella, and E.
coli
Secret mungkin encer atau kental, bening atau Anaerobic:
berupa nanah prevotella and porphyromonas,
anaerobic Streptococci, Bacteroides
fragilis.
BACK
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
BACK
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
Prinsip Terapi
• OMSK benigna : konservatif atau medikamentosa
– Sekret aktif :
• Aural toilet H2O2 3% selama 3-5 hari.
• Setelah berkurang tetesi antibiotik lokal yang non ototoksik maksimal 2
minggu.
• Berikan pula antibiotik oral golongan penisilin, ampisilin, eritromisin
sebelum hasil tes resistensi diterima
– Sekret tenang:
• Observasi selama 2 bulan
• Bila membran timpani belum menutup, dilakukan miringoplasti atau
timpanoplasti
• OMSK maligna : pembedahan
– Mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti
– Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, dilakukan insisi abses
sebelum mastoidektomi
– Terapi medikamentosa hanyalah sementara sebelum pembedahan
(BUKU AJAR THT FK UI)
Otosclerosis
Otosklerosis merupakan penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami spongiosis di daerah kaki
stapes sehingga stapes menjadi kaku dan tidak dapat menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik
Penyebab belum dapat dipastikan, beberapa faktor yang mempengaruhi faktor keturunan dan
gangguan sirkulasi pada stapes
Terapi
Saat take off tekanan telinga tengah > lingkungan luar masih dapat
terkompensasi dengan absorpsi udara oleh mukosa telinga tengah
Pencegahan:
BACK
Tes Pendengaran Objektif
Audiometri Impedans
Tes Garputala
TES WEBER
Audiometri Nada
Murni (Pure tone
audiometry)
TUJUAN AC VS BC BC Ka VS Ki BC Px VS Pasn
Tes Garputala
Audiometri Nada
Murni (Pure tone
audiometry)
Audiometri Nada
Tutur (Speech
audiometry) BACK
Audiogram
• Tinta merah untuk telinga kanan, dan
tinta biru untuk telinga kiri
• Hantaran udara (Air Conduction = AC)
– Kanan = O
– Kiri = X
• Hantaran tulang (Bone Conduction =
BC)
– Kanan = C
– Kiri = כ
– Hantaran udara (AC) dihubungkan
dengan garis lurus ( )
dengan menggunakan tinta merah untuk
telinga kanan dan biru untuk telinga kiri
– Hantaran tulang (BC) dihubungkan
dengan garis putus-putus ( - - - - - - - - ) Audiogram Normal (Telinga Kanan) :
dengan menggunakan tinta merah untuk AC dan BC sama atau kurang dari 25 dB
telinga kanan dan biru untuk telinga kiri AC dan BC berimpit, tidak ada air-bone
gap
Diagnosis
• Tes penala didapat tuli sensorineural
• Pemeriksaan audiometri nada murni didapat hasil tuli saraf nada tinggi, bilateral dan simetris
• Pemeriksaan audiometri nada tutur menunjukkan gangguan diskriminasi wicara (speech discrimination)
Anti Tumor
Anti Malaria
(Cisplatin
(Kina dan Klorokuin)
Karboplatin)
BACK
Jenis Vertigo
Gejala Vertigo Perifer Vertigo Sentral
Onset Mendadak Tersembunyi
Intensitas Berat Ringan -Sedang
Munculnya Episodik Konstan
Durasi Singkat Panjang
Eksaserbasi posisi Berat Ringan
Nistagmus Horizontal atau torsional Vertikal, horizontal,
torsional
Romberg- test mata
• Terbuka Normal Abnormal
• Tertutup Abnormal Abnormal
Gejala Neurologis Jarang Sering
Vertigo perifer
EPLEY
d. Keep head
turn and to
sitting
e. Turn
forward chin
down 20
degrees
Trias Meniere :
• Vertigo (Periodik yang semakin mereda pada serangan berikutnya)
• Tinnitus
• Tuli sensorineural terutama nada rendah
Px penunjang :
Tes Gliserin Pasien diberi minuman gliserin 1,2cc/kgBB setelah
diperiksa tes kalori dan audiogram. Setelah 2 jam diperiksa ulang, bila
menunjukan perbaikan bermakna menunjukan adanya hidrops endolimfa
BACK
Dikategorikan berdasar munculnya gejala:
Seasonal Allergic Rhinitis (SAR)/hay fever, polinosis/rino
konjungtivitis: gejalanya muncul krn trigger yang musiman,
biasanya pada negara 4 musim. Alergen: serbuk sari, spora
jamur
Perennial Allergic Rhinitis (PAR): gejala muncul hampir
sepanjang tahun. Alergen yang sering inhalan (indoor atau
outdoor) dan alergen ingestan
BACK
How to diagnose?
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang
• Serangan bersin
berulang
• Keluar ingus
(rhinorrhea) encer
dan banyak
• Hidung tersumbat
• Hidung dan mata
yg gatal
• Kadang2 disertai
dengan lakrimasi
• Riwayat alergi
BACK
Diagnostic of Allergic Rhinitis
Symptoms usually not associated with
Symptoms suggestive of allergic allergic rhinitis
rhinitis
Unilateral symptoms
2 or more of the following symptoms Nasal obstruction without
for >1 h on most days other symptoms
Watery rhinorhea Mucopurulent rhinorhea
Posterior rhinorhea
Sneezing espicially paroxysmal with thick mucus
Nasal Obstruction and no anterior
Nasal pruritus rhinorhea
Pain
Conjunctivitis Recurrent epistaxis
Anosmia
Alergen
• masuk ke saluran cerna berupa makanan seperti susu,
ingestan telur, coklat, ikan, udang.
BACK
BACK
Medikamentosa
1. H1-antagonist, • - Cetirizine 10mg, 1x1
generasi 2: • - Loratadine 10mg, 1x1
• - Fluticasone spray
3. Steroid • - Mometasone spray
4. Leukotriene • - Zafirlukast
inhibitor
BACK
Rhinitis non alergi
BACK
S. Pneumonia
(30-50%), H.
Akut ≤4 minggu Influenzae
(20-40%), M.
Catarrhalis
Subakut 4-12 minggu
S. Aureus
(40%), P.
Aeruginosa
(10-25%), K.
Rhinosinusitis Kronis ≥12 minggu Pneumoniae,
P. Mirabilis,
Kronik
Perburukan RSK, namun kembali ke
eksaserbasi
baseline setelah terapi
akut ©Bimbel UKDI MANTAP
Patofisiologi
ostium KOM
tersumbat dan
Edema tekanan negatif
cilia tidak dapat
bergerak
pertumbuhan
Bila menetap RSA bakterial terapi antibiotik tidak berhasil
bakteri
Gangguan
hipertrofi, inflamasi,
patensi ostium-
polipoid, atau mukosa makin hipoksia, bakteri
ostium sinus dan
pembentukan bengkak anaerob, faktor
mucociliary
polip dan kista predisposisi
clearance
BACK
Acute Rhinosinusitis
• Rinosinusitis akut ditegakan jika terdapat sekret nasal purulen
yang disertai dengan obstruksi nasal, gejala nyeri/sensasi penuh
pada wajah atau keduanya dalam kurun waktu 4 minggu
BACK
Chronic Rhinosinusitis
• Dalam jangka waktu 12 minggu atau lebih terdapat 2 atau lebih
tanda berikut
– Discharge nasal purulen
– Obstruksi nasal
– Nyeri atau sensasi penuh di wajah
– Menurunnya fungsi penghidu
• DAN terdapat minimal satu dokumentasi tanda inflamasi dari
pemeriksaan
– Mucus purulen atau edema pada meatus media/regio ethmoid
anterior
– Polip di cavum nasi atau meatus media
– Gambaran radiologis yang menunjukkan inflamasi dari sinus paranasal
• - CT scan: mucosal thickening, bone changes, air-fluid levels
• - Plain sinus Xray: air-fluid levels atau >5 mm opasifikasi pada ≥ 1 sinus
BACK
CT Scan Coronal XRay
©Bimbel UKDI MANTAP
Water’s View
Treatment
Epidemiologi
• Biasanya timbul di dewasa usia >20 thn dan lebih sering di usia
> 40 thn
• menyerang pria 2-3 kali lebih besar dibandingkan dengan
wanita
Polip koana
• tumbuh kearah belakang dan membesar di nasofaring
• Berasal dari sinus maxillaris
• Disebut juga polip antro-koana
©Bimbel UKDI MANTAP BACK
Etiologi Polip Hidung
Inflamasi kronik : Sinusitis Kronis, Rhinitis allergi,
Asma
Fibrosis Kistik
Predisposisi genetik
• Medikamentosa • Operasi
– Kortikosteroid – Indikasi: anak dengan multipel ,
benign polip nasi atau
• Intranasal rather than oral rhinosinustitis kronis yang
corticosteroids should be tidak membaik dengan terapi
medis maximum
used as first-line treatment.
Multiple randomized trials – Polipektomi
have found that fluticasone • Etmoidektomi
(200 mcg bid), budesonide intranasal/ekstranasal polip
etmoid
(200 mcg twice daily), and
• Operasi Caldwell-Luc sinus
mometasone (280 mcg maxilla
daily) are superior – ESS (Endoscopic sinus surgery)
• Melebarkan celah di meatus
– Antileukotriene media rekurensi berkurang
– Antiallergi
– Daily lavage of the sinuses
©Bimbel UKDI MANTAP BACK
Polip Hidung
Komplikasi Prognosis
• Polip antro-koana • Cenderung berulang setelah
– Obstructive sleep apnea operasi (jika polip multiple)
– Chronic mouth breathing – pada informed consent perlu
memberitahu pasien tentang
kemungkinan polip berulang
setelah operasi
Cincin waldeyer:
3 episodes/y for 3
consecutive years
Kronis
On exam:
• White cottage-cheese-like plaques over
the pharyngeal mucosa
• Plaques bleed if removed with a tongue
depressor
©Bimbel UKDI MANTAP BACK
Tonsilitis Bakterial
• GABHS
– most common and important pathogen
causing acute bacterial pharyngotonsillitis
– most commonly presents in children aged
5–6
– characterized by fever, dry sore throat,
cervical adenopathy, dysphagia, otalgia
(referred pain from n.IX) and odynophagia.
The tonsils and pharyngeal mucosa are
erythematous and may be covered with
purulent exudate; the tongue may also
become red ("strawberry tongue")
– Bentuk detritus:
• Jelas tonsilitis folikularis
• Bercak detritus menjadi satu, membentuk alur
tonsilitis lakunaris
• Melebar membentuk pseudomembrane
BACK
Patients with all four
of the classic
symptoms of Group
A Streptococcal
pharyngitis:
1. pharyngeal or
tonsillar exudate
2. swollen anterior
cervical nodes
3. a history of a fever
greater than 38°C
4. absence of cough
a 44% chance
that they will not
have Group A
Streptococcal
pharyngitis.
©Bimbel UKDI MANTAP BACK
Tonsilitis Bakterial
• Other bacterial
– Angina Plaut Vincent (stomatitis
ulseromembranosa), akibat bakteri
spirocheta atau treponema, gejala:
demam, rasa nyeri dimulut,
hipersalivasi, gigi dan gusi mudah
berdarah
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
fisik penunjang
Kontraindikasi Tonsillectomy
• Diskrasia darah
• Tonus otot yang lemah Sumber : Modul Perhati-KL
Infiltrat Peritonsil
Infiltrat peritonsil merupakan satu tahap sebelum terjadinya abses. Namun pada infiltrate
jumlah pus belum banyak dan terlokalisir sehingga tidak ditemukan fluktuasi.
Pada daerah superior dan lateral fosa tonsilaris merupakan jaringan ikat longgar sehingga
bisa terjadi penjalaran pus.
Pada pemeriksaan fisik terlihat: palatum mole membengkak dan uvula bergeser
DIAGNOSIS
• Dibuat melalu anamnesis dan
pemeriksaan fisik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Aspirasi dengan jarum – pus
mengkonfirmasi diagnosis
• Intraoral USG – cellulitis VS abses
(Steyer, 2002)
• Suspek penyebaran infeksi selain Pasien dengan PTA dextra
peritonsiler / komplikasi leher lateral =
CT/MRI diindikasi Tonsil displaced ke inferior dan
medial + deviasi kontralateral
uvula (Gallioto, 2008)
Abses Peritonsiler
TATALAKSANA
• Pilihan Antibiotik
Supportive
Drainage Antibiotics (hydration dan
kontrol nyeri)
BACK
Laryngopharyngeal Reflux (LPR)
Laryngopharyngeal reflux (LPR) is the retrograde
movement of gastric contents (acid and enzymes such as Clinical
pepsin) into the laryngopharynx leading to symptoms Manifestation
referable to the larynx/hypopharynx
• Dysphonia or
GERD involves lower esophageal sphincter dysfunction hoarseness
• Cough
LPR involves both upper and lower esophageal sphincter • Globus
dysfunction
• Throat clearing
• Dysphagia
Until recently, LPR often considered to be under-
diagnosed/under-treated
Diagnosis Treatment
Akibat Hib
Pengobatan:
• Istirahat bicara dan voice therapy.
• Bedah mikro - dilakukan bila dicurigai adanya keganasan atau
lesi fibrotik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Esophageal manometry (aka esophageal
motility study) measures changes in pressures
within the esophagus that are caused by the
contraction of the esophageal muscles.
• The test typically reveals three abnormalities in
people with achalasia:
• high pressure in the LES at rest,
• failure of the LES to relax after swallowing, and
• an absence of useful (peristaltic) contractions
in the lower esophagus X-ray: Bird beak sign or Rat
• X ray : Bird beak sign or Rat tail Sign tail Sign
BACK
Airway Obstruction Noises Associated
Noises Definition