Anda di halaman 1dari 149

OTORHINOLARYNGOLOGY

Imaging in Otorhinolaryngology

Radiography of Radiography of
Sinus Paranasal Temporal Bone
• Waters View • Schuller
• Schedel View • Stenver
• Caldwell View • Towne
• Submentovertical
View

Sumber :
K. J. Lee: Essential Otolaryngology and Head and Neck Surgery (IIIrd Ed)
Radiography of Sinus
Paranasal
Waters View

• Proyeksi terbaik
untuk sinus
maksilaris
• Dapat
memperlihatkan
sinus sphenoid
dan septumnya
jika dilakukan
dengan
membuka
mulut
Radiography of Sinus
Paranasal
Schedel View

• Foto cranium AP
dan lateral
• Dapat
memperlihatkan
semua sinus
paranasal
• Pada proyeksi
lateral terbaik
untuk sinus
sphenoid
Radiography of Sinus
Paranasal

Caldwell View

• Terbaik untuk
memperlihatkan
sinus frontalis
• Beberapa struktur
maxillofasial
seperti maxilla,
mandibula, sutura
zygomaticofrontal,
dan zygoma
Radiography of Sinus
Paranasal
Submentovertical
View
• Sinar x ray
melalui basis
cranii
• Sinus paranasal
yang dapat
terlihat cukup
baik adalah
sphenoid,
frontalis dan
ethmoid
Radiography of Temporal
Bone
Towne View

• Memperlihatkan
struktur apex
petrosus, canalis
auditorius internus,
eminensia arcuata,
antrum et processus
mastoid
• Dipakai pada
evaluasi kondisi
apical petrositis,
acoustic neuroma
dan
cerebellopontine
angle tumor
Radiography of Temporal
Bone

Stenvers View

• Memperlihatkan
sebagian mastoid
dan telinga dalam
(vestibulum, cochlea,
canalis
semicircularis)
• Eksposur ringan akan
memperlihatkan
struktur mastoid
• Eksposur berat
memperlihatkan
apex petrosus
Radiography of Temporal
Bone
Schuller View

• Proyeksi lateral dari


mastoid dengan
angulasi 30 derajat
cephalocaudal
• Memperlihatkan
sebagian besar
mastoid dan telinga
tengah
• Pada evaluasi OMSK,
Schuller lebih unggul
dibandingkan Stenver
dalam menilai
kolesteatom
EAR

BACK
OTITIS EKSTERNA
Otitis Eksterna Furunkulosa (Sirkumskripta)
• Penyebab: Staph. Aureus, Staph. Albus.
• Terletak di folikel rambut atau gld.sebasea yang tersumbat.
• Hanya terjadi di 1/3 ext canal (part kartilaginosa)
• TRAUMA ABRASION / MACERATION  STAPHY. SP (DM) 
INFECTION  SPONTANEUS / RECURRENCY

Otitis eksterna difusa (swimmer’s ear)


• Penyebab: Pseudomonas (usually), Staph albus, E. Coli.
• Mengenai seluruh CAE, menyebabkan penyempitan kanal
• Manipulasi liang telinga  hilangnya lapisan lemak muara kelenjar
terbuka  resorbsi cairan dari luar  oedem  sekresi kelenjar sebacea
& sudorifera   permukaan kulit kering  rasa gatal pada liang telinga
 ingin menggaruk & laserasi kulit  mempermudah invasi kuman
(Mawson 1974 )
Terapi OE
Furunkulosa/Sirkumskripta Difusa
Otitis eksterna sirkumskripta pada stadium Pada otitis eksterna difus dengan memasukkan
infiltrat diberikan salep ikhtiol atau antibiotik tampon yang mengandung antibiotik ke liang
dalam bentuk salep seperti polymixin B atau telinga supaya terdapat kontak yang baik antara
basitrasin. (PPM Puskesmas) obat dengan kulit yang meradang. Pilihan
antibiotika yang dipakai adalah campuran
polimiksin B, neomisin, hidrokortison dan
anestesi topikal. (PPM Puskesmas)

Kebanyakan furunkel direabsorpsi secara


spontan, namun jika dalam 24-48 jam bisulnya
belum pecah maka dilakukan insisi dan
drainase
Sistemik : Antibiotika diberikan dengan pertimbangan infeksi yang cukup berat. Diberikan pada
orang dewasa ampisillin 250 mg qid, eritromisin 250 qid. Anak-anak diberikan dosis 40-50 mg per
kg BB.
Topical antibiotics usually contains boric or acetic acid to decrease pH of the canal
neomycin, actives againts gram negative bacteria ex: Proteus sp., Klebsiella sp., and E.coli.
polymyxin B or E, active againts Pseudomonas sp., E. coli, and Klebsiella sp.
gentamicin, actives againts Pseudomonas sp.
newer quinolon preparations of ciprofloxacin and ofloxacin appear to equally efficacious in
controlling acute otitis externa
Malignant Otitis Eksterna
(Necrotizing OE)
• Merupakan komplikasi Otitis • Manifestasi Klinis:
eksterna bakterial  infeksi – Severe otalgia extend
menginvasi lebih dalam to
mengenai katilago, jaringan temporomandibular
lunak dan tulang  Selulitis,
chondritis, dan osteomyelitis joint  pain at
chewing
• Sering terjadi pada penderita
diabetes, usia tua atau – Purulent otorrhea
imunokompromised – Cranial nerve
• 95% kasus disebabkan oleh paralysis, most often
P.aeruginosa facial nerve paralysis
• Dapat mengenai saraf kranial • Terapi: antibiotik dan
terutama nervus VII debridement agresive
meskipun dapat juga – For adults,
mengenai nervus kranial yang ciprofloxacin (400 mg
lain kecuali nervus I, III, IV intravenously [IV]
• Kematian  jika terjadi every 8 hours; 750 mg
trombosis sinus lateralis orally every 12 hours)
remains the antibiotic
of choice

BACK
Keratosis Obturans
Penumpukan epitel skuamous dalam jumlah besar yang
susah di keluarkan

Sering terjadi pada usia muda

Akibat kegagalan migrasi sel epitel ke arah luar

Menyebabkan erosi tulang sirkumferensial

Manifestasi Klinis: tuli konduktif, nyeri, liang telinga lebih


luas, sekret telinga berkurang

Tx: aural drops, campuran dari alkohol/ gliserin dalam H2O2,


3x seminggu

Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003.


Diagnostic handbook of otorhinolaryngology. BACK
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Miringitis Bulosa
Infeksi pada membran timpani terkait dengan
kejadian OMA, yang dikarakteristikkan dengan onset
cepat, nyeri sekali, dan ukuran bula yang bervariasi
pada membran timpani dan struktur tulang sekitar
kanalis

Terjadi pada 5% kasus OMA anak usia di bawah 2 tahun

Penyebab: virus, Mycoplasma, dan bakteria

Bula  cairan serosa dan hemoragic

Tx: Sama dengan terapi OMA tanpa disertai bullae


BACK
Herpes Zooster Oticus

The virus stays dormant in the sensory ganglia


(geniculate ganglion) & reactivates under conditions of
decreased immune competence.

The virus causes blisters on the auricle, the EAC, even on


the lateral surface of the tympanic membrane.

Involvement of the facial & cochleovestibular nerves 


facial palsy, with or without hearing loss & dizziness 
Ramsay Hunt syndrome.

Mostly self-limiting.

Pharmacologic Treatment
• Acyclovir 5x800mg 7-10 hari
• Valacyclovir 3x1000mg 7hari
©Bimbel UKDI MANTAP BACK
Cellulitis & Erysipelas of the
Auricle
CELLULITIS
• Penyebab: Staphylococcus or Streptococcus, Pseudomonas (jarang).
• Involves the deeper dermis and subcutaneous fat
• Clinical manifestation : Skin erythema, edema, warmth
• Faktor resiko : Infeksi bakteri aurikula  abrasi, laserasi atau ear
piercing
• Pilihan antibiotik : Amoxicillin, Clindamycin, Cefadroxil, Dicloxacillin

ERYSIPELAS
• Penyebab: group A β-hemolytic Streptococcus
• Erysipelas has more distinctive anatomic features than cellulitis;
erysipelas lesions are raised above the level of surrounding skin, and
there is a clear line of demarcation between involved and
uninvolved tissue
• Pilihan antibiotik : Penicillin, Amoxicillin, Erythromycin
Perichondritis & Chondritis

Perichondritis / chondritis  a bacterial infection of


perichondrium or cartilage of the auricle.

Etiologi: inadequately treated auricular cellulitis, acute


otitis externa, accidental or surgical trauma, or multiple ear
piercing in the scapha.

Sign: painful, red, swollen & drains serous - purulent


exudates. Extend to the surrounding soft tissues of the face
& neck. Usually ear lobe still intact (uninvolved)

The most common pathogen: Pseudomonas sp.

©Bimbel UKDI MANTAP BACK


Auricular Hematoma
• Etiologi: Trauma langsung pada auricula anterior dan merupakan cedera fasial
yang sering terutama pada pegulat.
• Trauma mengakibatkan terlepasnya perikondrium dan kartilagonya
• Hal ini mengakibatkan pecahnya pembuluh darah perikondrium dan terbentuknya
hematoma
• Komplikasi : Terkumpulnya darah di subperichondrial menstimulus timbulnya
kartilago baru yang asimetris akibat proses fibrosis (Cauliflower ear)
Pseudokista
Terdapat benjolan didaun telinga yang disebabkan
oleh adanya kumpulan cairan kekuningan diantara
lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga

Manifestasi Klinis :
• Biasanya asymptomatic
• Rasa tidak nyaman
• Tidak ada atau minimal tanda inflamasi

Diagnosis didasarkan pada temuan klinis dan tidak


adanya bukti infeksi

Terapi : Insisi drainase diikuti pressure dressing atau


compression suture therapy
Cerumen Prop

Ear wax  mixture of secretions of the ceruminose & pilosebaseus


glands, squames of epithelium, dust & other foreign debris located in
the cartilaginous portion of the ears canal.

Faktor Risiko
• 1. Dermatitis kronik liang telinga luar
• 2. Liang telinga sempit
• 3. Produksi serumen banyak dan kering
• 4. Adanya benda asing di liang telinga
• 5. Kebiasaan mengorek telinga
Tanda dan Gejala:
• Hearing impairment (deafness)  CHL
• Earache
• Reflex cough
• Fullness in the ear
• Tinitus – vertigo
Penatalaksanaan
• Menghindari membersihkan telinga secara berlebihan
• Menghindari memasukkan air atau apapun ke dalam telinga
• Serumen yang lembek, dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas.
• Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.Apabila dengan cara ini
• Serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumen harus dilunakkan lebih dahulu dengan
tetes karbogliserin 10% selama 3 hari.
• Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong kedalam liang telinga sehingga dikuatirkan
menimbulkan trauma pada membran timpani sewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan
dengan mengalirkan (irigasi) air hangat yang suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh.

Indikasi untuk mengeluarkan serumen


• Sulit untuk melakukan evaluasi membran timpani
• Otitis eksterna
• Oklusi serumen dan bagian dari terapi tuli konduktif.

Kontraindikasi dilakukannya irigasi adalah adanya perforasi membran timpani. Bila


terdapat keluhan tinitus, serumen yang sangat keras dan pasien yang tidak kooperatif
merupakan kontraindikasi dari suction

Serumen dianjurkan dikeluarkan setiap 6-12 bulan sekali


Otomycosis
Overview
• Otitis Eksterna yang disebabkan oleh jamur
• Mikosis pembengkakan,  pengelupasan epitel superfisial 
penumpukan debris yang berbentuk hifa, disertai suppurasi, dan nyeri

Gejala
• Gatal Aspergillus niger:
• Otalgia dan otorrhea sebagai gejala yang paling banyak dijumpai, Newspaper mass
• Kurangnya pendengaran, like appearance
• Rasa penuh pada telinga

Faktor Resiko
• Cuaca yang lembab,
• Ketiadaan serumen,
• Instrumentasi pada telinga,
• Olah raga air
• Status pasien yang immunocompromised , Candida sp :
• Peningkatan pemakaian preparat steroid dan antibiotik topikal. Cotton wool
appearance
Pemeriksaan penunjang Manajemen

• Preparat langsung : • Ear toilet


• skuama dari kerokan kulit • Obat anti jamur topikal
liang telinga diperiksa dengan • Nystatin  efektif untuk
KOH 10 %  hifa-hifa lebar, Candida sp.
berseptum, dan dapat • Miconazole  efektif utk
ditemukan spora-spora kecil. Aspergillus sp.
• Pembiakan : • Asam asetat 2 % dalam alkohol
• Skuama dibiakkan pada media  sebagai keratolytic
Agar Saboraud, dan • Jaga telinga tetap kering dan
dieramkan pada suhu kamar. cegah manuver2 pada telinga
Koloni akan tumbuh dalam
satu minggu.

1. P Hueso Gutirrez, S Jimenez Alvarez, E Gil-carcedo Sanudo, et al. (2005). Presumed diagnosis :
Otomycosis. A study of 451 patients. Acta Otorinolaringol Esp, 56, 181-186.
Preaurikular fistule

Adanya lubang kecil di depan auricula (crux helix)


• Akibat tidak tertutupnya sulcus brachialis II  lubang
yang berlanjut sebagai saluran pendek/panjang, dpt
sampai kavitas tympani atau faring, dibatasi epitel
sehingga dari lubang dapat keluar hasil deskuamasi epitel
• Bila lubang tetap terbuka  tidak ada gangguan
Bila lubang tertutup  kista atau abses
• Pembengkakan hiperemis, purulent

Pemeriksaan radiologik : Fistulografi

Bila terjadi abses, incisi pada lubang, rekurensi


tinggi, sehingga harus ekstirpasi.
OTITIS MEDIA

The presence of inflammation


in the middle ear accompanied
by the rapid onset of signs and
symptoms of an ear infection
BACK
BACK
BACK
BACK
OTITIS MEDIA AKUT
Acute :
<3 minggu

Subacute :
3 minggu – 2
bulan

Chronic
> 2 bulan

BACK
Stadium Stadium Stadium Stadium Stadium
Oklusi Hiperemis / Supuratif Perforasi Resolusi
Presupuratif

Patofisiologi Fungsi tuba Patogen masuk ke Pus yang terbentuk Tekanan Fase
terganggu, telinga tengah, di telinga tengah semakin penyembuhan,
terbentuk tekanan terjadi respon semakin banyak meningkat penutupan
negatif di telinga inflamasi di telinga sehingga tekanan mengakibatkan kembali
tengah, memicu tengah di telinga tengah rupturnya membran
terjadinya efusi meningkat membran timpani
dan retraksi timpani
membran timpani

Symptoms • Penurunan • Nyeri telinga • Nyeri telinga • Nyeri telinga • Cairan dari
pendengaran • Penurunan semakin berkurang telinga
• Sensasi penuh pendengaran memberat • Anak-anak : berkurang
di telinga • Demam tinggi • Anak anak: lebih tenang • Penurunan
semakin rewel • Demam pendengaran
• Tidak ada
• Demam berkurang
demam
• Keluar cairan
dari telinga

Signs • Membran Membran timpani Membran timpani • Membran • Edem


timpani tampak hiperemis tampak menonjol timpani mukosa
retraksi, dan kongesti (bulging) dan tampak berkurang
tampak suram hiperemis perforasi • Discharge
• Tes penala : • Tampak berkurang
Tuli konduktif discharge • Perforasi
dari telinga semakin
tengah menutup
Stadium Stadium Stadium Stadium Stadium
Oklusi Hiperemis / Supuratif Perforasi Resolusi
Presupuratif
Terapi Perbaiki fungsi Antibiotik 10 -14 Miringotomi • Obat cuci Sekret tenang 
tuba : hari: (kasus rujukan) telinga observasi
tetes hidung HCl Ampisilin : Dewasa dan pemberian H2O2 3%
efedrin 0,5-1% 500 mg 4 x sehari; antibiotik. selama 3-5
(atau Anak 25 mg/KgBB Antibiotik yang hari
oksimetazolin 4 x sehari atau diberikan: • Antibiotik
0,025 – 0,05%) Amoksisilin: Amoxyciline adekuat
Dewasa 500 mg 3 x Erythromycine yang tidak
sehari; Anak 10 Cotrimoxazole ototoksik
mg/KgBB 3 x seperti
sehari atau ofloxacin
Eritromisin : tetes telinga
Dewasa 500 mg 4 x sampai 3
sehari; Anak 10 minggu
mg/KgBB 4 x
sehari
OTITIS MEDIA AKUT
Pengobatan Operatif
1. Myringotomy
– Indications :
– Insisi kecil melubangi gendang • Suppurative stage: extreme
telinga pain, bulging
– Fungsi: mengeluarkan cairan • Impending intracranial
dari telinga dalam dan complications
menghilangkan rasa sakit. • Perforated AOM with
– Terkadang dibuat dua insisi insufficient drainage
pada membran timpani (open- • Secretory AOM
can): • Hemotimpanum
daerah anteroinferior dan insisi • Unresolutive AOM
kedua di daerah anterosuperior,
untuk mengaspirasi sekret yang (Bhargava, 2002)
tebal seperti lem (glue ear)
©Bimbel UKDI MANTAP
OTITIS MEDIA AKUT
2. Pemasangan Tube Ventilasi
(Grommet’s tube)
• Tube ventilasi ini dipasang
sifatnya sementara,
berlangsung 6 hingga 12
bulan di dalam telinga
hingga infeksi telinga bagian
tengah membaik dan
sampai tuba Eustachi
kembali normal.

3. Terapi pembedahan (operatif) 


faktor predisposisi (+) -
mungkin dibutuhkan
adenoidektomi, tonsilektomi
dan mencuci (membersihkan)
sinus maksillaris
©Bimbel UKDI MANTAP
OTITIS MEDIA AKUT
Komplikasi
Intra-temporal Intra-cranial
complications: complications:
• Mastoiditis • extradural
• Petrositis abscess
• Labyrinthitis • brain abscess
• Facial nerve • subdural abscess
paralysis • sigmoid sinus
thrombophlebitis
• otic
hydrocephalus
• meningitis

BACK
Petrositis

Inflammation of pneumatized
spaces of petrous portion of
temporal bone

Gradenigo Syndrome (Apical


Petrositis)
• Lateral rectus palsy (N.abducens palsy)
• Otorrhea
• Retroorbital, facial pain or headache (Vth
cranial nerve irritation)
Mastoiditis
Inflammation of the mastoid air Abses Mastoid
cells of the temporal bone

Acute mastoiditis
• associated with AOM.

Chronic mastoiditis
• most commonly associated with Chronic
suppurative otitis media (OMSK) and
particularly with cholesteatoma formation

Sign and Symptoms


• Fever, otalgia, pain behind ear, swelling,
redness, ear discharge
Abses Bezold
• Terjadi penjebolan nanah pada ujung
bawah dinding medial mastoid
• Abses didalam
M.Sternocleidomastoideus sehingga
terdorong keluar

Abses Citelli
• Abses terbentuk dibelakang mastoid
sampai ke os occipital

Abses Luc (Meatal)


• Pus menjebol dinding antara antrum
dan meatus acusticus externa
• Pus tampak di CAE
Labyrinthitis
Labyrinthitis is an inflammatory disorder of the inner ear, or labyrinth

Etiology
• Viral
• Prenatal : Rubella, CMV
• Postnatal : Mumps, measles, varicella zooster
• Bacterial
• Potential consequence of meningitis or otitis media. Labyrinthitis is the most common
complication of otitis media, accounting for 32%

Clinical Presentation
• Vertigo
• Hearing loss,
• Otitis media-induced labyrinthitis: mixed hearing loss
• Viral labyrinthitis : SNHL
• Tinnitus
• Fever
• Otalgia
• Facial weakness
BACK
Otitis Media
Efusi
Definisi
• Otitis Media Efusi adalah terdapatnya cairan
di telinga tengah tanpa adanya tanda dan
gejala dari infeksi akut (AAO 2016)

Etiologi
• Infeksi saluran napas atas
• Spontan karena buruknya fungsi tuba (alergi,
barotrauma)
• Sekuel dari OMA
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
Radang kronis telinga tengah dengan perforasi
Biasanya OMSK akibat campuran
membrane timpani dan riwayat keluarnya secret bakteri aerob dan anaerob:
dari telinga (otore) lebih dari 2 bulan, baik terus-
menerus atau hilang timbul. Aerobic: Pseudomonas aeruginosa,
Staph. aureus and epidermidis,
proteus species, klebsiella, and E.
coli
Secret mungkin encer atau kental, bening atau Anaerobic:
berupa nanah prevotella and porphyromonas,
anaerobic Streptococci, Bacteroides
fragilis.

P aeruginosa is the most commonly


OMSK : OMA + Perforasi memb. tympani > 2 recovered organism from the
bulan chronically draining ear. Various
researchers over the past few
decades have recovered
pseudomonads from 48-98% of
patients with CSOM.
OMSA : OMA + Perforasi memb. tympani < 2
bulan

BACK
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)

Faktor- faktor yang menyebabkan OMSA menjadi OMSK:


• Terapi terlambat diberikan
• Terapi tidak adekuat
• Virulensi kuman tinggi, infeksi persisten
• Daya tahan tubuh pasien rendah, gizi kurang
• Higiene buruk
• Gangguan fungsi tubuh oleh ISPA, obstruksi parsial/total → retraksi
membrane timpani
• Perforasi membrane telinga persisten
• Aerasi telinga tengah/mastoid yang mengalami obstruksi
• Skuestri atau osteomyelitis
• Alergi
• ISPA dengan sepsis atau obstruksi (adenoid, tonsillitis kronis, sinusitis)
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
Patophysiology
retraksi
Ekstrinsik, gangguan
obstruksi membrane
intrinsik fungsi tuba
timpani

jika ada infeksi


tekanan
menjadi transudat resorbsi udara
negative
eksudat

jika ada faktor


risiko,
perforasi OMSA berlangsung lebih
OMSK
dari 2 bulan
BACK
Safe Dangerous/Unsafe
Perforasi Central Attic or marginal
Discharge Frekuensi Intermiten Kontinu
Mukus Mukopurulen/purulen Selalu purulent
Bau tidak enak +/- +
Warna Putih/kekuningan Kekningan/kecoklatan/kehijauan
Berdarah Jarang Bisa ada darah
Volume Banyak Sedikit
Hubungan ↑ Tidak berpengaruh
dengan URTI
Polyp Jarang Sering
Kolesteatoma Sangat jarang Hampir selalu ada
Tuli Konduksi – ringan sampai Konduksi atau mix – Ringan
sedang sampai berat
Complication Sangat jarang Sering
Radiograph mastoid Seluler or sklerotik Sklerotik with erosi

BACK
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
Prinsip Terapi
• OMSK benigna : konservatif atau medikamentosa
– Sekret aktif :
• Aural toilet H2O2 3% selama 3-5 hari.
• Setelah berkurang tetesi antibiotik lokal yang non ototoksik maksimal 2
minggu.
• Berikan pula antibiotik oral golongan penisilin, ampisilin, eritromisin
sebelum hasil tes resistensi diterima
– Sekret tenang:
• Observasi selama 2 bulan
• Bila membran timpani belum menutup, dilakukan miringoplasti atau
timpanoplasti
• OMSK maligna : pembedahan
– Mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti
– Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, dilakukan insisi abses
sebelum mastoidektomi
– Terapi medikamentosa hanyalah sementara sebelum pembedahan
(BUKU AJAR THT FK UI)
Otosclerosis
Otosklerosis merupakan penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami spongiosis di daerah kaki
stapes sehingga stapes menjadi kaku dan tidak dapat menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik

Terjadi bilateral, perempuan lebih sering, usia 11-45 tahun

Penyebab belum dapat dipastikan, beberapa faktor yang mempengaruhi faktor keturunan dan
gangguan sirkulasi pada stapes

Gejala dan tanda klinis

• Penurunan pendengaran progresif


• Tinnitus dan Vertigo
• Membran timpani kemerahan akibat pelebaran pembuluh darah pada promontorium (Schwarte’s sign)
• Pasien merasa pendengaran lebih baik pada ruang bising (Paracusis Willisi)

Terapi

• Stapedektomi, stapes diganti bahan prostesa


• Pemberian Alat Bantu Dengar (ABD) ©Bimbel UKDI MANTAP BACK
Otosclerosis
Aerotitis (Barotrauma)
Disebabkan perubahan tekanan telinga tengah menjadi negatif dalam
waktu cepat

Mukosa tuba bersifat one way ball valve

Saat take off  tekanan telinga tengah > lingkungan luar  masih dapat
terkompensasi dengan absorpsi udara oleh mukosa telinga tengah

Saat landing  tekanan telinga tengah < lingkungan luar  Retraksi


membran timpani & resiko hemotympanum dan efusi

Pencegahan:

• Preflight dose of a 12 hour vasoconstricting nasal spray like oxymetazoline


• Oral decongestant
• Gum chewing while landing
BACK
Pemeriksaan Pendengaran
1. Sound resources  receiver Objektif
organ
2. Physical energy conversion • Audiometri Impedans
 nerve impuls • OAE (Otoacoustic Emission)
3. Nerve impuls  hearing • BERA (Brainstem Evoked
cortex Response Audiometry)
Subjektif
• Tes Bisik
• Tes Garpu Tala
• Audiometri Nada Murni
• Audiometri Nada Tutur

BACK
Tes Pendengaran Objektif
Audiometri Impedans

• Terdiri dari pemeriksaan fungsi 3 komponen :


Timpanometri, Refleks stapedius, Tuba Eustachius

OAE (Otoacoustic Emissions)

• Tes ini mendeteksi getaran yang dihasilkan oleh sel


rambut luar saat distimulus oleh suara
• Sering dipakai untuk screening pendengaran pada bayi
baru lahir

BERA (Brainstem Evoked Response


Audiometry
• Menggunakan elektroda yang dipasang di kepala, tes ini
mendeteksi fungsi koklea dan jalur sensoris di otak
(brain pathway)
• Pasien diperiksa saat sedang tenang atau tidur
• Dapat digunakan juga untuk screening bayi baru lahir
Tes Pendengaran
Pemeriksaan Subjektif
Pendengaran
Suara berbisik, setengah ekspirasi, pemeriksa
Tes Bisik (Whispered mengucapkan materi tes.
Voice Test) Telinga tidak diperiksa ditutup & pasien tidak
melihat bibir pemeriksa (pemeriksa berdiri
sekitar 0.6m dibelakang pasien)
Syarat :
Tes Garputala 1. Ruangan cukup sepi, kebisingan
maksimal 40 dB.
2. Ruangan cukup lebar, jarak 6 meter.
Audiometri Nada 3. Materi tes disiapkan, diusahakan
Murni (Pure tone memakai perkataan
audiometry) yang digunakan sehari-hari.
4. Pemeriksa harus terlatih mengucapkan
materi tes.
Audiometri Nada
Tutur (Speech
audiometry) BACK
Tes Pendengaran
Pemeriksaan Subjektif
Pendengaran
Tes Bisik (Whispered
Voice Test) TES RINNE

Tes Garputala

TES WEBER
Audiometri Nada
Murni (Pure tone
audiometry)

Audiometri Nada TES SCHWABACH


Tutur (Speech
audiometry) BACK
Garpu tala 512 HZ!!!
TES RINNE WEBER SCHWABACH

TUJUAN AC VS BC BC Ka VS Ki BC Px VS Pasn

©Bimbel UKDI MANTAP


Tes Pendengaran
Pemeriksaan Subjektif
Pendengaran
Tes Bisik (Whispered
Voice Test)

Tes Garputala

Audiometri Nada
Murni (Pure tone
audiometry)

Audiometri Nada
Tutur (Speech
audiometry) BACK
Audiogram
• Tinta merah untuk telinga kanan, dan
tinta biru untuk telinga kiri
• Hantaran udara (Air Conduction = AC)
– Kanan = O
– Kiri = X
• Hantaran tulang (Bone Conduction =
BC)
– Kanan = C
– Kiri = ‫כ‬
– Hantaran udara (AC) dihubungkan
dengan garis lurus ( )
dengan menggunakan tinta merah untuk
telinga kanan dan biru untuk telinga kiri
– Hantaran tulang (BC) dihubungkan
dengan garis putus-putus ( - - - - - - - - ) Audiogram Normal (Telinga Kanan) :
dengan menggunakan tinta merah untuk AC dan BC sama atau kurang dari 25 dB
telinga kanan dan biru untuk telinga kiri AC dan BC berimpit, tidak ada air-bone
gap

©Bimbel UKDI MANTAP


Tuli Konduktif Tuli sensori neural
BC normal atau kurang dari 25 dB AC dan BC lebih dari 25 dB
AC lebih dari 25 dB AC dan BC berimpit, tidak ada air-
Antara AC dan BC terdapat air-bone bone gap
gap
Tuli Campur
BC lebih dari 25 dB
AC lebih besar dari BC, terdapat air-
bone gap

Disebut terdapat air-bone gap apabila


antara AC dan BC terdapat perbedaan
lebih atau sama dengan 10 dB,
minimal pada 2 frekuensi yang
berdekatan.
©Bimbel UKDI MANTAP
Tes Pendengaran
Pemeriksaan Subjektif
Pendengaran
Tes Bisik (Whispered
Voice Test)

Tes Garputala • Kata-kata  sumber bunyi


• Kegunaan :
1. Mengetahui jenis & derajat ketulian
Audiometri Nada 2. Mengetahui lokasi kerusakan rantai
pendengaran
Murni (Pure tone 3. Mengetahui kenaikan ambang
audiometry) pendengaran post-timpanoplasti
4. Untuk pemilihan hearing aid
• SRT Speech Reception Threshold  menirukan secara
Audiometri Nada betul kata-kata yang disajikan sebanyak 50%.
• SDS Speech Discrimination Score  Diperoleh dg ↑
Tutur (Speech intensitas antara 25 – 40 dB diatas titik SRT 
audiometry) menirukan jumlah kata disajikan antara 90 – 100%.
BACK
PB List Speech Audiometry
Tuli Sensorineural Koklea
Gejala klinis
• Penurunan pendengaran progresif, simetris
• Tinnitus nada tinggi
• Pasien dapat mendengar suara percakapan tetapi sulit memahaminya, terutama bila diucapkan dengan
latar belakang bising (Cocktail party deafness)
• Bila intensitas ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga (recruitment)

Diagnosis
• Tes penala didapat tuli sensorineural
• Pemeriksaan audiometri nada murni didapat hasil tuli saraf nada tinggi, bilateral dan simetris
• Pemeriksaan audiometri nada tutur menunjukkan gangguan diskriminasi wicara (speech discrimination)

PRESBIKUSIS NOISE INDUCED HEARING LOSS


•Tuli sensorineural •Akibat pajanan bising yang cukup keras dalam
•Usia > 65 tahun waktu yang cukup lama
•Bilateral •Pemeriksaan audiometri nada murni didapat tuli
•Akibat proses degenerasi sensori neural pada frekuensi 3000-6000 Hz,
terberat pada 4000 Hz
•Pencegahan dengan mengusahakan bising < 85dB
©Bimbel UKDI MANTAP BACK
Presbycusis

• Gradually slopping downward pattern


©Bimbel UKDI MANTAP BACK
Noise Induced Hearing Loss

• “Noise notch” at 4000 Hz


©Bimbel UKDI MANTAP BACK
Ototoxic Drug
Kerusakan yang ditimbulkan Aminoglikosida
• Degenerasi stria vaskularis (Streptomisin, Eritromisin
Terjadi pada hampir semua obat Neomisin, Kanamisin
ototoksik Gentamisin)
• Degenerasi sel epitel sensori pada
organon corti dan labirin Loop Diuretic
vestibular. Pada penggunaan Anti inflamasi
aminoglikosida (Furosemide,
• Degenerasi sel ganglion bumetanide, (Salisilat dan aspirin)
Sekunder akibat degenerasi sel ethycrinic acid)
epitel sensori

Anti Tumor
Anti Malaria
(Cisplatin
(Kina dan Klorokuin)
Karboplatin)

©Bimbel UKDI MANTAP BACK


Vertigo
Vertigo adalah perasaan penderita merasa dirinya atau dunia berputar

Otologi Neurologik Interna Psikiatri Fisiologi


• 24-61% kasus • 23-30% kasus • +/- 33% karena • > 50% kasus • Melihat dari
• Benigna • Gangguan gangguan • Klinik dan ketinggian
Paroxysmal serebrovaskuler kardio vaskuler laboratorik :
Positional batang otak/ • tekanan darah dbn
Vertigo (BPPV) serebelum • Aritmia kordis • Depresi
• Meniere • Ataksia karena • Penyakit • Fobia
Desease neuropati koroner • Anxietas
• Parese N VIII • Gangguan visus • Infeksi • Psikosomatik
Uni/bilateral • Gangguan • < glikemia
• Otitis Media serebelum • Intoksikasi
• Gangguan Obat: Nifedipin,
sirkulasi LCS Benzodiazepin,
• Multiple Xanax,
sklerosis
• Malformasi
Chiari
• Vertigo servikal

BACK
Jenis Vertigo
Gejala Vertigo Perifer Vertigo Sentral
Onset Mendadak Tersembunyi
Intensitas Berat Ringan -Sedang
Munculnya Episodik Konstan
Durasi Singkat Panjang
Eksaserbasi posisi Berat Ringan
Nistagmus Horizontal atau torsional Vertikal, horizontal,
torsional
Romberg- test mata
• Terbuka Normal Abnormal
• Tertutup Abnormal Abnormal
Gejala Neurologis Jarang Sering
Vertigo perifer

©Bimbel UKDI MANTAP


BPPV
KRITERIA DIAGNOSIS BPPV:

a. Recurrent vestibuler vertigo


b. Duration of attack always < 1 minute
c. Symptoms invariably provoked by the following
changes of head position:
- lying down or
- turning over in the supine position
- or at least 2 of the following manouvres:
- reclining the head
- rising up from supine position
- bending forward
d. Not attributable to another disorder
(Brevern et al., 2007)
BPPV
BPPV
Comparison of two pathophysiological theories for BPPV
Theory Cupulolithiasis Canalithiasis
Originator Schuknecht, 1969 Hall,et al.,1979
Location of lesion Posterior semicircular canal (PSC) PSC

Proposed Cupulolithiasis (basophilic Canalith (free-floating psc


pathophysiology densities adhered to the PSC endolympathic densities) create a
cupula) alter the specific gravity of hydrodynamic drag which
the cupula making it sensitive to displaces & stimulates the cupula
gravitational changes

Supportive evidence 1. Histological observation of 1. Operative observation of free-


cupular basophilic densities floating endolymphatic
2. Reports of positive responses densities
to physical treatment inspired 2. Reports of positive responses
by this pathophysical theory to physical treatment inspired
by this pathophysical theory
(Velde, 1999)
©Bimbel UKDI MANTAP
DIX-HALLPIKE MANEUVER
D
I
A
G
N
O
S
I
S

©Bimbel UKDI MANTAP


a. Reclined head hanging 45 degree b. Rotate 45 degrees contralateral
turn

EPLEY

d. Keep head
turn and to
sitting
e. Turn
forward chin
down 20
degrees

c. Head and body rotated to 135 degrees from supine


©Bimbel UKDI MANTAP
SEMONT BRANDT & DAROFF
EXCERCISES

©Bimbel UKDI MANTAP


Meniere disease
Disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa pada koklea dan vestibulum

Trias Meniere :
• Vertigo (Periodik yang semakin mereda pada serangan berikutnya)
• Tinnitus
• Tuli sensorineural terutama nada rendah

Px penunjang :
Tes Gliserin  Pasien diberi minuman gliserin 1,2cc/kgBB setelah
diperiksa tes kalori dan audiogram. Setelah 2 jam diperiksa ulang, bila
menunjukan perbaikan bermakna menunjukan adanya hidrops endolimfa

Terapi : Simtomatik vertigo, diuretik, pengaturan diet (hindari garam,


coklat, kafein)
Terapi Simptomatik Vertigo
Pengobatan simptomatik vertigo :
• Ca-entry blocker (mengurangi aktivitas eksitatori SSP dengan menekan pelepasan
glutamat, menekan aktivitas NMDA spesial channel, bekerja langsung sebagai
depresor labirin): Flunarisin (Sibelium) 3x 5-10 mg/hr
• Antihistamin (efek antikolinergik dan merangsang inhibitory; monoaminergik
dengan akibat inhibisi n. vestibualris) : Cinnarizine 3 x 25 mg/hr, Dimenhidrinat
(Dramamine) 3 x 50 mg/hr.
• Histaminik (inhibisi neuron potisinaptik pada n. vestibularis lateralis) : Betahistine
(Merislon) 3 x 8 mg.
• Fenotiazine (pada kemoreseptor trigger zone dan pusat muntah di M. oblongata):
Chlorpromazine (largaktil) : 3 x 25 mg/hr
• Benzodiazepine (Diazepam menurunkan resting activity neuron pada n.
vestibutaris) 3 x 2-5 mg/hr
• Antiepileptik : Carbamazepine (Tegretol) 3 x 200 mg/hr, Fenitoin (Dilantin) 3 x 100
mg (bila ada tanda kelainan epilepsi dan kelainan EEG)
• Campuran obat-obat di atas.

Pengobatan simptomatik otonom (mis. muntah) :


• Metoclopramide (Primperan, Raclonid) 3 x 10 mg/hr
NOSE
Rhinitis Alergi
• Rhinitis alergi adalah penyakit
inflamasi yang disebabkan oleh reaksi
alergi pada pasien atopi yang
sebelumnya sudah tersensitisasi
dengan alergen yang sama serta
dilepaskannya suatu mediator kimia
ketika terjadi paparan ulangan dengan
alergen spesifik terkait. (Von Pirquet,
1986)
• Kelainan pada hidung dengan gejala
bersin-bersin, rinorea, rasa gatal dan
tersumbat setelah mukosa hidung
terpapar alergen yang diperantai oleh
IgE. (WHO ARIA (Allergic Rhinitis and Its
Impact on Asthma) tahun 2007)

BACK
Dikategorikan berdasar munculnya gejala:
 Seasonal Allergic Rhinitis (SAR)/hay fever, polinosis/rino
konjungtivitis: gejalanya muncul krn trigger yang musiman,
biasanya pada negara 4 musim. Alergen: serbuk sari, spora
jamur
 Perennial Allergic Rhinitis (PAR): gejala muncul hampir
sepanjang tahun. Alergen yang sering inhalan (indoor atau
outdoor) dan alergen ingestan

BACK
How to diagnose?
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang

• Serangan bersin
berulang
• Keluar ingus
(rhinorrhea) encer
dan banyak
• Hidung tersumbat
• Hidung dan mata
yg gatal
• Kadang2 disertai
dengan lakrimasi
• Riwayat alergi
BACK
Diagnostic of Allergic Rhinitis
Symptoms usually not associated with
Symptoms suggestive of allergic allergic rhinitis
rhinitis

Unilateral symptoms
2 or more of the following symptoms Nasal obstruction without
for >1 h on most days other symptoms
Watery rhinorhea Mucopurulent rhinorhea
Posterior rhinorhea
Sneezing espicially paroxysmal with thick mucus
Nasal Obstruction and no anterior
Nasal pruritus rhinorhea
Pain
Conjunctivitis Recurrent epistaxis
Anosmia

Classify and assess severity Refer the patient


Etiologi Rhinitis Alergi
Rhinitis alergi merupakan reaksi alergi hipersensitivitas tipe 1 yang
terjadi akibat paparan alergen. Berdasarkan cara masuknya alergen
dibagi atas:

Alergen • masuk bersama dengan udara pernapasan


• misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel, dan bulu
inhalan binatang serta jamur.

Alergen
• masuk ke saluran cerna berupa makanan seperti susu,
ingestan telur, coklat, ikan, udang.

Alergen • masuk melalui suntikan atau tusukan


injektan

Alergen • masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa, misal


bahan kosmetik atau perhiasan
kontaktan ©Bimbel UKDI MANTAP
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang

• Rhinoskopi anterior: mukosa edem, basah,


livid, sekret encer yang banyak

• Gejala spesifik pada anak:


– Allergic shinner: stasis vena o/k obstruksi
hidung
– Allergic sallute: gerakan gosok hidung
– Allergic crease: garis melintang dorsum nasi
1/3 bawah
– Facies adenoid: karena mulut sering terbuka
– Cobblestone appearance: dinding post faring
granuler dan edema
– Geographic tongue
Allergic Shiner Cobblestone Appearance Allergic Salute

Facies adenoid Geographic tongue Allergic Crease


Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang

Pemeriksaan • berguna sebagai pelengkap. Jika ditemukan eosinofil


meningkat, menunjukan kemungkinan alergen berasal
sitologi hidung, dari alergen inhalan.

Hitung eosinofil • dapat normal atau meningkat


darah tepi,

Pemeriksaan IgE • dengan metode prist-paper radio immunosorbent test,


RAST, atau ELISA.
total
• uji intrakutan tunggal atau serial (Skin End-Point Titration/SET), uji cukit
(prick test)
• uji tempel (patch test). SET dilakukan untuk alergen inhalan dengan
Uji kulit menyuntikan alergen dalam berbagai konsentrasi yang bertingkat
kepekatannya. Keuntungannya adalah selain menentukan alergen
penyebab juga dapat menentukan derajat alergi serta dosis inisial untuk
desensitisasi.

BACK
BACK
Medikamentosa
1. H1-antagonist, • - Cetirizine 10mg, 1x1
generasi 2: • - Loratadine 10mg, 1x1

• Nasal: Phenylephrine 0,5% 4x2 tetes/hari (max 3-4 hari)


2. Decongestant • Sistemik: Pseudoepehdrine 60mg, 2x1

• - Fluticasone spray
3. Steroid • - Mometasone spray

4. Leukotriene • - Zafirlukast
inhibitor
BACK
Rhinitis non alergi

Rinitis non alergi digunakan


untuk semua penyakit hidung
dengan gambaran obstruksi,
hipersekresi dan hiperiritabel
yang tidak mempunyai etiologi
alergi dan bersifat kronik
Rhinitis non alergi
Rhinitis gustatory Rhinitis hormonal Rhinitis Medikamentosa

• Rhinitis terkait makanan. • Penyebabnya meliputi • Rinitis karena obat dapat


Minuman beralkohol dapat hypotiroid (myxedema), karena pemakaian obat
menyebabkan rinitis karena naiknya hormon esterogen sistemik dan topikal.
efek langsung dilatasi pada kehamilan, pemakaian • Pemakaian obat sistemik yang
pembuluh darah hidung. kontrasepsi oral dan siklus paling sering adalah obat
Makanan yang pedas dapat menstruasi. antihipertensi seperti reserpin
mengakibatkan rinore profus • Estrogen terbukti metildopa, beta bloker, ACE-I.
melalui mekanisme vagal. meningkatkan asam • Obat-obat topikal adalah
hyaluronat yg membuat cocain, nasal dekongestan.
edema dan nasal congestion

Non-allergic rhinitis with


Rhinitis vasomotor (idiopathic) Rhinitis Atrophy
eosinophilia (NARES)
• Keluhan utama pasien hidung • Secara klinis sangat serupa • Rinitis atropi atau rinitis sicca
tersumbat, bergantian kiri dan dengan Rinitis alergi. ditandai adanya atropi mukosa
kanan tergantung posisi tidur • Gejalanya berupa rinore yang septum, konka, dinding lateral
pasien. Pada pagi hari saat kronik, hidung gatal dan bersin. rongga hidung.
bangun tidur, kondisi memburuk • Pada pemeriksaan swab • Rinitis atropi dg ozaena ditandai
karena adanya perubahan suhu mukosa hidung banyak eosinofil. adanya krusta yg tebal berbau.
yang ekstrem, udara yang Tes alergi hasilnya negatif. Yang tanpa ozaena akan tampak
lembab, dan karena adanya asap mukosa atropi dfan kering
• Penyebabnya diduga
rokok.
berhubungan dengan intoleransi
• Dibagi menjadi tipe runner, aspirin.
sneezer, dan blocker
Rhinosinusitis

• Sinus paranasal adalah ruang berisi udara di dalam cranium


yang terhubung dengan cavitas nasal.
• Rinosinusitis adalah peradangan simtomatis mukosa sinus
paranasal & mukosa hidung (Clinical Practice Guideline Adult
Sinusitis AAO 2015)

BACK
S. Pneumonia
(30-50%), H.
Akut ≤4 minggu Influenzae
(20-40%), M.
Catarrhalis
Subakut 4-12 minggu
S. Aureus
(40%), P.
Aeruginosa
(10-25%), K.
Rhinosinusitis Kronis ≥12 minggu Pneumoniae,
P. Mirabilis,

≥4x/tahun, setiap episode ≥7-10 hari,


Rekuren
ada periode sembuh sempurna

Kronik
Perburukan RSK, namun kembali ke
eksaserbasi
baseline setelah terapi
akut ©Bimbel UKDI MANTAP
Patofisiologi
ostium KOM
tersumbat dan
Edema tekanan negatif
cilia tidak dapat
bergerak

RSA non transudasi


bisa self-limiting
bakterial serosa

pertumbuhan
Bila menetap RSA bakterial terapi antibiotik tidak berhasil
bakteri

Gangguan
hipertrofi, inflamasi,
patensi ostium-
polipoid, atau mukosa makin hipoksia, bakteri
ostium sinus dan
pembentukan bengkak anaerob, faktor
mucociliary
polip dan kista predisposisi
clearance
BACK
Acute Rhinosinusitis
• Rinosinusitis akut ditegakan jika terdapat sekret nasal purulen
yang disertai dengan obstruksi nasal, gejala nyeri/sensasi penuh
pada wajah atau keduanya dalam kurun waktu 4 minggu

BACK
Chronic Rhinosinusitis
• Dalam jangka waktu 12 minggu atau lebih terdapat 2 atau lebih
tanda berikut
– Discharge nasal purulen
– Obstruksi nasal
– Nyeri atau sensasi penuh di wajah
– Menurunnya fungsi penghidu
• DAN terdapat minimal satu dokumentasi tanda inflamasi dari
pemeriksaan
– Mucus purulen atau edema pada meatus media/regio ethmoid
anterior
– Polip di cavum nasi atau meatus media
– Gambaran radiologis yang menunjukkan inflamasi dari sinus paranasal
• - CT scan: mucosal thickening, bone changes, air-fluid levels
• - Plain sinus Xray: air-fluid levels atau >5 mm opasifikasi pada ≥ 1 sinus

BACK
CT Scan Coronal XRay
©Bimbel UKDI MANTAP
Water’s View
Treatment

©Bimbel UKDI MANTAP


©Bimbel UKDI MANTAP
Epistaksis
Epistaksis anterior Epistaksis posterior
• Perdarahan dari arteri • Perdarahan dimulai dari
eithmoidalis anterior atau arteri ethmoidalis posterior
pleksus kisselbach
atau arteri sphenopalatina
• Biasanya diawali oleh trauma
atau infeksi • Mempengaruhi pasien
• Penanganan awal berupa dengan hipertensi atau
penekanan digital selama 10- arteriosklerosis
15 menit. Jika perdarahan
terlihat dapat dikauter
• Terapi: aplikasi tampon
belloq/posterior selama 2-3
• Jika masih berdarah dapat
ditampon anterior 2x24 jam hari.

©Bimbel UKDI MANTAP


Buku ajar ilmu THTK&L FKUI edisi keenam
©Bimbel UKDI MANTAP
©Bimbel UKDI MANTAP
Polip Hidung
Massa lunak dan berwarna putih/ keabu-abuan
yang terdapat pada rongga hidung. Bertangkai
dengan permukaan licin.

Epidemiologi
• Biasanya timbul di dewasa usia >20 thn dan lebih sering di usia
> 40 thn
• menyerang pria 2-3 kali lebih besar dibandingkan dengan
wanita

Berasal dari kompleks ostio-meatal di meatus media


dan sinus ethmoid

Polip koana
• tumbuh kearah belakang dan membesar di nasofaring
• Berasal dari sinus maxillaris
• Disebut juga polip antro-koana
©Bimbel UKDI MANTAP BACK
Etiologi Polip Hidung
Inflamasi kronik : Sinusitis Kronis, Rhinitis allergi,
Asma

Fibrosis Kistik

Predisposisi genetik

Disfungsi saraf autonom

Intoleransi alkohol “Chronic inflammation causes a


reactive hyperplasia of the
intranasal mucosal membrane,
Intoleransi aspirin which results in the formation of
polyps.
Edema  Peningkatan tekanan cairan interstitial
The precise mechanism of polyp
sehingga timbul edema mukosa hidung
formation is incompletely
©Bimbel UKDI MANTAP
understood.” BACK
-
Polip Hidung
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
– Gejala Utama • Rhinoskopi anterior  massa berwarna pucat,
berasal dari meatus medius dan mudah
• Hidung tersumbat digerakkan
• Rinore (dari jernih sampai Stadium polip(Mackay dan Lund ;1997)
purulen)
• Stadium 1 polip masih terbatas di meatus
• Hiposmia / Anosmia medius
• Nyeri pada hidung • Stadium 2  polip sudah keluar dari meatus
• Sakit kepala medius, tampak di rongga hidung tapi belum
memenuhi rongga hidung
– Gejala Sekunder • Stadium 3  polip yang masif
• Bernafas melalui mulut Pemeriksaan Penunjang
• Suara sengau • Naso-Endoskopi
• Halitosis • Foto polos SPN (posisi Waters, AP, Caldwell dan
• Gangguan tidur lateral)
• CT Scan SPN
• Penurunan kualitas hidup
©Bimbel UKDI MANTAP BACK
Tatalaksana Polip Hidung

• Medikamentosa • Operasi
– Kortikosteroid – Indikasi: anak dengan multipel ,
benign polip nasi atau
• Intranasal rather than oral rhinosinustitis kronis yang
corticosteroids should be tidak membaik dengan terapi
medis maximum
used as first-line treatment.
Multiple randomized trials – Polipektomi
have found that fluticasone • Etmoidektomi
(200 mcg bid), budesonide intranasal/ekstranasal  polip
etmoid
(200 mcg twice daily), and
• Operasi Caldwell-Luc  sinus
mometasone (280 mcg maxilla
daily) are superior – ESS (Endoscopic sinus surgery)
• Melebarkan celah di meatus
– Antileukotriene media  rekurensi berkurang
– Antiallergi
– Daily lavage of the sinuses
©Bimbel UKDI MANTAP BACK
Polip Hidung
Komplikasi Prognosis
• Polip antro-koana • Cenderung berulang setelah
– Obstructive sleep apnea operasi (jika polip multiple)
– Chronic mouth breathing – pada informed consent perlu
memberitahu pasien tentang
kemungkinan polip berulang
setelah operasi

©Bimbel UKDI MANTAP BACK


Nasal Foreign Bodies
• Intranasal foreign
bodies (FBs) occur
most commonly in
young children and
consist of a variety
of inorganic and
organic objects.

©Bimbel UKDI MANTAP


Nasal Foreign Bodies
CLINICAL MANIFESTATIONS
• History of nasal FB insertion
without symptoms (71 to 88
percent)
• Unilateral mucopurulent nasal
discharge (17 to 24 percent)
• Foul odor (9 percent)
• Epistaxis (3 to 6 percent)
• Nasal obstruction (1 to 3
percent)
• Mouth breathing (2 percent)

©Bimbel UKDI MANTAP


THROAT
Tonsilitis
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina
yang merupakan bagian dari cincin waldeyer

Cincin waldeyer:

• tonsil pharyngeal (adenoid)


• tonsil palatina (faucial)
• tonsil lingual (tonsil pangkal lidah) dan
• tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding
faring/Gerlach’s tonsil)

Rute penyebaran infeksi: airborne droplets,


kontak langsung

Dapat terjadi pada semua umur, terutama


pada anak BACK
©Bimbel UKDI MANTAP
Klasifikasi Adenovirus, rhinovirus, reovirus, respiratory
syncytial virus (RSV), and the influenza and
parainfluenza virusesEpstein-Barr Virus,
Viral Hemofillus infulenza, Coxschakie

GABHS Treponema vincentii and


Akut Spirochaeta denticulata
(Vincent angina),
Bakterial Other Corynebacterium
bacteria diphtheriae,

Fungal Candida albicans


Tonsilitis
7 or more episodes
of tonsillitis in 1 year
Rekuren Consider 5 episodes/y for 2
akut surgery consecutive years

3 episodes/y for 3
consecutive years
Kronis

©Bimbel UKDI MANTAP BACK


• penularan mikroorganisme melalui
droplet  menginfiltrasi lapisan epitel
jaringan tonsil  epitel terkikis  reaksi
Tonsilitis dari jaringan limfoid superfisial  reaksi
radang berupa keluarnya leukosit
akut polimorfonuklear  terbentuk detritus
(kumpulan leukosit, bakteri yang mati, dan
epitel yang terlepas)  mengisi kriptus
tonsil dan tampak sebagai bercak kuning

• Jika proses radang ini berulang  epitel


mukosa dan jaringan limfoid akan terkikis
Tonsilitis  jaringan parut pengerutan sehingga
kripta tertarik dan melebar  drainase
kripta menjadi kurang baik  retensi
kronis debris sel  menembus kapsul tonsi 
perlekatan dengan jaringan di sekitar
fossa tonsilaris.

©Bimbel UKDI MANTAP BACK


Tonsilitis Viral
Gejala yang tampak seperti common cold + nyeri tenggorok

Demam, nyeri menelan, sakit tenggorokan, oropharynx


hiperemis, biasanya tanpa eksudat

Coxsackie virus result in herpangina, which presents as


ulcerative vesicles over the tonsils, posterior pharynx, and
palate

Consider infectious mononucleosis due to EBV in an


adolescent or younger child with acute tonsillitis, particularly
when it is accompanied by tender cervical, axillary, and/or
inguinal nodes; splenomegaly; severe lethargy and malaise;
and low-grade fever. A gray membrane may cover tonsils that
are inflamed from an EBV infection. This membrane can be
removed without bleeding. ©Bimbel UKDI MANTAP BACK
Tonsilitis Fungal
Oropharyngeal candidiasis
(thrush) often presents in
• immunocompromised patients or
• in patients who have undergone
prolonged treatment with antibiotics.

On exam:
• White cottage-cheese-like plaques over
the pharyngeal mucosa
• Plaques bleed if removed with a tongue
depressor
©Bimbel UKDI MANTAP BACK
Tonsilitis Bakterial
• GABHS
– most common and important pathogen
causing acute bacterial pharyngotonsillitis
– most commonly presents in children aged
5–6
– characterized by fever, dry sore throat,
cervical adenopathy, dysphagia, otalgia
(referred pain from n.IX) and odynophagia.
The tonsils and pharyngeal mucosa are
erythematous and may be covered with
purulent exudate; the tongue may also
become red ("strawberry tongue")
– Bentuk detritus:
• Jelas  tonsilitis folikularis
• Bercak detritus menjadi satu, membentuk alur 
tonsilitis lakunaris
• Melebar membentuk pseudomembrane
BACK
Patients with all four
of the classic
symptoms of Group
A Streptococcal
pharyngitis:

1. pharyngeal or
tonsillar exudate
2. swollen anterior
cervical nodes
3. a history of a fever
greater than 38°C
4. absence of cough
 a 44% chance
that they will not
have Group A
Streptococcal
pharyngitis.
©Bimbel UKDI MANTAP BACK
Tonsilitis Bakterial
• Other bacterial
– Angina Plaut Vincent (stomatitis
ulseromembranosa), akibat bakteri
spirocheta atau treponema, gejala:
demam, rasa nyeri dimulut,
hipersalivasi, gigi dan gusi mudah
berdarah

©Bimbel UKDI MANTAP BACK


Tonsilitis difteri

• Disebabkan oleh bakteri gram • Terapi


positif Corynebacterium
diphteriae. • Anti difteri serum 20.000-
100.000 unit
• Gejala: kenaikan suhu
subfebris, nyeri kepala, tidak • Antibiotik Penicillin atau
nafsu makan, badan lemah, Eritromisin 25-50 mg/kg
nadi lambat serta keluhan nyeri dibagi 3 dosis selama 14 hari
menelan. • Kortikosteroid 1,2 mg/kgbb/
• Pemeriksaan fisik: Tonsil hari
membengkak ditutupi bercak • Pengobatan simptomatis
putih kotor yang melekat erat (antipiretik)
dengan dasarnya, mudah • Isolasi dan tirah baring
berdarah, infeksi yang menjalar selama 2-3 minggu
ke kelenjar limfe bull neck (+)

©Bimbel UKDI MANTAP BACK


Tonsilitis kronis
• Defined by persistent sore
throat, anorexia, dysphagia,
and pharyngotonsillar
erythema.
• It is also characterized by the
presence of malodorous
tonsillar concretions and the
enlargement of jugulodigastric
lymph nodes.
• The organisms involved are
usually both aerobic and
anaerobic mixed flora, with a • Pada tonsilitis kronis,
predominance of streptococci. permukaan tonsil tampak
tidak rata, tampak pelebaran
kripta, dan beberapa kripta
dapat terisi oleh detritus.
©Bimbel UKDI MANTAP BACK
Grading
Grading disusun berdasarkan rasio tonsil terhadap jarak antar arcus palatoglosus.
Grading pembesaran tonsil adalah:

©Bimbel UKDI MANTAP


How to diagnose

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
fisik penunjang

Pemeriksaan Kultur organisme


penunjang pada diperoleh dengan
Pemeriksaan ini
tonsilitis ditujukan cara mengambil
dilakukan terutama
untuk mengetahui apusan dari Lab darah rutin,
jika Streptococcus
organisme penyebab permukaan tonsil KED, ASTO dapat
beta hemolitikus
dengan kultur dan dan orofaring dilakukan
grup A dicurigai
mengetahui posterior, dan
sebagai penyebab.
sensitivitas terhadap diapus di permukaan
antibiotik. medium agar darah.

©Bimbel UKDI MANTAP


Bailey 2006 BACK
Indikasi Tonsillectomy
Obstruksi Infeksi Neoplasma

• Hiperplasia tonsil dengan • Tonsilitis rekuren/kronis • Tersangka neoplasma baik


obstruksi. • Tonsilitis dengan : benigna ataupun maligna
• Gangguan bernafas saat tidur. • Abses nodus cervical
• Obstructive sleep apnea • Obstruksi jalan nafas akut
syndrome • Penyakit jantung katup
• Upper airway resistance • Tonsilitis persisten dengan :
syndrome
• Sore throat persisten
• Obstructive hypoventilation
• Nodus cervical yang nyeri
syndrome
• Halitosis
• Gagal tumbuh
• Tonsilolithiasis
• Cor pulmonale
• Status karier streptococcal
• Abnormalitas menelan
yang tidak responsif terhadap
• Abnormalitas berbicara terapi medis pada anak-anak
• Abnormalitas orofacial/dental atau keluarga yang beresiko
• Gangguan limfoproliferatif • Abses peritonsial yang tidak
responsif terhadap terapi
medis atau pada pasien
dengan tonsilitis rekuren atau
abses rekuren

Kontraindikasi Tonsillectomy
• Diskrasia darah
• Tonus otot yang lemah Sumber : Modul Perhati-KL
Infiltrat Peritonsil
Infiltrat peritonsil merupakan satu tahap sebelum terjadinya abses. Namun pada infiltrate
jumlah pus belum banyak dan terlokalisir sehingga tidak ditemukan fluktuasi.

Komplikasi dari tonsilitis yang tidak diobati dengan sempurna.

Pada daerah superior dan lateral fosa tonsilaris merupakan jaringan ikat longgar sehingga
bisa terjadi penjalaran pus.

Keluhan: nyeri menelan, trismus, hipersalivasi.

Pada pemeriksaan fisik terlihat: palatum mole membengkak dan uvula bergeser

Terapi: antibiotik, obat kumur dan obat simptomatik.

©Bimbel UKDI MANTAP BACK


Abses Peritonsiler
Kumpulan pus di belakang tonsil palatina. Nama lain dari abses ini adalah
abses quinsy
SIMPTOM SIGN
Demam Palatum molle
edematous, hiperemis;
deviasi uvula ke sisi
kontralateral;
pembesaran tonsil
Malaise Trismus
Nyeri tengorrokan Drooling
(lebih pada satu sisi)
Dysphagia Hot potato voice
Otalgia (ipsilateral Halitosis
Cervical lymphadenitis
Abses Peritonsiler

DIAGNOSIS
• Dibuat melalu anamnesis dan
pemeriksaan fisik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Aspirasi dengan jarum – pus
mengkonfirmasi diagnosis
• Intraoral USG – cellulitis VS abses
(Steyer, 2002)
• Suspek penyebaran infeksi selain Pasien dengan PTA dextra
peritonsiler / komplikasi leher lateral =
CT/MRI diindikasi Tonsil displaced ke inferior dan
medial + deviasi kontralateral
uvula (Gallioto, 2008)
Abses Peritonsiler
TATALAKSANA
• Pilihan Antibiotik
Supportive
Drainage Antibiotics (hydration dan
kontrol nyeri)

©Bimbel UKDI MANTAP BACK


Angina Ludwig
• Infeksi ruang submandibula • Gejala:
• Ditandai dengan pembengkakan • Demam
(edema) pada bagian bawah ruang • Nyeri tenggorokan
submandibular yang mencakup • Pembengkakan
jaringan yang menutupi otot2 antara • Drooling
laring dan dasar mulut. • Trismus
• Peradangan  kekerasan berlebihan • Terjadi secara bilateral
jar. dasar mulut  mendorong lidah ke
atas dan belakang  obstruksi jalan
napas
• Penyebab:
– Infeksi gigi molar, premolar
– Tindik lidah  peradangan kelenjar
limfe servikal

BACK
Laryngopharyngeal Reflux (LPR)
Laryngopharyngeal reflux (LPR) is the retrograde
movement of gastric contents (acid and enzymes such as Clinical
pepsin) into the laryngopharynx leading to symptoms Manifestation
referable to the larynx/hypopharynx
• Dysphonia or
GERD involves lower esophageal sphincter dysfunction hoarseness
• Cough
LPR involves both upper and lower esophageal sphincter • Globus
dysfunction
• Throat clearing
• Dysphagia
Until recently, LPR often considered to be under-
diagnosed/under-treated

Koufman (1991, 2000) reports


• LPR present in 4-10% of attendees of otolaryngology clinic (Koufman, 1991)
• LPR present in 55% of patients with hoarseness (Koufman, 2000)
Laryngopharyngeal Reflux (LPR)
REFLUX SYMPTOM INDEX (RSI)

A score > 13 indicates LPR


Laryngopharyngeal Reflux (LPR)
REFLUX FINDING SCORE(RFS)

A score > 7 indicates LPR


GERD vs LPR
GERD LPR

Heartburn and/or regurgitation YES NO (minimal)

Hoarseness, dysphagia, globus, NO YES


throat clearing, cough etc

Endoscopic esophagitis YES NO

Laryngeal inflammation NO YES

Reflux on supine (nocturnal) YES Sometimes

Reflux on upright (awake) Sometimes YES


Clinical Management LPR
Laryngitis
Inflammation of the larynx Sign and Symptoms
Causes: • An unnatural change of voice is usually
• Most commonly due to to a viral infection (viral
the most prominent symptom.
laryngitis). • Volume is typically greatly decreased
• Coughing-induced laryngitis may also occur in (sometimes aphonia)
bronchitis, pneumonia, influenza, pertussis, measles, • Hoarseness
and diphtheria.
• Excessive use of the voice (especially with loud • A sensation of tickling, rawness, and a
speaking or singing) constant urge to clear the throat may
• Allergic reactions occur.
• Gastroesophageal reflux • Symptoms vary with the severity of the
• Bulimia inflammation.
• Inhalation of irritating substances (eg, cigarette • Fever, malaise, dysphagia, and throat
smoke or certain aerosolized drugs) can cause acute
or chronic laryngitis.
pain may occur in more severe infections.
• Drugs can induce laryngeal edema, for example, as a • Laryngeal edema, although rare, may
side effect of ACE inhibitors. cause stridor and dyspnea.
• Bacterial laryngitis is extremely rare.
©Bimbel UKDI MANTAP BACK
Laryngitis

Diagnosis Treatment

• Clinical evaluation • Symptomatic treatment (eg, cough


• Sometimes direct or indirect laryngoscopy suppressants, voice rest, steam
• Diagnosis is based on symptoms. inhalations)
• Indirect or direct flexible laryngoscopy is • No specific treatment is available for viral
recommended for symptoms laryngitis.
persisting > 3 wk • Cough suppressants, voice rest, and steam
• Findings include mild to marked inhalations relieve symptoms and
erythema of the mucous membrane, promote resolution of acute laryngitis.
which may also be edematous. • Smoking cessation and treatment of acute
• With reflux, there is swelling of the or chronic bronchitis may relieve
inner lining of the larynx and redness of laryngitis.
the vocal cords that extends above and • Depending on the presumed cause,
below the edges of the back part of the specific treatments to control
cords. If a pseudomembrane is present, gastroesophageal reflux, bulimia, or drug-
diphtheria is suspected. induced laryngitis may be beneficial.

©Bimbel UKDI MANTAP BACK


Laringomalasia
Laringomalasia adalah kelainan kongenital dimana kartilago epiglotis lemah

Kelemahan epiglotis akan menyebabkan penyumbatan saluran pernafasan nafas


berbunyi/stridor terutama saat berbaring, no feeding intolerance, biasanya remisi usia 2
tahun

Pada pemeriksaan dapat terlihat laring berbentuk omega

Bila sumbatan semakin hebat maka dapat dilakukan intubasi

©Bimbel UKDI MANTAP BACK


Epiglotitis akut

Akibat Hib

Onset rapid, sorethroat,


odynophagia/dysphagia, muffled voice/hot
potato voice, adanya preceeding ISPA

Tripod position, drolling, stridor (late


finding), cervical adenopathy

X ray : thumb sign

©Bimbel UKDI MANTAP BACK


Nodul Pita Suara/Vocal nodule
Kelainan ini biasanya disebabkan oleh penggunaan suara
dalam waktu lama, mis. pada seorang guru, penyanyi
dan sebagainaya.

Keluhan: suara parau, batuk.

Pemeriksaan fisik: nodul pita suara, sebesar kacang hijau


berwarna keputihan. Predileksi di sepertiga anterior pita
suara dan sepertiga medial. Nodul biasanya bilateral.

Pengobatan:
• Istirahat bicara dan voice therapy.
• Bedah mikro - dilakukan bila dicurigai adanya keganasan atau
lesi fibrotik

©Bimbel UKDI MANTAP


1
Massa lain pada pita suara
• Polip pita suara (1): lesi
bertangkai pada seprtiga
anterior, sepertiga tengah atau
seluruh pita suara. Pasien biasa
mengeluhkan suara parau.
• Keganasan laring (2): Keganasan
pada daerah laring, faktor risiko
berupa perokok, peminum
alkohol dan terpajan sinar 2 3
radioaktif.
• Kista pita suara (3): kista retensi
kelenjar minor laring, terbentuk
akibat tersumbatnya kelenjar
tersebut Faktor risiko: iritasi
kronis, GERD dan infeksi.
©Bimbel UKDI MANTAP
Massa lain pada pita suara 4
• Granuloma pita suara (4): Akibat
iritasi pada laring (vocal abuse,
reflux disease, intubasi).
Predileksi pada posterior plica
vocalis. Lebih besar dari nodul.
• Papilloma laring (5): Akibat
infeksi virus HPV subtipe 6 dan
11. Pertumbuhan massa 5
raspberry like. Terjadi pada epitel
plica vocalis.

©Bimbel UKDI MANTAP


Achalasia
• Achalasia is an uncommon
swallowing disorder
• Affects about 1 in every
100,000 people.
• The major symptom of
achalasia is usually difficulty
with swallowing.
• Most people are diagnosed
between the ages of 25 and
60 years.
• Although the condition
cannot be cured, the
symptoms can usually be
controlled with treatment.

©Bimbel UKDI MANTAP BACK


Achalasia
ACHALASIA CAUSE SYMPTOMS
• In achalasia, nerve cells in the • The most common symptom of
esophagus degenerate for reasons that achalasia is difficulty swallowing.
are not known. The loss of nerve cells in • Patients experience the sensation
the esophagus causes two major
that swallowed material, both solids
problems that interfere with swallowing
and liquids, gets stuck in the chest.
• The muscles that line the esophagus do
not contract normally • This problem often begins slowly and
progresses gradually.
• The lower esophageal sphincter (LES)
fails to relax normally with swallowing. • Other symptoms can include chest
Instead, the LES muscle continues to pain, regurgitation of swallowed food
squeeze the end of the esophagus and liquid, heartburn, difficulty
• Over time, the esophagus above the burping, a sensation of fullness or a
persistently contracted LES dilates, and lump in the throat, hiccups, and
large volumes of food and saliva can weight loss
accumulate in the dilated esophagus.

©Bimbel UKDI MANTAP BACK


Achalasia

PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Esophageal manometry (aka esophageal
motility study) measures changes in pressures
within the esophagus that are caused by the
contraction of the esophageal muscles.
• The test typically reveals three abnormalities in
people with achalasia:
• high pressure in the LES at rest,
• failure of the LES to relax after swallowing, and
• an absence of useful (peristaltic) contractions
in the lower esophagus X-ray: Bird beak sign or Rat
• X ray : Bird beak sign or Rat tail Sign tail Sign

©Bimbel UKDI MANTAP BACK


Malignancy in ENT
Ca Sinonasal
History Physical Exam. Diagnosis Treatment
Male in 5th decade, unilateral obstruction & Ca sinonasal Surgery
exposed with nickel, rhinorrea. Diplopia, proptosis
chrom, formalin, . Bulging of palatum, cheek
terpentin. protrusion, anesthesia if
involving n.V

©Bimbel UKDI MANTAP


Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
BACK
Karsinoma Nasofaring

History Physical Exam. Diagnosis Treatment


Elderly with history of Posterior rhinoscopy: mass at KNF Radiotherapy,
smoking, preservative fossa Rosenmuller, cranial chemoradiatio
food. Tinnitus, otalgia nerves abnormality, n, surgery.
epistaxis, diplopia, enlargement of jugular lymph
neuralgia trigeminal. nodes.

©Bimbel UKDI MANTAP


Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
BACK
Karsinoma Nasofaring
Juvenile Nasopharyngeal
Angiofibroma
History Physical Exam. Diagnosis Treatment
Male, young adult, with Anterior rhinoscopy: red Juvenile Surgery
recurrent epistaxis. shiny/bluish mass. No lymph angiofibroma
nodes enlargement.

©Bimbel UKDI MANTAP


Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
BACK
Ca Tonsil
History Physical Exam. Diagnosis Treatment
Painful ulceration, Painful ulceration with Ca tonsil Surgery
otalgia & slight bleeding induration of the tonsil.
of the tonsil. Lymph node enlargement.

©Bimbel UKDI MANTAP


Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
BACK
AIRWAY OBSTRUCTION

BACK
Airway Obstruction Noises Associated
Noises Definition

Stridor A harsh, high pitched noise occurring commonly


on inspiration caused by turbulent flow in the
upper airway is suggestive of an upper airway
obstruction.
Snoring Occurs when the pharynx is partially obstructed
by the soft palate or tongue.

Gurgling Occurs due to secretions or fluid (e.g. vomit) in


the upper airway.

Expiratory wheezes Suggestive of obstruction of lower airways.

Hoarseness Hoarseness is an abnormal deep, harsh voice


generally caused by irritation of, or injury to, the
vocal cords.
©Bimbel UKDI MANTAP
A. At first, during the initial coughing fit, there is usually a by-pass valve (air moves freely around
the foreign body).
B. After a small amount of swelling occurs, there is a check-valve. Air can enter during inspiration,
but can no longer freely exit around the foreign body during expiration (when our bronchi
collapse a little). This causes trapping of air, often within an entire lung.
C. Each time the patient breaths out, the affected lung remains hyperinflated (obstructive
emphysema). As seen on Xrays, this causes shifting of the heart to the opposite side, with each
expiration. Also, with each breath out, only a tiny amount of air can escape past the foreign
object. This causes turbulent air flow and a rippling effect on the soft tissues; thus producing
those high-pitched sounds which are known as expiratory wheezes.
D. After more swelling, there is a stop-valve. This causes lung collapse (atelectasis• )
©Bimbel UKDI MANTAP
Jackson classification
Jackson 1 : pernafasan cuping hidung, retraksi
suprasternal, stridor, tanpa sianosis, pasien
tenang

Jackson 2: retraksi suprasternal dan


epigastrium,gelisah, sianosis ringan

Jackson 3: retraksi suprasternal, infraklavikula,


intercostal, tampak gelisah dan sianosis

Jackson 4: retraksi sangat jelas, sianosis, paralisa


pusat pernafasan o/k hiperkapnea, penderita
bisa tampak tenang seperti tidur, asfiksia

©Bimbel UKDI MANTAP BACK


TERIMA KASIH
BACK

Anda mungkin juga menyukai