Anda di halaman 1dari 26

Acute and chronic rhinitis

Acute rhinitis
Bisa viral, bacterial, atau karena iritasi
Viral Rhinitis
Common Cold (coryza)
 Etiologi disebabkan karena virus melalui droplets
 Penyebab virusnya karena adenovirus picornavirus and its
subgroups such as rhinovirus, coxsackie virus and enteric
cytopathic human orphan virus  inkubasi 1-4 hari, illness 2-3
minggu
Tanda adan gejala
 Burning sensation/ rasa perih pada bagian belakang hidung
disertai dengan mampet, meler dan bersin
 Low grade fever, sumeng sumeng aja. Rhinorrhea watery tapi
bisa mucopurulent jika ada infeksi sekunder bakteri seperti
Streptococcus haemolyticus, pneumococcus, Staphylococcus,
Haemophilus influenzae, Klebsiella pneumoniae and Moraxella
catarrhalis.
Viral Rhinitis
Tatalaksana
 Bed rest  memutus rantai penyebaran dan memberikan waktu
untuk tubuh melawan virus
 Cairan tercukupi
 Nasal decongestan dan antihistamin bisa diberikan
 Analgesic  jika biasanya disertai dengan nyeri kepala, demam
dan myalgia
 Analgesic non aspirin direkomendasikan karena aspirin
menyebabkan pelepasan virus lebih banyak
 Antibiotic jika sudah ada tanda infeksi bakteri
 Self limited  namun bisa ada komplikasi pada sinus, faring,
tonsil, bronchitis, pneumonia dan otitis
Viral Rhinitis
Influenza rhinitis
 Influenza virus terdapat 4 strain namun yang menyebabkan rhinitis
kebanyakan strain ABC saja
 Tanda dan gejala ya sama sama aja seperti common cold
 Komplikasi bisa muncul infeksi sekunder karena bakteri
 Tatalaksana sama seperti common cold
Viral Rhinitis
Rhinitis related with exanthemas
 Salah satu gejala saja dari dari chicken pox, measles, rubeola
dkk
 Biasa muncul pada har ke 2-3
 Bisa muncul secondary infection
Bacterial rhinitis
Nonspecific infections
 Bisa primer maupun sekunder
 Primer biasa ditemukan pada anak anak dan Sebagian besar
disebabkan oleh pneumococcus, streptococcus, atau
staphylococcus
 Membrane lengket Greyish white yang jika diangkat bisa
menimbulkan perdarahan
 Kalau secondary akiba ada infeksi tambahan setelah viral
Bacterial rhinitis
Diphteritic rhinitis
 Rare disease
 Bisa primer maupun sekunder
 Greyish membrane menutupi concha inferior dan
dasar dari hidung yang berdarah jika diangkat
 Bisa ada ekskoriasi
 Tatalaksana penicillin systemic dan antitoxin diphteria
Irritative rhinitis
 Iritasi
 Penyebab karena debu, asap, gas seperti ammonia, formaline,
asam lainnya
 Bisa juga muncul karena trauma ketika melakukan nasal
manipulation
 Immediate catarrhal reaction  bersin bersin, rhinorea, congesti
 Recovery tergantung tingkat keparahan
CHRONIC RHINITIS
Chronic nonspecific inflammations of nose include:
1. Chronic simple rhinitis.
2. Hypertrophic rhinitis.
3. Atrophic rhinitis.
4. Rhinitis sicca.
5. Rhinitis caseosa.
Chronic simple rhinitis
 Serangan berulang dari rhinitis akut karena tertular melulu
 Faktor predisposisi mengacu pada kronisitas
1. Presistent nasal infection karena ada sinusitis, tonsillitis, atau adenoids
2. Iritasi kronis  asap debu gas dll
3. Nasal obstruction et causa deviated nasal septum, synechia
4. Rhinitis vasomotor
5. Endocrinal atau factor metabolis  hypothyroid
Chronic simple rhinitis
Patologi
 Early stage of hypertrophy rihinitis
 Hyperemia and edema mucous membrane dengan hypertrophy of
serousmucous glands, blood sinusoid akan terdistensi

Tanda dan gejala


1. Nasal obstruction, diperparah ketika tiduran, tergantung letak
2. Nasal discharge  bisa mucoid, mucopurulent, kental encer, bisa turun
ke tenggorokan  post nasal drip, pasien akan sering mendehem dan
sisih (?)
3. Sakit kepala  concha edema menekan septum menyebabkan sakit
kepala
4. Concha bengkak  pit on pressure, mengecil jika kena vasoconstrictor.
Kalau sudah hypertrophic rhinitis tidak mengecil lagi
5. Post nasal discharge
Chronic simple rhinitis
Tatalaksana
1. Obati penyebab seperti adenoid atau sinusitis atau alergi dll
2. Irigasi dengan alkaline solution
3. Nasal decongestant Excessive use of nasal drops and sprays should be
avoided because it may lead to rhinitis medicamentosa. Steroid
systemic bisa diberikan pada pasien yang sudah memakai nascon
lama untuk weaning / mengurangi pelan pelan
4. Antibiotik sesuai penyebab
Hypertrophic rhinitis
thickening of mucosa, submucosa, seromucinous glands,
periosteum and bone. Changes are more marked on the
turbinates.
 Perbedaannya disbanding dengan rhinitis pada umumnya,
tidak pit on pressure, mengecil sedikit pada vasoconstrictor
atau decongestan, karena ada fibrosis pada lapisan dalam
conca
 Mulberry appearance, maximum change pada concha inferior

Etiologi
 recurrent nasal infections, chronic sinusitis, chronic irritation
of nasal mucosa due to smoking, industrial irritants, prolonged
use of nasal drops and vasomotor and allergic rhinitis.
Gejala
 Mampet paling dominan, sakit kepala, anosmia bisa saja ada
Hypertrophic rhinitis
Tatalaksana
1. Linear cauterization.
2. Submucosal diathermy.
3. Cryosurgery of turbinates.
4. Partial or total turbinectomy. Concha inferior  bisa di partially removed pada anterior, inferior, dan posterior
Excessive removal of turbinates should be avoided as it leads to persistent crusting.
5. Submucous resection of turbinate bone
6. Lasers have also been used to reduce the size of turbinates.
Hypertrophic rhinitis
Compensatory Hypertrophic Rhinitis

 Tubuh kita punya mekanisme kompensasi dimana misalnya pada deviasi septum, pasti akan ada yang lebih sempit ada
yang lebih longgar lubang hidungnya. Pada bagian lubang hidung yang longgar maka akan gampang sekali terjadi krusta
karena ruangan lubang yang besar membuat mucosa jadi gampang kering. Maka dari itu hidung akan membuat concha
menjadi hypertrophy
ATROPHIC RHINITIS (OZAENA)
 Chronic inflammation
 Ada atrofi dari mucosa hidung dan chonca
 Karena atrofi  ada banyak ruang  krusta  jadi berbau
 Rhinitis atrofi bisa primer dan sekunder
ATROPHIC RHINITIS (OZAENA)
Etiologi
HERNIA
1. Hereditary factor  biasa ada anggota keluarga juga yang kena
2. Endocrinal disturbance  biasanya terjadi pada wanita, setelah pubertas, dan setelah menopause
3. Racial factors  white and yellow races
4. Nutritional deficiency  Vitamin A, D, fe  anggapan ini karena kejadian ozaena rendah pada negara barat dan keluarga
yang berkecukupan
5. Infective  pada hasil culture didapatkan bakteri  kiebsella ozaenae, diphteroids, proteus vulgaris, e.coli, staph and
strep.  dianggap sebagai secondary infection
6. Autoimmune process  The body reacts by a destructive process to the antigens released from the nasal mucosa
ATROPHIC RHINITIS (OZAENA)
Pathology
 Epitel kolumner bersilianya hilang
 Artofi pada seromucous glands, venous blood sinusoids, saraf
 Endarteritis pada arteri mucosa, periosteum, dan tulang  peradangan
 Karena hal tersebut membuat concha mengecil dan ruangan hidung jadi membesar
ATROPHIC RHINITIS (OZAENA)
Clinical features
 Sering pada wanita pubertas
 Ada hidung yang berbau yang menyebabkan pasien dijauhi (jahat)
 Namun pasien sering tidak menyadari baunya karena bisa timbul anosmia
(merciful anosmia)
 Pasien bisa saja mengeluhkan ada obstruksi, padahal kan rongganya gede?
Hal ini dikarenakan ada krusta yang menutupi
 Bisa ada epitaxis pada krusta yang di singkirkan
 Nasal cavitiy full of greenish or greyish black dry crusts
 Nasopharynx gampang terlihat pada pasien yang krustanya sudah
disingkirkan oleh karena atrofi konka  ruangan hidung jadi luas
 Saddle deformity
 Krusta bisa sampai faring
 Sinus paranasal kecil karena undevelop  xray jadi putih karena dinding
sinus tebal
ATROPHIC RHINITIS (OZAENA)
Prognosis  menetap beberapa tahun

Tatalaksana
 Complete cure of the disease not yet possible
 Tatalaksana hanya untuk meringankan gejala, nasa hygiene dengan
melepas crusta sehingga baunya dapat ditekan
a. Nasal irrigation dan removal crusts  menggunakan normal saline
atau alkaline solution (cuci hidung) harapannya krusta bisa lepas, jika
susah maka akan dilakukan manipulasi
b. 25% glucose in glycerine  setelah di irigasi mucosa diberikan lapisan
ini untuk mencegah pertumbuhan organisme proteolytic
c. Local antibiotic  untuk mencegah infeksi sekunder
d. Oestradiol spray  membantu regenerasi seromucous gland dan
vaskularisasi
ATROPHIC RHINITIS (OZAENA)
Prognosis  menetap beberapa tahun

Tatalaksana
 Complete cure of the disease not yet possible
 Tatalaksana hanya untuk meringankan gejala, nasa hygiene dengan
melepas crusta sehingga baunya dapat ditekan
e. Placental extract  diinjeksi submucous pada nasal bisa memperingan
gejala
f. Systemic streptomycin  1g/ day selama 10 hari bagus untuk
mengurangi pembentukan krusta dan bau, efektif pada organisme
kiebsella
g. Potasium iodide  promotes and liquefies nasal secretion.
ATROPHIC RHINITIS (OZAENA)
Prognosis  menetap beberapa tahun

Tatalaksana
 Surgical
a. young’s operation and modified young’s operation  setelah 6 bulan
baru dibuka membantu agar lapisan mucosa dapat tumbuh Kembali
dan krusta hilang
b. Narrowing the nasal cavities
(i) Submucosal injection of teflon paste.
(ii) Insertion of fat, cartilage, bone or teflon strips under the
mucoperiosteum of the floor and lateral wall of nose and the
mucoperichondrium of the septum.
(iii) Section and medial displacement of lateral wall of nose
ATROPHIC RHINITIS (OZAENA)
Secondary atrophic rhinitis
 Infeksi tertentu seperti sifilis, lupus, lepra, rhinoscleroma
dapat menyebabkan kerusakan pada struktur hidung dan
menyebabkan perubahan atrophic
 Bisa juga disebabkan oleh sinusitis berkepanjangan,
radioterapi, atau eksisi concha yang berlebihan

Unilateral atrophic rhinitis


 Pada kasus deviasi nasal septum yang parah, salah satu sisi
jadi meluas akhirnya atrofi
Rhinitis sicca
 Disebabkan oleh partikel pertikel pada lingkungan panas kering dan berdebu
 Menyebabkan krusta
 Anterior third of nasal septum yang paling sering kena
 ciliated columnar epithelium undergoes squamous metaplasia with atrophy of seromucinous glands

 correction of the occupational surroundings and application of bland ointment or one with an antibiotic and steroid to the
affected part
Rhinitis caseosa
 Unilateral usually affected men
 Offensive purulent discharge cheesy material (makanya dinamakan caseosa)
 Diperkirakan disebabkan oleh sinusitis chronic
 Sinus dapat granulomatous dan dinding tulang dapat rusak

 Treatment is removal of debris and granulation tissue and free drainage of the affected sinus.

Anda mungkin juga menyukai