Anda di halaman 1dari 261

Kecelakaan Kerja

Perhiasan
Sekretaris ini sedang bekerja di kantor. Ia membuka sebuah
“filing cabinet” untuk mengambil beberapa dokumen.
Kabinet tersebut menutup dengan sendirinya dan menjepit
tangannya tanpa ada peringatan terlebih dahulu.
Cincinnya terjepit sewaktu ia mencoba melepaskan
tangannya … ! 1
Kecelakaan & Penyakit Akibat Kerja
Faktor Risiko di
tempat kerja

Accident Penyakit Akibat


Kerja

Ada 2(dua) faktor yang berpengaruh (teori lama):


Unsafe-Act (80%)
Unsafe Condition (20%)

2
UU no. 36 thn 2009 psl 165
 ”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala
bentuk upaya kesehatan melalui upaya
pencegahan, peningkatan, pengobatan dan
pemulihan bagi tenaga kerja”.
 Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat
kerja di Rumah Sakit mempunyai kewajiban untuk
menyehatkan para tenaga kerjanya.
 Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja
disamping keselamatan kerja.

3
UU no. 36 thn 2009 psl 165
 RS hrs menjamin kesehatan dan keselamatan baik
terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja
maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi
bahaya di Rumah Sakit.
 Oleh karena itu, RS dituntut untuk melaksanakan
Upaya K3 yang dilaksanakan secara terintegrasi dan
menyeluruh shg risiko terjadinya Penyakit Akibat
Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di
Rumah Sakit dapat dihindari.

4
Dasar Perundangan
UU no 1 – 1970 : Keselamatan Kerja.
Kepmenaker 02/1980 : Pemeriksaan Kesehatan;
Kepmenaker 03/1982 : Pelayanan Kesehatan Kerja;
Kepres no 22, 1993 : Penyakit Akibat Kerja;
UU no 36/20099: tentang Kesehatan (psl. 164 on OH);
UU no 3/92: Asuransi Kesehatan (Jamsostek)
UU no 13/2003 tentang Ketenagakerjaan.
P.P. no 23/2000 Radiasi mengion;
Permenkes no 492 thn 2010 : Persyaratan Kualitas air minum.
Permenkes 1096 thn 2011 : Higiene Sanitasi Jasaboga.
Dst.
6
Dasar Peraturan Perundangan
 Khusus K-3 Rumah Sakit :
 Permenkes no 66 tahun 2016 tentang Standar K-3
Di RS.
 Kepmenkes no. 432 tahun 2007 tentang Pedoman
Manajemen K-3 di RS.
 Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan RS.

7
Occupational Health Management
OSHA –Elemen System
Penting dari K-3
Management Occupational Health
Commitment & Management System
Employee
Involvement

Health Risk
Worksite Analysis Assessment

Training,
Health
Review
Surveillance
Program and
Hazard
Audit
Prevention & Work-related
Control
Health Diseases
Promotion
Medical
Emergency
Food Safety & Response
Safety and Health
Env. Sanitation
Training Ergonomics

8
Faktor Risiko
OSHA&–Elemen
Populationpenting
at Risk K3
Management
Commitment &
Employee
Involvement

Faktor
Faktor Potensi Lingkungan
Individu Worksite Analysis Kerja
Bahaya
• Usia,
• Lama bekerja,
• Pendidikan,
• BMI, Hazard Prevention
• Tekanan Darah & Control
• DM, Populasi
• Profil Lipid; berisiko
• Hobbies,
• Kebiasaan (merokok, Safety and Health
dsb). Training

9
11
Sistem Manajemen K3 RS
 Dasar Perundangan :
 Kepmenkes no. 432 tahun 2007 : Pedoman
Manajemen K3 RS;
 Permenkes no 66 tahun 2016 : Standar K3 RS;

 Kepmenkes no. 1204 tahun 2004 : Persyaratan


Kesehatan Lingkungan RS.

 Harus terintegrasi dengan Sistem Manajemen RS


lainnya
12
Sistem Manajemnen K3 RS
Leadership and Management
Commitment

Management Policy and Strategic


Review Objectives

Audit
Organization, Responsi-
Implementation : bilities, Resource;
• Health Protection
• Health Promotion
(Health) Risk
Assessment
Planning and
Procedure

13
Sumber Data Keselamatan dan Kesehatan
Standar Manajemen K3 RS.
(PERMENKES no. 66 tahunKerja
2016) di RS

Pedoman Manajemen
K3RS.
(KEPMENKES. R I.
NO.432/MENKES/SK/IV/2007)

Kesehatan Lingkungan RS.


(KEPMENKES. R I. NO.
1204/MENKES/SK/X/2004)

14
Permenkes no 66 thn 2016
tentang K3RS
 Pasal 3 :
 Setiap RS wajib menyelenggarakan K3RS

 Meliputi :
√ Membentuk dan Mengembangkan SMK3RS

√ Menerapkan Standar K3RS

15
Permenkes no 66 thn 2016
tentang K3RS
 Pasal 4 - SMK3RS meliputi :

Peningkatan Penetapan
Berkelanjutan
Peninjauan & Kebijakan K3RS
Peningkatan
Kinerja K3RS

Perencanaan
K3RS
Pemantauan
dan Evaluasi
Kinerja K3RS
Pelaksanaan
Rencana K3RS
16
Program Dasar SMK3 Pedoman Penerapan Elemen Kinerja
1. Penetapan Kebijakan K3RS 1. Komitmen dan kebijakan A. Manajemen Risiko K3RS.
1.1 Kepemimpinan & komitmen (Identifikasi, Penilaian,
1.2 Komite dan Instalasi K3RS Evaluasi dan Pengendalian).
1.3 Kebijakan K3 (Tugas)
---------------------------------------------------------------- B. Keselamatan dan Keamanan
2. Perencanaan K3RS 2. Perencanaan di RS.
2.1 Ident, penilaian risiko
2.2 Pengendalian Potensi Bahaya
C. Pelayanan Kesehatan Kerja.
---------------------------------------------------------------- (Promotif, Preventif, Kuratif
3. Pelaksanaan Rencana K3rs: dan Rehabilitatif).
3. Pelaksanaan Rencana 3.1 Manajemen Risiko D. Pengelolaan B3. (Identifikasi,
3.2 Keselamatan di RS
K3RS MSDS, Sarana Keselamatan
3.3 Pelayanan Kesehatan Kerja
3.4 Pengelolaan Bahan B3. B3, Pedoman dan SOP).
3.5 Pencegahan Kebakaran E. Pencegahan dan
3.6 Pengelolaan Prasarana RS. Pengendalian Kebakaran.
3.7 Pengelolaan Peralatan Medis. (Identifikasi & Pemetaan Area
3.8 Tanggap Darurat
----------------------------------------------------------------
berisiko, MITIGASI, Pengenda-
4. Pemantauan, dan Evaluasi 4.Pemantauan dan evaluasi Kinerja lian, Simulasi).
Kinerja K3RS 4.1 Inspeksi (dgn Checklist) F. Pengelolaan Prasarana RS.
4.2 Tindakan Korektif
(Penanggung jawab tindakan). G. Pengelolaan Peralatan
---------------------------------------------------------------- Medis.
5. Indikator Kinerja : H. Tanggap Darurat.
5. Peninjauan dan 5.1. Absensi Kary karena sakit.
Peningkatkan kinerja K3RS 5.2. Angka Kecelakaan Kerja.
5.3. Prevalensi PAK.
5.4. Produktivitas kerja di RS. 17
Leadership and
Management

Struktur organisasi K3 di RS
Commitment
Management Policy and
Review Strategic
Objectives
Audit (KEPMENKES.RI.NO.432/MENKES/SK/IV/2007)
Implementation : Organization,
• Health Protection Responsi-
• Health Promotion bilities, Resource;

Planning and Health Risk


Procedure Assessment

 Organisasi K3 berada 1 tingkat di bawah direktur,


 Bukan kerja rangkap dan merupakan unit organisasi
yg bertanggung jawab langsung kepada direktur RS,
 Karena berkaitan langsung dengan regulasi,
kebijakan, biaya, logistik dan SDM.
 Nama organisasinya adalah unit pelaksana K3 RS, yang
dibantu oleh unit K3 yang beranggotakan seluruh
unit kerja di RS.
19
Leadership and
Management
Commitment
Management
Review
Policy and
Strategic
Objectives
Struktur organisasi K3 di RS
Audit
(KEPMENKES.RI.NO.432/MENKES/SK/IV/2007)
Implementation : Organization,
• Health Protection Responsi-
• Health Promotion bilities, Resource;

Planning and Health Risk


Procedure Assessment

 Dipimpin oleh Ketua, beranggotakan Wakil Ketua, Sekretaris


dan Anggota.

 Ketua sebaiknya adalah salah satu manajemen tertinggi di RS


atau sekurang-kurangnya manajemen dibawah langsung
direktur RS.

 Sedang sekretaris organisasi/unit pelaksana K3 RS adalah


seorang tenaga profesional K3 RS, yaitu ahli K3 atau
berlatarbelakang pendidikan K3.
20
Leadership and
Management
Commitment
Management
Review
Policy and
Strategic
Leadreship&Management
Objectives
Audit

Implementation : Organization,
Commitment
• Health Protection Responsi-
bilities, Resource;
(KEPMENKES.RI.NO.432/MENKES/SK/IV/2007)
• Health Promotion

Planning and Health Risk


Procedure Assessment

 Komitmen Manajemen  Written Statement &


Policy
 Disosialisasikan kepada seluruh karyawan
 Program K3RS
 Sumber Daya dan Sumber Dana
 Diwujudkan dalam bentuk wadah K3RS dalam
struktur Organisasi Perusahaan.
21
Leadership and
Management
Commitment
Management
Review
Policy and
Strategic
Objectives
Strategi K3RS
Audit
(KEPMENKES.RI.NO.432/MENKES/SK/IV/2007)
Implementation : Organization,
• Health Protection Responsi-
• Health Promotion bilities, Resource;

Planning and Health Risk


Procedure Assessment
Strategi yang perlu diterapkan :
 Sosialisasi (advokasi) program K3RS
 Tujuan yang jelas
 Organisasi serta Role & Responsibilities
 Profesionalisme di bidang K3 RS di setiap unit
 Dukungan sumberdaya dan dana dari Manajemen RS
 Kajian risiko (Risk Assessment)  Kualitatif & Kuantitatif
 Program K3RS  berbasis Promosi dan Pencegahan
 Monitoring
22
Leadership and
Management
Commitment
Management
Review
Policy and
Strategic
Objectives
Perencanaan
Audit
(KEPMENKES.RI.NO.432/MENKES/SK/IV/2007)
Implementation : Organization,
• Health Protection Responsi-
• Health Promotion bilities, Resource;

Planning and Health Risk


Procedure Assessment

Perencanaan efektif :
 Identifikasi risiko (Health Risk Assessment) & Population at
risk.
 Program Kontrol & Pencegahan
 Prosedur & SOP
 Sasaran yang terukur
 Indikator keefektifan kinerja
 Monitoring, evaluasi dan pencatatan serta pelaporan
program berjalan.
23
Lingkup Kegiatan K3 di RS
(KEPMENKES. R I. NO.432/MENKES/SK/IV/2007)
1. Emergency Response Plan.
2. Fire safety (Sprinkel, APAR, Hydran, alat komunikasi)
3. Patient Safety  no INFEKSI NOSOKOMIAL (INOS).
4. Workers Health (Kesehatan Pekerja);
5. Hazardous Material Handling.
6. Environmental Sanitation (Lingkungan RS).
7. Waste Handling.
8. Pendidikan, pelatihan dan promosi.
9. Pencatatan dan pelaporan 24
Model 1 : Organisasi K3RS

Direktur

Komite Medis/
Nosokomial

K3RS
terintegrasi
pada …

25
Model 2 : Organisasi K3RS

Direktur

Unit Pelaksana
K3RS

26
Langkah dan Strategi Pelaksanaan K3 RS
1. Advokasi ke pimpinan Rumah 6. Melaksanakan 12 Program K3RS;
Sakit, Sosialisasi dan
pembudayaan K3RS; 7. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan
Program K3RS;
2. Menyusun kebijakan K3RS yg
ditetapkan oleh Pimpinan RS; 8. Melakukan Internal Audit
Program K3RS dengan
3. Membentuk Organisasi K3RS;
menggunakan instrumen
4. Perencanaan K3 sesuai penilaian sendiri (self
Standar K3RS yang ditetapkan assessment) akreditasi Rumah
oleh Kementerian Kesehatan; Sakit yang berlaku;
5. Menyusun pedoman, petunjuk 9. Mengikuti Akreditasi Rumah
teknis dan SOP-K3RS. Sakit.

28
Kesehatan Lingkungan RS
(KEPMENKES. R I. NO. 1204/MENKES/SK/X/2004)

I. Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman RS :


1. Lingkungan bangunan RS
2. Konstruksi Bangunan RS
3. Ruang Bangunan
4. Kualitas Udara Ruangan
5. Pencahayaan
6. Ventilasi (Suhu, Kelembaban dan Tekanan)
7. Kebisingan
8. Fasilitas Sanitasi
9. Jumlah Tempat Tidur
10. Lantai dan Dinding 30
Kesehatan Lingkungan RS
(KEPMENKES. R I. NO. 1204/MENKES/SK/X/2004)

II. Penyehatan Higiene Sanitasi Makanan/Minuman :


III. Penyehatan Air
IV. Pengelolaan Limbah :
 Limbah Medis Padat / Non Padat
 Limbah Cair
 Limbah Gas
V. Pengelolaan Tempat Pencucian Linen (Laundry)
VI. Vektor Control (Nyamuk, kecoa, tikus dan lalat)
VII. Dekontaminasi melalui Disinfeksi dan Sterilisasi
VIII. Pengamanan Radiasi
IX. Promkes & Aspek Kesehatan Lingkungan
31
33
Management Commitment & Employee
Involvement
Management
Commitment &
Employee
Involvement

Worksite Analysis

Hazard
Prevention &
Control

Safety and Health Written & Visible !!!


Training

34
Tanggung Jawab Management
Management
Commitment &
Employee
Garis besar tanggung jawab :
Involvement
Assess risks
Prevent or control exposure
Worksite Analysis Decide on precautions
Ensure controls are used and maintained
Monitor exposure, and conduct health
Hazard
Prevention & surveillance, where necessary
Control
Provide adequate supervision
Provide information, instruction and
Safety and Health training
Training

35
Tanggung Jawab Management
Management
Commitment &
Program Kerja :
Employee Komitmen K-3, Kebijakan “tertulis & visible”.
Involvement
P2K3
Rules & Work procedures (SOP).
Worksite Analysis Role & Responsibilities.
Inspection.
Hazard
Accident Investigation.
Prevention & Emergency Response + First Aid.
Control
Health & Safety Promotion.
Review program K3.
Safety and Health Teamwork
Training
etc
36
Tanggung Jawab Karyawan
Management Antara lain, misalnya :
Commitment &
Employee
Involvement
Menggunakan APD dan peralatan safety
lainnya sesuai perintah Manajemen.
Mentaati prosedur kerja aman.
Worksite Analysis
Mematuhi semua peraturan perundangan.
Melaporkan setiap kejadian kecelakaan atau
Hazard sakit secepat mungkin.
Prevention &
Control Melaporkan adanya “Un-safe Act and Un-safe
Condition”.
Berpartisipasi dalam P2K3.
Safety and Health
Training

37
Komitmen Manajemen
“Tidak ada kata kompromi
untuk Keselamatan &
Kesehatan Kerja”

38
Program Kerja P2K3
Safety meeting
Management
Commitment & Inventarisasi permasalahan K3
Employee
Involvement Indentifikasi dan inventarisasi sumber bahaya
Penerapan norma K3
Worksite Analysis Inspeksi/ safety patrol
Penyelidikan dan analisa kecelakaan
Pendidikan dan latihan
Hazard
Prevention & Prosedur dan tata cara evakuasi
Control
Catatan dan data K3
Laporan pertanggungjawaban
Safety and Health
Training Penelitian

39
Peran Akhli K3
Management
Commitment &
Sebagai sekretaris pada P2K3 di lini
Employee
Involvement
fungsional
Memfollow up rekomendasi atau saran dan
perkembangan yang telah disepakati kedua
Worksite Analysis
belah pihak di lini struktural secara tehnik
Partner dari Pengurus Perusahaan dalam
Hazard pencegahan kecelakaan dan PAK
Prevention &
Control
Memfasilitasi perusahaan dalam pencapaian
performance K3 baik secara Nasional
Safety and Health maupun International.
Training

40
Penanganan Faktor Risiko di Tempat
Kerja
Management
Commitment &
Employee
Involvement Langkah-langkah :
Worksite Analysis
Risk Identification
Risk Assessment
Hazard
Prevention &
Control
Risk Evaluation
Risk Management
Safety and Health
Training
Risk Communication
42
Hospital Potential Hazards
 Dapat ditentukan berdasarkan :

44
Faktor Risiko di lingkungan kerja
 Potential Hazards di Sarana
Kesehatan (Healthcare),
digambarkan oleh :
 Kepmenkes no. 432 tahun 2007.
 International Hazards Datasheet on
Occupation (ILO).

46
Faktor Risiko di lingkungan kerja

√ Noise (bising),
√ Extreme temprature (Hot /
Cold),
√ Vibration,
√ Radiation (ionizing/non-
ionizing),
√ Barometric pressure
√ Illumination,
√ Dust, etc.

47
Potential Hazards in
Potential Risk Hospital
Population at risk
-- Kepmenkes 432 tahun 2007 --

48
Kepmenkes no. 432 tahun 2007
-- BISING --
Konservasi
Pendengaran

Berbagai jebis Alat Pelindung Telinga (APT)


49
Kepmenkes no. 432 tahun 2007
GETARAN (VIBRASI)

Whole Body vibration


Getaran yg mengenai seluruh tubuh melalui
bagian tubuh yang kontak dengan sumber.

Segmental or hand and arm vibration


Getaran yang dihantar
melalui tangan dan lengan

50
Kepmenkes no. 432 tahun 2007

Heat-related illnesses :
Heat Cramps,
Heat Exhaustion,
Heat Stroke.

51
Kepmenkes no. 432 tahun 2007

Yang harus diketahui :


Non-Ionizing Radiation.
− Infra merah (red), Visible radiation,
− Ultra violet, Gelombang Radio
− Microwave, Laser.
Ionizing Radiation.
Sinar , , / Sinar X / Neutron particles

Paper Wood Concrete Pembagian berdasarkan effek :


Energy Efek Stokastik (radiasi mengion) 
Alpha Carcinogenik & Genetik.
Low
Beta
Medium Efek Non-stokastik (radiasi tidak
mengion)  Somatik
Gamma
High

52
Kepmenkes no. 432 tahun 2007

Besar partikel  adalah merupakan faktor penting pd bhn


terinhalasi, dimana bhn tsb terdeposit :
≥ 30 mikron  tidak dpt masuk ke dalam saluran napas.
5 – 30 mikron  dideposit di daerah nasofaring dan selanjutnya
dibawa oleh mucus  tertelan.
2 – 5 micron  terdeposit ke dlm trakeobronkiolar dan dgn cepat
dibersihkan oleh mekanisme gerakan ke atas dari permukaan
mukosa.
< 2 mikron  mencapai epitel alveoli paru yg selanjutnya terserap
ke dalam darah atau di singkirkan melalui 2 mekanisme utama yaitu
fagositosis oleh makrofag dan penghancuran melalui system
limfatik. 53
Kepmenkes no. 432 tahun 2007

Air Purifying Respirators

Tanpa Valve Dgn Valve

Mask or Respirator tergantung partikel.


“Fit Test” & “Medical Test”
Air Supplied Respirators
54
Kepmenkes no. 432 tahun 2007

Pencahayaan sgt penting di setiap tempat kerja.


Pencahayaan yg baik membantu kita untuk :
Melihat adanya faktor bahaya (Safe),
Mengurangi kelelahan otot mata dan ketidak nyamanan.
Pencahayaan yg kurang, berdampak thd :
Penurunan performance kerja,
Menimbulkan ggn penglihatan ,
Kesalahan lebih mudah terjadi,
Pekerja akan bekerja lebih lambat serta
“Natural working posture” akan sukar dicapai shg bisa
menimbulkan “musculo-skeletal” problem. 55
Kepmenkes no. 432 tahun 2007

56
Physical Hazards lainnya
(Alat Kerja)
 Physical Hazard lainnya, dari Dari Alat Kerja :
 Fire  Electrical Equipment
 Bunsen Burners  Centrifuge
 Autoclaves  Heat & Heating devices
 Compressed Gas  Vacuum hazard,
Cylinders  Computer and
 Broken Glassware Peripherals,
 Razorblades and  dsb.
needles
57
Faktor Risiko di lingkungan kerja

The National Fire Protection Association


(NFPA 30)  9 Class bahan berbahaya :
√ Explosives
√ Gases/Flammable & Non-Flammable
√ Flammable Liquids
√ Flammable Solids
√ Oxidizers & Organic Peroxides
√ Poisons
√ Radiation
√ Corrosive/ Acids
√ Miscellaneous

58
Bahan Kimia
All substances are poisons;
there is none that is not a poison.
---------------------
The right dose
differentiates a poison and a remedy.
-------------------

Paracelsus (1493-1541)
60
Permenkes no 66 thn 2016
( Hal51 s.d 56 )
 B3 adalah zat/energi/komponen lain yg
dpt membahayakan baik secara
langsung maupun tdk langsung krn :
 Sifat
 Konsentrasi
 Jumlah

 Pengendalian maksudnya untuk


mengurangi risiko tersebut.

61
Permenkes no 66 thn 2016
( Hal51 s.d 56 )
 Tergolong B3 di RS adalah :
 Infeksius
 Benda tajam
 Patologis
 Bahan kimia “expired”
 Radioaktif
 Farmasi
 Sitotoksik
 Peralatan dgn Logam Berat Tinggi
 Tabung Gas bertekanan

62
• Flammables, pyrophoric,
• Self-heating, emits flam
Gases under gas,
pressure • self-reactive,
Aquatic
• organic peroxides
toxicity
• Explosives,
• self-reactives,
• organic peroxides

oxidizers
!
Irritant, skin sensitizer,
Carcinogen, mutagenicity,
acute toxicity, narcotic
Repro toxicity, resp sensitizer,
Skin corrosion/burns, effects, resp tract irritant,
target organ toxicity,
eye damage haz to ozone layer
aspiration toxicity
corrosive to metals Acute toxicity,
fatal or toxic
GHS = Globally Harmonized System 63
Potential Hazards in
Potential Risk Hospital
Population at risk
-- Kepmenkes 432 tahun 2007 --

64
OX Oxidizing Agent
Labels-HealthHazard
StabilityHazard
FlammabilityHazard
SpecialHazard
4 Danger Deadly. May be fatal on short exposure.
W Water Reactive Specialized protective equipment
G Compressed Gas required
LN2 Liquid Nitrogen 3 Warning Extreme Danger. Corrosive or toxic.
Avoid skin contact or inhalation
LHE Liquid Helium
2 Warning Dangerous. May be harmful if inhaled or
COR Corrosive absorbed
BIO Biohazards Caution Slight Hazard. May be irritating
1
ACD Acid
0 No unusual hazard
POI Poison
ALK Alkali
4 Danger Ignites below 73 °F. Flammable gas or
RAD Radioactive extremely flammable liquid
4 Danger May detonate. Explosive material at
room temperature 3 Warning Ignites below or Flammable liquid flash
Danger May be explosive if shocked, heated point below 100°F
3
under confinement or mixed with water 2 Caution Ignites below 200°F. Combustible liquid
Warning Unstable or may react violently if mixed flash point of 100° to 200°F
2
with water 1 Ignites above 200°F. Combustible if
Caution Normally Stable. May react if heated or heated
1
mixed with water but not violently 0 Will not burn. Not combustible
0 Stable Not reactive when mixed with water 65
NFPA Diamond System

66
Chemical
Hazards

Target
Explosives Physical Hazards Organ Health Hazards
Chemicals

Reactives Fire Hazards Corrosives Sensitizer Irritants


Chemicals

Water Reproductive
Reactives Pyrophorics Combustible Carcinogen Hazards

Unstable Oxidizer Flammables Mutagens Teratogens

68
Faktor yg berpengaruh bahaya B3

 Faktor yg mempengaruhi bahaya B3:


 Cara masuk kedalam tubuh :
√ Inhalation  (paling umum  60 %)
√ Skin absorption/contact

√ Ingestion
√ Injection

 Konsentrasi bahan
dan lama paparan
 Efek kombinasi
 Kerentanan individu

69
Chemical Health Hazard in Hospital
 Diantaranya adalah :
 Chemotherapeutic Drugs.
√ IARC : provokasi tumor pd penderita.

 Formaldehyde.
√ 37% Formalin, sbg Sterilizing, Desinfecting, Fixing agent,
etc.

 Allergic-Inducing Agents.
√ Detergents , Disinfectants, Synthetic rubber gloves, dsb.

 Desinfectants.
√ (Glutaraldehyde vs Eto).

 Latex.
√ Peralatan dari latex, mis. Kateter, dsb.

 Mercury. (Persistance, Bio-accumulative, Toxic)


√ Termometer, Tensimeter  Mutagen, Teratogen, dsb.

 Photocopying Activities.
√ Solvent, Tonner, dsb. 71
Health Effects

Allergy & Sensitisation

72
Health Effects

Chemical Burns

73
Caustic Burn

74
Health Effects

Dermatitis
( Need a Chemical resistance gloves )

75
Health Effects

Burns caused by lime powder Cancer causing asbestos dust

Dermatitis from contact with harmful chemical 76


Desinfectant
s
Glutaraldehyde vs Ethylene Oxide (Eto)
Glutaraldehyde vs Ethylene Oxide
Glutaraldehyde ETO
Severe respiratory
Known Carcinogen
sensitizer

Probable
Asthmagen
Teratogen

Skin Sensitizer Neurotoxin

Low Exposure
Limits May damage CNS

Water Pollutant Air Pollutant


78
Ethylene Oxide (1)
Removing sterilized
 Digunakan untuk material yg sensitive thd panas dan items
kelembaban shg tdk dpt dilakukan steam sterilized.
 Digunakan pada : Sterilisasi peralatan medis.
 Chronic exposure, dapat berakibat :
 Cancer – leukemia
 Reproductive effects : Mutagenic changes
 Neurotoxicity
 Occupational asthma (reactive airway syndrome)
 Sensitization.
 Paparan thd petugas dapat terjadi saat :
 Unloading of sterilized or fumigated materials
 Direct handling of sterilized materials (off-gassing)
 Cylinder changing.
79
Ethylene Oxide (2)
 Medical Evaluation (Evaluasi medis) yg diperlukan :
 Pemeriksaan kesehatan pra-kerja.
 Pemeriksaan berkala tahunan  bagi mereka yang :
√ Terpapar ETO lebih dari 0,5 ppm selama 30 hari atau
lebih setahunnya.
√ Terpapar ETO pada saat situasi emergency.

√ Bila menunjukan gejala ggn akibat ETO.

√ Bila ingin mendapatkan saran medis 


reproduktive health.

80
Program Pengendalian (1)
 Chemical inventory, Safe Storage
 Chemical Safety & Hygiene Plan (mis : SOP, Pedoman) / MSDS,
 Monitoring : Air Monitoring, Health Surveilans, Bio-
monitoring,
Excreted

Chemical Exposure Absorb


In the (Inhalasi, (Dose) Metabolized Toxic Effect
workplace Ingesti, Dermal)

Health
Environmental Monitoring
Monitoring Monitoring
(MCU)
Biologis
81
Program Pengendalian (2)
 Sarana Keselamatan :
√ PPE, Emergency Shower and Eye Washer

√ Lemari Bahan B3

√ Signage ( Rambu dan Simbol)

 Special training (e.g : H2S training),


 Special attention (SCBA),
 Workplace design,
 Health promotion (e.g : Cancer in the workplace, etc).

82
FaktorRisikodilingkungankerja

● Bio-aerosols (TBC,
Legionella),
● HIV / AIDS, STD’s
● Animal bite (mis : snake
bite, dst. )
● Poisoned plantation,
● Food poisoning,
● etc.
 Specific program :
 Work-procedures,
 Vaccination /
immunisation,
 Health education,
 PPE,
 Biohazards safety,
 Health promotion, etc. 83
Population at
Kepmenkes no. 432 tahun 2007
Potential Risk risk

85
Kepmenkes no. 432 tahun 2007
 Faktor Biologis lainnya :
 Latex Allergy
 Legionaire’s diseases
 Needle Stick injury
 Lack of Universal Precaution
 MDRO – Multidrugs resistance Organism
 Other Infection

86
Nosocomial Infection
 Ada beberapa alasan mengapa menjadi perhatian :
 Terjadi pada sekitar 5% dari semua pasien.
 Infeksi ini menyebabkan meningkatnya waktu perawatan
dan pada beberapa kasus menyebabkan kematian.
 Kebanyakan pasien di RS menjadi lemah immune system
dan membuatnya menjadi lebih rentan terhadap infeksi.
 Prosedur medis dapat meningkatkan risiko infeksi
terhadap pasien.
 Kebanyakan pasien masuk ke RS karena infeksi, yang
dapat ditularkannya kepada sesama pasien ataupun
kepada petugas maupun pengunjung.
87
Beberapa Istilah Penting
 Infection Control
 Definisi :
√ Adalah policies dan procedures yang digunakan untuk
meminimalisir risiko penyebaran infeksi di hospitals.
 Tujuan :
√ Untuk mengurangi kejadian/penyebaran penyakit infeksi di rumah
sakit dan fasilitas kesehatan lainnya.

 Nosocomial Infection, adalah :


 Infeksi yang terjadi di RS (“hospital-acquired infection”),
setidaknya setelah 72 jam setelah pasien di hospitalisasi
88
Microorganism & Infectious Agents
 Yang paling menjadi perhatian, adalah :
 Hepatitis B Virus (HBV)
 Hepatitis C Virus
 Tuberculosis
 HIV Infection

89
Specific Program for Nosocomial
Infection Handling
Specific Program :
 Engineering Control
 Biohazards Safety,
 Administrative Control :
 Work-Procedures,
 Vaccination / Immunisation,
 Health Education,
 Health Promotion,
 PPE, etc.
90
Risk of Transmission
 Risiko transmisi penyakit :
 Hepatitis B Virus (HBV) 33.3% atau 1 dari 3.

 Hepatitis C Virus (HCV)  3.3% atau 1 dari 30.

 Human Immunodeficiency Virus (HIV)  0.31%


atau 1 dari 319.

91
Nosocomial Infection
Control Hepatitis B
Nosocomial Hepatitis C
Infection Control HIV

Sharp Scope of Universal &


Safety Infection Control Standard
Precaution

Bloodborne Standard of
Pathogen (BBP) Infection Control

92
Standard Precaution
 Standard Procedures :
 Sharps tdk diperkenankan dipindahkan dari tangan ke
tangan secara lgs. Penanganan harus seminim mungkin.
 Jarum suntik jgn dibengkokan/dipatahkan sblm dibuang.
 Jarum dan suntikan jgn dipasang dgn tangan sblm dibuang.
(Jarum suntik jangan di re-capped).
 Sharps yg sudah dipakai dibuang ke “sharps
container”.
 Kontainer untuk benda tajam, jgn diisi melebihi
batas yg ditunjukkan.
 Kontainer jgn diletakkan dilantai.
93
Safe Work Practices …(cont’d)
 Sharp Container :
 Harus pada level mata dan dalam jangkauan.
 Harus dikosongkan sebelum penuh (not over-
filled).
 Beberapa pertanyaan berkenaan dengannya :
C Siapa yang bertanggung jawab?
C Prosedur yang mengaturnya?
C Prosedur inspeksi?
C Dalam situasi kegagalan
mengimplementasikan –nya?
C Audit bulanan, kuartalan, dan tahunan? 94
Discard if 2/3 full
Tanggap Darurat
Bila terjadi Injury atau Exposure, lakukan :
 Tindakan First aid, seperti :
C Letakkan dibawah air mengalir.
C Siram percikan di hidung, mulut, dengan air.
C Irigasi mata dengan air bersih atau saline
 Laporkan ke Occupational Health Officer.
 Hepatitis B vaccination status.
 Laporan kejadian segera diperlukan untuk
menentukan “post exposure prophylaxis” agar
dimulai segera mungkin.
95
 Risiko sharps injury dimulai saat exposure
pertama kali, dan berakhir ketika sharp di
singkirkan secara permanen.
 Perlu pemahaman dari petugas terhadap
risiko tersebut serta strategi melindungi
dirinya.

96
1.
2.
Nosocomial Infection
Exposure Control Plan (ECP)
Engineering & Work Practice Control
3.
4.
5.
Control Hepatitis B
Personal Protective Equipment
Free Hepatitis B Vaccination
Sign & Labels
6. Nosocomial
Decontamination & Disposal Procedure Hepatitis C
7. Training Infection Control HIV
8. Medical Surveilans

Sharp Scope of Universal &


Safety Infection Control
Blood-borne pathogens : Standard
Precaution
Tranmisi “Pathogenic microorganisms”
melalui darah manusia dan menyebabkan
Bloodborne penyakit padaStandard
manusia. of
Pathogen (BBP) Mencakup Infection
(namun tidak dibatasi) a.l :
Control
hepatitis B virus (HBV) dan human
immunodeficiency virus (HIV)  HIV paling
umum.
97
Bloodborne Pathogens
 Diperkirakan sekitar 5.6 juta pekerja di fasilitas kesehatan
menderita akibat risiko terpajan oleh BBP spt human
immunodeficiency virus (HIV – penyebab AIDS), hepatitis B
virus (HBV), dan hepatitis C virus (HCV).

98
Pekerja yang berisiko
 Physicians, nurses and emergency room personnel
 Orderlies, housekeeping personnel, and laundry workers
 Dentists and other dental workers
 Laboratory and blood bank technologists and technicians
 Medical examiners
 Morticians
 Law enforcement personnel
 Firefighters
 Paramedics and emergency medical technicians
 Anyone providing first-response medical care
 Medical waste treatment employees
 Home healthcare workers
99
Medical Surveillance & PEP
 Exposure Incident Management :
 Cuci luka dan kulit dengan seksama
 Bilas hidung dan mulut
 Bilas mata dengan air bersih atau larutan
steril.
 Bersihkan semua permukaan yang
terkontaminasi.
 Laporkan semua kecelakaan.

100
Medical Surveillance & PEP
 Prinsip dasar Post-Exposure Evaluation :
 Evaluasi medis “Confidential”
 Document route of exposure
 Identifikasi individu yang menjadi sumber.
 Test darah individu sumber.
 Jelaskan hslnya kpd sumber maupun kary. yg terpapar.
 Counceling.
 Pengobatan pencegah paska pajanan (Post-
exposure protective treatment).
 Opini tertulis atas temuan kpd Manajemen dan
copy kepada karyawan dalam 15 hari setelah
evaluasi.
101
Medical Surveillance & PEP
 5(lima) Langkah PEP :
 Langkah-1 : Pengobatan bagian tubuh yang
terpapar.
 Langkah-2 : Pelaporan dan Dokumentasi.
 Langkah-3 : Evaluasi Paparan.
 Langkah-4 : Evaluasi Sumber Paparan.
 Langkah-5 : Manajemen Spesifik.

102
Langkah –5 :
“Manajemen Spesifik” :
 Hepatitis B :  HIV :
√ Tidak diberi apa-apa √ Segera minum obat PEP.
√ Suntikan hepatitis B
√ Sedapat mungkin dalam 36 jam
immunoglobulin
pertama. Bila mungkin minum
√ Vaksinasi hepatitis B sampai dengan 4 minggu.
√ Test HBsAg
√ Pilihan adalah antara 2 atau 3 obat,
√ Tindak lanjut. yaitu :
 Hepatitis C : $ AZT 2 x 300 mg + 3TC 2 x 150 mg
√ Tidak ada rekomendasi $ 3TC 2 x 150 mg + d4T 2 x 40 mg
khusus
$ d4T 2 x 40 mg + ddl 4 x 400 mg
√ Wajib mendapat konseling,
perut dalam keadaan kosong
tes dan tindak lanjut.
107
Medical Recordkeeping
 Sharp Injury Log :
 Manajemen hrs menyimpan “sharps injury log” untuk catatan
injury yg terjadi krn benda tajam terkontaminasi.
 Log ini harus dipelihara dengan memperhatikan privacy
karyawan, dan mencakup minimal :
√ Type dan brand dari alat yang terlibat incident.

√ Lokasi incident.

√ Deskripsi dari incident.

108
Summary
 Key point to remember :
 Bloodborne pathogens dpt menjadi penyakit yang fatal
 Berhati-hati terhadap pajanan di tempat kerja.
 Laksanakan universal precautions :
√ Gunakan PPE
√ Taati safe work practices
√ Lakukan decontaminasi terhadap diri sendiri dan peralatan.
 Pahami dan ikuti “exposure incident procedures”
 Laporkan incidences of exposure

109
Summary
 OSHA’s Bloodborne Pathogens standard ini memberikan
upaya perlindungan bagi karyawan dari gangguan
kesehatan akibat paparan darah dan OPIM dan
menurunkan risiko pajanan.

 Implementasi standar ini tidak hanya mencegah kasus


hepatitis B, tapi juga secara signifikan menurunkan risiko
terhadap AIDS, Hepatitis C, atau bloodborne diseases
lainnya.

110
Nosocomial Infection
Control Hepatitis B
Nosocomial Hepatitis C
Infection Control HIV

Sharp Scope of Infection Universal &


Safety Control Standard
Precaution

1. Handwashing Bloodborne Standard of


2. Pathogen (BBP)
Barrier Precaution Infection Control
3. Sharp Disposal
4. Handling of Contaminated
Materials
111
112
Nosocomial Infection
1.
2.
Control Hepatitis B
Ventilasi
Zona Kerja
3. Cleaning Area Nosocomial Hepatitis C
4. Infection Control
Surface Materials HIV
5. Routine Cleaning of Facilities
6. Spill Management
7. Penanganan Limbah Medis
Sharp 8. Handling & DisposalScope of
of Sharps Universal &
Safety 9. Linen & Laundry Services Control
Infection Standard
10. Trolley & Refrigerators
Precaution

Bloodborne Standard of
Pathogen (BBP) Infection Control

113
Ventilation
 Harus memelihara udara segar, suhu
ruangan, kelembaban serta kemurnian
udaranya.
 Tekanan negatif harus dibuat untuk ruangan
isolasi dan ruang pengobatan seperti TB.
 Harus dimonitor dan dipelihara oleh seorang
technician secara berkala, dan jadwal
perawatannya harus terdokumentasi.
114
Apa yang salah disini ?

115
What to do?

116
Isolation
 Prinsipnya adalah “Isolation”, contohnya :
 Enclosed operations
 Regulated areas
 Isolation by time :
− Jumlah waktu yang digunakan di
regulated areas harus seminimal
mungkin.
− Terkadang operasi yang berbahaya
di lakukan pada waktu shift ke 2
atau 3 untuk mengurangi jumlah
pekerja yang terpajan
 Glove boxes
 Enclose workers 117
Ventilation
 Pengaturan Tekanan Udara Ruangan :

118
Work and Treatment Areas
Gunakan pembagian zona kerja berdasarkan kode warna:
 GREEN - clean zone - storage of cleaning instruments, equipment
and medications.
 ORANGE - treatment zone - contaminated with materials from
the current patient.
 RED - contaminated zone - instrument cleaning area, dental or
path lab.
 YELLOW - hand washing zone
 WHITE - staff room, include food storage, preparation and
consumption or potable water supply.

119
Cleaning Areas
Dibagi atas 2 seksi:
 Contaminated Section - cleaning,
disinfecting, autoclaving.
 Clean Section - storage of clean sterilized
equipment and instruments.

120
Surface Materials
 Mudah dibersihkan.
 Tidak menimbulkan akumulasi kotoran atau
menimbulkan pengembunan.
 Sesuai dengan fungsinya.
 Area treatment, lantainya tidak
menggunakan karpet.

121
Routine Cleaning of Facilities and Surfaces
 Bersihkan dan keringkan sebelum dan sesudah treatment.
 Gunakan detergent dan air hangat.
 Gunakan disinfectant sebagaimana instruksi pabrik.
 Bersihkan dan keringkan sebelum dan sesudah disinfeksi.
 Semua ember bila kosong, dicuci, keringkan dan simpan
setelah digunakan.
 Pengepel harus dicuci dan disimpan kering.
 Jangan menggunakan sapu di area pasien.

122
Penanganan Limbah Medis

123
Linen and Laundry services
 Pisahkan linen yang bersih dan kotor.
Transport dan simpan secara terpisah.
 Gunakan PPE.
 Linen kotor yang terkontaminasi darah atau
cairan tubuh lainnya, harus diletakkan di
kantongan yang anti bocor.
 Jangan mencuci linen kotor di area pasien.
 Dekontaminasi bila perlu.

124
Trolleys
 Tingginya sesuai untuk bekerja.
 Mudah dibersihkan dan digunakan
hanya untuk keperluan yang sudah
ditentukan.
 Harus tertutup.
 Harus dibersihkan setiap hari.

125
Refrigerator
 Selalu baca instruksi dari pabrik
pembuat.
 Jangan mencampurkan vaccines,
medications, dengan makanan dalam
satu refrigerator  Gunakan refrigerator
terpisah.

126
Nosocomial Infection
Control Hepatitis B
Standard Precaution
Hepatitis C
(Kewaspadaan Tk.I)
Nosocomial
√ Control
Infection HIV
Universal Precaution.
√ Body substances Isolation
(BSI).
Sharp Scope of Universal &
Safety Infection Control Standard
Precaution

Bloodborne Standard of
Pathogen (BBP) Infection Control

127
Beberapa Istilah Penting
 Universal Precaution (Kewaspadaan Umum) :
 Kewaspadaan Universal (Universal Precaution) adalah
kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh yang tidak
membedakan perlakuan terhadap setiap pasien, dan tidak
tergantung pada diagnosis penyakitnya.

 Standard Precaution :
 Combine the major features of Universal Precautions (UP)
and Body Substance Isolation (BSI).
 BSI mencakup : Hospital gowns, Medical gloves, Shoe
covers, Surgical mask .

128
Sejarah Perkembangan Kewaspadaan Umum.

 1847 tindakan medis dpt menularkan inf (RSU VIENA)


 600-800 ibu mati dl setahun stl persalinan krn demam -> sumber inf dr
petugas kesehatan yg menolong partus
 Kematian ibu bisa ditekan -> 11,4 % - 2,7 % setelah wajib cuci tangan dg
klorin
 1889 pertama kali diperkenankan sarung tangan sbg salah
satu prosedur dl tindakan medis
 1994, UP dikembangkan sbg upy pencegahan inf di RS yg
berupa 2 tingkatan kewaspadaan:
 Standard Precautions = UP / Kewaspadaan universal (kewaspadaan tk
pertama).
 Transmision Based Precautions (kewaspadaan tk kedua)

129
Alasan Dasar Penerapan
 Untuk menjaga sarkes ( RS, PKM dll) sebagai tempat
penyembuhan dan bukan menjadi sumber infeksi.
 Hasil survei di PKM ( Bachroen, 2000 ) -> tindakan petugas
yg potensial meningkatkan penularan peny.
 Cuci tangan yg kurang benar
 Penggunaan sarung tangan yang kurang benar
 Penutupan kembl jasun secara tdk aman
 Pembuangan peralatan tajam secara tdk aman
 Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan krg tepat
 Praktek kebersihan ruangan yg belum memadai.

130
KEBIJAKAN DEPKES
 Dikembangkan sejak th 1980an
 Th 2001 salah satu tolok ukur akreditisasi RS ( pengendalian
peny Nosokomial) ->termasuk penerapan UP
 Menigkathya HIV, UP sangat strategis u/ mengendalikan
infeksi HIV di sarana yankes -> menghindari diskriminasi
layanan oleh nakes.

131
Universal Precaution
 Merujuk ke tindakan untuk menghindarkan kontak dgn cairan
tubuh pasien, perlakukan darah dan cairan tubuh lainnya
sebagai sumber infectius.
 Dlm artian dgn menggunakan “non-porous PPE”, spt gloves,
gowns, respirators, surgical masks, goggles, dan face shields.
 Dgn asumsi bahwa cairan tubuh dimaksud
berpotensi infectious dan hrs di treatment.
 Segera bersihkan dan dekontaminasi
permukaan dan peralatan yang
terkontaminasi.

132
Standard Precaution
 Diterapkan kepada :
 Blood;
 Semua cairan tubuh, secretions, dan excretions, terkecuali
keringat, tanpa memandang apakah memang mengandung
darah secara visible;
 Non-intact skin; dan
 Mucous membranes.

133
Transmission-based
Standard Precaution
precautions

 Airborne Precautions :
 Universal precautions √ Respiratory Protection.
 Body substance isolation √ Mis : TBC, Measeles, dsb.

 Droplet precautions :
√ Cegah large droplets from : Sneezing, Coughing, Talking.
Kewaspadaan Tk. I √ Mis : Neisseria meningitides, Pertussis, Influenza.

 Contact precaution :
√ Protection against skin-to-skin contact and physical
transfer.
√ Precaution : Handwashing, Glove changes.
√ Mis : Scabies.

Kewaspadaan Tk. II
134
WHO 2007 :
Key Elements of Standard Precautions
1. Hand hygiene
2. PPE : Gloves, Mask, gogles, face masks, Gown
3. Prevention of needle stick & injuries from sharp
instruments
4. Respiratory hygiene & cough etiquette
5. Environmental cleaning
6. Linens
7. Waste disposal
8. Patient care equipment
135
Penerapan Universal Precaution
 Mampu mengurangi paparan mukokutan paling tidak
50%.

 Efektifitas UP tergantung dari :


 Pelatihan
 Pengawasan
 Mekanisme umpan balik mengenai paparan.

136
Kewaspadaan Universal
 Meliputi kegiatan :
 Cuci tangan
 Alat pelindung
 Pengelolaan alat kesehatan
 Pengelolaan limbah
 Kecelakaan kerja
 Kewaspadaan khusus (Special Precaution)

137
“My five moments for hand hygiene”

138
Cuci tangan

 Harus cuci tangan dengan benar :


 Setelah kontak dengan pasien
 Setelah melepaskan sarung tangan
 Bila terkontaminasi bahan yang dapat
menularkan penyakit.

139
Sarung tangan
 Sarung tangan memang tidak dapat mencegah
tusukan jarum.

 Jumlah darah yang ikut tusukan jarum suntik


berkurang bermakna (50-80%), bila memakai
sarung tangan.

140
Gaun
 Melindungi dari percikan darah/cairan tubuh.
 Tidak boleh dipakai diluar ruang perawatan atau
laboratorium.
 Laundry : Linen/baju bekas pakai dimasukkan
kantung plastik, tidak perlu rangkap dua.

141
142
143
144
Faktor Risiko di lingkungan kerja

 Ergonomics Hazards in Hospital


(International Hazards Datasheet on Occupation -
ILO)
 Repetitive, Awkward posture,
 Lifting, Pulling-pushing,
 Static load,
 Poor lighting,
 Eye strain, CTD, etc.

145
Kepmenkes no. 432 tahun 2007
Population at
Potential Risk risk

147
Common Upper Extremity Cumulative
Trauma Disorders
Thoracic Outlet Syndrome
Rotator Cuff Tendinitis

Bicipital Tenosynovitis
Radial Nerve
Lateral Epicondylitis
Median Nerve

Cubital Tunnel
Syndrome Carpal Tunnel Syndrome
Ulnar Nerve

Gaylon Tunnel Syndrome

148
Musculoskeletal Disorder (MSDs)

adalah :
√ Back (Bag. Tubuh belakang)

adalah :
√ Shoulder (Bahu)

√ Arm (Lengan)

√ Abdominal Strain & Sprain (Tegang otot


perut).

149
The Back Injury
 5 (lima) faktor risiko terjadinya
“Back Injury” :
 Poor posture.
 Poor physical condition.
 Improper body mechanics.
 Incorrect lifting.
 Jobs requiring high energy.

150
Ergonomic Hazards in Lab
Definisi :
Ergonomics adalah ilmu yang menyesuaikan
pekerjaan kepada pekerjanya.

Dilaksanakan melalui :
Mengurangi faktor risiko ergonomi sehingga
meniadakan kemungkinan MSDs.
Dengan
Melibatkan upaya engineering (teknik) dan
administrative controls (administratif)
151
Penerapan Ergonomi

152
Penerapan Ergonomi

153
Ergonomic Hazards in Lab
Ergonomic Problem :
Office Ergonomics
Laboratory Ergonomics
Manual Handling (Industrial
Ergonomics)

154
Office Ergonomics

155
Ergonomic Risk Factor in Lab
Risiko Ergonomi umumnya di
Laboratorium, adalah pada aktifitas
berikut :
Pipetting
Microscopy
Laboratory Hoods and Biological Safety
Cabinets
Microtome or Cryostat
Test Tube Handling
Computer Workstations
Cell counter, etc. 156
Back Injury
 Back injuries dihasilkan dari kerusakan atau trauma
pada tulang, otot atau jaringan lainnya dari
punggung.
 Gangguan dapat berupa : sprains, strains, herniated
disks, dan patah tulang belakang.
 Disebabkan oleh : incorrect lifting methods dan
posture.
 Contohnya : Repetitive lifting, bending, twisting dan
bad lifting habits.

160
Prinsip Tulang Belakang

161
The Back Principles

162
Dampak terhadap Tulang Belakang

Disc Normal

Disc Errosion

163
The Back Injury -MRI

164
The Back
 Cara mengangkat :

165
Posture Kerja

166
Common Injury in Hospital Workers

 Ketegangan otot adalah hal


yang umum diderita oleh
petugas kesehatan.

167
Transfer Patient

Three-person manual lifts pose a high risk of injury to both


workers and patients.

168
Transfer Patient

Transfer dan reposisi pasien seperti gambar, membutuhkan upaya


mengangkat yg signifikan.

169
Transfer Patient
 Menggenggam dgn telapak
tangan menggunakan otot yg
lemah di tangan
meningkatkan tekanan di
bahu.
 Menyebabkan sendi bahu,
siku dan pergelangan tangan
dlm posisi awkward yg
meningkatkan potensi injury.

170
Transfer Patient
 Mendorong atau
menarik menimbulkan
posisi awkward,
terutama antara tinggi
bahu dan siku yang
meningkatkan potensi
injury pada bahu.

171
Transfer Patient

Memindahkan pasien ke bed Menegakkan posisi pasien dari


berbaring ke posisi duduk.
172
Transfer Patient

Gunakan cradle lift untuk mengangkat, Menahan dlm waktu yg lama dlm
memindahkan atau mengubah posisi menunjang posisi static pasien
pasien dlm berbagai setting. menambah tekanan pd bahu petugas.
173
Patient Comfort and Safety

174
Patient Comfort and Safety

 Padding diletakkan
dibawah bagian tubuh
yang menonjol, seperti
sacrum, heels, atau
midthoracic curvature.
 Patient harus mampu
menahan posisi yang
diperlukan.

175
Rule of thumb….

 Bila patient akan


berada dalam suatu
posisi (on the x-ray
table) untuk waktu
lebih dari 10 minutes,
sebuah “full-size
radiolucent pad” harus
digunakan.

176
Patient Transportation

177
Back Bending

178
Over-reaching

179
Back Bending Bend the knee

OR

Get
Assistance

180
Neck Bending

181
Wrist Bending

182
Ergonomics Risks

Transfer from sitting to


standing position

183
Patient Lifting

184
Patient Lifting

185
Transfer Patient

Mechanical Devices to transfer patient

186
Transfer Patient

Mechanical Devices to transfer patient

187
Transfer Patient

Mechanical Devices to transfer patient

188
REBA
(Risk Entire Body Assessment)
 This ergonomic assessment tool uses a
systematic process to evaluate whole body
postural MSD and risks associated with job
tasks. A

190
REBA worksheet

191
192
The weight of the component part inserted by the worker is
11.5 lbs. Therefore, the score for this step is +1.
Trunk position (0-20 degrees) and +1 was added for the
side bending adjustment (when viewed from behind, worker
was left side bending approximately 10 degrees) for a total
score of +3. 193
194
REBA score is 9, should be reduce

REBA score is 4.
195
Scrubbing Toilets & Beds
Very High Risk Level

REBA Score : 13 REBA Score : 12


POTENTIAL PROBLEMS:
Wrist : flexion & extension
Shoulder : abduction & twisting
Back : flexion greater than 65 degrees
One-handed task : static vs. dynamic 196
Pushing & Pulling Carts
High Risk Level

REBA Score : 10 REBA Score : 9


POTENTIAL PROBLEMS:
Wrist: deviation & flexion
Arm & Shoulder: abduction
Neck & Back: twisting & flexion 197
Mopping under Bed
High Risk Level

REBA Score : 8 Recommendations :


POTENTIAL PROBLEMS: • Ergonomic Mop
Back: flexion • Longer handles
Neck: flexion & twisting • Switching hand positions
Shoulder: fatigue to trapezius muscle • Frequent breaks to relieve stress
Upper Arm: repetition of abduction & • to trapezius muscle & elbow
adduction
198
Buffing floors
Medium Risk Level

POTENTIAL PROBLEMS:
Wrist: flexion & ulnar deviation
Upper/Lower Limbs & Back: MSDs
Whole Body: vibration

REBA Score : 5

199
“REBA” Score
 Guidance for safer handling during resuscitation.

200
“REBA” Score
 Guidance for safer handling during resuscitation.

201
“REBA” Score
 Guidance for safer handling during
resuscitation.

202
“REBA” Score
 Guidance for safer handling during resuscitation.

203
Ergonomics Solution
 Enginnering Control
 Administrative Control
 Work Procedure
 PPE
 Training

205
The Back Injury
 Correct Lifting Technique.

206
The Back Injury
 Correct Lifting Technique.

207
Faktor Risiko di lingkungan kerja
● Kerja (Organisasi)
 Overtime,
 Shift-work,
 Post traumatic,
 Organizational
(team-work,
relationship, dst.)
● Personal (peribadi) :
 Family, etc.

208
Faktor Lingkungan kerja
Reaksi tubuh terhadap Stress
: Bagi Karyawan
Darah dikirim lebih banyak ke  Gangguan fisik.
otot dan organ vital lainnya. (sakit jantung, hipertensi, sakit kepala, ggn immune
Adrenaline dan Nor- sistem, dsb)

adrenaline dilepas kedalam  Gangguan Psikologis.


darah, memacu organ untuk (cemas, sakit kepala, susah tidur, depresi,
konsentrasi, fatigue, burnout, dsb).

meningkatkan tingkat energi  Gangguan kerja.


dari makanan yang (absenteeism, accident, moral kerja, turn-over,
produktiviti, dsb.)

dibutuhkan. Bagi Perusahaan


DAMPAK STRESS
Fight or Flight.
KERJA  Absenteeism.
 Turn-over.
 Performance & productivity.
 Pertumbuhan & profit.
 Kualitas kerja & produk.
 Unsafe acts.
 Customer complaint.
 Penyakit Akibat Kerja, dsb. 209
Stress Management
Strechting & Relaxation
- Exercises (moderate)
- Relax, meditation, prayer, self-introspection, dsb.
 Identifikasi.
 Edukasi.
 Pertemuan berkala.
 Konseling, (EAP).
 Good Supervisory.
 Personal fitness.  Adequate Staffing.
 Sosial support  Health work Env.
 Diet  Clear role &
responsibilities.
 Healthy Life Style
(play, breaks, mini
vacation,
assertiveness, dsb).
 Skill building.
210
Population at
Kepmenkes no. 432 tahun 2007
Potential Risk risk

 PSYCHOLOGICAL :
 Situasi yg berkaitan dgn kerja yg dilakukan, yg berpotensi
menimbulkan stress, ketegangan emosi serta
permasalahan inter-personal :
√ Workplace violence (mis : kekerasan, dsb.),

√ Shiftwork, Overtime, Long work hours


√ Inadequate staffing, Heavy workload, Organizational

√ Role ambiguiry, Expose to Infectious / Haz. materials


211
√ Increased patient acuity, Family, dsb.
Stressor di kalangan petugas
 Nurses :  Physician :
 Work overload, Time Pressure  Long hours
 Lack of Social support (from higher
management)  Excessive workload
 Exposure to Infectious diseases  Dealing with death and dying
 Needlestick injury
 Interpersonal conflicts with
 Exposure to work-related violence other staff
or threats
 Sleep deprivation  Patient expectation
 Role ambiguity and conflicts  Threat of malpractice litigation
 Understaffing
 Career Development issues
 Dealing with difficult or seriously ill
patients.
212
Gangguan kesehatan yang mungkin
timbul
 Psychological.
 Irritability, job dissatisfaction, depression.

 Behavioral.
 Sleep problems, absenteeism.

 Physical.
 Headache, upset stomach, changes in blood pressure.

213
3 Langkah Penanggulangan Stress Kerja
Step-1  Assess. Identifikasi adanya faktor stressors di Job
characteristics, work environment dan Organiza-
tional practices, yang dapat menimbulkan stress.

Step-2  Implement. Terapkan upaya “stress-


management” yang efektif di tempat kerja.

Step-3  Monitor. Evaluasi program tersebut dan lakukan


penyesuaian bilamana perlu.

214
Workplace Violence
adalah :
Kekerasan di tempat kerja, dapat berupa
penyerangan fisik, ancaman, atau kata-kata
kekerasan yang terjadi di tempat kerja.

216
Workplace Violence, mencakup :
 Beatings  Psychological traumas
 Stabbings  Threats or obscene phone calls
 Suicides  Intimidation
 Shootings  Harassment of any nature
 Rapes
 Near-suicides

217
Workplace Violence -Sumbernya
 Berbagai SUMBER ancaman, dari :
 by strangers
 by customers or clients
 by co-workers
 by personal relations

218
Faktor Risiko di lingkungan kerja

● Smoking;
● Drugs and
Alkohol;
● Inballance diet,
● Lack of exercise,
dst.

219
Faktor Risiko di lingkungan kerja

220
Dampak Kesehatan

Employees have legal


obligation to keep
safe and healthy
work environment

221
Faktor Risiko di lingkungan kerja

√ K3 - Electrical Safety
√ K3 – Radiologi
√ K3 - Laboratorium
√ Compressed Gas
Safety
√ Housekeeping
Hazards

222
224
 Others :
 Dental Services
 General Supplies
 Security
 Gardener
 Heliport
 Vector Control
 Dlsb. 226
Emergency : ICU :

Physical Chemical Biology Ergonomi Accidents


• Radiation • Toxic substances • Infectious • Lifting • Slips, falls
• Radioactive • Chemotherapeutic diseases • Pushing, pulling • Electrical hazards
patients agents • Needle • Standing for long
punctures period

227
228
 Jenis Pekerjaan/Pekerja :
 Profesional / Technicians.
— Dokter Umum / Specialist
— Dentist
— Pharmacist
— Nurse
— Therapist
— Laboratory workers
— Radiologist
— Health Record
— Manajer
— Sales
— Administrative 230
 Jenis Pekerjaan/Pekerja :
 Service workers :
— Cleaning service
— Food service
— Health service workers
— Sopir.

 Tenaga kerja umum (Laborer)


— Housekeeping
— Tukang kebun,
— Satpam / Security, dll.
231
Worksite Analysis
( Risk Assessment )
Management
Commitment &
Employee
Involvement Langkah-langkah :
Worksite Analysis
Risk Identification
Risk Assessment
Hazard
Prevention &
Control
Risk Evaluation
Risk Management
Safety and Health
Training
Risk Communication
232
Risk Assessment
Management
 Workplace Monitoring, untuk :
Commitment &  Identifikasi sumber kontaminan.
Employee  Evaluasi efektifitas upaya kontrol.
Involvement
 Investigasi keluhan (bila ada)
 Pemenuhan persyaratan perundangan (compliance).

Worksite Analysis

Hazard
Prevention &
Control
Fixed point
Personal Monitoring
Monitoring
Safety and Health  Evaluasi hasil analisa (bandingkan dengan NAB) berdasarkan :
Training

233
Contoh : Air Monitoring

234
Perkantoran Perbengkelan

Klinik
Mess Camp 65 dB
70 dB
Kantin

65 dB
70 dB
AREA PENELITIAN

Pohon-2

Danau Ruang Kontrol

Power Plant
Tanki Penampungan
Compressor

85 dB
85 dB 90 dB
90 dB
Noise mapping 235
Worksite Analysis
( Risk Assessment )
Management
Commitment &
Employee
Involvement Langkah-langkah :
Worksite Analysis
Risk Identification
Risk Assessment
Hazard
Prevention &
Control
Risk Evaluation
Risk Management
Safety and Health
Training
Risk Communication
236
Risk Evaluation
 Mengidentifikasi besarnya risiko termasuk sifat dan luasnya.
 Penentuan besar risiko : berapa besar bahaya dan
kemungkinan terjadinya (severity of hazard and the
likekihood of accurance) Risk Estimation
 Pendekatan kuantitative & kualitatif

 (Berdasarkan Risk Management -


Principles and guidelines on
Implementation ISO 31000 )
237
Risk Assessment -Case 01
Risk = hazard severity x likelihood of occurance
 Severity Category (SC) :
Severity Kategori Kriteria
Slight 1 kec diluar major & serious
kec yg menyebabklan karyawan absen lebih
Serious 2
dari 3 hari
Major 3 kecelakaan besar atau adanya korban jiwa

 Frequency Category (LC):


Likelihood Kategori Kriteria
Low 1 hazard jarang terjadi
Medium 2 hazard sering terjadi

High 3 hazard selalu & hampir selalu terjadi


238
Risk Evaluation –Case 01

Risk = Severity x Probability


High
(LC: 3)
C B A
Likelihood of

Medium
(LC : 2)
C B B
harm

Low
(LC : 1)
D C C
Slight Serious Major
(SC : 1) (SC : 2) (SC : 3)

Severity of harm
 LC : Kategori Likelihood
 SC : Kategori Severity 239
Worksite Analysis
( Risk Assessment )
Management
Commitment &
Employee
Involvement Langkah-langkah :
Worksite Analysis
Risk Identification
Risk Assessment
Hazard
Prevention &
Control
Risk Evaluation
Risk Management
Safety and Health
Training
Risk Communication
240
Risk Management –Case 01
Risk ranking
Risk ranking Risk Acceptability Criteria
Category
Tidak dapat ditolerir, risiko
Unaccepatab
A (9)* tidak dapat diterima, harus
le
segera dikurangi.
Risiko tidak dapat diterima,
Undesirable B (4,6)* dan harus diturunkan
serendah mungkin.
Risiko tidak pasti, kerugian
Acceptable
C (2,3)* dan keuntungan bila
w/ Controls
diteruskan seimbang.
Tidak perlu pertimbangan
Acceptable D (1)*
untuk menurunkan risiko.
241
Worksite Analysis
( Risk Assessment )
Management
Commitment &
Employee
Involvement Langkah-langkah :
Worksite Analysis
Risk Identification
Risk Assessment
Hazard
Prevention &
Control
Risk Evaluation
Risk Management
Safety and Health
Training
Risk Communication
242
Risk Communication
Tujuan :
Menyiagakan karyawan & management
terhadap adanya hazard & risiko yang selama ini
tidak mendapat perhatian
Memfokuskan pada risiko yg kecil & sederhana
sebagai hal yg harus ditanggapi serious.
Media untuk komunikasi. (meeting, leaflet,
laporan, faxsheet etc)
Apa yang dikomunikasikan : (besarnya tingkat
kecelakaan, siapa yg terkena, bagian tubuh yg
terkena, total day lost, etc). 243
Permenkes no 66 thn 2016
( Hal 56 s.d 63 )
 Upaya pencegahan kebakaran, melalui :
 Identifikasi Area berisiko.
 Pemetaan Area Berisiko.
 Upaya pengurangan risiko.
 Pengendalian Kebakaran :
√ APAR, Smoke detector, Alarm, Sprinkler, Hidrant,
√ Pintu & Tangga Darurat, Evacuation route,
√ Assembly Point
 Simulasi Kebakaran. 246
Fire Emergency Response

R Rescue

A Alarm

C Contain

E Extinguish
247
Bahaya dari Kebakaran
Bahaya yang dikhawatirkan dari suatu
kebakaran, adalah :
Heat
Smoke
Toxic Vapors
Explosions

Faktor yang harus diantisipasi adalah :


Elektrik
Kimia
Gas
248
Metode Pemadaman Api
Ada 3 metode, yaitu :
 Starvation : Memotong suplai Fuel.
 Smothering : Pemisahan fuel dari oxidant.
 Cooling : Penurunan suhu, biasanya dgn
air.

249
Types of Fire Extinguishers
 Different types of fire extinguishers are designed
to fight different classes of fire.
 The 4 most common types of fire extinguishers are:
1. Water
2. Carbon Dioxide (CO2)
3. Dry Chemical
4. Dry Powder (use on combustible metals)

250
Water Fire Extinguishers
 Water extinguishes fire by taking away the
“heat” element of the Fire Tetrahedron.

251
Carbon Dioxide (CO2)
 Carbon dioxide is a non-flammable gas that takes
away the oxygen element of the fire tetrahedron.
Without oxygen, there is no fire.
 CO2 is very cold as it comes out of the extinguisher,
so it cools the fuel as well.

252
Dry Chemical (ABC)
 Dry chemical extinguishers put out fire by coating the fuel
with a thin layer of dust. This separates the fuel from the
oxygen in the air.
 Dry chemical extinguishers also work to interrupt the
chemical reaction of fire. These extinguishers are very
effective at putting out fire.

253
Extinguisher
Common features
 Locking pin
 Carrying handle / operating lever
 Pressure gauge
 Label :
 Type (Water, C02, Dry Chemical)
 Classification (A, B, C)
 NFPA capacity Rating
 Instructions

 Discharge nozzle or horn


272
Pressure Gauge –Apa masalah disini?

Needle on pressure
gauge should be in
“operable range.”

Extinguisher needs
recharged.
273
Fire Safety
P ull the pin
 A im at the
base of the fire.
 S queeze the
trigger
 S weep back
and forth

274
Extinghuiser
Water - Class A
Foam - Class A & B
Carbon Dioxide - Class B & C
Multi-Purpose ABC - Class A, B & C
Extinguishers & agents for Class D hazards approved for
each specific combustible metal hazard.

276
277
Type of Extinguisher
Fuel Source Class of Fire
(Extinguishing Agent)
Ordinary combustibles
Water; chemical foam; dry
(e.g. trash, wood, paper, A chemical*
cloth)
Flammable liquids Carbon dioxide (CO2); halon**;
(e.g. oils, grease, tar, B dry chemical; aqueous film
gasoline, paints, thinners) forming foam (AFFF)
Electricity
(e.g. live electrical C CO2; halon; dry chemical
equipment)
Dry powder (suitable for the
Combustible metals
(e.g. magnesium, titanium)
D specific combustible metal
involved)
Combustible Cooking
Wet chemical (Potassium
(e.g. cooking oils; animal K acetate based)
fats, vegetable fats) 278
Jenis Kebakaran & Media yg sesuai

Media Jensi Kebakaran


Dry Chemical Powder A, B, C, D
Carbon Dioksida B, C
Busa / Foam A, B
Hydro spray A
Halotron 1 A, B, C, D
Solkaflam A, B, C, D
BCF 1211 Halon A, B, C, D
Halon Free A, B, C, D

279
Inspeksi APAR (1)
 Pemeriksaan Visual: pemeriksaan ini dilakukan pada seluruh unit, visual
berarti inspeksi yang dilakukan dapat dilihat dengan mata telanjang
misalnya adanya penyok, karat, korosi, pecah selang, atau kerusakan
shell lainnya
 Pemeliharaan Sejarah: Ulasan untuk menentukan kebutuhan yang
diperlukan pemeliharaan internal maupun pengujian hidrostatik yang
bersumber dari catatan inspeksi alat pemadam api sebelumnya.
 Pressure Gauge: diperiksa untuk memastikan bahwa tekanan yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan , tidak lebih dan kurang dari set
point yang telah ditetapkan (green area).
 Berat: melakukan inspeksi terhadap bobot dari fire extinguisher,
apabila berkurang maka kemungkinan ada kebocoran media pemadam
api.

280
Inspeksi APAR (2)
 Discharge Hose: untuk memeriksa tanda-tanda penyumbatan atau
kerusakan pada selang kebakaran
 Locking Pin : untuk memastikan bahwa pin tersebut mudah dilepas
dalam keadaan darurat yaitu kebakaran, pin berfungsi untuk mengunci
fire extinguisher agar media pemadam tidak keluar karena faktor
ketidaksengajaan.
 Handle / Lever: diperiksa untuk operasi penekanan media berjalan
lancar
 Kebersihan Apar : dibersihkan menggunakan larutan alternatif yang
ramah lingkungan
 Sertifikasi Inspeksi: didokumentasikan dengan melampirkan label atau
stiker keselamatan dan pelayanan dengan menunjukkan pekerjaan yang
dilakukan.
281
Inspeksi APAR (3)
 Lokasi : Alat Pemadam api diletakkan pada tempat yang semestinya
 Bracket Mount: diperiksa untuk memastikan pemadam dipasang
dengan aman minimal 1 m diatas permukaan tanah
 Label Hazard: Ulasan untuk memastikan bahwa pemadam kebakaran
adalah jenis yang tepat untuk potensi bahaya kebakaran di tempat
tersebut.

282
Emergency Equipment

Sprinklers Alarm and Phones

Fire Extinghuiser
284
Emergency Equipment

First Aid Supplies

Evacuation Routes

Electrical Panels 285


Dr. Abdul Baktiansyah, MKK, SpOk
baktiansyah@centrin.net.id
abaktiansyah@yahoo.com
Occupational Health & Industrial Hygiene

Phitagoras Global Duta


 Sumber :
P h i t a g o r a s Global Duta
296

Anda mungkin juga menyukai