Perhiasan
Sekretaris ini sedang bekerja di kantor. Ia membuka sebuah
“filing cabinet” untuk mengambil beberapa dokumen.
Kabinet tersebut menutup dengan sendirinya dan menjepit
tangannya tanpa ada peringatan terlebih dahulu.
Cincinnya terjepit sewaktu ia mencoba melepaskan
tangannya … ! 1
Kecelakaan & Penyakit Akibat Kerja
Faktor Risiko di
tempat kerja
2
UU no. 36 thn 2009 psl 165
”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala
bentuk upaya kesehatan melalui upaya
pencegahan, peningkatan, pengobatan dan
pemulihan bagi tenaga kerja”.
Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat
kerja di Rumah Sakit mempunyai kewajiban untuk
menyehatkan para tenaga kerjanya.
Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja
disamping keselamatan kerja.
3
UU no. 36 thn 2009 psl 165
RS hrs menjamin kesehatan dan keselamatan baik
terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja
maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi
bahaya di Rumah Sakit.
Oleh karena itu, RS dituntut untuk melaksanakan
Upaya K3 yang dilaksanakan secara terintegrasi dan
menyeluruh shg risiko terjadinya Penyakit Akibat
Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di
Rumah Sakit dapat dihindari.
4
Dasar Perundangan
UU no 1 – 1970 : Keselamatan Kerja.
Kepmenaker 02/1980 : Pemeriksaan Kesehatan;
Kepmenaker 03/1982 : Pelayanan Kesehatan Kerja;
Kepres no 22, 1993 : Penyakit Akibat Kerja;
UU no 36/20099: tentang Kesehatan (psl. 164 on OH);
UU no 3/92: Asuransi Kesehatan (Jamsostek)
UU no 13/2003 tentang Ketenagakerjaan.
P.P. no 23/2000 Radiasi mengion;
Permenkes no 492 thn 2010 : Persyaratan Kualitas air minum.
Permenkes 1096 thn 2011 : Higiene Sanitasi Jasaboga.
Dst.
6
Dasar Peraturan Perundangan
Khusus K-3 Rumah Sakit :
Permenkes no 66 tahun 2016 tentang Standar K-3
Di RS.
Kepmenkes no. 432 tahun 2007 tentang Pedoman
Manajemen K-3 di RS.
Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan RS.
7
Occupational Health Management
OSHA –Elemen System
Penting dari K-3
Management Occupational Health
Commitment & Management System
Employee
Involvement
Health Risk
Worksite Analysis Assessment
Training,
Health
Review
Surveillance
Program and
Hazard
Audit
Prevention & Work-related
Control
Health Diseases
Promotion
Medical
Emergency
Food Safety & Response
Safety and Health
Env. Sanitation
Training Ergonomics
8
Faktor Risiko
OSHA&–Elemen
Populationpenting
at Risk K3
Management
Commitment &
Employee
Involvement
Faktor
Faktor Potensi Lingkungan
Individu Worksite Analysis Kerja
Bahaya
• Usia,
• Lama bekerja,
• Pendidikan,
• BMI, Hazard Prevention
• Tekanan Darah & Control
• DM, Populasi
• Profil Lipid; berisiko
• Hobbies,
• Kebiasaan (merokok, Safety and Health
dsb). Training
9
11
Sistem Manajemen K3 RS
Dasar Perundangan :
Kepmenkes no. 432 tahun 2007 : Pedoman
Manajemen K3 RS;
Permenkes no 66 tahun 2016 : Standar K3 RS;
Audit
Organization, Responsi-
Implementation : bilities, Resource;
• Health Protection
• Health Promotion
(Health) Risk
Assessment
Planning and
Procedure
13
Sumber Data Keselamatan dan Kesehatan
Standar Manajemen K3 RS.
(PERMENKES no. 66 tahunKerja
2016) di RS
Pedoman Manajemen
K3RS.
(KEPMENKES. R I.
NO.432/MENKES/SK/IV/2007)
14
Permenkes no 66 thn 2016
tentang K3RS
Pasal 3 :
Setiap RS wajib menyelenggarakan K3RS
Meliputi :
√ Membentuk dan Mengembangkan SMK3RS
15
Permenkes no 66 thn 2016
tentang K3RS
Pasal 4 - SMK3RS meliputi :
Peningkatan Penetapan
Berkelanjutan
Peninjauan & Kebijakan K3RS
Peningkatan
Kinerja K3RS
Perencanaan
K3RS
Pemantauan
dan Evaluasi
Kinerja K3RS
Pelaksanaan
Rencana K3RS
16
Program Dasar SMK3 Pedoman Penerapan Elemen Kinerja
1. Penetapan Kebijakan K3RS 1. Komitmen dan kebijakan A. Manajemen Risiko K3RS.
1.1 Kepemimpinan & komitmen (Identifikasi, Penilaian,
1.2 Komite dan Instalasi K3RS Evaluasi dan Pengendalian).
1.3 Kebijakan K3 (Tugas)
---------------------------------------------------------------- B. Keselamatan dan Keamanan
2. Perencanaan K3RS 2. Perencanaan di RS.
2.1 Ident, penilaian risiko
2.2 Pengendalian Potensi Bahaya
C. Pelayanan Kesehatan Kerja.
---------------------------------------------------------------- (Promotif, Preventif, Kuratif
3. Pelaksanaan Rencana K3rs: dan Rehabilitatif).
3. Pelaksanaan Rencana 3.1 Manajemen Risiko D. Pengelolaan B3. (Identifikasi,
3.2 Keselamatan di RS
K3RS MSDS, Sarana Keselamatan
3.3 Pelayanan Kesehatan Kerja
3.4 Pengelolaan Bahan B3. B3, Pedoman dan SOP).
3.5 Pencegahan Kebakaran E. Pencegahan dan
3.6 Pengelolaan Prasarana RS. Pengendalian Kebakaran.
3.7 Pengelolaan Peralatan Medis. (Identifikasi & Pemetaan Area
3.8 Tanggap Darurat
----------------------------------------------------------------
berisiko, MITIGASI, Pengenda-
4. Pemantauan, dan Evaluasi 4.Pemantauan dan evaluasi Kinerja lian, Simulasi).
Kinerja K3RS 4.1 Inspeksi (dgn Checklist) F. Pengelolaan Prasarana RS.
4.2 Tindakan Korektif
(Penanggung jawab tindakan). G. Pengelolaan Peralatan
---------------------------------------------------------------- Medis.
5. Indikator Kinerja : H. Tanggap Darurat.
5. Peninjauan dan 5.1. Absensi Kary karena sakit.
Peningkatkan kinerja K3RS 5.2. Angka Kecelakaan Kerja.
5.3. Prevalensi PAK.
5.4. Produktivitas kerja di RS. 17
Leadership and
Management
Struktur organisasi K3 di RS
Commitment
Management Policy and
Review Strategic
Objectives
Audit (KEPMENKES.RI.NO.432/MENKES/SK/IV/2007)
Implementation : Organization,
• Health Protection Responsi-
• Health Promotion bilities, Resource;
Implementation : Organization,
Commitment
• Health Protection Responsi-
bilities, Resource;
(KEPMENKES.RI.NO.432/MENKES/SK/IV/2007)
• Health Promotion
Perencanaan efektif :
Identifikasi risiko (Health Risk Assessment) & Population at
risk.
Program Kontrol & Pencegahan
Prosedur & SOP
Sasaran yang terukur
Indikator keefektifan kinerja
Monitoring, evaluasi dan pencatatan serta pelaporan
program berjalan.
23
Lingkup Kegiatan K3 di RS
(KEPMENKES. R I. NO.432/MENKES/SK/IV/2007)
1. Emergency Response Plan.
2. Fire safety (Sprinkel, APAR, Hydran, alat komunikasi)
3. Patient Safety no INFEKSI NOSOKOMIAL (INOS).
4. Workers Health (Kesehatan Pekerja);
5. Hazardous Material Handling.
6. Environmental Sanitation (Lingkungan RS).
7. Waste Handling.
8. Pendidikan, pelatihan dan promosi.
9. Pencatatan dan pelaporan 24
Model 1 : Organisasi K3RS
Direktur
Komite Medis/
Nosokomial
K3RS
terintegrasi
pada …
25
Model 2 : Organisasi K3RS
Direktur
Unit Pelaksana
K3RS
26
Langkah dan Strategi Pelaksanaan K3 RS
1. Advokasi ke pimpinan Rumah 6. Melaksanakan 12 Program K3RS;
Sakit, Sosialisasi dan
pembudayaan K3RS; 7. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan
Program K3RS;
2. Menyusun kebijakan K3RS yg
ditetapkan oleh Pimpinan RS; 8. Melakukan Internal Audit
Program K3RS dengan
3. Membentuk Organisasi K3RS;
menggunakan instrumen
4. Perencanaan K3 sesuai penilaian sendiri (self
Standar K3RS yang ditetapkan assessment) akreditasi Rumah
oleh Kementerian Kesehatan; Sakit yang berlaku;
5. Menyusun pedoman, petunjuk 9. Mengikuti Akreditasi Rumah
teknis dan SOP-K3RS. Sakit.
28
Kesehatan Lingkungan RS
(KEPMENKES. R I. NO. 1204/MENKES/SK/X/2004)
Worksite Analysis
Hazard
Prevention &
Control
34
Tanggung Jawab Management
Management
Commitment &
Employee
Garis besar tanggung jawab :
Involvement
Assess risks
Prevent or control exposure
Worksite Analysis Decide on precautions
Ensure controls are used and maintained
Monitor exposure, and conduct health
Hazard
Prevention & surveillance, where necessary
Control
Provide adequate supervision
Provide information, instruction and
Safety and Health training
Training
35
Tanggung Jawab Management
Management
Commitment &
Program Kerja :
Employee Komitmen K-3, Kebijakan “tertulis & visible”.
Involvement
P2K3
Rules & Work procedures (SOP).
Worksite Analysis Role & Responsibilities.
Inspection.
Hazard
Accident Investigation.
Prevention & Emergency Response + First Aid.
Control
Health & Safety Promotion.
Review program K3.
Safety and Health Teamwork
Training
etc
36
Tanggung Jawab Karyawan
Management Antara lain, misalnya :
Commitment &
Employee
Involvement
Menggunakan APD dan peralatan safety
lainnya sesuai perintah Manajemen.
Mentaati prosedur kerja aman.
Worksite Analysis
Mematuhi semua peraturan perundangan.
Melaporkan setiap kejadian kecelakaan atau
Hazard sakit secepat mungkin.
Prevention &
Control Melaporkan adanya “Un-safe Act and Un-safe
Condition”.
Berpartisipasi dalam P2K3.
Safety and Health
Training
37
Komitmen Manajemen
“Tidak ada kata kompromi
untuk Keselamatan &
Kesehatan Kerja”
38
Program Kerja P2K3
Safety meeting
Management
Commitment & Inventarisasi permasalahan K3
Employee
Involvement Indentifikasi dan inventarisasi sumber bahaya
Penerapan norma K3
Worksite Analysis Inspeksi/ safety patrol
Penyelidikan dan analisa kecelakaan
Pendidikan dan latihan
Hazard
Prevention & Prosedur dan tata cara evakuasi
Control
Catatan dan data K3
Laporan pertanggungjawaban
Safety and Health
Training Penelitian
39
Peran Akhli K3
Management
Commitment &
Sebagai sekretaris pada P2K3 di lini
Employee
Involvement
fungsional
Memfollow up rekomendasi atau saran dan
perkembangan yang telah disepakati kedua
Worksite Analysis
belah pihak di lini struktural secara tehnik
Partner dari Pengurus Perusahaan dalam
Hazard pencegahan kecelakaan dan PAK
Prevention &
Control
Memfasilitasi perusahaan dalam pencapaian
performance K3 baik secara Nasional
Safety and Health maupun International.
Training
40
Penanganan Faktor Risiko di Tempat
Kerja
Management
Commitment &
Employee
Involvement Langkah-langkah :
Worksite Analysis
Risk Identification
Risk Assessment
Hazard
Prevention &
Control
Risk Evaluation
Risk Management
Safety and Health
Training
Risk Communication
42
Hospital Potential Hazards
Dapat ditentukan berdasarkan :
44
Faktor Risiko di lingkungan kerja
Potential Hazards di Sarana
Kesehatan (Healthcare),
digambarkan oleh :
Kepmenkes no. 432 tahun 2007.
International Hazards Datasheet on
Occupation (ILO).
46
Faktor Risiko di lingkungan kerja
√ Noise (bising),
√ Extreme temprature (Hot /
Cold),
√ Vibration,
√ Radiation (ionizing/non-
ionizing),
√ Barometric pressure
√ Illumination,
√ Dust, etc.
47
Potential Hazards in
Potential Risk Hospital
Population at risk
-- Kepmenkes 432 tahun 2007 --
48
Kepmenkes no. 432 tahun 2007
-- BISING --
Konservasi
Pendengaran
50
Kepmenkes no. 432 tahun 2007
Heat-related illnesses :
Heat Cramps,
Heat Exhaustion,
Heat Stroke.
51
Kepmenkes no. 432 tahun 2007
52
Kepmenkes no. 432 tahun 2007
56
Physical Hazards lainnya
(Alat Kerja)
Physical Hazard lainnya, dari Dari Alat Kerja :
Fire Electrical Equipment
Bunsen Burners Centrifuge
Autoclaves Heat & Heating devices
Compressed Gas Vacuum hazard,
Cylinders Computer and
Broken Glassware Peripherals,
Razorblades and dsb.
needles
57
Faktor Risiko di lingkungan kerja
58
Bahan Kimia
All substances are poisons;
there is none that is not a poison.
---------------------
The right dose
differentiates a poison and a remedy.
-------------------
Paracelsus (1493-1541)
60
Permenkes no 66 thn 2016
( Hal51 s.d 56 )
B3 adalah zat/energi/komponen lain yg
dpt membahayakan baik secara
langsung maupun tdk langsung krn :
Sifat
Konsentrasi
Jumlah
61
Permenkes no 66 thn 2016
( Hal51 s.d 56 )
Tergolong B3 di RS adalah :
Infeksius
Benda tajam
Patologis
Bahan kimia “expired”
Radioaktif
Farmasi
Sitotoksik
Peralatan dgn Logam Berat Tinggi
Tabung Gas bertekanan
62
• Flammables, pyrophoric,
• Self-heating, emits flam
Gases under gas,
pressure • self-reactive,
Aquatic
• organic peroxides
toxicity
• Explosives,
• self-reactives,
• organic peroxides
oxidizers
!
Irritant, skin sensitizer,
Carcinogen, mutagenicity,
acute toxicity, narcotic
Repro toxicity, resp sensitizer,
Skin corrosion/burns, effects, resp tract irritant,
target organ toxicity,
eye damage haz to ozone layer
aspiration toxicity
corrosive to metals Acute toxicity,
fatal or toxic
GHS = Globally Harmonized System 63
Potential Hazards in
Potential Risk Hospital
Population at risk
-- Kepmenkes 432 tahun 2007 --
64
OX Oxidizing Agent
Labels-HealthHazard
StabilityHazard
FlammabilityHazard
SpecialHazard
4 Danger Deadly. May be fatal on short exposure.
W Water Reactive Specialized protective equipment
G Compressed Gas required
LN2 Liquid Nitrogen 3 Warning Extreme Danger. Corrosive or toxic.
Avoid skin contact or inhalation
LHE Liquid Helium
2 Warning Dangerous. May be harmful if inhaled or
COR Corrosive absorbed
BIO Biohazards Caution Slight Hazard. May be irritating
1
ACD Acid
0 No unusual hazard
POI Poison
ALK Alkali
4 Danger Ignites below 73 °F. Flammable gas or
RAD Radioactive extremely flammable liquid
4 Danger May detonate. Explosive material at
room temperature 3 Warning Ignites below or Flammable liquid flash
Danger May be explosive if shocked, heated point below 100°F
3
under confinement or mixed with water 2 Caution Ignites below 200°F. Combustible liquid
Warning Unstable or may react violently if mixed flash point of 100° to 200°F
2
with water 1 Ignites above 200°F. Combustible if
Caution Normally Stable. May react if heated or heated
1
mixed with water but not violently 0 Will not burn. Not combustible
0 Stable Not reactive when mixed with water 65
NFPA Diamond System
66
Chemical
Hazards
Target
Explosives Physical Hazards Organ Health Hazards
Chemicals
Water Reproductive
Reactives Pyrophorics Combustible Carcinogen Hazards
68
Faktor yg berpengaruh bahaya B3
√ Ingestion
√ Injection
Konsentrasi bahan
dan lama paparan
Efek kombinasi
Kerentanan individu
69
Chemical Health Hazard in Hospital
Diantaranya adalah :
Chemotherapeutic Drugs.
√ IARC : provokasi tumor pd penderita.
Formaldehyde.
√ 37% Formalin, sbg Sterilizing, Desinfecting, Fixing agent,
etc.
Allergic-Inducing Agents.
√ Detergents , Disinfectants, Synthetic rubber gloves, dsb.
Desinfectants.
√ (Glutaraldehyde vs Eto).
Latex.
√ Peralatan dari latex, mis. Kateter, dsb.
Photocopying Activities.
√ Solvent, Tonner, dsb. 71
Health Effects
72
Health Effects
Chemical Burns
73
Caustic Burn
74
Health Effects
Dermatitis
( Need a Chemical resistance gloves )
75
Health Effects
Probable
Asthmagen
Teratogen
Low Exposure
Limits May damage CNS
80
Program Pengendalian (1)
Chemical inventory, Safe Storage
Chemical Safety & Hygiene Plan (mis : SOP, Pedoman) / MSDS,
Monitoring : Air Monitoring, Health Surveilans, Bio-
monitoring,
Excreted
Health
Environmental Monitoring
Monitoring Monitoring
(MCU)
Biologis
81
Program Pengendalian (2)
Sarana Keselamatan :
√ PPE, Emergency Shower and Eye Washer
√ Lemari Bahan B3
82
FaktorRisikodilingkungankerja
● Bio-aerosols (TBC,
Legionella),
● HIV / AIDS, STD’s
● Animal bite (mis : snake
bite, dst. )
● Poisoned plantation,
● Food poisoning,
● etc.
Specific program :
Work-procedures,
Vaccination /
immunisation,
Health education,
PPE,
Biohazards safety,
Health promotion, etc. 83
Population at
Kepmenkes no. 432 tahun 2007
Potential Risk risk
85
Kepmenkes no. 432 tahun 2007
Faktor Biologis lainnya :
Latex Allergy
Legionaire’s diseases
Needle Stick injury
Lack of Universal Precaution
MDRO – Multidrugs resistance Organism
Other Infection
86
Nosocomial Infection
Ada beberapa alasan mengapa menjadi perhatian :
Terjadi pada sekitar 5% dari semua pasien.
Infeksi ini menyebabkan meningkatnya waktu perawatan
dan pada beberapa kasus menyebabkan kematian.
Kebanyakan pasien di RS menjadi lemah immune system
dan membuatnya menjadi lebih rentan terhadap infeksi.
Prosedur medis dapat meningkatkan risiko infeksi
terhadap pasien.
Kebanyakan pasien masuk ke RS karena infeksi, yang
dapat ditularkannya kepada sesama pasien ataupun
kepada petugas maupun pengunjung.
87
Beberapa Istilah Penting
Infection Control
Definisi :
√ Adalah policies dan procedures yang digunakan untuk
meminimalisir risiko penyebaran infeksi di hospitals.
Tujuan :
√ Untuk mengurangi kejadian/penyebaran penyakit infeksi di rumah
sakit dan fasilitas kesehatan lainnya.
89
Specific Program for Nosocomial
Infection Handling
Specific Program :
Engineering Control
Biohazards Safety,
Administrative Control :
Work-Procedures,
Vaccination / Immunisation,
Health Education,
Health Promotion,
PPE, etc.
90
Risk of Transmission
Risiko transmisi penyakit :
Hepatitis B Virus (HBV) 33.3% atau 1 dari 3.
91
Nosocomial Infection
Control Hepatitis B
Nosocomial Hepatitis C
Infection Control HIV
Bloodborne Standard of
Pathogen (BBP) Infection Control
92
Standard Precaution
Standard Procedures :
Sharps tdk diperkenankan dipindahkan dari tangan ke
tangan secara lgs. Penanganan harus seminim mungkin.
Jarum suntik jgn dibengkokan/dipatahkan sblm dibuang.
Jarum dan suntikan jgn dipasang dgn tangan sblm dibuang.
(Jarum suntik jangan di re-capped).
Sharps yg sudah dipakai dibuang ke “sharps
container”.
Kontainer untuk benda tajam, jgn diisi melebihi
batas yg ditunjukkan.
Kontainer jgn diletakkan dilantai.
93
Safe Work Practices …(cont’d)
Sharp Container :
Harus pada level mata dan dalam jangkauan.
Harus dikosongkan sebelum penuh (not over-
filled).
Beberapa pertanyaan berkenaan dengannya :
C Siapa yang bertanggung jawab?
C Prosedur yang mengaturnya?
C Prosedur inspeksi?
C Dalam situasi kegagalan
mengimplementasikan –nya?
C Audit bulanan, kuartalan, dan tahunan? 94
Discard if 2/3 full
Tanggap Darurat
Bila terjadi Injury atau Exposure, lakukan :
Tindakan First aid, seperti :
C Letakkan dibawah air mengalir.
C Siram percikan di hidung, mulut, dengan air.
C Irigasi mata dengan air bersih atau saline
Laporkan ke Occupational Health Officer.
Hepatitis B vaccination status.
Laporan kejadian segera diperlukan untuk
menentukan “post exposure prophylaxis” agar
dimulai segera mungkin.
95
Risiko sharps injury dimulai saat exposure
pertama kali, dan berakhir ketika sharp di
singkirkan secara permanen.
Perlu pemahaman dari petugas terhadap
risiko tersebut serta strategi melindungi
dirinya.
96
1.
2.
Nosocomial Infection
Exposure Control Plan (ECP)
Engineering & Work Practice Control
3.
4.
5.
Control Hepatitis B
Personal Protective Equipment
Free Hepatitis B Vaccination
Sign & Labels
6. Nosocomial
Decontamination & Disposal Procedure Hepatitis C
7. Training Infection Control HIV
8. Medical Surveilans
98
Pekerja yang berisiko
Physicians, nurses and emergency room personnel
Orderlies, housekeeping personnel, and laundry workers
Dentists and other dental workers
Laboratory and blood bank technologists and technicians
Medical examiners
Morticians
Law enforcement personnel
Firefighters
Paramedics and emergency medical technicians
Anyone providing first-response medical care
Medical waste treatment employees
Home healthcare workers
99
Medical Surveillance & PEP
Exposure Incident Management :
Cuci luka dan kulit dengan seksama
Bilas hidung dan mulut
Bilas mata dengan air bersih atau larutan
steril.
Bersihkan semua permukaan yang
terkontaminasi.
Laporkan semua kecelakaan.
100
Medical Surveillance & PEP
Prinsip dasar Post-Exposure Evaluation :
Evaluasi medis “Confidential”
Document route of exposure
Identifikasi individu yang menjadi sumber.
Test darah individu sumber.
Jelaskan hslnya kpd sumber maupun kary. yg terpapar.
Counceling.
Pengobatan pencegah paska pajanan (Post-
exposure protective treatment).
Opini tertulis atas temuan kpd Manajemen dan
copy kepada karyawan dalam 15 hari setelah
evaluasi.
101
Medical Surveillance & PEP
5(lima) Langkah PEP :
Langkah-1 : Pengobatan bagian tubuh yang
terpapar.
Langkah-2 : Pelaporan dan Dokumentasi.
Langkah-3 : Evaluasi Paparan.
Langkah-4 : Evaluasi Sumber Paparan.
Langkah-5 : Manajemen Spesifik.
102
Langkah –5 :
“Manajemen Spesifik” :
Hepatitis B : HIV :
√ Tidak diberi apa-apa √ Segera minum obat PEP.
√ Suntikan hepatitis B
√ Sedapat mungkin dalam 36 jam
immunoglobulin
pertama. Bila mungkin minum
√ Vaksinasi hepatitis B sampai dengan 4 minggu.
√ Test HBsAg
√ Pilihan adalah antara 2 atau 3 obat,
√ Tindak lanjut. yaitu :
Hepatitis C : $ AZT 2 x 300 mg + 3TC 2 x 150 mg
√ Tidak ada rekomendasi $ 3TC 2 x 150 mg + d4T 2 x 40 mg
khusus
$ d4T 2 x 40 mg + ddl 4 x 400 mg
√ Wajib mendapat konseling,
perut dalam keadaan kosong
tes dan tindak lanjut.
107
Medical Recordkeeping
Sharp Injury Log :
Manajemen hrs menyimpan “sharps injury log” untuk catatan
injury yg terjadi krn benda tajam terkontaminasi.
Log ini harus dipelihara dengan memperhatikan privacy
karyawan, dan mencakup minimal :
√ Type dan brand dari alat yang terlibat incident.
√ Lokasi incident.
108
Summary
Key point to remember :
Bloodborne pathogens dpt menjadi penyakit yang fatal
Berhati-hati terhadap pajanan di tempat kerja.
Laksanakan universal precautions :
√ Gunakan PPE
√ Taati safe work practices
√ Lakukan decontaminasi terhadap diri sendiri dan peralatan.
Pahami dan ikuti “exposure incident procedures”
Laporkan incidences of exposure
109
Summary
OSHA’s Bloodborne Pathogens standard ini memberikan
upaya perlindungan bagi karyawan dari gangguan
kesehatan akibat paparan darah dan OPIM dan
menurunkan risiko pajanan.
110
Nosocomial Infection
Control Hepatitis B
Nosocomial Hepatitis C
Infection Control HIV
Bloodborne Standard of
Pathogen (BBP) Infection Control
113
Ventilation
Harus memelihara udara segar, suhu
ruangan, kelembaban serta kemurnian
udaranya.
Tekanan negatif harus dibuat untuk ruangan
isolasi dan ruang pengobatan seperti TB.
Harus dimonitor dan dipelihara oleh seorang
technician secara berkala, dan jadwal
perawatannya harus terdokumentasi.
114
Apa yang salah disini ?
115
What to do?
116
Isolation
Prinsipnya adalah “Isolation”, contohnya :
Enclosed operations
Regulated areas
Isolation by time :
− Jumlah waktu yang digunakan di
regulated areas harus seminimal
mungkin.
− Terkadang operasi yang berbahaya
di lakukan pada waktu shift ke 2
atau 3 untuk mengurangi jumlah
pekerja yang terpajan
Glove boxes
Enclose workers 117
Ventilation
Pengaturan Tekanan Udara Ruangan :
118
Work and Treatment Areas
Gunakan pembagian zona kerja berdasarkan kode warna:
GREEN - clean zone - storage of cleaning instruments, equipment
and medications.
ORANGE - treatment zone - contaminated with materials from
the current patient.
RED - contaminated zone - instrument cleaning area, dental or
path lab.
YELLOW - hand washing zone
WHITE - staff room, include food storage, preparation and
consumption or potable water supply.
119
Cleaning Areas
Dibagi atas 2 seksi:
Contaminated Section - cleaning,
disinfecting, autoclaving.
Clean Section - storage of clean sterilized
equipment and instruments.
120
Surface Materials
Mudah dibersihkan.
Tidak menimbulkan akumulasi kotoran atau
menimbulkan pengembunan.
Sesuai dengan fungsinya.
Area treatment, lantainya tidak
menggunakan karpet.
121
Routine Cleaning of Facilities and Surfaces
Bersihkan dan keringkan sebelum dan sesudah treatment.
Gunakan detergent dan air hangat.
Gunakan disinfectant sebagaimana instruksi pabrik.
Bersihkan dan keringkan sebelum dan sesudah disinfeksi.
Semua ember bila kosong, dicuci, keringkan dan simpan
setelah digunakan.
Pengepel harus dicuci dan disimpan kering.
Jangan menggunakan sapu di area pasien.
122
Penanganan Limbah Medis
123
Linen and Laundry services
Pisahkan linen yang bersih dan kotor.
Transport dan simpan secara terpisah.
Gunakan PPE.
Linen kotor yang terkontaminasi darah atau
cairan tubuh lainnya, harus diletakkan di
kantongan yang anti bocor.
Jangan mencuci linen kotor di area pasien.
Dekontaminasi bila perlu.
124
Trolleys
Tingginya sesuai untuk bekerja.
Mudah dibersihkan dan digunakan
hanya untuk keperluan yang sudah
ditentukan.
Harus tertutup.
Harus dibersihkan setiap hari.
125
Refrigerator
Selalu baca instruksi dari pabrik
pembuat.
Jangan mencampurkan vaccines,
medications, dengan makanan dalam
satu refrigerator Gunakan refrigerator
terpisah.
126
Nosocomial Infection
Control Hepatitis B
Standard Precaution
Hepatitis C
(Kewaspadaan Tk.I)
Nosocomial
√ Control
Infection HIV
Universal Precaution.
√ Body substances Isolation
(BSI).
Sharp Scope of Universal &
Safety Infection Control Standard
Precaution
Bloodborne Standard of
Pathogen (BBP) Infection Control
127
Beberapa Istilah Penting
Universal Precaution (Kewaspadaan Umum) :
Kewaspadaan Universal (Universal Precaution) adalah
kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh yang tidak
membedakan perlakuan terhadap setiap pasien, dan tidak
tergantung pada diagnosis penyakitnya.
Standard Precaution :
Combine the major features of Universal Precautions (UP)
and Body Substance Isolation (BSI).
BSI mencakup : Hospital gowns, Medical gloves, Shoe
covers, Surgical mask .
128
Sejarah Perkembangan Kewaspadaan Umum.
129
Alasan Dasar Penerapan
Untuk menjaga sarkes ( RS, PKM dll) sebagai tempat
penyembuhan dan bukan menjadi sumber infeksi.
Hasil survei di PKM ( Bachroen, 2000 ) -> tindakan petugas
yg potensial meningkatkan penularan peny.
Cuci tangan yg kurang benar
Penggunaan sarung tangan yang kurang benar
Penutupan kembl jasun secara tdk aman
Pembuangan peralatan tajam secara tdk aman
Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan krg tepat
Praktek kebersihan ruangan yg belum memadai.
130
KEBIJAKAN DEPKES
Dikembangkan sejak th 1980an
Th 2001 salah satu tolok ukur akreditisasi RS ( pengendalian
peny Nosokomial) ->termasuk penerapan UP
Menigkathya HIV, UP sangat strategis u/ mengendalikan
infeksi HIV di sarana yankes -> menghindari diskriminasi
layanan oleh nakes.
131
Universal Precaution
Merujuk ke tindakan untuk menghindarkan kontak dgn cairan
tubuh pasien, perlakukan darah dan cairan tubuh lainnya
sebagai sumber infectius.
Dlm artian dgn menggunakan “non-porous PPE”, spt gloves,
gowns, respirators, surgical masks, goggles, dan face shields.
Dgn asumsi bahwa cairan tubuh dimaksud
berpotensi infectious dan hrs di treatment.
Segera bersihkan dan dekontaminasi
permukaan dan peralatan yang
terkontaminasi.
132
Standard Precaution
Diterapkan kepada :
Blood;
Semua cairan tubuh, secretions, dan excretions, terkecuali
keringat, tanpa memandang apakah memang mengandung
darah secara visible;
Non-intact skin; dan
Mucous membranes.
133
Transmission-based
Standard Precaution
precautions
Airborne Precautions :
Universal precautions √ Respiratory Protection.
Body substance isolation √ Mis : TBC, Measeles, dsb.
Droplet precautions :
√ Cegah large droplets from : Sneezing, Coughing, Talking.
Kewaspadaan Tk. I √ Mis : Neisseria meningitides, Pertussis, Influenza.
Contact precaution :
√ Protection against skin-to-skin contact and physical
transfer.
√ Precaution : Handwashing, Glove changes.
√ Mis : Scabies.
Kewaspadaan Tk. II
134
WHO 2007 :
Key Elements of Standard Precautions
1. Hand hygiene
2. PPE : Gloves, Mask, gogles, face masks, Gown
3. Prevention of needle stick & injuries from sharp
instruments
4. Respiratory hygiene & cough etiquette
5. Environmental cleaning
6. Linens
7. Waste disposal
8. Patient care equipment
135
Penerapan Universal Precaution
Mampu mengurangi paparan mukokutan paling tidak
50%.
136
Kewaspadaan Universal
Meliputi kegiatan :
Cuci tangan
Alat pelindung
Pengelolaan alat kesehatan
Pengelolaan limbah
Kecelakaan kerja
Kewaspadaan khusus (Special Precaution)
137
“My five moments for hand hygiene”
138
Cuci tangan
139
Sarung tangan
Sarung tangan memang tidak dapat mencegah
tusukan jarum.
140
Gaun
Melindungi dari percikan darah/cairan tubuh.
Tidak boleh dipakai diluar ruang perawatan atau
laboratorium.
Laundry : Linen/baju bekas pakai dimasukkan
kantung plastik, tidak perlu rangkap dua.
141
142
143
144
Faktor Risiko di lingkungan kerja
145
Kepmenkes no. 432 tahun 2007
Population at
Potential Risk risk
147
Common Upper Extremity Cumulative
Trauma Disorders
Thoracic Outlet Syndrome
Rotator Cuff Tendinitis
Bicipital Tenosynovitis
Radial Nerve
Lateral Epicondylitis
Median Nerve
Cubital Tunnel
Syndrome Carpal Tunnel Syndrome
Ulnar Nerve
148
Musculoskeletal Disorder (MSDs)
adalah :
√ Back (Bag. Tubuh belakang)
adalah :
√ Shoulder (Bahu)
√ Arm (Lengan)
149
The Back Injury
5 (lima) faktor risiko terjadinya
“Back Injury” :
Poor posture.
Poor physical condition.
Improper body mechanics.
Incorrect lifting.
Jobs requiring high energy.
150
Ergonomic Hazards in Lab
Definisi :
Ergonomics adalah ilmu yang menyesuaikan
pekerjaan kepada pekerjanya.
Dilaksanakan melalui :
Mengurangi faktor risiko ergonomi sehingga
meniadakan kemungkinan MSDs.
Dengan
Melibatkan upaya engineering (teknik) dan
administrative controls (administratif)
151
Penerapan Ergonomi
152
Penerapan Ergonomi
153
Ergonomic Hazards in Lab
Ergonomic Problem :
Office Ergonomics
Laboratory Ergonomics
Manual Handling (Industrial
Ergonomics)
154
Office Ergonomics
155
Ergonomic Risk Factor in Lab
Risiko Ergonomi umumnya di
Laboratorium, adalah pada aktifitas
berikut :
Pipetting
Microscopy
Laboratory Hoods and Biological Safety
Cabinets
Microtome or Cryostat
Test Tube Handling
Computer Workstations
Cell counter, etc. 156
Back Injury
Back injuries dihasilkan dari kerusakan atau trauma
pada tulang, otot atau jaringan lainnya dari
punggung.
Gangguan dapat berupa : sprains, strains, herniated
disks, dan patah tulang belakang.
Disebabkan oleh : incorrect lifting methods dan
posture.
Contohnya : Repetitive lifting, bending, twisting dan
bad lifting habits.
160
Prinsip Tulang Belakang
161
The Back Principles
162
Dampak terhadap Tulang Belakang
Disc Normal
Disc Errosion
163
The Back Injury -MRI
164
The Back
Cara mengangkat :
165
Posture Kerja
166
Common Injury in Hospital Workers
167
Transfer Patient
168
Transfer Patient
169
Transfer Patient
Menggenggam dgn telapak
tangan menggunakan otot yg
lemah di tangan
meningkatkan tekanan di
bahu.
Menyebabkan sendi bahu,
siku dan pergelangan tangan
dlm posisi awkward yg
meningkatkan potensi injury.
170
Transfer Patient
Mendorong atau
menarik menimbulkan
posisi awkward,
terutama antara tinggi
bahu dan siku yang
meningkatkan potensi
injury pada bahu.
171
Transfer Patient
Gunakan cradle lift untuk mengangkat, Menahan dlm waktu yg lama dlm
memindahkan atau mengubah posisi menunjang posisi static pasien
pasien dlm berbagai setting. menambah tekanan pd bahu petugas.
173
Patient Comfort and Safety
174
Patient Comfort and Safety
Padding diletakkan
dibawah bagian tubuh
yang menonjol, seperti
sacrum, heels, atau
midthoracic curvature.
Patient harus mampu
menahan posisi yang
diperlukan.
175
Rule of thumb….
176
Patient Transportation
177
Back Bending
178
Over-reaching
179
Back Bending Bend the knee
OR
Get
Assistance
180
Neck Bending
181
Wrist Bending
182
Ergonomics Risks
183
Patient Lifting
184
Patient Lifting
185
Transfer Patient
186
Transfer Patient
187
Transfer Patient
188
REBA
(Risk Entire Body Assessment)
This ergonomic assessment tool uses a
systematic process to evaluate whole body
postural MSD and risks associated with job
tasks. A
190
REBA worksheet
191
192
The weight of the component part inserted by the worker is
11.5 lbs. Therefore, the score for this step is +1.
Trunk position (0-20 degrees) and +1 was added for the
side bending adjustment (when viewed from behind, worker
was left side bending approximately 10 degrees) for a total
score of +3. 193
194
REBA score is 9, should be reduce
REBA score is 4.
195
Scrubbing Toilets & Beds
Very High Risk Level
POTENTIAL PROBLEMS:
Wrist: flexion & ulnar deviation
Upper/Lower Limbs & Back: MSDs
Whole Body: vibration
REBA Score : 5
199
“REBA” Score
Guidance for safer handling during resuscitation.
200
“REBA” Score
Guidance for safer handling during resuscitation.
201
“REBA” Score
Guidance for safer handling during
resuscitation.
202
“REBA” Score
Guidance for safer handling during resuscitation.
203
Ergonomics Solution
Enginnering Control
Administrative Control
Work Procedure
PPE
Training
205
The Back Injury
Correct Lifting Technique.
206
The Back Injury
Correct Lifting Technique.
207
Faktor Risiko di lingkungan kerja
● Kerja (Organisasi)
Overtime,
Shift-work,
Post traumatic,
Organizational
(team-work,
relationship, dst.)
● Personal (peribadi) :
Family, etc.
208
Faktor Lingkungan kerja
Reaksi tubuh terhadap Stress
: Bagi Karyawan
Darah dikirim lebih banyak ke Gangguan fisik.
otot dan organ vital lainnya. (sakit jantung, hipertensi, sakit kepala, ggn immune
Adrenaline dan Nor- sistem, dsb)
PSYCHOLOGICAL :
Situasi yg berkaitan dgn kerja yg dilakukan, yg berpotensi
menimbulkan stress, ketegangan emosi serta
permasalahan inter-personal :
√ Workplace violence (mis : kekerasan, dsb.),
Behavioral.
Sleep problems, absenteeism.
Physical.
Headache, upset stomach, changes in blood pressure.
213
3 Langkah Penanggulangan Stress Kerja
Step-1 Assess. Identifikasi adanya faktor stressors di Job
characteristics, work environment dan Organiza-
tional practices, yang dapat menimbulkan stress.
214
Workplace Violence
adalah :
Kekerasan di tempat kerja, dapat berupa
penyerangan fisik, ancaman, atau kata-kata
kekerasan yang terjadi di tempat kerja.
216
Workplace Violence, mencakup :
Beatings Psychological traumas
Stabbings Threats or obscene phone calls
Suicides Intimidation
Shootings Harassment of any nature
Rapes
Near-suicides
217
Workplace Violence -Sumbernya
Berbagai SUMBER ancaman, dari :
by strangers
by customers or clients
by co-workers
by personal relations
218
Faktor Risiko di lingkungan kerja
● Smoking;
● Drugs and
Alkohol;
● Inballance diet,
● Lack of exercise,
dst.
219
Faktor Risiko di lingkungan kerja
220
Dampak Kesehatan
221
Faktor Risiko di lingkungan kerja
√ K3 - Electrical Safety
√ K3 – Radiologi
√ K3 - Laboratorium
√ Compressed Gas
Safety
√ Housekeeping
Hazards
222
224
Others :
Dental Services
General Supplies
Security
Gardener
Heliport
Vector Control
Dlsb. 226
Emergency : ICU :
227
228
Jenis Pekerjaan/Pekerja :
Profesional / Technicians.
— Dokter Umum / Specialist
— Dentist
— Pharmacist
— Nurse
— Therapist
— Laboratory workers
— Radiologist
— Health Record
— Manajer
— Sales
— Administrative 230
Jenis Pekerjaan/Pekerja :
Service workers :
— Cleaning service
— Food service
— Health service workers
— Sopir.
Worksite Analysis
Hazard
Prevention &
Control
Fixed point
Personal Monitoring
Monitoring
Safety and Health Evaluasi hasil analisa (bandingkan dengan NAB) berdasarkan :
Training
233
Contoh : Air Monitoring
234
Perkantoran Perbengkelan
Klinik
Mess Camp 65 dB
70 dB
Kantin
65 dB
70 dB
AREA PENELITIAN
Pohon-2
Power Plant
Tanki Penampungan
Compressor
85 dB
85 dB 90 dB
90 dB
Noise mapping 235
Worksite Analysis
( Risk Assessment )
Management
Commitment &
Employee
Involvement Langkah-langkah :
Worksite Analysis
Risk Identification
Risk Assessment
Hazard
Prevention &
Control
Risk Evaluation
Risk Management
Safety and Health
Training
Risk Communication
236
Risk Evaluation
Mengidentifikasi besarnya risiko termasuk sifat dan luasnya.
Penentuan besar risiko : berapa besar bahaya dan
kemungkinan terjadinya (severity of hazard and the
likekihood of accurance) Risk Estimation
Pendekatan kuantitative & kualitatif
Medium
(LC : 2)
C B B
harm
Low
(LC : 1)
D C C
Slight Serious Major
(SC : 1) (SC : 2) (SC : 3)
Severity of harm
LC : Kategori Likelihood
SC : Kategori Severity 239
Worksite Analysis
( Risk Assessment )
Management
Commitment &
Employee
Involvement Langkah-langkah :
Worksite Analysis
Risk Identification
Risk Assessment
Hazard
Prevention &
Control
Risk Evaluation
Risk Management
Safety and Health
Training
Risk Communication
240
Risk Management –Case 01
Risk ranking
Risk ranking Risk Acceptability Criteria
Category
Tidak dapat ditolerir, risiko
Unaccepatab
A (9)* tidak dapat diterima, harus
le
segera dikurangi.
Risiko tidak dapat diterima,
Undesirable B (4,6)* dan harus diturunkan
serendah mungkin.
Risiko tidak pasti, kerugian
Acceptable
C (2,3)* dan keuntungan bila
w/ Controls
diteruskan seimbang.
Tidak perlu pertimbangan
Acceptable D (1)*
untuk menurunkan risiko.
241
Worksite Analysis
( Risk Assessment )
Management
Commitment &
Employee
Involvement Langkah-langkah :
Worksite Analysis
Risk Identification
Risk Assessment
Hazard
Prevention &
Control
Risk Evaluation
Risk Management
Safety and Health
Training
Risk Communication
242
Risk Communication
Tujuan :
Menyiagakan karyawan & management
terhadap adanya hazard & risiko yang selama ini
tidak mendapat perhatian
Memfokuskan pada risiko yg kecil & sederhana
sebagai hal yg harus ditanggapi serious.
Media untuk komunikasi. (meeting, leaflet,
laporan, faxsheet etc)
Apa yang dikomunikasikan : (besarnya tingkat
kecelakaan, siapa yg terkena, bagian tubuh yg
terkena, total day lost, etc). 243
Permenkes no 66 thn 2016
( Hal 56 s.d 63 )
Upaya pencegahan kebakaran, melalui :
Identifikasi Area berisiko.
Pemetaan Area Berisiko.
Upaya pengurangan risiko.
Pengendalian Kebakaran :
√ APAR, Smoke detector, Alarm, Sprinkler, Hidrant,
√ Pintu & Tangga Darurat, Evacuation route,
√ Assembly Point
Simulasi Kebakaran. 246
Fire Emergency Response
R Rescue
A Alarm
C Contain
E Extinguish
247
Bahaya dari Kebakaran
Bahaya yang dikhawatirkan dari suatu
kebakaran, adalah :
Heat
Smoke
Toxic Vapors
Explosions
249
Types of Fire Extinguishers
Different types of fire extinguishers are designed
to fight different classes of fire.
The 4 most common types of fire extinguishers are:
1. Water
2. Carbon Dioxide (CO2)
3. Dry Chemical
4. Dry Powder (use on combustible metals)
250
Water Fire Extinguishers
Water extinguishes fire by taking away the
“heat” element of the Fire Tetrahedron.
251
Carbon Dioxide (CO2)
Carbon dioxide is a non-flammable gas that takes
away the oxygen element of the fire tetrahedron.
Without oxygen, there is no fire.
CO2 is very cold as it comes out of the extinguisher,
so it cools the fuel as well.
252
Dry Chemical (ABC)
Dry chemical extinguishers put out fire by coating the fuel
with a thin layer of dust. This separates the fuel from the
oxygen in the air.
Dry chemical extinguishers also work to interrupt the
chemical reaction of fire. These extinguishers are very
effective at putting out fire.
253
Extinguisher
Common features
Locking pin
Carrying handle / operating lever
Pressure gauge
Label :
Type (Water, C02, Dry Chemical)
Classification (A, B, C)
NFPA capacity Rating
Instructions
Needle on pressure
gauge should be in
“operable range.”
Extinguisher needs
recharged.
273
Fire Safety
P ull the pin
A im at the
base of the fire.
S queeze the
trigger
S weep back
and forth
274
Extinghuiser
Water - Class A
Foam - Class A & B
Carbon Dioxide - Class B & C
Multi-Purpose ABC - Class A, B & C
Extinguishers & agents for Class D hazards approved for
each specific combustible metal hazard.
276
277
Type of Extinguisher
Fuel Source Class of Fire
(Extinguishing Agent)
Ordinary combustibles
Water; chemical foam; dry
(e.g. trash, wood, paper, A chemical*
cloth)
Flammable liquids Carbon dioxide (CO2); halon**;
(e.g. oils, grease, tar, B dry chemical; aqueous film
gasoline, paints, thinners) forming foam (AFFF)
Electricity
(e.g. live electrical C CO2; halon; dry chemical
equipment)
Dry powder (suitable for the
Combustible metals
(e.g. magnesium, titanium)
D specific combustible metal
involved)
Combustible Cooking
Wet chemical (Potassium
(e.g. cooking oils; animal K acetate based)
fats, vegetable fats) 278
Jenis Kebakaran & Media yg sesuai
279
Inspeksi APAR (1)
Pemeriksaan Visual: pemeriksaan ini dilakukan pada seluruh unit, visual
berarti inspeksi yang dilakukan dapat dilihat dengan mata telanjang
misalnya adanya penyok, karat, korosi, pecah selang, atau kerusakan
shell lainnya
Pemeliharaan Sejarah: Ulasan untuk menentukan kebutuhan yang
diperlukan pemeliharaan internal maupun pengujian hidrostatik yang
bersumber dari catatan inspeksi alat pemadam api sebelumnya.
Pressure Gauge: diperiksa untuk memastikan bahwa tekanan yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan , tidak lebih dan kurang dari set
point yang telah ditetapkan (green area).
Berat: melakukan inspeksi terhadap bobot dari fire extinguisher,
apabila berkurang maka kemungkinan ada kebocoran media pemadam
api.
280
Inspeksi APAR (2)
Discharge Hose: untuk memeriksa tanda-tanda penyumbatan atau
kerusakan pada selang kebakaran
Locking Pin : untuk memastikan bahwa pin tersebut mudah dilepas
dalam keadaan darurat yaitu kebakaran, pin berfungsi untuk mengunci
fire extinguisher agar media pemadam tidak keluar karena faktor
ketidaksengajaan.
Handle / Lever: diperiksa untuk operasi penekanan media berjalan
lancar
Kebersihan Apar : dibersihkan menggunakan larutan alternatif yang
ramah lingkungan
Sertifikasi Inspeksi: didokumentasikan dengan melampirkan label atau
stiker keselamatan dan pelayanan dengan menunjukkan pekerjaan yang
dilakukan.
281
Inspeksi APAR (3)
Lokasi : Alat Pemadam api diletakkan pada tempat yang semestinya
Bracket Mount: diperiksa untuk memastikan pemadam dipasang
dengan aman minimal 1 m diatas permukaan tanah
Label Hazard: Ulasan untuk memastikan bahwa pemadam kebakaran
adalah jenis yang tepat untuk potensi bahaya kebakaran di tempat
tersebut.
282
Emergency Equipment
Fire Extinghuiser
284
Emergency Equipment
Evacuation Routes