Anda di halaman 1dari 10

INJEKSI INTRAMUSKULAR, INFUS INTRAVENA, DAN BOLUS

OKSITOSIN INTRAVENA PADA KALA TIGA PERSALINAN


UNTUK MENCEGAH PERDARAHAN PADA IBU POSTPARTUM

Kelompok 3
1. Yunda Yeci (C121 16 002) 04
2. Riventi Pali Kamoda (C121 16 003) 05
3. Nur Chairunnisa (C121 16 301) 36
4. Annisa Rahmayani Gunawan (C121 16 302 ) 37
5. Melyani Tuti(C121 16 329) 63
6. Ainun Maqfira (C121 16 504) 69
7. Andi Nurul Atika (C121 16 511) 75

TREND DAN ISSUE


INTRA NATAL CARE
Trend yang ditemukan

Pada tahun 2009 Charles et al melakukan penelitian dengan judul


Intramuscular injection, intravenous infusion, and intravenous bolus
of oxytocin in the third stage of labor for prevention of postpartum
hemorrhage: a three-arm randomized control trial

membahas tentang efektivitas pemberian oksitosin dengan rute Intravena


dan bolus intravena dibandingkan dengan intramuskular yang diberikan
pada kala III persalinan dalam mencegah perdarahan postpartum.
Sekitar 830 wanita meninggal setiap hari dari penyebab
yang dapat dicegah terkait dengan kehamilan dan
persalinan dan 99% dari kematian ini terjadi di negara-
negara dengan sumber daya rendah (WHO, 2015).

Berdasarkan data dari WHO, 2014 diperoleh Angka Kematian Ibu


(AKI) di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia 214, Filiphina
170, Vietnam 160, Thailand 44, Brunei 60 dan Malaysia 30 per
100.000 kelahiran hidup dan Indonesia menempati urutan tertinggi di
Asia Tenggara. Berdasarkan data Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) di Indonesia AKI mengalami penurunan dari 359/100.000
kelahiran hidup (KH) pada tahun 2012 menjadi 305/100.000 KH pada
tahun 2015.
penyebab kematian ibu
40.00%
35.00%
30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%

Dari data di atas diketahui bahwa pendarahan merupakan penyebab tertinggi angka
kematian ibu . umumnya karena kelemahan atau tidak adanya kontraksi uterus (atonia
uteri), dan kesalahan penanganan kala III persalinan, sehingga kelahiran plasenta terjadi
lebih lambat dan memperbanyak jumlah perdarahan.

Manajemen aktif pada persalinan kala 3 dipercaya dapat menurunkan risiko perdarahan
post partum (PPP). Manajemen ini berupa pemberian agen uterotonik, traksi tali pusat
terkontrol, dan pijatan uterus.
Di Indonesia pada umumnya digunakan pijatan
uterus dan agen uterotonik berupa oksitosin.
Tinjauan Teori
Oksitosin
adalah hormon oligopeptida yang mengandung 9
residu amino asil atau disebut hormon
nonapeptida. Hormon ini disimpan dan
dilepaskan dari kelenjar hipofisis posterior tetapi
dibuat di hipotalamus selain hormon antidiuretik
(ADH). Bagian dari kelenjar hipofisis posterior
yang menyimpan oksitosin disebut pars nervosa.
OKSITOSIN
merangsang kontraksi uterus di miometrium. Kontraksi uterus ini
menyebabkan lebih banyak oksitosin disekresikan. Inilah yang
menyebabkan peningkatan intensitas dan frekuensi kontraksi dan
memungkinkan seorang ibu untuk melakukan persalinan pervaginam
sepenuhnya.

Kepala kelenjar hipofisis posterior akan


meningkatkan pelepasan oksitosinnyajanin yang
menekan leher rahim menyebabkan impuls saraf
dikirim ke otak ibu kemudian
Hormon oksitosin akan memicu
Oksitosin ini kemudian dibawa melalui darah ke rahim kontraksi otot polos pada uterus
untuk meningkatkan kontraksi uterus lebih lanjut
sehingga akan terjadi involusi uterus
hingga kelahiran tercapai
dan mencegah terjadinya
perdarahan. Oksitosin merupakan
Kadar oksitosin akan meningkat pada kala III oleh karena suatu hormon yang dapat
pengurangan metabolisme secara tiba-tiba karena pelepasan
plasenta, dimana plasenta merupakan sumber utama memperbanyak masuknya ion
oksitosin. kalsium kedalam intrasel.

Akibat pelepasan plasenta, hipotalamus


terstimulasi untuk menghasilkan hormon
oksitosin
Menurut penelitian Charles et al (2019) menyebutkan
• Rute pemberian oksitosin ternyata menimbulkan efektivitas yang berbeda.
• Oksitosin melalui IV lebih efektif daripada injeksi IM untuk pencegahan PPP pada
persalinan tahap ketiga
• Oksitosin yang diberikan oleh IV bolus tidak menimbulkan masalah keamanan
setelah persalinan pervaginam dan harus dianggap sebagai pilihan yang aman
untuk profilaksis PPH
• kehilangan darah rata-rata adalah 5,9% lebih sedikit pada kelompok infus IV dan
11,1% lebih sedikit pada kelompok bolus IV Dibandingkan dengan injeksi IM. Risiko
kehilangan darah postpartum ≥500 ml dalam kelompok infus IV secara signifikan
lebih rendah dibandingkan dengan injeksi IM dan tidak adanya efek samping yang
ditimbulkan dari kelompok manapun.

Menurut Sheldon et al (2013)


• Di antara ibu dengan profilaksis oksitosin, pemberian traksi tali pusat yang
terkontrol mengurangi risiko perdarahan sebesar 66% ketika oksitosin diinjeksikan
melalui IM tetapi tidak memberikan manfaat ketika oksitosin diberikan secara IV.
Pemberian IV mengurangi risiko perdarahan sebesar 76% dibandingkan dengan
pemberian IM.
Analisa Situasi
• Melihat situasi yang terjadi di Indonesia khususnya
Sulawesi Selatan ini, penelitian Charles et al (2019)
layak diuji coba dengan harapan dapat menurunkan
AKI. Pemerintah dapat membuat suatu program untuk
melatih dokter, bidan, dan perawat dalam pemberian
oksitosin melalui intravena yang sangat jarang
digunakan.
• Dalam penelitan Charles et al (2019), untuk infus IV
wanita yang telah melahirkan bayinya menerima 10 IU
oksitosin dicampur dalam 500 ml cairan dan diberikan
melalui infus yang digerakkan oleh gravitasi dengan
roller clamp terbuka penuh, paling sering
menggunakan 18 gauge nee-dle. Bolus IV didorong
langsung ke port IV selama sekitar 1 menit.
Kesimpulan
Perdarahan post partum dapat dicegah dengan
manajemen aktif saat kala III persalinan yaitu
salah satunya dengan cara injeksi oksitosin. Rute
pemberian oksitosin dapat melalui
intramuskular, intravena, maupun bolus IV.
Pemberian oksitosin dengan cara IV dan bolus IV
ternyata lebih baik daripada injeksi IM. Oleh
karena itu, tenaga kesehatan/penolong
persalinan lebih bijak dalam melakukan
intervensi.
Daftar Pustaka
• Charles, D., et al. (2019). Intramuscular injection, intravenous infusion, and intravenous
bolus of oxytocin in the third stage of labor for prevention of postpartum hemorrhage:
a three-arm randomized control trial. BMC Pregnancy and Childbirth.
https://doi.org/https://doi.org/10.1186/s12884-019-2181-2.
• Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Profil Kesehatan Indonesia.
• Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Sulsel
• Kuzume, et al. (2017) The Routine Use of Prophylactic Oxytocin in the Third Stage of
Labor to Reduce Maternal Blood Loss. Journal of Pregnancy
https://doi.org/10.1155/2017/3274901.
• Lowdermilk D L, et al. (2013). Buku Keperawatan Maternitas Ed 8. Indonesia: Salemba
Medika.
• Ossilla E. V., Sharma S. 2019. Oxytocin. NCBI Book
• Safrina. (2016). Perbedaan Efektivitas Antara Pijat Oksitosin Dan Pijat Payudara
Terhadap Involusi Uteri Pada Ibu Post Partum Di Bpm Kota Pematangsiantar Tahun
2015. Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 7.
• Salati, J.A., et al. (2019). Oxytocin to prevent excessive blood loss for women during the
third stage of labour. Cochrane Database of Systematic Reviews DOI:
10.1002/14651858.CD001808.pub3.
• Sheldon, W. R., et al. (2013). How effective are the components of active management
of the third stage of labor?. BMC Pregancy and Childbirth
• WHO. (2014). Maternal Mortality. Diakses pada tanggal 10 Mei 2019 di
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs348/en/.
• Women & Children First. (2015). What is the Safe Motherhood Initiative. Diakses pada
tanggal 10 Mei 2019 di https://www.womenandchildrenfirst.org.uk/our-work/how-we-
do-it/34-maternal-mortality/264-what-is-the-safe-motherhood-initiative

Anda mungkin juga menyukai