Kelompok 3
1. Yunda Yeci (C121 16 002) 04
2. Riventi Pali Kamoda (C121 16 003) 05
3. Nur Chairunnisa (C121 16 301) 36
4. Annisa Rahmayani Gunawan (C121 16 302 ) 37
5. Melyani Tuti(C121 16 329) 63
6. Ainun Maqfira (C121 16 504) 69
7. Andi Nurul Atika (C121 16 511) 75
Dari data di atas diketahui bahwa pendarahan merupakan penyebab tertinggi angka
kematian ibu . umumnya karena kelemahan atau tidak adanya kontraksi uterus (atonia
uteri), dan kesalahan penanganan kala III persalinan, sehingga kelahiran plasenta terjadi
lebih lambat dan memperbanyak jumlah perdarahan.
Manajemen aktif pada persalinan kala 3 dipercaya dapat menurunkan risiko perdarahan
post partum (PPP). Manajemen ini berupa pemberian agen uterotonik, traksi tali pusat
terkontrol, dan pijatan uterus.
Di Indonesia pada umumnya digunakan pijatan
uterus dan agen uterotonik berupa oksitosin.
Tinjauan Teori
Oksitosin
adalah hormon oligopeptida yang mengandung 9
residu amino asil atau disebut hormon
nonapeptida. Hormon ini disimpan dan
dilepaskan dari kelenjar hipofisis posterior tetapi
dibuat di hipotalamus selain hormon antidiuretik
(ADH). Bagian dari kelenjar hipofisis posterior
yang menyimpan oksitosin disebut pars nervosa.
OKSITOSIN
merangsang kontraksi uterus di miometrium. Kontraksi uterus ini
menyebabkan lebih banyak oksitosin disekresikan. Inilah yang
menyebabkan peningkatan intensitas dan frekuensi kontraksi dan
memungkinkan seorang ibu untuk melakukan persalinan pervaginam
sepenuhnya.