Infeksi Jamur DR Agung
Infeksi Jamur DR Agung
Griseofulvin
Griseofulvin menghambat mitosis jamur dengan
berkaitan dengan mikrotubulus dan menghambat
polimerisasi tubulin menjadi mikrotubulus.
Griseofulvin tidak larut air.
Obat diberikan per oral, dan hanya sekitar 50%
dosis oral yang masuk ke sirkulasi.
Absorbsi meningkat bila diberikan bersama lemak.
Infeksi kulit dan rambut memerlukan terapi 4-6
minggu, kuku tangan sampai 6 bulan, dan kuku kaki
memerlukan 1 tahun terapi.
Griseofulvin dimetabolisme di hati dengan dealkilasi
dan metabolitnya yang inaktif diekskresi dalam urine
sebagai glukuronid.
Griseofulvin menghambat jamur dari spesies
Microsporum, Tricophyton, dan Epidermophyton.
Griseofulvin biasanya hanya digunakan untuk
mengobati infeksi dermatofit pada kulit, kuku atau
rambut.
Griseofulvin tersedia dalam bentuk tablet 125, 250,
dan 500 mg, dan suspensi 125 mg/ml.
Dosis dewasa adalah 500-1000 mg/hari dosis tunggal
atau dosis terbagi. Untuk anak, dosisnya adalah 10
mg/kg BB/hari.
Azol
Azol adalah kelompok obat sintesis dengan aktivitas
spektrum yang luas.
Obat yang masuk kelompok ini antara lain
ketokonazol, ekonazol, kloritmazol, tiokonazol,
mikonazol, flukonazol, itrakonazol.
Pada jamur yang tumbuh aktif, azol menghambat
14-α-demetilase, enzim yang bertanggung jawab
untuk sintesis ergosterol, yang merupakan sterol
utama membran sel jamur. Pada konsentrasi tinggi,
azol menyebabkan K+ dan komponen lain bocor
keluar dari sel jamur.
Ketokonazol
Itrakonazol
Spektrum aktivitas antijamurnya sama dengan
ketokonazol, plus Aspergillus.
Itrakonazol diberikan per oral, setelah diabsopsi
akan mengalami metabolisme hati yang ekstensif.
Obat ini diindikasikan untuk tinea, infeksi Candida
mukokutan dan infeksi sistemik.
Itrakonazol tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg.
Flukonazol
Spektrum aktivitas antijamurnya sama dengan
ketokonazol.
Flukonazol dapat diberikan per oral atau iv.
Flukonazol larut air dan cepat diabsorpsi sesudah
pemberian oral, dengan 90% bioavailabilitas, 12%
terikat pada protein.
Obat ini mencapai konsentrasi tinggi dalam LCS,
paru dan humor aquosus, dan menjadi obat pilihan
pertama untuk meningitis karena jamur.
Konsentrasi fungisidanya juga meningkat dalam
vagina, saliva, kulit dan kuku.
Obat ini diindikasikan untuk infeksi sistemik dan
kandidiasis mukokutan.
Flukonazol tersedia dalam bentuk kapsul 50 dan
150 mg dan infus 2 mg/ml.
Nistatin
Nistatin adalah antibiotik makrolida polyene dari
Streptomyces noursei. Struktur nistatin mirip dengan
struktur amfoterisin B.
Nistatin tidak diserap dari membran mukosa atau dari
kulit. Obat ini terlalu toksik untuk pemberian
parenteral. Bila diberikan per oral, absorpsinya sedikit
sekali dan kemudian diekskresi melalui feses.
Spektrum antijamurnya sebenarnya juga mencakup
jamur-jamur sistemik, namun karena toksisitasnya,
nistatin hanya digunakan untuk terapi infeksi Candida
pada kulit, membran mukosa dan saluran cerna.
Nistatin efektif untuk kandidiasis oral, kandidiasis
vaginal dan esofagitis karena Candida.
Nistatin terdapat dalam sediaan obat tetes/suspensi,
tablet oral, tablet vagina, dan suppositoria .
Terbinafin
Amfoterisin B
Amfoterisin B termasuk ke dalam golongan polyene
(strukturnya mirip dengan nistatin).
Amfoterisin mempunyai spektrum aktivitas terhadap
Aspergillus, B. dermatitidis, Candida, C. neoformans, C.
immitis. H. capsulatum, Mucor, P. brasiliensis.
Amfoterisin tidak larut dalam air, dan tidak diabsorpsi
dari saluran cerna.
Amfoterisin diberikan secara iv lambat pada infeksi
sistemik, intrateka untuk meningitis, iritasi vesika
urinaria untuk sistitis. Amfoterisin juga dapat diberikan
secara topikal.
Farmakokinetik obat ini kompleks, >90% terikat pada
protein plasma, serta beberapa fase distribusi dan
eliminasi dengan waktu paruh 24-48 jam, dan waktu
paruh terminalnya 15 hari.
ABLC (amphotericin B lipid complex) adalah formula
amfoterisin B non-liposomal yang digabungkan dengan 2
fosfolipid.
Efek samping yang paling sering dan paling serius adalah
toksisitas ginjal.
Obat ini diindikasikan untuk infeksi jamur sistemik,
meningitis karena jamur, dan ISK karena jamur.
Amfoterisin B secara topikal juga efektif terhadap
keratitis mitotik.
Amfoterisin merupakan drug of choice untuk terapi
sebagian besar infeksi jamur yang berat.
Meningitis karena Cryptococcus diterapi dengan
amfoterisin saja atau amfoterisin dan flusitosin.
Amfoterisin B tersedia dalam bentuk salep mata/tetes
mata 1%, injeksi 50 mg/10ml atau 0,1 mg/ml larutan.
Flusitosin (5-fluorositosin)
Flusitosin adalah obat antimetabolit yang mengalami
metabolisme intrasel menjadi bentuk aktif, yang
kemudian mengakibatkan inhibisi sintesis DNA.
Flusitosin mempunyai spektrum aktivitas antijamur
terhadap Candida, C. neoformans, Cladosporium,
Phialophora.
Flusitosin diberikan per oral dan diabsorpsi baik dari
saluran cerna serta terdistribusi secara luas pada tubuh,
dengan kadar LCS 70-85% dari kadar plasma.