Anda di halaman 1dari 9

Disusun Oleh Klp 2 :

1. Ade Asmasari
2. Dede Juliansyah
3. Imansyah
4. M Fauzan Ali Fikri
5. Muhammad Akbar
6. Rabiatul Adawiyah
Inersia Uteri
 adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat
untuk melakukan pembukaan serviks atau
mendorong janin keluar. (Rustam mochtar ; 1998)

 Kelainan tenaga atau his adalah his tidak normal/


sifatanya menyebabkan rintangan pada jalan dan tidak
dapat ditasi sehingga menyebabkan persalinan macet (
saarwono, 1993)
Etiologi Inertia Uteri
Menurut Rustam Mochtar (1998)

 Faktor herediter, emosi dan ketakutan


 Salah pimpinan persalinan dan obat-obat penenang
 Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen
bawah rahim, ini dijumpai pada kesalahan-kesalahan letak janin
dan disproporsi sevalopelvik
 Kelainan uterus, misalnya uterus bikornis unikolis
 Kehamilan postmatur (postdatism)
 Penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia
 Uterus yang terlalu teregang misalnya hidramnion atau
kehamilan kembar atau makrosomia
Faktor2 Inertia Uteri
 Anemia
 Hidromnion
 grande multipara
 primipara
 pasien dengan emosi kurang baik
Dignosa Pada Inertia Uteri

Untuk mendiagnosa inersia uteri memerlukan


pengalaman dan pengawasan yang teliti terhadap
persalinan. Kontraksi uterus yang disertai rasa nyeri
tidak cukup untuk membuat diagnosis bahwa
persalinan sudah mulai. Untuk sampai kepada
kesimpulan ini diperlukan kenyataan bahwa sebagai
akibat kontraksi itu terjadi. Pada fase laten diagnosis
akan lebih sulit, tetapi bila sebelumnya telah ada
kontraksi (his) yang kuat dan lama, maka diagnosis
inersia uteri sekunder akan lebih mudah.
Penatalaksanaan Pada Inertia
Uteri
1. Bila inersia disertai disproporsi sefalopelvik sebaiknya
dilakukan Sectio Caesarea

2. Apabila tidak ada disproporsi sefalopelvik atau disproporsi


sefalopelvik ringan dapat diambil sikap :

 Perbaiki keadaan umum penderita, kandung kemih


dikosongkan.
 Bila kepala atau bokong janin sudah masuk kedalam panggul
penderita disuruh berjalan-jalan.
 Atau berikan oksitosin 5-10 IU dalam 500 cc dekstrosa 5%
diberikan secara inus intravena dengan kecepatan kira-kira 12
tetes permenit, dinaikkan setiap 10-15 menit sampai 40-50 tetes
permenit
 Pemberian oksitosin sebaiknya diberikan beberapa jam
saja, kalau ternyata tidak ada kemajuan pemberian
dihentikan, supaya penderita beristirahat, kemudian
dicoba lagi untuk beberapa jam; kalau masih tidak ada
kemajuan lebih baik dilakukan sectio caesarea
3. Bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi inersia uteri
sekunder, ibu lemah dan partus telah berlangsung lebih
24 jam pada primi dan 18 jam pada multi, sebaiknya
partus segera diselesaikan sesuai dengan hasil
pemeriksaan dan indikasi obsbstetrik lainnya (ekstraksi
vakum atau forsep atau SC).
PATWAY
AKSEP INERSIA UTERI

Anda mungkin juga menyukai