0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
3K tayangan14 halaman
Dokumen tersebut membahas dua kasus kematian pasien di rumah sakit akibat pelayanan farmasi yang buruk. Kasus pertama terjadi di RSUD Cibitung dimana pasien meninggal karena tidak mendapatkan obat yang dibutuhkan dikarenakan stok obat habis. Kasus kedua terjadi di RS Siloam Tangerang dimana dua pasien meninggal karena kesalahan penyuntikan obat anastesi akibat label obat yang tidak sesuai. Dokumen
Dokumen tersebut membahas dua kasus kematian pasien di rumah sakit akibat pelayanan farmasi yang buruk. Kasus pertama terjadi di RSUD Cibitung dimana pasien meninggal karena tidak mendapatkan obat yang dibutuhkan dikarenakan stok obat habis. Kasus kedua terjadi di RS Siloam Tangerang dimana dua pasien meninggal karena kesalahan penyuntikan obat anastesi akibat label obat yang tidak sesuai. Dokumen
Dokumen tersebut membahas dua kasus kematian pasien di rumah sakit akibat pelayanan farmasi yang buruk. Kasus pertama terjadi di RSUD Cibitung dimana pasien meninggal karena tidak mendapatkan obat yang dibutuhkan dikarenakan stok obat habis. Kasus kedua terjadi di RS Siloam Tangerang dimana dua pasien meninggal karena kesalahan penyuntikan obat anastesi akibat label obat yang tidak sesuai. Dokumen
ANDINY A 16/397231/FA/10914 ARYO BIMO B.A. 16/397234/FA/10917 AUDYNA SAFIRA 16/397237/FA/10920 BENNY ALDOBAGYA 16/397240/FA/10923 KASUS PELAYANAN FARMASI DI RS Dalam Sebulan, 3 Pasien Mati Karena Pelayanan Buruk di RS
SuaraJakarta.co, JAKARTA – Februari 2015 adalah
bulan yang buruk bagi dunia pelayanan kesehatan Indonesia. Bayangkan ditengah Indonesia menuju MDGs 2019, 3 orang pasien mati karena buruknya pelayanan di RS. KASUS PELAYANAN FARMASI DI RS Kasus 1 Terjadi di kabupaten Bekasi, tepatnya di RSUD Cibitung. Wandi (27) warga Vila Mutiara, penderita infeksi paru paru, peserta BPJS kelas 2. Bernasib naas harus menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD Cibitung setelah selama 3 hari di IGD tidak ditangani serius dan tidak mendapatkan obat yang dibutuhkan karena obat di RSUD Cibitung habis. KASUS PELAYANAN FARMASI DI RS Kasus 2 Meninggalnya 2 pasien di RS Siloam Tangerang akibat kesalahan menyuntikan obat anastesi yang disebabkan label obat dan isinya tidak sesuai. Kedua pasien mengalami gatal gatal yang disusul kejang kejang dan berakhir dengan kematian. TINJAUAN BERDASAR STANDAR PELAYANAN FARMASI
Permenkes no 72 tahun 2016 pasal 3 ayat (1) :
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi standar: a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; dan b. pelayanan farmasi klinik. TINJAUAN BERDASAR STANDAR PELAYANAN FARMASI
Permenkes no 72 tahun 2016 pasal 3 ayat (2) :
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. pemilihan; b. perencanaan kebutuhan; c. pengadaan; d. penerimaan; e. penyimpanan; f. pendistribusian; g. pemusnahan dan penarikan; h. pengendalian; dan i. administrasi. TINJAUAN BERDASAR STANDAR PELAYANAN FARMASI & PENYELESAIAN Berdasar permenkes tersebut yang perlu diperhatikan dari kasus 1 yaitu
Pasien tidak ditangani serius, dan obat habis
Di permenkes disebutkan kalau pengadaan obat harus selalu ada TINJAUAN BERDASAR STANDAR PELAYANAN FARMASI & PENYELESAIAN
Berdasar permenkes tersebut yang perlu
diperhatikan dari kasus 2 yaitu
Kesalahan menyuntikan obat anastesi yang
disebabkan label obat dan isinya tidak sesuai. Di permenkes disebutkan bahwa pemilihan yang harus sesuai PENYELESAIAN DENGAN METODE YANG SUDAH DIPELAJARI Kasus 1
Problem Assessment Monitoring
Produk obat Instalasi farmasi Memeriksa dan tidak tersedia, rumah sakit mengevaluasi pasien tidak sebaiknya ketersediaan diterapi memperbaiki obat secara (DRP kategori 7) system berkala pengadaan obat Kasus 2
Problem Assessment Monitoring
Kesalahan Industri farmasi Dilakukan sidak pemberian obat sebaiknya dari pihak untuk pasien mengecek berwajib pada (DRP kategori 3) ulang produk industry farmasi sediaan maupun rumah Kelalaian pihak sebelum sakit untuk industry farmasi didistribusikan memastikan dalam produksi tidak adanya dan pelabelan kesalahan obat obat SARAN DAN KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI Kasus 1 : Manajemen rumah sakit perlu diperbaiki agar flow obat (masuk maupun keluar) dapat lebih tertata Dokter perlu bekerjasama dengan apoteker untuk mempertimbangkan obat pengganti Perlu dipertimbangkan adanya rujukan ke rumah sakit lain untuk memenuhi kebutuhan obat pasien Perlu adanya pengadaan obat (di rumah sakit) yang cepat dan terjangkau SARAN DAN KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI Kasus 2 : Pihak industri perlu lebih memperhatikan kemasan obat agar tidak mirip satu sama lain sehingga resiko obat yang tertukar dapat menurun Dokter perlu bergerak cepat apabila terjadi kesalahan dalam pemberian obat, contohnya memberikan antidotum Perlu diadakan evaluasi bagi seluruh tenaga kesehatan agar bekerja dengan lebih hati-hati Daftar Pustaka
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 72 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. SEKIAN TERIMAKASIH