Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK 3 : GANGGUAN SISTEM

LIMFATIK

1. P R A D A A N WA R N U G R O H O
2. ANDRESKY JUNIOR
3. M AYA FA S I L A
4. NENENG PITRI
5. KARTIKA LIONI AZELIS
A. TONSILITIS
 Definisi
Tonsilitis, suatu peradangan pada tonsil
yang di sebabkan oleh infeksi bakteri
kelompok streptococcus beta hemolitik,
streptococcus viridons dan streptococcus
pyrogenes, disebabkan juga oleh bakteri jenis
lain atau infeksi virus. Tonsilitis ini sering di
alami oleh anak-anak yang disertai demam
dan nyeri pada tenggorokan
 Klarifikasi
1. Tonsilitis Akut, di sebabkan streptococcus pada hemoliticus,
streptococcus viridians, dan streptococcus pyogene, dapat juga
disebabkan oleh virus.
2. Tonsilitis Falikularis, membengkak dan hipemeris. Permukaan diliputi
eksudat diliputi bercak putih yang mengisi kipti tonsil (detritus). Detritus
terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa
makanan yang tersangkut
3. Tonsilitis Lakunaris, bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi
lacuna (lekuk-lekuk) permukaan tosil
4. Tonsilitis Membranosa (septis Sore Throat), eksudat yang menutupi
permukaan tonsil yang membengkak tersebut menyerupai membran,
biasanya mudah diangkat atau berwarna putih kekuning-kuningan
5. Tonsilitis Kronik, yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan
kronik (rokok,makanan)
 Manifesta Klinis
Pada pemeriksaan terdapat 2 macam gambaran tonsil yang mungkin
tampak, yaitu :
1. Tampak pembesaran tonsil karena hipertrofi dan pelengketan ke
jaringan sekitar, kripte yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat
yang purulen atau seperti keju.
2. Mungkin juga di jumpai tonsil tetap kecil, mengeriput kadang-
kadang terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis,
kripte yang melebar dan ditutupu eksudat yang prulen

- Gradasi pembesaran tonsil dapat di bagi menjadi :


1. T0 : Tonsil masuk di dalam fossa.
2. T1 : <25% volume tonsil di bandingkan dengan volume
nasofaring
3. T2 : 25-50% volume tonsil di bandingkan dengan volume
nasofaring
4. T3 : 50-75% volume tonsil di bandingkan dengan volume
nasofaring
5. T4 : >75% volume tonsil di bandingkan dengan volume
nasofaring
 Patologi
Tonsilitis akan berdampak terhadap sistem tubuh lainnya dan
kebutuhan dasar manusia (nurbaiti, 2001) meliputi :
1. Gastro intestinal, Klien merasa mual dan muntah, sulit untuk
menelan sehingga susah untuk makan dan sulit untuk tidur.
2. Sistem Pulmoner, Klien mengalami sesak napas karena
adanya pembengkakan pada tonsil dan faring
3. Sistem Imun, terlihat bengkak dan kemerahan, daya tahan
tubuh menurun, mudah terserang demam.
4. Sistem Muskuloskletal, Klien mengalami kelemahan pada
otot, otot terasa nyeri keterbatasan gerak, susah untuk
melakukan aktivitas sehari-hari
5. Sistem Endokrim, Adanaya pembekakakn kelenjar getah
bening dan pembesaran kelenjar tiroid.
B. LIMFOMA

 Definisi
Limfoma (kanker kelenjar getah bening), bentuk keganasan
dari sitem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel
T dan histiosit sehingga muncul istilah limfoma malignium
(maligna = ganas)
Sel limfosi salah satu sistem pertahan tubuh. Sel limfosi tidak
normal bisa berkumpul di kelenjar getah bening dan
menyebabkan pembengkakan.
 Klasifikasi
Dua jenis penyakit yang termasuk limfoma
magnesium yaitu penyakit Hodgkin (PH) dan limfoma
non Hodgkin (LNH). Keduanya memiliki gejala yang
mirip. Perbedaanya berdasarkan pemeriksaan
patologi anatomi dimanan pada PH ditemukan sel
Reed Stenberg, dan sifat LNH lebih agresif
 Etiologi
Penyebab limfoma belum di ketahui, namun ada 4 kemungkinan.
Yaitu :
- Faktor keturunan
- Kelainan sistem kekebalan
- Infeksi virus bakteria (HIV, virus human T-cell leukimia/lymphoma
(HTVL)
- Epstein-Barr virus (EBV)
- Helicobacter Sp, dan
- Toksin lingkungan (herbisida, pengawet dam pewarna kimia)
 Patofisiologi dan gambaran klinis
Proliferasi abmormal tumor memberi kerusakan penekanan
atau penyumbatan organ tubuh yang di serang. Tumor dapat
mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau di luar kelenjar
getah bening (ekstra nodal).
Secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah di
gerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran
kelenjar dapat di mulai dengan gejala penurunan berat
badan, demam, keringat malam.
 Penyebaran limfoma maligna
Penyebaran limfogma dikelompokkan 4 stadium. Stadium I dan II sebagai
stadium awal penyakit, stadium III dan IV sebagai stadium lanjut.
1. Stadium I : penyebaran hanya terdapat pada satu kelompok yaitu
kelenjar getah bening
2. Stadium II : penyebaran menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar
getah bening, tetapi hanya pada satu sisi diafragma serta seluruh
dada atau perut
3. Stadium III : penyebaran menyerang dua atau lebuh kelenjar getah
bening, serta dada dan perut
4. Stadium IV : penyebaran selain pada kelenjar getah bening setidaknya
pada satu organ lain seperti sumsum tulang, hati, paru-paru atau
otak.
 Pemeriksaan diagnosis
Mendeteksi limfoma harus dilakukan biopsi dari kelenjar
getah bening yang terkena, untuk menemukan adanya
sel Reed-Sternberg. Pemeriksaan memerlukan seperti
sinar-X, CT scan, PET scan, biopsi sumsum tulang dan
pemeriksaan darah. Biopsi atau penentuan stadium
adalah cara mendapatkan contoh jaringan untuk
membantu dokter mendiagnosis limfoma.
C. LIMFADENOPATI

 Definisi
Limfadenopati, kelainan dan pembengkakan
kelenjar limfe sebagai tanda dari infeksi berat
dan terokalisasi
 Etiologi
1. Peningkatan jumlah limfosit makrofag jinak selama reaksi
terhadap antigen
2. Infiltrasi oleh sel radang pada infeksi yang menyerang kelenjar
limfe
3. Proliferasi in situ dari limfosit maligna atau makrofag
4. Infiltrasi kelenjar oleh sel ganas metastastik
5. Infiltrasi kelenjar limfe oleh makrofag yang mengandung
metabolit dalam penyakit cadangan lipid. (Harrison, 1999;
370)
 Patofisiologi
Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangansejajar
dengan sistem vaskular darah. Biasanya ada penembusan
lambat cairan interstisial ke dalam saluran limfe jaringan, dan
limfe yang terbentuk di bawa ke sentral dalam badan akhirnya
bergabung kembali ke darah vena. Bila terkena radang, terjadi
kenaikan yang menyolok pada aliran limfe dari daerah itu.
Diketahui bahwa dalam perjalanan peradangan akut,
lapisanpembatas pembuluh yang terkecil akan meregang,
seperti pada venula dengan memungkinkan lebih banyak
bahan interstisial masuk ke dalam pembuluh limfe
 Manifesta klinis
Pemeriksaan penunjang
1. Hitung darah lengkap
2. Biakan darah
3. Foto rontgen
4. Sorologi
5. Uji kulit (Harrison, 1999; 372)

Anda mungkin juga menyukai