Anda di halaman 1dari 32

FLU BURUNG

Yovita Setiadi
406 138 120
PENDAHULUAN
DEFINISI
• Flu burung (Avian Influenza) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus Avian Influenza (AI).
Merupakan famili Orthomyxoviridae, yang terbagi atas:
• Virus Influenza A yang secara antigenik sangat bervariasi dan
dapat berubah- ubah bentuk, merupakan penyebab besar kasus
epidemi dan pandemi. Flu burung merupakan influenza tipe A.
• Virus Influenza A dapat menginfeksi unggas termasuk ayam,
itik, angsa, kalkun, berbagai jenis burung seperti burung dara,
burung camar, burung elang, manusia, babi, kuda, anjing laut.
• Virus Influenza B dan C (cenderung stabil) hanya menginfeksi
manusia. [1]
• Virus Avian Influenza ini dibungsus oleh Glikoprotein dan
dilapisi oleh lapisan lemak ganda (bilayer lipid). Glikoprotein
HA dan NA merupakan protein permukaan yang sangat
berperan dalam penempelan dan pelepasan virus dari sel
inang.
• Lapisan lemak ganda pada selubung virus menjadikan virus
Influenza ini sensitif terhadap pelarut lemak, misalnya
deterjen. Rusaknya selubung virus menyebabkan virus
Influenza tidak infektif lagi. [3]
• Virus ini akan mati jika berada pada temperatur 56 oC selama
3 jam atau berada pada temperatur 60 oC selama 30 menit
atau lebih.
• Sebaliknya virus ini akan tetap hidup dalam air dengan suhu
22oC selama 4 hari.
• Serta bisa hidup lebih dari 30 hari jika berada pada suhu 0 oC.
• Virus Influenza juga mati dalam kondisi pH yang asam, atau
berada pada kondisi non isotonik. Kondisi lingkungan yang
kering juga dapat membuat virus Avian Influenza menjadi
tidak infektif lagi.
• Antigenic drift  dapat mengubah susunan bahkan
menghilangkan epitop yang terdapat pada HA dan NA,
sehingga tidak dapat dikenali lagi oleh antibodi yang sudah
terdapat di dalam tubuh unggas.
• Antigenic shift  aktifitas dari dua macam virus Influenza A
yang menghasilkan segmen gen yang baru sebagai hasil
rekombinan genetik.
• Aktifitas ini mengakibatkan antibodi yang sudah terbentuk di
dalam tubuh sama sekali tidak dapat menetralkan virus baru
tersebut.
• Jadi aktifitas ini akan menghasilkan subtipe baru.
Epidemiologi
• Flu burung menyebar dari satu Negara ke Negara lainnya
melalui perdagangan hewan ternak yang masih hidup,
migrasi burung dan burung air.
• Kasus pertama di Indonesia terjadi pada Juni 2005 yaitu
seorang anak yang juga merupakan anggota kluster keluarga
pertama di Indonesia.
• Sejak Juli 2005- December 2007 Indonesia merupakan negara
tertinggi di dunia; 116 kasus dengan proporsi kematian 81%
• November 2010 kasus kematian meningkat 83%. [5]
Cara penularan

• Kontak secara langsung dengan unggas yang telah tertular


• Secara tidak langsung melalui pakaian, air minum, peralatan
kandang, dan pakaian yang terkontaminasi atau tercemar
virus AI.
• Melalui udara yang tercemar virus AI yang berasal dari
kotoran atau sekret burung atau unggas yang menderita flu
burung.
• Melalui perantara binatang babi. Penularan diduga terjadi
dari kotoran secara oral atau melalui saluran pernapasan. [2]
FAKTOR RESIKO

• Menyembelih
• Mencabut bulu
• Menyiapkan daging unggas sakit untuk dimasak
• Bermain dengan unggas sakit atau bangkai unggas yang sakit
• Memakan daging unggas yang mentah atau tidak dimasak
dengan baik [6]
PATOGENENSIS
PATOGENESIS
Virus influenza
↓ melekat
Reseptor asam salisilat
↓ HA
Fusi dalam membran sel

Pelepasan RNA virus ke dlm sitoplasma

RNA ditransport

Nukleus

transkripsi
PATOGENESIS..
RNA yg terbntuk
↓kembali
Sitoplasma

Protein

Membran sel

Menembus sel penjamu
PATOGENESIS..

• Neuramidase meningkatkan replikasi virus dari sel yang


terinfeksi, mencegah agregasi virus, dan membantu gerakan
virus di sepanjang saluran respiratori
PATOGENESIS..

• Pada manusia, lingkaran replikasi ini terbatas pada sel epitel


respiratori.
• Pada infeksi primer, replikasi virus berlangsung 10-14 hari.
Infeksi influenza menyebabkan lisis epitel respiratori dan
hilangnya fungsi silia, turunnya produksi mukus, dan
deskuamasi lapisan epitel.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala pada unggas
• Jengger dan pial yang bengkak
dan berwarna kebiruan
• Pendarahan yang rata
pada kaki unggas berupa
bintik-bintik merah (ptekhi)
biasa disebut dengan kaki kerokan.
• Haus berlebihan.
• Tingkat kematian yang tinggi mendekati 100% dalam 2 hari
hingga 1 minggu. [10]
• Adanya cairan di mata dan hidung serta timbul gangguan
pernafasan.
• Keluarnya cairan jernih hingga kental dari rongga mulut.
• Timbulnya diare berlebih.
• Cangkang telur lembek.
• Bengkak (oedema) pada pial. [10]
Variabel Kejadian
P Gejala
A Rasa kedinginan ++++
Batuk +++
D Nyeri kepala +++
A Nyeri tenggorokan +++
Hidung tersumbat ++
Diare ++
M Pusing +
Mata perih dan nyeri +
A Muntah +
N Mialgia +
Tanda
U Demam ++++

S Faringitis +++
Konjungtivitis ringan ++
I Rinitis ++

A Limfadenopati kolli +
Ronkhi basah,wheezing +
Prosedur untuk mendiagnosis influenza
1. Mendeteksi antigen secara cepat (hasil dapat diperoleh dalam
waktu 15-30 menit).
• Tes influenza pada penderita (Near-patient test for influenza). Tes ini
sudah tersedia secara komersial.
• Immunofluorescence assay. Pemeriksaan ini sudah digunakan secara
luas dan merupakan metode yang sangat sensitif untuk
mendiagnosis infeksi virus influenza A dan B serta lima infeksi virus
pernapasanyang sangat penting secara klinis.
• Enzyme immuno assay. Untuk pemeriksaan nukleoprotein (NP)
influenza A. [12]
2. Biakan virus. Hasil didapat dalam 2-10 hari.
•Pemeriksaan immunofluorescence biakan sel atau haemagglutinasi
inhibisi (HI) dari medium biakan sel untuk mengidentifikasi virus.
Isolasi virus mempunyai keuntungan dapat mengidentifikasi virus,
metode ini juga dapat digunakan untuk menganalisis antigenik dan
genetik virus, menguji suseptibilitas virus terhadap obat, serta virus
yang diperoleh dapat digunakan untuk membuat vaksin. Sel yang
paling sering digunakan adalah sel garis keturunan Madin-Daby Canine
Kid- ney cells (MDCK)
• Setiap spesimen dengan hasil virus influenza A yang positif dan
dicurigai sebagai infeksi flu burung harus dites lebih lanjut untuk
memastikan adanya infeksi H5 menggunakan referensi laboratorium
H5 WHO. [12]
3. Polymerase chain reaction dan Real-time PCR assay.
Merupakan teknik yang sangat kuat untuk mengidentifikasi genom
virus influenza. Genom virus influenza merupakan RNA untai tunggal,
dan salinan DNA (cDNA) harus disintesis terlebih dahulu
menggunakan reverse transcriptase (RT) polymerase. Prosedur untuk
amplikasi genom RNA memerlukan pasangan primer spesifik untuk
gen hemagglutinin (HA) virus influenza A H5 dan neuraminidase (NA)
N1. Hasil dapat diperoleh dalam beberapa jam setelah spesimen klinis
atau biakan sel yang terinfeksi sudah tersedia. [12]
Primer HA yang digunakan 14
• H5-1: GCC ATT CCA CAA CAT ACA CCC
• H5-2: CTC CCC TGC TCA TTG CTA TG
• Memberikan hasil panjangnya 219 bp.

Primer NA yang digunakan 18


• N1-1: TTG CTT GGT CGG CAA GTG C
• N1-2: CCA GTC CAC CCA TTT GGA TCC
• Memberikan hasil panjangnya 616 bp. [12]
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium:
• Limfopeni & Trombositopeni
• Peningkatan SGPT SGOT
• Peningkatan urea N dan kreatin

Serologis
• Deteksi antibodi anti-H5

Mikrobiologi
• Deteksi RNA virus dengan cara konvensional atau dengan cara real
time RT-PCR [13]
Foto Dada: [13]
• Infiltrat difus multifocal/ berbercak
• Infitrat interstitial
• Konsolidasi segmental/ lobar
• Progresivitas menjadi gagal napas: infiltrate ground glass, difus,
bilateral dan manifestasi ARDS (4-13 hari)
Tatalaksana
Umum [13]
• Isolasi pasien dalam ruang tersendiri.
• Pergunakan Alat Pelindung Pribadi (APP) yang sesuai: masker, gaun
proteksi, google/ pelindung muka, sarung tangan.
• Tenaga kesehatan harus sudah mendapat pelatihan kewaspadaan
pengendalian infeksi.
• Pemantauan saturasi oksigen dilakukan bila memungkinkan secara
rutin dan berikan suplementasi oksigen untuk memperbaiki
keadaan hipoksemia.
Khusus [13]
Rekomendasi Terapi menurut WHO yaitu:
•Osetamivir merupakan obat pilihan utama:
•Cara kerja: inhibitor neuraminidase (NA)
•Diberikan dalam 36- 48 jam setelah awaitan gejala
•Dosis: 2mg/ kg (dosis maksimum 75 mg) -> 2 kali sehari selama 5 hari
•Dosis alternative (WHO) anak > 1 tahun:
≤ 15 kg: 30 mg 2x sehari
> 15- 23 kg: 45 mg 2x sehari
> 23- 40 kg: 60 mg 2x sehari
> 40 kg: 75 mg 2x sehari
(Pengobatan diberikan selama 5 hari)
PENCEGAHAN
Menghindari kontaminasi dengan tinja, secret unggas, binatang,
bahan dan alat yang dicurigai tercemar oleh virus: [13]
• Menggunakan pelindung (masker, kacamata)
• Tinja unggas ditatalaksana dengan baik
• Disinfektan alat- alat yang digunakan
• Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan
• Jaga kebersihan lingkungan dan kebersihan pribadi (personal
hygiene)
• Penerapan Standar Kewaspadaan Universal perlu dilakukan dengan
penerapan kendali infeksi di lingkungan dan hygiene pribadi dalam
usaha untuk meminimalisasi kejadian pandemi.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Radji Maksum. Majalah Ilmu Kefarmasian: Avian Influenza A (H5N1): Patogenesis,
pencegahan dan penyebaran pada manusia. Vol 3, No. 2, Laboratorium Mikrobiologi dan
Bioteknologi Departemen Farmasi FMIPA-UI, Kampus UI Depok. Agustus 2005, 55-65.
[2]
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, DepKes RI, mengenai Flu Burung, 2005,
Jakarta, Indonesia.
[3]WHO 2004/01/22. Avian influenza H5N1 infection in humans: urgent need to eliminate the
animal reservoir. http://www.who.int/csr/don/2004_01_22/en/index.html – Accessed 31
October 2005.
[4]
Marangon S, Capua I. Control of AI in Italy: from „Stamping-out“-strategy to emergency
and prophylactic vaccination. In: Proc. Internat. Conf on Avian Influenza, Paris 2005; O.I.E., p.
29.
[5]CDC. Information about avian influenza (bird flu) and avian influenza A (H5N1) virus.
Departemen of Health and Human Services Centers for Disease Control and Prevention; May
24, 2005.
[6]
Liem NT, WHO team, Lim W. Lack of H5N1 transmission to hospital employees, Hanoi 2004.
Emermerg Infect Dis. 2005; 11:210-15.
[7]Bridges CB, Katz JM, Seto WH, Chan PKS, Tsang D, Ho W, et al. Risk of influenza A (H5N1)
infection among health care workers exposed to patients with influenza A (H5N1) Hong Kong.
J Infect Dis 2000;181:344-8.
[8]
Ungchusak K, Auewarakul P, Dowel SF, Kitphati R, Auwanit W, Puthawathana W, et al.
Probable person-to-person transmision of avian influenza A (H5N1). N Engl J Med.
2005;40:352:333- 40.
[9] The writing committee of the World Health Organization (WHO)
Consultation on Human Influenza A/H5. Avian Influenza A (H5N1) infection in humans. N
Engl J Med. 2005;353:1374-85.

[10] http://www.cdc.gov/flu/avianflu/avian-in-humans.htm

[11]
WHO. Recommended laboratory test to identify avian influenza A virus inspecimens
from humans. WHO, Geneva, June 2005.

[12]Starick E, Romer-Oberdorver A, Werner O. Type- and subtype RT-PCR assay for avian
influenza A viruses (AIV). J Vet Med. 2000;47:295-301.

[13]
WHO. Pelayanan Kesehatan Anak di rumah sakit. Pedoman bagi rumah sakit rujukan
tingkat pertama di kabupaten/ kota WHO, Indonesia, 2009.

[14]
Widoyono, 2005, Penyakit Tropis (Epidemiologi, Penularan, Pencegahan,
Dan Pemberantasannya), Erlangga; Jakarta.

[15]
Nurheti Yuliarti, 2006, Menyingkap Rahasia Penyakit Flu Burung, Andi Yogyakarta;
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai